INI HANYA CONTOH
THIS IS ONLY SAMPLE OF CD-ROM
IDNONESIA EARLY 2Oth CENTURY HISTORY COLLECTIONS
WITHOUR ILUSTRATIONS
THE COMPLETE CD-ROM Exist
Price Depand On Auctions, for the winner were the the highest bidding , this only the cdonations for the Development of Our Anecstor Museum “WAN LI’
CD-Rom tersedia hanya sepuluh item saja, harga tergantung dari tawaran anda dalm lelang ini ,yang paling tinggi akan diberikan hadiah sebuah CD-ROm, yang dipilih dari nomor satu sampai sembilan saja, karena di Museum akan ada satu CD-Rom untuk dapat dilihatdi Museum Leluhur Kita “WANLI” yang segera akan dibukauntuk Kleuarga besa dan teman-teman dekat termasuk yang memberikan donasi untuk pembangunan Museum tersbeut
uNTUK ITU TAWARAN DONSI SILAHKAN MENGHUBUNGGI EMAIL
TERIMA kAISH.
DALAM CONTOH ATAU sampel , ONLY SOME PART ONLY HANYA BEBERAPA CUPLIKAN SAJA., belum diedit,sengaja supay agar tidak direpro. Yng asli sudah diedit.
TERIMA kISH ATAS DUKUNGN ANDA SEMUA,TERUTAMA KEPADA KLEUARGA BESAR Suwandy dan Widjaja .
SILAHKAN LIHAT BEBERAPA CONTOH INFORMASI YANG SANGAT AMIZING AND WOW, DISUSUN SECARA KRONLOGI (ARRAGED IN CHRONOLOGY)
I HOPE DONNOT FORGET TO COMMENT AND CORRECTON OR SUGGESTION FOR MORE EDITED
SINCCERELY
DR IWAN SUWANDY,mha
CONSULTAN iNFORMATION
1900-1914
Koleksi Sejarah Indonesia
Awal Abad ke Dua Puluh
Bagian Pertama
1900-1914
Oleh
Dr Iwan Suwandy,MHA
Edisi Terbatas Buku Elektronik Dalam CD-Rom
Khusus Untuk Kolektor Senior Indonesia
Hak Cipta @ Dr Iwan 2016
KATA PENGANTAR
Saya baru saja menemukan kembali sebuah buku yang sangat bagus dan informatif tentang perjuangan Rakyat Indonesia pada awal abad kedua puluh untuk membangun Republik Indonesia Yang Merdeka.
Buku ini karangan Robert van Niel berjudul Munculnya Elit Moderen Indonesia yang diterjemahkan Ny Zahara Deliar Noer disunting oleh Bur Rasuanto terbitan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial 1961, ini kopi aslinya dealam bentuk ketikan, mungkin atas berbagai alasan Politik dan situasi yang terjadi di Indonesia
Baru setelah lima puluh tahun yaitu pada tahun 2008 buku ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia . yaitu pada era Reformasi dimana kebebasan pers dan komunikasi serta penerbitan buku telah ada.
Saja juga pada bulan September 20`15, menemukan beberapa buku lama sehingga info yang ada lebih lengkap dan buku itu adalah Buku Riwayat Hidup
Prof Dr Bahder Djohan yang berasal dari Minangkabau ,dan sempat bersahabat dengan DRs Moh Hatta (Bahder,) , ,
Riwayat Hidup Sawaka, mantan Gubernur Militer Jawa Barat (Sawaka,1955),
R.OtoIskandar Dinata oleh Dra Sri Sutjitiningsih,Depdkbud,1980/1981(Sutjianingsih,1981),
Taman Siswa Dalam Arsip-Arsip Hindia Belandaartikel majalah Batu Djaja ,Gramedia, Jakarta ,1970,oleh abdurrachan Surjowihardjo(taman siswa,1970), dan Gadis Kampoeng Jang Bersemangat! Oleh Abdoella Habis,Penerbit M.Djoni marhaenist,Medan (Abdoella,1936) dan lain-lainnya lagi. Saya harap hak cipta buu inisudah liwat lima puluh tahun, walaupun negitu kepada para pengarang tersebut mohon izin untuk mengambil beberapa info dari buku anda,jika dalam satu bulan sejak buku ini saya upload di web saya tidak ada reaksi akan saya anggap sudah setuju begitu juga dengan pengareang lainnya. Untuk itu diucapkan ribuan terima kasih.
Untuk itu kita pantas mengucapkan ribuan terima kasih kepada para pemimpin-pemimpin dan para pahlawan kita atas jasanya mereka telah mengantar kita kepada masyarakat Indonesia yang elit, modern dan lebih sejahtera.
Buku tersebut diatas terdiri dari Empat Bab:
Bab pertama membahas mengenai situasi orang Oropa ,
Orang Tionghoa
dan Arab serta Orang Indonesia pada kurun waktu 1900-1927.
Bab Kedua membahas perubahan yang terjadi pada tahun 1900-1914 yang membahas tentang Politik Etis Kolonial dalam teori dan praktek, Perubahan sosial di Indonesia dan perubahan serta akibat-akibatnya.
Bab Ketiga membahas akselerasi yang meraja lela dan pertumbuhan yang mantap pada tahun 1914-1920 meliputi situasi perang dunia pertama dan pertumbuhan Sarekat Islam , Organisasi-orgnissi Indonesia yang lain , dan kebijaksanaan politik dan pemerintah Hindia Belanda.
Bab keempat membahas sinkretisme dan konservatisme tahun 1920-1927, me,liputi situasi sikap Pemerintah Hindia belanda yang berubah, perubahan dan perkiembangan di Indonesia , serta kebijakan politik baru Kolonial.
Untuk melengkapi informasi situasi Indonesia menjelang perang dunia kedua , saya telah menemukan dua buah buku yang sangat istimewa karangan proklamator kemerdekaan Indonesia Bung Karno yang berjudul Dibawah Lindungan Bendera Revolusi, yang membahas situasi para elit dan perkembangan politik di Indonesia mulai tahun 1928 sampai 1941.
Sebaiknya generasi Penerus juga membaca buku sejarah Indoensia secara kronologi mulai dari sebelum masehi sampai abad ke Sembilan belas , agar memahami apa yang terjadi dan siapa leluhur kita baik yang berjasa maupun yang tida agar diketahui mana yang benar dan mana yang salah agar dapat dijadikan pedoman dalam menyussun strategi untuk menghadapi masa yang akan datang.
