KOLEKSI SEJARAH INDONESIA 1948 (BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1948

 

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

INDONESIA INDEPENDENCE REVOLUTION AND WAR

History collections

PART IV

1948

Based On Postal And Document Collections

 

Created By

 

Dr Iwan Suwandy,MHA

Private Limited Edition in CR-ROM Special For Collectors

Copyright @ Dr Iwan suwandy 2011

 

 

Top of Form

Military Governor of Aceh, Langkat and Karo  Daud Berueh
 
At the beginning of 1948,


 Military Governor of Aceh, Langkat and Karo Teuku Daud, set both the mine area are brought together under the name Oil Oil Mining Military Governor of Aceh, North Sumatra, based in Langsa, under the titular leadership of Major General General AMIR AL MUDJAHID Husin and ABDUL RAHMAN appointed as Deputy to the affairs Administrative and Technical Affairs Djohan for.
After the signed agreement RENVILE 1948, residents who had moved to flee to the outskirts of town, returned home into the city that have destroyed Berandan Base shattered to the ground.
The approval of the help and supervision XVII Battalion of the Regiment V KSBO Oil Mine workers who did not participate refuge of Aceh, given the difficulty and suffering lived in times of struggle, the justified cooperate begin clearing the debris that littered the intention to make small-scale distillation of the results expected to be able to just cover the basic needs of daily life.
After the transfer of sovereignty, Resident ABDUL KARIM, MS from Medan had proposed to the Central Government to continue to seek oil in the Base Mine Berandan, he asked for additional capital for rehabilitation. Jakarta did not get a response from any company situation remained abandoned eventually as usual, the grass in the area of ​​the former mine Berandan higher base oil and the roots of various plants has crept over his face everywhere Oil Mine had injured it.
 
Office of Mine Big Oil into debris
Time went on, until the Military Governor Daud in a physical struggle with the Dutch, worried about oil supplies could run out for the fight, because that then he ordered Djohan which at that time was in Aceh, in order to return to base Berandan, to improve the Installation of Oil Refinery can still be used in order to produce oil for the struggle.
Assisted by experienced colleagues, among them Dullah ANWAR, they fix STILL Used Cooking with a capacity of 20,000 liters of HDB, gradually – gradually began to return the refugees from Aceh, although not yet officially licensed.
After the Dutch aggression subsided, came the month of February 1948 Djohan who later became one of the characters in Base Oil Berandan, to examine further improvements along WAPOSO Refinery Parlindungan the Deputy Government at that time. They invite all the employees who had worked at the Base Berandan to improve the situation. Businesses that capitalize only the spirit of struggle without the support of adequate means and facilities ultimately failed.
  
Post-Scorched Earth, scattering debris
Under such circumstances dormant until a few years, although some government officials like RI House of Representatives Committees, Ministers who come menunjau at that time under the pretext of thinking about the future of Base Oil Berandan Mining Company, but the results still nil, their arrival was greeted with great Oil hopes will be the construction of mine, but once they return keadaanpun becoming quiet again, what is seen there, other than scrap metal debris scattered and wild huts built by the people while waiting for the company’s active again .. !!
Such situation continues until the coming Dutch Military Aggression II Parties, dated December 19, 1948. back in order to prevent the oil that is not mastered by Dutch side, the Republic of Indonesia in Base Warrior Berandan forced for the second time down to earth scorching oil fields they love.
Then the Oil Base Berandan Mining companies back into rubble strewn debris. Berandan base thus having 3 (three) times pembumi hangusan (first by the Dutch before the Japanese Occupation, the Republican Party at the Dutch Military Aggression-I and the third also by the Republican Party at the Dutch Military Aggression II). Petroleum activities in Northern Sumatra, the time to focus on PERMIRI in Langsa, Aceh.
PERMIRI (Petroleum Company of the Republic of Indonesia) in Aceh, an oil refinery with a capacity reaches 40 tons per day, greatly helped the struggle of Indonesia in North Sumatra and its vicinity. Production of petroleum was generated from PERMIRI Overseas Oil Field, Paluh wasp, Overseas Long, Peurlak, Juluk Reuyeuk Land, Lake said, Arubay Oebong, Pase and Serang Jaya.
Langsa refinery was established in 1943, at the time the Lead Refinery by 3 (three) Japanese officials, headed by a Lieutenant II Japanese Army and a graduate of the School of Mines 3 Base Oils Berandan (Nampo Sekyu Kagyo Gakko). The refinery is located hidden in the garden Rubber Beuyok Paya, The allies did not know that.

Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo TEUKU DAUD BEUREUEH

 

Pada permulaan tahun 1948,

 Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo TEUKU DAUD BEUREUEH, menetapkan kedua daerah Tambang Minyak ini disatukan dengan nama Tambang Minyak Gubernur Militer Sumut Aceh, berkedudukan di Langsa, dibawah Pimpinan Umum Mayor Jendral Tituler AMIR HUSIN AL MUDJAHID dan sebagai Wakilnya ditunjuk ABDUL RAHMAN untuk urusan Administrasi dan DJOHAN untuk Urusan Tehnik.

Setelah persetujuan RENVILE 1948 ditanda tangani, penduduk yang selama ini pindah mengungsi ke pinggir-pinggir kota, kembali pulang memasuki kota Pangkalan Berandan yang telah musnah hancur berantakan rata dengan tanah.

Atas persetujuan bantuan dan pengawasan Batalyon XVII Resimen V KSBO terhadap buruh-buruh Tambang Minyak yang tidak ikut mengungsi ke Daerah Aceh, mengingat kesulitan dan penderitaan hidup dimasa perjuangan itu, dibenarkan secara bergotong-royong mulai membersihkan puing-puing yang berserakan dengan maksud agar dapat membuat penyulingan kecil-kecilan yang hasilnya diharapkan akan dapat sekedar menutupi kebutuhan pokok sehari-hari.

Setelah penyerahan kedaulatan, Residen ABDUL KARIM, MS dari Medan pernah mengusulkan ke Pemerintah Pusat untuk terus mengusahakan Tambang Minyak di Pangkalan Berandan, ia meminta tambahan modal untuk Rehabilitasi. Dari Jakarta tidak mendapat jawaban apapun akhirnya keadaan Perusahaan tetap terlantar seperti biasa, rumput-rumput di Areal bekas Tambang Minyak Pangkalan Berandan semakin tinggi dan akar-akar berbagai tanaman telah merayap kemana-mana menutupi wajah Tambang Minyak yang telah luka parah itu.

 

Kantor Besar Tambang Minyak menjadi Puing-puing

 

Waktu berjalan terus, sampai Gubernur Militer DAUD BEUREUEH dalam perjuangan phisik dengan Belanda, mengkhawatirkan persediaan minyak untuk keperluan perjuangan bisa habis, oleh karena itulah maka beliau memerintahkan DJOHAN yang pada waktu itu berada di Aceh, agar kembali ke Pangkalan Berandan, untuk memperbaiki Instalasi Kilang Minyak yang masih dapat digunakan supaya dapat menghasilkan minyak untuk keperluan perjuangan.

Dibantu rekan-rekannya yang berpengalaman, diantaranya diantaranya DULLAH ANWAR, mereka memperbaiki STILL Pemasakan Bekas HDB yang berkapasitas 20.000 liter, secara berangsur – angsur mulailah kembali para pengungsi dari Aceh, walau belum mendapat izin secara resmi.

Setelah Agresi Belanda mereda, dibulan Pebruari 1948 datanglah DJOHAN yang kelak menjadi salah seorang tokoh Minyak di Pangkalan Berandan, untuk mengkaji perbaikan Kilang lebih lanjut bersama WAPOSO PARLINDUNGAN yang menjadi Wakil Pemerintahan pada waktu itu. Mereka mengajak seluruh pegawai yang pernah bekerja di Pangkalan Berandan untuk memperbaiki keadaan. Usaha yang cuma bermodalkan semangat perjuangan tanpa didukung oleh sarana dan fasilitas yang memadai akhirnya menemui kegagalan.