Setelah membaca buku ini tentunya pembaca akan penasaran untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya, untuk itu saya telah menulis buku elektronik dalam CD-Rom mengenai Koleksi Sejarah pendudukan jepang Di inondeisa 1942-1945, Koleksi Sejarah Revolusi dan Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1950, selanjutnya Koleksi sejarah Era Bung Karno 1951-1965 yang meliputi era sebelum PRRI 1951-1957, Masa PRRI 1958-1960, Setelah PRRI 1960-1967, kemudian dilanjuti dengan Koleksi sejarah era Pak Harto 1965-1998 , Koleksi sejarah Era Reformasi 1998-2010.
Koleksi sejarah ini sangat penting untuk dibaca oleh generasi penerus, tetapi illustrasinya sangat sedikit sehingga tidak akan dibaca oleh generasi penerus,oleh karena itu saya menambahkan ilustrasi dan koleksi yang terkait seperti koleksi sejarah pos,koin,uang kertas,foto,dokumen dan sebagainya sehingga menjadi suatu buku yang menarik.
dst…dst
Alam terkembang Jadi Guru , belajarlah dari sejarah, jangan diulang hal-hal yang jelek dan hal yang baik dijadikan pedoman dalam menyusun strategi masa depan.
Selanjutnya dan merupakan buku terakhir saya adalah Ramalan Situasi Indonesia Di masa mendatang dngan Judul Ramalan Dr Iwan Tentang
“Munculnya Banteng Indonesia Di Akhir Abad Kedua Puluh Satu.”
dst…dst
menolong saya dalm menjalani hidup didunia ini, untuk itu saya ucapak ribuan terima kasih, serta saya panjatkan doa kepada Yang Mahakuasa agar merka memperoleh imbalan setimpal dengan pahala yang telah mereka kepada kami sekeluarga dan kepada seluruh umat manusia khususnya masyarakat indoensia yang saya cintai sepenuh hati.
dst///dst…
Buku ini saya tulis untuk keluarga saya,isteri Lily Widjaja,putra Albert dan Anton serta isteri dan cucu saya tercinta Cessa,Celine dan Antoni .
Saya harap para pembaca berkenan menghormati hak cipta saya dengan tidak merepro buku ini dengan berbagai cara dan teknologi tanpa meminta izin dari saya sebagai pemengang hak cipta.
Jakarta , September 2015
Dr Iwan Suwandy, MHA
Pada Bulan September 2015
Saya merasa sangat gembira karena tanpa terasa, artikel yang saya upload di Web Blog hhtp//www.Driwancybermuseum.wordpress.com tahun ditampilkan oleh Facebook Google di share oleh , terima kasih temanku anda telah membuat hati kami sekeluarga senang, atas berkah doa kepada Maria dan Jesus sampai hari ini walaupun sudah berusia 71 tahun masih mampu menulis artikel dan buku elektronik di Dunia Maya.
Yang mengupload artikel ini rupanya protes karena tak dapat ditampilkan dikomputer tanpa memayar fee, memang saya mulai tahun ini memprotek artikel di web blog saya karena selain banyak yang merepro tanpa izin ,juga mengunaknnya untuk kepentingan menipu orang lain serta saya membutuhkan dana untuk mengembangkan museum kecil yang sduah ada saat ini, untuk itu kembali bagi pembaca yang meembaca buku ini silahkan mengubunggi saya liwat email iwansuwandy@gmail.com untuk memberikan donasi agar web blog saya tidak saya protek dan buat tol untuk bayar fee untuk dapat menampilkannya dilayar computer anda untuk selama-lamanya.
Untuk memreka ynag telah memberikan donasi baik liwat transfer melalui ATM Bank BCA , maupun menirikan dalam sampul tertutup secara tercatat kelamat saya dengan pernagko sheet souvenir ,jumlah donasi terserah nada ,uang lamapun boleh juga sebagai donasi untuk membantu mengembangkan koleksi Uang lama yang ada juga dalam museum ini,prangko lama juga boleh tetapi nominalnya mimal satu dolar atau satu poun mint atau used.
(Komentar Dr Iwan)
1897
Raden Oto Iskandar di Nata, juga dieja Iskandardinata, tepat dijuluki Otista (31 Maret 1897 – 20 Desember 1945) adalah seorang pejuang untuk pembebasan Indonesia dari kekuasaan Belanda. Dia dianggap sebagai pahlawan nasional. Untuk waktu yang singkat,
ia Menteri Negara, sebelum ia diculik dan dibunuh di Tangerang, Banten.
baca info terkait Otto dibawah ini
Lahir dari keturunan bangsawan yang di turunkan dari ayahnya,Raden Otto Iskandardinata atau biasa di sebut Oto merupakan anak ke 3 dari 9 bersaudara, gemar bermain Bola serta menari Sunda juga pandai menabuh gamelan.
Menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung dan melanjutkan pendidikan di Kweek-school Onder-bouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) yang merupakan sekolah berasrama di Bandung.
Dari sinilah terlihat sifat dan kepintaran yg menonjol dari oto.suka berontak, tetapi selalu menunjukkan prestasinya.setelah lulus,
Oto melanjutkan di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah.semakin matang pula pribadi Oto, dengan memiliki rasa keingin tahuan tentang bacaan koran De Expres yang isinya kebanyakan tentang kecaman kecaman terhadap Belanda,munculah sikap berontak Oto untuk memperjuangkan hak Bangsanya sendiri. Setelah lulus dari sekolah guru, Oto mendedikasikan diri sebagai Guru,yang mana memang menjadi cita cita Oto sejak kecil,dengan begitu,Oto bisa mewujudkan Bangsanya menjadi Bangsa yang berilmu dan bisa melestarikan tanah airnya dengan baik.
Pernah masuk dalam daftar hitam dan membuat khawatir pemerintah Hindia Belanda, salah satunya dikarenakan nyali Oto dalam membongkar kasus bendungan kemuning yang bisa menyelamatkan Rakyat Indonesia dari penipuan yang di lakukan pengusaha Belanda. Tak bisa di pungkiri,Oto lah orang yang pertama mempopulerkan kata Indonesia Merdeka dan kemudian disingkat menjadi Merdeka karena kegigihan Oto dalam memperjuangkan Hak rakyatnya.
Menikah dengan gadis bernama Soekirah putri Asisten Wedana di Banjarnegara yang 10 tahun lebih muda darinya dan dikaruniai 12 Orang anak.
Pada tanggal 20 Desember 1945 adalah hari di tetapkannya sebagai hari wafatnya Oto akibat dari korban “Laskar Hitam” di Pantai Mauk, Tangerang, dan tidak pernah ditemukan jenazahnya. setelah kematiannya,
info yang dari sumber lain senagai berikut:
Otto Iskandar di Nata merupakan sosok pejuang yang pantang menyerah, berjiwa nasionalis, dan antipenjajah. Tetapi akhir hidupnya justru terbunuh oleh pihak-pihak yang mengaku sebagai RI. Dalam menjalankan tugasnya diperkirakan menimbulkan ketidakpuasan pihak lain. Hingga akhirnya menjadi korban penculikan pada 10 Desember 1945 oleh para pemuda yang mengaku dari Laskar Hitam, dan dibunuh pada 20 Desember 1945 di daerah Mauk, Tangerang.
Sumber: majalah Cupumanik dan sumber-sumber lainnya
Komentar Dr Iwan
Info ini keliru, Otto tidak meninggal ia sempat melarikan diri ke Lua negeri dan berada di bremen Jerman sampai tahun 1967. sesuai dengan kartupos yang ia kirimkan kepada isteri Prof DR Husen Djajadinigrat yang tuinggal di Jlan Sumatera Jakrta.
Hapap para ahli sejarah meluruskan dokumen sejarah terkait Pahlawan Naisonal indonesia, yang ternyata bersahabat dnegan keluarga Prof DR Husein Djajdiningrat yang pro NICA Belanda,sesuai dengan informasi dalam konperensi Meja Bundar , O
Prof Husein Djajdiningrat duduk disamping pihat Belanda silahkn bacainfo dibawh ini
Tahun 1935 dan 1941 diangkat menjadi anggota Dewan Hindia.
tahun 1924 ia diangkat diangkat menjadi gurubesar di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) dan memberikan kuliah tentang Hukum Islam, bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda. Tahun 1935 dan 1941 diangkat menjadi anggota Dewan Hindia. Bertahun-tahun pernah menjadi konservator naskah (manuskrip) di Bataviaasch Genootschap can Kunsten en Wetenschappen(Perkmpulan Masyarakat Pencinta Seni dan Ilmu Pengetahuan). Pada mulanya sebagai anggota diréksi, kemuadian dari tahun 1936 menjadi ketuanya.
Tahun 1940 ia menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama. Pada zaman Jepang menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Tahun 1948 diangkat menjadi Mentri Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan presiden Sukarno. Tahun 1952 menjadi gurubesar Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tahun 1957 menjadi pemimpin umum Lembaga Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota Komisi Istilah di lembaga tersebut
Penghargaan
- Presiden Joko Widodo atas nama negara memberikan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada dedikasi Hoesein Djajadiningrat. Acara penyematan berlangsung di Istana Negara. Jakarta, 13 Agustus 2015.[4]
sumber wiki
rofessor Dr. Pangeran Ario Hoesein Djajadiningrat, 8 December 1886-12 November 1960
Hanya segelintir orang bumiputra yang bisa menikmati pendidikan ala barat di awal politk etis. Hal inilah yang membuat Husein Djajadiningrat bisa menjadi Doktor Indologi Pribumi Pertama
Max Havelaar baru saja meneriakan kekejaman tanam paksa di Jawa. Orang-orang dinegeri Belanda-pun tersentak, termasuk kaum liberal Belanda, ramai-ramai mengutuki sistem buatan van den Bosch itu. Muncullah van Deventer, sebuah perubahan tingkat elit feodal tanah jajahan mulai bergulir, sekolah model barat mulai dibuka untuk bumiputra kelas atas. Sekolah yang akan membawa mereka ke barat.
Tersebutlah seorang bupati Banten, kemajuan barat ingin pula diraihnya lewat anak-anaknya. Bupati itu tidak lewatkan kesempatan dari pemerintah kolonial itu. Sepertihalnya bupati Jepara diakhir abad XIX, ayah Kartini dan Sosrokartono, menyekolahkannya anak-anaknya ke sekolah model Belanda. Kedudukan bupati adalah tiket bagi anak-anak untuk dapat sekolah dasar di Europe Lager School selama tujuh tahun, lalu melanjutkan selama tiga atau lima tahun di sekolah menengah, Hogare Burger School (HBS).
Hoesein Djajadiningrat salah satu anak bupati itu. Terlahir di Banten pada 8 Desember 1886.Nama lengkapnya adalah Pangeran Aria Husein Djajadiningrat. Lahir di Kramat Waru, sebuah distrik diantara Serang dengan Cilegon Banten. Beruntung ayahnya berpandangan maju hingga bisa merasalkan pendidikan modern. Husein salah satu anak bupati Banten yang mengecap pendidikan barat sampai tingkat Hogare Burger Schoool—sekolah menengah lima tahun dan bila lulus bisa meneruskan ke universitas. Model sekolah sekolah yang hanya bisa dinikamti segelintir anak pembesar pribumi sampai awal abad XX. Sekolah kalangan terbatas itu juga dinikmati saudara-saudara Husein, Ahmad dan Hasan.
Kakak Husein, Pangeran Ahmad Djajadiningrat kemudian menjadi seorang bupati di Serang dan Hasan menjadi tokoh Sarekat Islam berpengaruh di Jawa Barat diawal pergerakan nasional—sebelum kahirnya meninggal di tahun 1920. Ahmad dan Husein menjadi murid Snouck Hurgronje—sang etisi paling berpengaruh Hindia Belanda diawal abad XX. Setidaknya ada enam orang—termasuk Husein—anak bupati Serang yang lulus HBS. Diantara semua saudaranya itu, Husein-lah yang berhasil mencapai tingkat doktor di Leiden, Belanda.