 

Pasca Bumi Hangus, Puing-puing berserakan

Keadaan seperti itu terbengkalai hingga beberapa tahun, walau beberapa Pejabat Pemerintah RI seperti Komisi-komisi DPR, Menteri-menteri yang datang menunjau pada waktu itu dengan dalih memikirkan masa depan Perusahaan Tambang Minyak Pangkalan Berandan, namun hasilnya tetap saja NIHIL, kedatangan mereka disambut dengan penuh harapan akan pembangunan Tambang Minyak akan tetapi begitu mereka kembali keadaanpun mejadi sepi lagi, apa yang telihat disana, selain puing-puing besi tua yang berserakan dan gubuk-gubuk liar yang dibangun oleh rakyat sementara menunggu Perusahaan itu aktif kembali .. !!

Keadaan semacam itu berlangsung terus hingga datang Agresi Militer II Pihak Belanda, tanggal 19 Desember 1948. kembali demi mencegah tambang minyak agar tidak dikuasai oleh Pihak Belanda, Pejuang Republik Indonesia di Pangkalan Berandan terpaksa untuk kedua kalinya membumi hanguskan ladang Minyak kecintaan mereka.

Maka perusahaan Tambang Minyak Pangkalan Berandan kembali menjadi Puing puing berserakan. Pangkalan Berandan dengan demikian mengalami 3 (tiga) kali pembumi hangusan ( Pertama oleh Belanda menjelang Pendudukan Jepang, kedua oleh Pihak Republik saat Agresi-I Militer  Belanda dan yang ketiga juga oleh Pihak Republik saat Agresi-II Militer Belanda). Kegiatan Perminyakan di Sumatera Bagian Utara masa itu menjadi terpusat pada PERMIRI di Langsa, Aceh.

PERMIRI (Perusahaan Minyak Republik Indonesia) Aceh, dengan Kilang Minyak yang mencapai kapasitas 40 ton per hari, sangat membantu perjuangan bangsa Indonesia di Sumatera Utara dan sekitarnya. Produksi minyak bumi dari PERMIRI itu dihasilkan dari Lapangan Minyak Rantau, Paluh Tabuhan, Rantau Panjang, Peurlak, Juluk Reuyeuk Darat, Telaga Said, Arubay Oebong, Pase dan Serang Jaya.

Kilang di Langsa ini didirikan pada tahun 1943, pada waktu itu Kilang di Pimpin oleh 3 (tiga) pegawai Jepang, yang dikepalai oleh seorang Letnan II Angkatan Darat Jepang dan 3 orang lulusan Sekolah Tambang Minyak Pangkalan Berandan (Nampo Sekyu Kagyo Gakko). Kilang ini berlokasi tersembunyi di Kebun Karet Paya Beuyok, agar Pihak sekutu tidak mengetahuinya.

 

 

 

 

Perjuangan NRI Di sumatera barat

  1. 1.      Menjaga Batas Renville/Insiden Tapakis


Para pimpinan di Sumatera yang terpusat di Bukittinggi sudah memperkirakan akan meletusnya kembali peperangan dan Belanda akan mengkhianati Perjanjian Renville yang disahkan pada tanggal

 17 Januari 1948,

  1. 2.     yang kemudian dikenal dengan Agresi Militer Belanda II.
    Pada hari Sabtu pukul 23.30 Wib

 

 

Perjuangan NRI Jambi at Kuala Tungkal

PERIOD OF 1948

A. Dutch navy Tungkal Often Go Into River While Doing shooting

On June 4, 1948, Patrol Boats / Speed ​​Boat Navy Tungkal Dutch entered the river, shooting at the port and the boarding of the TNI in the way of prosperity, contact this gun running dive 1 (one) hour. In this battle we killed a Navy named Private AL. A. Mana. Viewing from the harbor shore land army / navy and army reserve to fight a very persistent, Patrol Boats Dutch retreated to open sea.

On July 20, 1948, the Dutch warship reentered Tungkal river, from the sea is warship firing kepertahanan Army / Army and the Army / Navy (judging by the defense now Army / Army and the Army / Navy Ancol Beach in coastal areas). In the battle this fall on the Army / Army Private A. Kadir Shawwal and in the army / navy Private Basri Sete, for 2 (two) hours Trenches coastal regions III to Household of King Ulu trench I continue bombarded by cannon fire and mortar and other automatic weapons.