Keluarga ini berusaha menyekolahkan anaknya di sekolah Belanda yang mayoritas siswanya adalah orang-orang Belanda. Kakak Husein, Ahmad bahkan pernah menggunakan nama Willem van Banten agar bisa memasuki HBS, ketika kesempatan orang pribumi untuk bersekolah disitu belum terbuka dengan baik.
Indolog Pribumi
Sekitar pergantian abad XIX ke XX, Indonesia, kala itu masih bernama Hindia Belanda masih berada dalam kekuasaan kolonial Belanda. Segala sesuatu di tanah ini nyaris hanya diketahui oleh orang-orang non pribumi. Akademisi Belanda berdatangan, dalam jumlah kecil, ke Hindia Belanda. Mereka menggali dan mempelajari banyak hal mengenai tanah Hindia. Mereka, akademisi barat itu, meramu apa yang mereka pelajari dari tanah Hindia menjadi apa yang disebut Indologi, sebuah disiplin ilmu wajib bagi calon pegawai kolonial kulit putih yang ingin jadi Meneer di tanah Hindia.
Tercatat nama besar Snouck Hurgronje diantara deretan akademisi Belanda itu. Orang yang berjasa besar bagi perkembangan kolonialisasi Belanda di Hindia. Jiwa akademisi Snouck ikut pula menghancurkan eksistensi sebagai sebuah negeri merdeka , Aceh yang terus bergolak. Snouck adalah penasehat pemerintah kolonial untuk urusan pribumi Hindia. Snouck cukup akrab dengan aristokrat lokal macam Bupati Djajadiningrat. Semua anak-anak bupati mengenalnya, apalagi Husein.
Atas anjuran Snouck, selulusnya dari HBS Husein berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pelajarannya. Awalnya belajar bahasa latin dan Yunani Kuno antara tahun 1904-1905 di sebuah Gymnasium kota Leiden, lalu ikut ujian masuk Universitas Leiden. Husein lulus diterima dan menjadi mahasiswa calon sarjana pada jurusan bahasa dan sastra kepulauan Indonesia. Husein tidak berhenti pada tingkatan sarjana namun terus sampai tingkat Doktor. Husein merasa tertarik dengan ilmu sejarah, dia berniat melihat tanah Hindia, yang juga tanah kelahirannya dengan kacamata historis.
Minat Husein pada Sejarah Aceh berkembanag ketika ikut serta dalam lomba menulis tentang kesultanan Aceh. Kesultanan yang pernah ikut dihajar oleh Snouck Hurgronje lewat nasehatnya pada pemerintah kolonial. Sebelum merampungkan disertasinya, Hoesein pernah mengikuti sayembara menulis pada tahun 1908 di Universitas Leiden. Tulisannya berjudul Critisch Overzicht van de Maleische Werken Vervatte Gegevens van het Sultanaat van Aceh, dimuat di BKI deel 65 dan terbit tahun 1911.
Sebelum ikut menulis itu, Husein terlebih dahulu meneliti naskah-naskah Melayu. Usaha yang tidak sia-sia, setidaknya bagi bumiputra macam Husein budaya Melayu tidak jauh dari dirinya sebagai orang Banten penganut Islam. Husein akhirnya menang.
Atas kemenangan itu Husein mendapatkan hadiah Medali. Ternyata orang Asia tidaklah terbelakang dan Husein bukanlah Sickman Asia. Setelah kemenangan itu Husein terjun semakin dalam menggali sejarah dan kebudayaan Hindia, khususnya Aceh selama beberapa tahun sebelum beralih pada daerah lainnya.
Sejak Mei 1914 sampai April 1915, Husein mulai mempelajari lebih dalam bahasa Aceh untuk membuat kamus bahasa Aceh-Belanda. Hasil kerjanya berupa Atjeh-Nederlandsche Wordenboek.Kamus itu lalu diterbitkan tahun 1934. Kamus ini dinilai sebagai kamus bahasa daerah terlengkap selama beberapa dekade. Tida heran jika Snouck Hurgronje kagum pada Husein. Bahkan dianggap memiliki reputasinya sama hebatnya sebagai Indolog dengan sang guru.
Kehidupan mahasiswa Husein ditutup dengan disertasinya mengenai sejarah Banten, tanah tempat dia lahir, tanah dimana keluarganya dijunjung. Husein sendiri, dalam sejarah pendidikan modern Indonesia, adalah orang pertama yang mempertahankan disertasi-nya di Universitas Leiden, tahun 1913, dengan judul: Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten (Pandangan Kritis Tentang Sejarah Banten). Karena disertasinya itu, Hoesein di anggap sebagai pengganti Brandes, orang Belanda yang ahli keperubukalaan Jawa.
Prof. H. Kern, salah seorang kolega Snouck Hurgronje, sangat memuji disertasi Husein itu. Terlihat dalam resensinya pada majalah De Gids di negeri Belanda. Kepada Husein, Kern sangat berharap agar ada lagi karya-karya Husein Djajadingrat yang lainnya setelah disertasinya itu.
Disertasi itu lalu diterbitkan oleh Jon Enschede tahun 1913 di Haarlem. Pada halaman 201-212, Hoesein mengatakan bahwa bagi orang Jawa ramalan atau mimpi menandakan sesuatu atau memberikan suatu kesan yang mendalam. Bertindak sebagai promoter Hoesein, adalah Snouck Horgronje.
Jadilah Husein seorang Indolog tingkat dokter pertama bagi orang pribumi. Tidak hanya doktor Indologi pertama, tapi juga Doktor pribumi pertama lulusan Universitas Leiden yang menyimpan banyak bahan mengenai Indonesia itu. Karya tulis Husein termasuk disertasinya adalah sumbangan orang pribumi mengenai kajian tentang Hindia yang lebih didominasi oleh orang-orang Belanda. Husein telah mensejajarkan dirinya dengan mereka, orang-orang Belanda orientalis itu.
Karya-karya Husein sebagai Indolog antara lain; De Magische Achtergrond van de Maleische Pantoen yang merupakan pidato ilmiah pada tanggal 28 Oktober 1933, saat acara ulang tahun Recht Hoge School ke 9. karangan Husein tentang Islam adalah De Mohammedaansche Wet en het Geetesleven der Indonesische Mohammedaansche Wet en het Geetesleven der Indonesische Mohammedaanen, juga pidato ilmiah Husein. Pada perguruan tinggi yang sama pada tahun 1925, ketika perguruan tinggi itu baru setahun. Semuanya dihasilkan oleh Husein ketika dia sudah berada di Indonesia.
Ada sisi baik dari suksesnya studi Husein mengenai Indologi di Leiden dengan predikat camme laude. Pemuda Indonesia ternyata bisa meraih prestasi akademik. Gagasan untuk mendidik kader pribumi, macam Husein Djajadiningrat, sekelompok kader yang akan membantu pemerintah kolonial menjalankan pemerintahan—dalam posisi terbatas—di Hindia Belanda. Gagasan itu kemudian diterima dan dijalankan oleh pemerintah kolonial, walau hanya sampai tahun 1931 saja.
Kantoor voor Inlandsche Zaken
Husein akhirnya kembali ke Indonesia, setelah lebih dari sepuluh tahun di negeri Belanda belajar tentang tanahnya, Hindia, tanah yang asing bagi anak-anaknya. Mungkin tidak bagi Husein Djajadiningrat. Selama di Indonesia , Husein tetap bergelut di dunia ilmu pengetahuan. Setamat dari Leiden, awalnya Husein bekerja sebagai peneliti bahasa-bahasa di Indonesia pada Kantoor voor Inlandsche Zaken (kantor Urusan Bumiputra) sampai tahun 1918. Sejak 19 Mei 1920 sampai dengan tahun 1925, Husein bekerja sebagai Adjunct Adviseur voor Inlandsche Zaken (Ajun/wakil penasehat urusan pribumi Hindia Belanda) pada kantor yang sama.
Kantor tempat Husein bekerja, Kantoor voor Inlandsche Zaken, berdiri sejak tahun 1899 oleh Snouck Hurgronje, pelindung Husein juga. Kantor ini diisi oleh banyak orang antara lain ahli agama Islam, bahasa sastra maupun bahasa. Beberapa orang Belanda terkemuka yang pernah duduk dikator ini adalah G.A.J. Hazeu, D.A. Rinkes, R.A. Kern, E. Gobee, G.F. Pijper juga Charles van Der Plas.
Setelah Snouck Hurgronje kembali ke Belanda tahun 1906, ditunjuklah Hazeu sebagai pengganti untuk mengurusi permasalahan yang dihadapi pemerintah kolonial terhadap orang-orang pribumi. Hazeu dan beberapa orang lainnya adalah orang yang peduli dan sedang mengawasi pendidikan beberapa anak bumiputra, termasuk pada Alimin—salah satu anak angkat Hazeu yang belakangan menjadi tokoh PKI terkemuka di Indonesia.
Kegiatan Husein selain bekerja di Kantoor voor Inlandsche Zaken setelah kepulangannya dari Belanda juga bergerak dibidang jurnalistik dan pendidikan mengenai kebudayaan Jawa. Tahun 1919 Husein mendirikan Java Institut dan menerbitkan majalah bulanan Djawa ditahun 1921. Husein menjadi redakturnya bersama J. Kats, Sam Koperberg, R. Ngabehi Poerbatjaraka dan J.W. Teiler. Tahun 1924, Husein diangkat sebagai guru besar di Recht Hoge School—Sekolah Tinggi Hukum—di Jakarta untuk mata kuliah bahasa Melayu dan hukum Islam. Setahun setelah menjadi pegawai di kantor itu (1925), Husein tidak lagi menjabat sebagai Adjunct Adviseur voor Inlandsche Zaken.
Karir Husein di Kantoor voor Inlandsche Zaken terbilang baik, ada saja orang-orang Belanda yang selalu menaunginya, walau Snouck sudah pulang ke Belanda, sebut saja beberapa orang disekitar Kern—yang menjelang jabatannya sebagai kepala kantor itu pada tahun 1926 mengajukan Husein sebagai Adviseur voor Inlandsche Zaken. Orang-orang itu merasa, Kantoor voor Inlandsche Zaken—yang mengurusi urusan orang pribumi yang mayoritas Muslim—tidak pernah dipimpin oleh orang-orang Muslim. Menurut mereka, kantor itu haruslah dipimpin oleh orang Muslim uyang tentunya mengerti banyak mengenai Islam.
Kantoor voor Inlandsche Zaken pada dua dasawarsa pertama memainkan peranan yang cukup baik di
Hindia Belanda. Dua dasawarsa itulah masa keemasan kantor itu. Setelahnya, kantor itu tidak lebih daripada sebagai tempat pengaduan saja. Parahnya, pegawai yang ada tidak memiliki keahlian untuk menanggapi pengaduan tersebut. Disisi lain Bousquet—orang diluar Kantoor voor Inlandsche Zaken—mengkritik bahwa Kantoor voor Inlandsche Zaken terlalu menitikberatkan pada masalah Islam semata. Karenanya, dalam sidang Volksraad, para adviseur-nya bahkan jugaKantoor voor Inlandsche Zaken sempat menjadi pembicaraan dalam sidang dewan rakyat yang nyaris tidak merakyat itu.
Dimata orang-orang Pribumi, Kantoor voor Inlandsche Zaken sering dianggap sebagai kantor mata-mata. Tuduhan itu berlebihan, seolah memposisikan Kantoor voor Inlandsche Zaken tidak ubahnya dengan Politieke Intellingen Dienst (PID)—polisi politik Belanda yang rajin mengawasi ruang gerak kaum pergerakan. Alasan tuduhan itu dikarenakan orang-orang dari Kantoor voor Inlandsche Zaken kerap hadir dalam pertemuan yang dihadiri orang-orang pergerakan, seperti hanya PID. Ditengah kritik dari berbagai pihak kantor ini mampu bertahan sejak dipimpin oleh Snouck Hurgronje sampai menyerahnya Hindia Belanda pada Tentara Pendudukan Jepang.