 

 

the Djokjakarta  Set stamp,80 cent borobudur stupa design, mirror image stamp. All value (60 cent  RI flag

and 80 cent- borobudur stupa) exist in several slightly different colour shade. the postally used 50 cent  found in june,15th ,1947 cds Jakarta and the 80 cent in 11.7.47 cds Djakarta.

 

the extreme  rare (RRRRR)  on money orde fragment of Middle Sumatra Local Repoeblic Indonesia stamp, machinal type Rep.Indonesia ,used cds bagan siapi-api, only two exist, one in Den Haag musem Mr Ricardo Collection off cover blocktwo stamps, an this Dr Iwan collections.

 

The Dutch East Indies Colony (present day Indonesia) was occupied by Japan during WW II and afterwards Indonesian rebels under Sukarno and Suharto established an independence of sorts.

In 1947

 the Dutch initiated Operatie Product (“Operation Product”), it’s Politionele acti (“Police Action”) to recapture Indonesia. A key to Operation Product was the elite Para Combat Group.

In the broad daylight of December 19, 1948,

 a force of 320 Dutch Commandos parachuted at 3000 feet from C-47 transports into Maguwo airport outside of the rebel capital of Jakarta.

The force then proceeded to capture the stunned Indonesian rebel government including Sukarno with little resistance. Ten days later the force parachuted into the vitally important Djambi oilfields on Sumatra. Less than a week passed and the commandos made a third jump on January 5, 1949 into the Rengat and Ajer Molek oilfields.

After serving as something of a fire brigade the Para Combat Group made a fourth jump in March on the southern part of the island of Java.

These operations were the first time that paratroopers had been used in combat since WW II by any country and the raids had been textbook. Sixty commandos lost their lives in combat and accidents during this time period and all of their objectives were met. This severely demoralized the Indonesian forces, but United Nations diplomatic intervention prevented further action. The Netherlands had a total of over 120,000 soldiers and sailors who served in Indonesia 1945-1949. Of these 4,751 were killed.

On December 27, 1949

 the Dutch government transferred sovereignty to Indonesia and the Para Combat Group disbanded early in 1950.The unit was reformed in the Netherlands

 in July 1950

as the Korps Commandotroepen (Corps of Commando-troops). They are better known by the acronym KCT. In its new name it has seen combat service in Korea, held the line with NATO during the Cold War, and served on peacekeeping duties in Suriname, Lebanon, the Sinai, Haiti, and Kosovo. They still wear the Green Beret.


{1946-1950}

Langka banget ngeliat foto RTO TNI jaman perang kemerdekaan

 

 

 

 

Dr iwan picture in 1948(3 years old) at Kali Ketjil behind Tanah Kongsi market Padang city west sumatra,(1) alone (2) with Mother Diana lanny and brother Edhie,sister Elina and Erlita this pictures had  taken by his father Djohan oetama,have given to grandpa Gho Kim thian, after the war Dr iwan found this pictures in the cupboard and keep until now.

 

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

Untuk membantu para pejuang di wilayah Indonesia Timur yang sedang mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

 

Letnan Kolonel Abdul Qahhar sebagai komandan TRIPS merangkap sebagai komandan KGS (Kesatuan Grup Seberang), pada tahun 1946 awal mengirimkan ekspedisi tenaga pejung dari Jawa ke Sulawesi dan juga ke daerah-daerah Indonesia Timur lainnya. Sehingga di Sulawesi pada tahun 1947 sudah terorganisir empat batalyon pejuang yang dipimpin oleh Kaso Abdul Gani, Andi Selle, Andi Sose dan Arief Rate. 

Di awal tahun 1948

metode pengiriman tidak lagi berombongan tetapi dilakukan perorangan, berdua atau dalam kelompok kecil

 

January 1948

Soon after the military operation, the United Nations became involved, leading to the announcement of a ceasefire in January of 1948,

soon followed by a formal armistice. As a consequence, what was previously considered to be an internal Dutch affair now took on an international dimension

the UN Security Council ordered a cease-fire and established a committee to broker a truce and a renewal of negotiations. The Indonesian Republic nominated Australia to sit on that committee.

 

The committee produced the Renville Truce Agreement of January 1948..