Husein Djajadiningrat Dengan Kaum Pergerakan
Sayang, Husein tidak bertahan lama di kantor itu. Dirinya hanya bisa menjadi wakil saja tanpa bisa menjadi penasehat pemerintah kolonial di Hindia Belanda. Entah apa yang akan dilakukan oleh Husein jika dirinya menjadi penasehat. Apapun alasannya, pemerintah kolonial tidak menginginkan orang pribumi masuk terlalu dalam pada jajaran birokrasinya, kendati orang pribumi yang bersangkutan adalah orang kompeten mengenai masalah yang terjadi di tanah Hindia Belanda. Dimanapun kaum kolonialis sejati takut perubahan
Setelah menjadi tenaga pengajar yang cukup prestisius di RHS, Husein pernah menjabat ‘Ketua Panitia Perbaikan Peradilan Agama” sejak 1934. Hasil kerja Husein dan tim-nya adalah didirikannya ‘Mahkamah Tinggi Islam’ pada tahun 1937. Figur Husein kahirnya makin bersinar pada tahun 1935, Husein diangkat menjadi anggota Raad van Nederlandsche Indie (Dewan Hindia). Lima tahun kemudian, 1940, diangkat sebagai direktur Departemen Pengajaran dan Ibadah. Tahun 1941 sampai dengan 1946, Husein diangkat lagi menjadi Raad van Nederlandsche Indie.. Tentunya jabatan itu hanya dipangku sampai 8 Maret 1942 karena Hindia Belanda menyerah tanpa syarat Jepang.
Husein selalu berusaha memperhatikan perkembangan pendidikan di Hindia Belanda. Dia pernah melaporkan diantara putra raja hanya Pengeran Hadiwidjojo-lah yang menaruh minat pada pengetahuan mutakhir dunia yang sedang berkembang.Pemuda pelajar dari Jong java pernah datang pada Husein, yang sudah menjadi doktor dalam bidang sastra timur dan Indologi, untuk meminta saran sebuah vandel. Posisinya sebagai direktur
Departemen Pengajaran dan Ibadah diakhir kolonialisasi Hindia Belanda, memberinya kesempatan lebih untuk itu, kendati dalam waktu singkat dan hasil yang tidak terlalu signifikan.
Husein digolongkan sebagai intelektual terkemuka diakhir kolonialisasi Belanda di Indonesia.bersama Thamrin dan Koesoemo Oetojo, Husein membuat rencana tentang penggunaan kredit dari Bank-bank Jepang untuk membangun perusahaan dagang di Jepang bagi Importir dari Indonesia.Peran Husein Djajadingrat dalam pergerakan nyaris tidak terlihat, termasuk dalam kaum koperatif sendiri. Posisinya sebagai birokrat sebenarnya pernah menyelamtkan kaum pergerakan, seperti perlindungannya pada Douwes Dekker yang selalu dicurigai berskongkol dengan Jepang oleh aparat hukum kolonial.
Douwes Dekker pernah diminta menyampaikan pada Husein sebagai direktur Pendidikan untuk mengadakan survey Ekonomi untuk kepentingan Jepang diakhir kekuasaan Belanda.Rupanya Dekker selamt karena Husein Djajadiningrat-lah yang memberikan izin survey itu. Husein hadir saat Thamrin dimakamkan—setelah kematian Thamrin sebagai tahanan rumah saat Thamrin masih menjadi anggota Volksraad. Ini bukti bahwa Husein memiliki keterkaitan dengan pergerakan nasional, terlepas dari besar kecilnya peran dia dalam pergerakan.
Diposkan oleh Princess Dewi Mutiara Intan Berlian Pakidulan di 21.46
Setelah bangsa Indonesia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri dalam Konferensi Inter-Indonesia maka bangsa Indonesia secara keseluruhan menghadapiKonferensi Meja Bundar, Sementara itu pada hulan Agustus 1949, Presiden Soekamo sebagai Panglima Tertinggi di satu pihak dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda di lain pihak memgumumkan perintah penghentian tembak-menembak. Perintah itu beriaku mulai tanggal 11 Agustus 1949 untuk Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk Sumatra. Pada tanggal 11 Agustus 1949, dibentuk delegasi Republik Endonesia untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar.
Delegasi itu terdiri dari Drs. Hatta (ketua), Nir. Moh. Roem, Prof Dr. Mr. Supomo, Dr. J. Leitnena„ Mr. Ali Sastroamicijojo, Ir. Djuanda, Dr. Sukiman, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang dan Mr. Muwardi.
Delegasi BF0 dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.
anggal 23 Agustus 1949 Konferensi Meja Bundar dimulai di Den Haag, Belanda. Konferensi ini berlangsung hingga tanggal 2 November 1949 dengan hasil sebagai berikut.
- Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
- Status Karesidenan Irian Barat diselesaikan dalam waktu setahun, sesudah pengakuan kedaulatan.
- Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda berdasarkan kerja sama sukarela dan sederajat.
- Republik Indonesia Serikat mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak-hak konsesi dan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
- Republik indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda yang ada sejak tahun 1942.
Sementara itu, pada tanggal 29 Oktober 1949 dilakukan penandatanganan bersama piagam persetujuan Konstitusi Republik Indonesia Serikat antara Republik Indonesia dengan BFO. Di samping itu, hasil keputusan Konferensi Meja Bundar diajukan kepada Komite Nasional indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya, KNIP bersidang dari tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil KMB. Pembahasan hasil keputusan KMB oleh KNIP dilakukan dengan cara pemungutan suara, hasil yang dicapainya adalah 226 suara setuju, 62 suara menolak, dan 31 suara meninggaikan sidang.
Dengan demikian, KNIP menerima KMB. Pada tanagal 15 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan caIon tunggal Ir. Soekarno dan terpilih sebagai presiden. Kemudian dilantik dan diambil sumpahnya pada tanggal 17 Desember 1949. Kabinet RIS di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta. Drs. Moh. Hatta dilantik sebagai perdana menteri oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Desember 1949. Selanjutnya pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS berangkat ke negeri Belanda untuk menandatangani akta penyerahan kedaulatan. Pada tanggal 27 Desember 1949, baik di Indonesia maupun di negeri Belanda dilaksanakan upacara penandatanganan akta penyerahan kedaulatan.
Dampak Konferensi Meja Bundar
Penyerahan kedaulatan yang dilakukan di negeri Belanda bertempat di ruang takhta Amsterdam, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan A.M.J.A. Sasseu, dan Drs. Moh. Hatta melakukan penandatanganan akta penyerahan kedaulatan. Pada saat yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda, A.H.S. Lovink dalam suatu upacara di Istana Merdeka menandatangani naskah penyerahan kedaulatan.