ILLUSTRATION OF THE MEETING AT HOTEL DES iNDES JAKARTA BETWEEN REPOEBLIK iNDONESIA AND DUTCH DELEGATION UNDER KTN SUPERVISION.

 

ILLUSTRATION OF HAJI AGUS SALIM AND WIFE JOINED THE RESEPTION AT HOTEL DES INDES JAKARTA

 

In 1948

A UN ‘Committee on Good Offices’ acted as an intermediary but could not prevent Dutch suspicions of the Republic’s intentions leading to a second military operation in 1948. Once again the UN intervened and this time a UN Commission for Indonesia (UNCI) was set up with powers to prepare for the transfer of sovereignty.

 

January,1st.1948

Koeala Leidong emergency Notes

 


2.500 (Doea Riboe Lima Ratoes) Roepiah, 1 Januari 1948 (KUKI H-604)

 

 

Hatta and abdul kadir during Kaliurang conference in 1948

 

 

 

 

 

 

 

Pontianal city canal in january 1st 1948

 

 

 

 

Native Malay  bouse

and

 

 pontionak harbor in 1948other place

 

Katen Village in January,1st.1948

 

 

Local Atjeh Paper mnoeny in January 1948

January,2nd.1948

 

Quotations (excerpt) Resident Assessment NRI West Sumatra

Bukittinggi 2 January 1948

Resident OUR WEST SUMATRA

Considering that the necessary renewal of the appointment of permanent purveyor of State revenues that are in a financial environment and the residency of western Sumatra, Given Bb 10 843

SETTING While repeal regulations that conflict with this ketapan, depositor is required on the list attached herewith, to deposit the reception environment of the West Sumatran residency to the State Treasury (helper).

A copy of this ordinance be sent to:

(1) PT (Excellency Mr.) State Commissioner of Financial Affairs in London. (2) PT Sumatera Province Governor in the United Kingdom (3) PT Sumatera Province Chief Financial Officer at Bukit Tinggi (4) PT Head Office of State Finance settlement Sumatra Province (5) PT Head of Audit General of West Sumatra Province (6) PT Head Office of State Finance Sumatra settlement in New York City (7) PT Head Office Finance Department Resident in Bukittinggi West Sumatra (8) PT Supervisor PTTT Central Sumatra Bukittinggi (9) Supervisory PTT PT Sumatera center in New York City (10) PTT Head Post Office in London (11) Head Post Office in Pajakumbuh (12) PT Head Post Office in Padang Pandjang (13) PT Head of the State Treasury in London (14) PT Chief Officer of West Sumatra to be understood and passage to those declared to be known and in Pedomani.

Same sound with the list above

Head Office of the State Money Calculation

Signed by (DTO)

Boerhanoeddin

LIST OF APPENDICES BESLIT resident of West Sumatra 1948 NO DATE 2 NAURI BT/XII/2/10

(1) purveyor: Gripir District Court in Boekittinggi  City

(2) Type the paid-up: Reception following provisions (beslit) etc.

(3) Time to deposit: No later than the 10th of each month cash deposit: Bukittinggi

 

This quote is used sent without postage stamps from the stamp Duty-Free Service department Affairs Office of the affairs of state resident Calculation Money WEST SUMATRA (round stamp),

 there is no stamp Postage, possibly delivered by a courier. (Collection of rare, important to history because of the financial system known residency Sumatra

Sumatra province west and residing in London as well as the head post office that oversees all areas of the republic in western sumatera Bukittinggi, Pajakumbuh and field length, while the post office in Padang in accordance with agreements under the NICA lingarjati emarkasi boundary line in Lubuk Alung)

original info:

Kutipan(Petikan) Ketetapan Residen NRI Sumatera Barat

Bukittinggi 2 januari 1948

KAMI RESIDEN SUMATERA BARAT

Menimbang bahwa perlu dilakukan pembaruan penunjukkan penyetor tetap penerimaan Negara yang mengenai dan berada dalam lingkungan keuangan keresidenan Sumatera barat, Mengingat Bb 10843

MENETAPKAN Sambil mencabut peraturan yang bertentangan dengan ketapan ini , diharuskan penyetor yang dimaksud pada daftar terlampir bersama ini,melakukan penyetoran dari penerimaaan dilingkungan keresidenan sumatera Barat kepada Kas Negara (pembantu).

Salinan ketetapan ini dikirimkan kepada:

(1) P.T.(paduka Tuan) Komisaris Negara Urusan Keuangan di Bukittinggi.(2) PT Gubernur Provinsi Sumatera di Bukittinggi(3)PT Kepala Pejabat Keuangan Provinsi Sumatera di Bukit Tinggi(4) PT Kepala Kantor Pemberesan Keuangan Negara Provinsi Sumatera(5)PT Kepala Pemeriksa Keuangan Umum Provinsi Sumatera Barat(6)PT Kepala Kantor Pemberesan Keuangan Negara Sumatera di Bukittinggi(7)PT Pimpinan Bagian Keuangan Kantor Residen sumatera Barat di Bukittinggi(8) PT Pengawas PTTT Sumatera Tengah di Bukittinggi(9)PT Pengawas PTT Sumatera tengah di Bukittinggi(10) PTT Kepala Kantor Pos di Bukittinggi(11 )Kepala Kantor Pos di Pajakumbuh(12)PT Kepala Kantor Pos di Padang Pandjang(13)PT Kepala Kas Negara di Bukittinggi(14) PT Kepala Pejabat Sumatera Barat untuk dimaklumi dan petikan kepada yang berkepentingan untuk diketahui dan di Pedomani.

Sama bunyinya dengan daftar yang tersebut diatas

Kepala Kantor Urusan Perhitungah Uang Negara

Ditanda Tangani Oleh(DTO)

Boerhanoeddin

DAFTAR LAMPIRAN BESLIT RESIDEN SUMATERA bARAT TANGGAL 2 JANUARI 1948 NO BT/XII/2/10

(1)Penyetor : Gripir Pengadilan Negeri di Bukittinggi

(2)Jenis yang disetor penerimaan berikut dengan ketetapan(beslit) dsb

(3) Waktu menyetor: Paling lambat tanggal 10 tiap bulan Kas penyetoran: Bukittinggi

Kutipan ini dipergunakan dikirim tanpa prangko stempel Dinas Bebas Bea dari stempel dinas Kantor urusan Urusan Perhitungan Uang negara RESIDEN SUMATERA BARAT(stempel bulat), tidak ada stempel Pos,mungkin diantar oleh kurir.(koleksi langka ,penting untuk sejarah karena diketahui sistem keuangan keresidenan Sumatera barat dan provinsi sumatera yang berada di Bukittinggi serta kepala kantor pos yang mengawasi seluruh daerah republik di suamtera barat Bukittinggi,Pajakumbuh dan padang Panjang, sedangkan kantor pos Padang dibawah NICA sesuai dengan perjanjian lingarjati batas garis demarkasi di Lubuk alung)

 

 

 

 

 
 

 

1948
Sukarno and GOC member Thomas Critchley

 

 
July 1948
GOC members with Sukarno and Hatta

 

 

January 1948
Renville conference

 

 

1949 Bangka
G
ood Offices Committee (GOC)
meeting with the exiled Indonesian government leaders

 
 
 
 
 
 
 

 

January,7th.1948

the rare Change of adress stationer dancer 2 cend card send from  soerabaia to Malang

 

 

 

January,10th.1948

 

Bung Karno caricature in January 1948

JANUARY,11TH.1948

 

The primemenister of NIT Anak Agung Gde agung  arrived at Kemayoran airport jakarta “Disambut” NRI menistry Moh,Natsir (two photos)

 

and the sametime vice Presiden Moh, Hatta  and St Sjahri arrive at Kemayoran from their vist abroad.(two photos).