Dengan penyerahan kedaulatan itu, secara formal Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dan mengakui kekuasaan negara Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda, kecuali Irian Barat yang akan diserahkan setahun kemudian. Sebulan kemudian, yaitu pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman, Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia meninggal dunia pada usia yang cukup muda, yaitu 34 tahun. Beliau adalah tokoh panutan bagi para anggota TNI.
sumber info : Jagosejarah.
Ketika pindah ke Bandung Otto melanjutkan aktifitasnya di Budi Utomo karena saat itu sudah ada cabangnya di Bandung, meski tidak terlalu aktif. Otto menghidupkan kembali Budi Utomo cabang Bandung, bahkan beliau terpilih menjadi wakil ketua. Ketika Budi Utomo cabang Bandung mengadakan rapat propaganda di gedung Concordia (sekarang gedung Merdeka ) pada 12-13 September 1921, dalam pidatonya Otto mengkritik serta membuka polemik dengan Paguyuban Pasundan (PP), organisasi orang Sunda yang didirikan di Batawi, 20 Juli 1913.
Tetapi setahun berikutnya, pada 1922 Otto mendekati PP dengan cara menulis surat yang dimuat di surat kabar Siliwangi (7 Nopémber 1922) yang isinya menyatakan bahwa beliau bermaksud untuk masuk Paguyuban Pasundan. Meski demikian niatnya tersebut baru terlaksana 7 tahun kemudian (1929), setelah ia tinggal di Jakarta. Barangkali karena kepindahannya ke Pekalongan yang menyebabkan niatnya itu sempat tertunda.
Di Pekalongan Otto meneruskan kegiatannya di Budi Utomo. Beliau menjadi wakil ketua pengurus Cabang Pekalongan. Setelah itu bahkan terpilih menjadi anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Pekalongan mewakili Budi Utomo. Otto yang dikenal berani dalam membela rakyat membongkar kelicikan perkebunan gula Wonopringgo yang ingin mengusai tanah rakyat hingga rakyat selamat dari penipuan. Kasus tersebut yang disebut Bendungan Kemuning mengakibatkan konflik dengan residen di Pekalongan, hingga akhirnya ia dipindahkan ke Batavia (Jakarta).
Di Jakarta Otto mengajar di HIS Muhammadiyah dan dekat lagi dengan lingkungan sosial budaya Sunda serta Paguyuban Pasundan. Otto yang pernah berniat masuk Paguyuban Pasundan akhrnya bergabung dengan organisasi tersebut. Otto kemudian menjabat sebagai sekretaris di Pengurus Pusat (Hoofdbestuur) Paguyuban Pasundan. Kemudian dalam Kongres PP pada Desember 1929 di Bandung Otto terpilih menjadi ketua pengurus besar Paguyugan Pasundan.
Paguyuban Pasundan pada masa Otto tidak hanya dianggap sebagai organisasi lokal Sunda, tetapi gerakannya terasa di lingkungan nasional. PP aktif dalam Permupakatan Perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonésia (PPPKI) serta Gabungan Politik Indonésia (GAPI). Otto pun terpilih menjadi anggota Volksraad (parlemen) sebagai wakil dari Paguyuban Pasundan.
Dalam sidang-sidang Volksraad dikenal dengan ucapan-ucapannya yang tajam dan berani dalam mengecam dan mengkritik pemerintah Hindia Belanda. Tak jarang Otto berdebat dengan pihak Belanda hingga mereka sering naik pitam. Karena keberaniannya itu Otto mendapat julukan “Si Jalak Harupat” yang bermakna seperti ayam jago yang tidak pernah kalah bila diadu. Nama julukannya “Si Jalak Harupat” sekarang digunakan sebagai nama stadion sepakbola di Kabupaten Bandung.
Menjelang Kemerdekaan RI Otto Iskandar di Nata ikut dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdékaan Indonésia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdékaan Indonésia (PPKI). Otto juga yang mengusulkan agar Bung Karno dan Bung Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, yang usulannya langsung disetujui oleh anggota sidang PPKI. Setelah kemerdekaan Otto diangkat menjadi Menteri Negara dalam bidang keamanan dalam kabinet pertama RI.
oto Iskandardinata ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Riset dan analisa oleh Eko Setiawan
- Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung
- Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung
- Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah
- Ketua Organisasi Paguyuban Pasundan
- Anggota Volksraad (DPR pada masa Hindia Belanda)
- Ketua Umum Persib Bandung
- Menteri Negara Kabinet Presidensial (19 Agustus 1945 – 14 November 1945)
- Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973
- sumber info: _0filmedrdeka.com
Komentar Dr Iwan
Informasi diatas tidak benar, Otto iskandar dinata masih hidup, sebagi bukti saya menemukan sebuah postcard dengan tanda tangan Otto yang dikirm tgl tahun dari kepada isteri almarhum Prof husein Djajadiningrat yang bernama BRA. Jl Minngakabau Jakarta Menteng.
Koleksi ini tidak ditampilkan dalm E-book ini, koleksi ini saya simpan dalam museum saya , yang bernama Museum Leluhur Kita WANLI-SONS Pondok Gading Jkarta Urtara Indonesia.
Bagi yang mau lihat harus menyumbang uang minimal sepuluh juta, dan bagi merkea akan saya berikan secaras gratis sebuah koleksi keramik dari dinasti Ming Cheng Hua yang bernilai sepuluh Juta.