 

and afetr that  Vice Presiden Moh.Hatta fly to Jogjakarta, look the illustration when he arrived at Maguwo jogya airport ,the picture  of his wife Rahmi Hatta with the eldery child Muetia Hatta(three photos)

January,12th.1948

 

The earliest used sumatra local repoeblik indonesia revenue  f 75 single label fragment,the latest 9/9.48 , the biggest variation collections(complete info only for specialist revenue collector and prmium member only)and the

 

 

 

January,13th.1948

IKW-Ikatan Warta Harian Jakrta(Newspape Organisation)  had protest  pembreidel(stop circulation) of berita Indonesia newspaper to KTN komisi Tinggi National (high national commision)

January,15th.1948

The Aceh Government issued Soekarno papermonery Rp.5.-(very rare collections)

 

 

 

Koeala Leidong emergency notes

 


5.000 (Lima Riboe) Roepiah, 15 Januari 1948 (KUKI H-605)

January 17th.1948

 

Renville agreement under UN auspices draws a ceasefire line favorable to Dutch.look the pictures of Indonesian Delegation during renville meeting ( two illustration)

The Renville Agreement which sign after the fourth meeting between  NRI delegetion,Dutch delegation and Dewan keaman Komisi tiga negara(KTN on Thre tsate Commision from United Nation),look two illustration,( complete document,only for premium member.please subscribed via comment)

Setelah Persetujuan Renville tanggal 17 Januari 1948, terciptalah Garis Van Mook. Di sekitar garis tersebut terdapat Polisi Keamanan yang mengawasi bila terjadi pelanggaran.

PERISTIWA PENGRUMASAN

Pada saat Perjanjian Renville sudah mendapat kepususn tanggal 17 januari 1948, salu akibatnya adalah Penghijarahan Kantong-kantong Tentara , maka pada suatu kampung Pengrumasan (daerah Gunung Cepu) terjadi perundingan sesuatu golongan dimana diantaranya dikunjungi oleh Hisbullah dan Sabillah. Diantara mereka yang hadir terdapat  juga orang seperti Oni, Kamran dan Nurlubis.

OPINI YANG TERDAPAT DALAM PERUNDINGAN INI TENTANG HASIL Perjanjian “Renville” ialah bahwa Rakyat Jawa Barat “mentah-mentah” “overgeleveerd”(menentang?)  terhadap kekuasaan Penjajah.

Tapi meskipun demikian mereka merasa perlu untuk tidak mengososngkan daerah Jawa barat, dari suatu Pemerintahan bukan Penjajah .

Disini Nurlubis mengemukakan amanat Kartosuwirjo, dengan pembentukan : Negara  Islam “ nya,tetapi saran tersebut tidak dapat diterima oleh kebanyakan Hadirin, sebab hal itu akan menyebabkan ada “double staat”(Dua Negera) ata keadaan Negara didalam lingkungan Republik Indonesia.

Pendapat ini tidak sedikit membuat Nurlubis Cs marah, dan ide Negara Ilsam itu akhirnya dipaksakan untuk diterima.Salah satu program perundingan di “Pengrumasan” kemudiannya adalah mencegat Tentara yang Hidjrah melalui darat dan dan meminta senjatanya.

(kempen 1955)

Info Kiai Jusuf Taujuri Tentang Kartosuwirjo

Waltu zaman “Renville” Tentara dihidjarkan ke Djokja, maka anggota-anggota Badan Perjuangan dan Sabillah yang tidak ikut Hidjarah, menarik diri dan berkumpul digunung Cepu.Waktu itu Kartosuwirjo juga mengajak saya lagi untuk memproklamirkan NII (Negara Islam Indonesia) , tetapi saya tetap menolaknya.

Tentang ide DI (Darul Islam) bagi Kartosuwirjo , bukang suatu barang baru atau kebetulan saja. Ia sudah memikirkannya sejak duhulu. Dan bila ada pihak yang mengatakan tindakan Kartosuwirjo itu adalah disebabkan beberapa pertentangan antara beberapa pihak semasu permulaan proklamasi adalah tidak benar.

Barangkali orang ingin thau mengapa Kartosuwirjo banyak menaruh perhatian kepada saya. Ini adalah tidak lain karena dilihatnya saya memiliki banyak pengaruh di wilayah Priangan Timur. Dan bila menuruti ajakannya gerak Darulam akan menjadi kuat.Tapi dengan sikap saya yang tetap berdiri dibelakang Proklamasi kemerdekaan 19 Agustus 1945 dengan dasar kehidupan Panca Sila , hal ini merupakan haling besar.Kartosuwirjo selalu berusaha selalu bersuha untuk menghacurkan saya.Ini terbukti dengan serangan=serangannya yang sudah kurang lebih 30 kali yang ditujukan kepada saya.Perjuangan Gunung Cepu itu disokong oleh Pemerintah di Djokja.