OTO Iskandardinata adalah salah satu Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI dari anggotanya sesui data terlampir dibawah ini yang saya peroleh dari Wiki
- Abdul Kaffar
- Abdoel Kahar Moezakir
- Agus Muhsin Dasaad
- A.R. Baswedan
- BPH Purubojo
- BKPH Suryohamijoyo
- BPH Bintoro
- Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
- Dr. Raden Boentaran Martoatmodjo
- Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumah Atmaja
- Dr. Samsi Sastrawidagda
- Dr. Soekiman Wirjosandjojo
- Drs. KRMH Sosrodiningrat
- Drs. Mohammad Hatta
- A.A. Sanoesi
- Abdul Wahid Hasyim
- Agus Salim
- Ir. Pangeran Muhammad Noor
- Ir. R. Ashar Sutejo Munandar
- Ir. RM Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo
- Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo
- Ir. Soekarno
- Abdul Halim
- RMTA Wuryaningrat
- Ki Bagoes Hadikoesoemo
- Ki Hadjar Dewantara
- Kiai Haji Abdul Fatah Hasan
- Kiai Haji Mas Mansoer
- Kiai Haji Masjkur
- Liem Koen Hian
- Mas Aris
- Mas Sutardjo Kertohadikusumo
- Mr. A.A. Maramis
- Mr. KRMT Wongsonegoro
- Mr. Mas Besar Mertokusumo
- Mr. Mas Soesanto Tirtoprodjo
- Mr. Mohammad Yamin
- Mr. Raden Achmad Subarjo
- Mr. Raden Hindromartono
- Mr. Raden Mas Sartono
- Mr. Raden Panji Singgih
- Mr. Raden Samsudin
- Mr. Raden Soewandi
- Mr. Raden Sastromulyono
- Mr. Johannes Latuharhary
- Mr. RA Maria Ulfah Santoso
- RN Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
- Oey Tiang Tjoei
- Oey Tjong Hauw
- P.F. Dahler
- Parada Harahap
- Prof. Mr. Dr Soepomo
- Prof. Dr. Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat
- Prof. Dr. Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma
- Raden Abdul Kadir
- R. Abdulrahim Pratalykrama
- Raden Abikusno Tjokrosoejoso
- RAA Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
- RAA Wiranatakoesoema
- Raden Asikin Natanegara
- RM. Margono Djojohadikusumo
- RMTA Soerjo
- Raden Oto Iskandar di Nata
- Raden Panji Suroso
- Raden Ruslan Wongsokusumo
- Raden Sudirman
- Raden Sukarjo Wiryopranoto
- Tan Eng Hoa
- Itibangase Yosio
- Matuura Mitukiyo
- Miyano Syoozoo
- Tanaka Minoru
- Tokonami Tokuzi
- Itagaki Masumitu
- Masuda Toyohiko
- Ide Teitiroo
Oto IskandarDinata dari info wiki termasuk salah seorang Pahlawan Indonesia dari aspek Politik lihat daftarnya dibawah ini
Komentar Dr Iwan
Saya sungguh sangat heran saat menemukan buku R.OTO ISKANDAR DI NATA karangan Dra Sri Sutjianingsih, Depdikbud 1980/1981 dan kartus Pos kiriman Otto dari Bremen German dengan tu;lisan bahasa belanda Mevr BRAP Djajadiningrat Djl Sumatra 34 Djakarta II/21 Indonesia dengan tulisan tanggan pengirim Hart Groeten Otto kepada isteri almarhum Prof DR Husein Djayadiningrat ia masih hidup sampai tahun dan masih berkomunikasi dengan prof Husein yang simpatisan NICA.
Juga bersam kartu Pos itu juga ada satu kartu pos lagi kepada mevrouw B.R,A.P Djajadiningrat dengan alamt yang sama , dengan tulisan dan Kartu Pos bergmbar Rotrdam, 12 Oktober 1967
Hot groet het U? tc…etc.(isinya tidak di tulis saya tulis karena tulisannya sangat kecil dalm bahsa belanda yang harus diterjemahkan oleh ahli agar tidak terjadi kekeliruan dan dapat meluruhkan informasi sejarah Kemrdekaan Indonesia, dan apakah benar Oto namanya, sedangkan yang tertulis OTTO , karena itu 8uang Oto iskandar dinata harus ditarik dari peredaran karena namanya keliru dari Oto,yang seharusnya Otto seperti tertera dalam kartus Pos yang pertama.
Hal ini sangat kontrafersil, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada kartus pos yang saya miliki,
kalau ada ahli dari Leiden maupun bagian arkeologi Nasunional Indonesia mau mengadakan penelitian, mereka harus menghubunggi saya liwat email iwansuwandy@gmail.com, apakah saat it saya masih hidup atau tidak Tuhanlah yang tahu, semoga masih Hidup,m jika tidak bisa hidpu lebihlama lagi silahkan hu unggi putra saya leqwat email antonjimmisuwandy@gmail.com.
Marilah para pemirsan web blog saya, berdoa kepada yang Mahakuasa agar saya tetap sehat dan berumur Panjang serta banya rejeki untuk dapat merampungkan pengembangfan Museum Saya WANLISON dengan tambahan sebuah ruangan pameran Koleksi yang Paling Yunik atau dikenal demngan istilah Masterpiece collection dalm biaya Tiga ratus juta rupiah, saya harap para Dermawan mau menyumbang biaya ini secara gotong Roryobng, harapan saya paling utama dari Gubvernur DKI AHOK dan juga kepada putri Oto Iskandar dinata yang produser film juga mau menyumbang biaya dan ,mau kerja sama dengan saya untuk memproduksi film PRRI yang E-Booknya sudah saya siakan dan sebagian sudah saya tampilkan di Web Blig Driwancybermuseum dan sudah ada TVRI yang mau tayangakan, hanya saya saya ajukan tawaran biaya Hak Cipta saya sepuluh juta, san produser hilang komunikasi.
Jika ada yang mau memproduksi film PRRI silahkan huunggi saya liwat email iwansuwandy@gmail.com
1900
The Chinese revolutionary figure Sun Yat-sen visited southeast Asia in 1900,[30] and later that year the socio-religious organization Tiong Hoa Hwe Koan (中華 會館), also known as the Chinese Association, was founded.
Their goal was to urge ethnic Chinese in the Indies to support the revolutionary movement in China. In its effort to build Chinese-speaking schools the association argued that the teaching of the English and Chinese languages should be prioritized over Dutch, to provide themselves with the means of taking, in the words of Phoa Keng Hek, “a two or three-day voyage (Java–Singapore) into a wider world where they can move freely” and overcome restrictions of their activities.[31]
Several years later the Dutch authorities abandoned its segregation policies, abolished travel permits for the ethnic Chinese, and allowed them to freely move throughout the colony.
Pada Tahun 1900 tak ada Partai Politik yang menunjang putusnya hubunggan Jajahan antara Jawa dan Negeri Belanda.
Dari Tahun 1870 sampai 1900,
Foto Kelompok Pemimpin dan Staf baru dan lama Pabrik Gula Purwokerti tahun 1900
Sumber
banjoemas.bACA LEBIH LANJUT PADA BAGIAN PERTAMA tHE EARLY 20TH cENTURY iNDONESIA 1900 THANKS COMPYRIGHT @ 2016