Kemudian Gunung Cepu dapat diterobos oleh Tentara Belanda, sehingga pasukan Perjuangan terpecah dan terpencar keberbagai tempat.Sesudah itu saya tidak mendengar lagi mengenai Kartosuwirjo.

(kempen 1955)

Info Kiai Jusuf Taujuri Tentang Kartosuwirjo

Waltu zaman “Renville” Tentara dihidjrahkan ke Djokja, maka anggota-anggota Badan Perjuangan dan Sabillah yang tidak ikut Hidjarah, menarik diri dan berkumpul digunung Cepu.Waktu itu Kartosuwirjo juga mengajak saya lagi untuk memproklamirkan NII (Negara Islam Indonesia) , tetapi saya tetap menolaknya.

Tentang ide DI (Darul Islam) bagi Kartosuwirjo , bukang suatu barang baru atau kebetulan saja. Ia sudah memikirkannya sejak duhulu. Dan bila ada pihak yang mengatakan tindakan Kartosuwirjo itu adalah disebabkan beberapa pertentangan antara beberapa pihak semasu permulaan proklamasi adalah tidak benar.

Barangkali orang ingin thau mengapa Kartosuwirjo banyak menaruh perhatian kepada saya. Ini adalah tidak lain karena dilihatnya saya memiliki banyak pengaruh di wilayah Priangan Timur. Dan bila menuruti ajakannya gerak Darulam akan menjadi kuat.Tapi dengan sikap saya yang tetap berdiri dibelakang Proklamasi kemerdekaan 19 Agustus 1945 dengan dasar kehidupan Panca Sila , hal ini merupakan haling besar.Kartosuwirjo selalu berusaha selalu bersuha untuk menghacurkan saya.Ini terbukti dengan serangan=serangannya yang sudah kurang lebih 30 kali yang ditujukan kepada saya.Perjuangan Gunung Cepu itu disokong oleh Pemerintah di Djokja.

Kemudian Gunung Cepu dapat diterobos oleh Tentara Belanda, sehingga pasukan Perjuangan terpecah dan terpencar keberbagai tempat.Sesudah itu saya tidak mendengar lagi mengenai Kartosuwirjo.

(kempen 1955)

Hasil Interview Pedagang S didaerah Darul Islam Tentang Kartosuwirjo

Pada masa sebelum adanya penyerahan Kedaulatan saya menjalankan perdagangan didaerah Sealatan Tasikmalaya, yang saya ketahui tentang Darul islam hanya sebagian saja. Sesudah gunung Cepu didobrak Tentara Belanda , gerombolan Kartosuwirjo pindah kedaerah Leuwisari / Cigalontang (daerah tasikmalaya).Tempat inilah yang apa yang dinamakan Medinah.

Kdudukan Kartosuwirjo saat itu tidaklah didsea Tjidugaleun, Pengertia semula DI bukanlah Darul Islam , tetapi hanya sebagai penunjuk pembagian daerah

 dimana D ( daerah) I ( Satu). Merupakan daerah yang dikuasai oleh Barisan Perjuangan Republik Indonesia.

(Kempen 1955)

January 21th.1948

Dutch found “Negara Madura” government on Madura.

January,22th.1948

Berita Indonesia newspaper get permission to circulate again

 

January 23th.1948

Sjarifuddin resigns as Prime Minister; the “Left Wing/Sayap Kiri” parties go into opposition.Sukarno appoints Hatta to head an emergency cabinet answerable to President.Dutch organize “Daerah Banjar” government on Kalimantan. Republican forces under Hasan Basry continue fighting from the countryside.

The Renville agreement called for a truce along the so-called “Van Mook line”. The original draft did not even mention the Republic. Amendments were added that included mention of the Republic of Indonesia after the United States applied pressure on the Dutch, and it was only then that the Indonesians agreed.The PNI, Masyumi, and Tan Malaka all opposed the Renville agreement.

January,24th,1948

 

The Java Banaran village chief(kepala desa)’informed letter,”Surat keterangan” about the owner of Radio Erres want ot sold the radio at Solo,with rare NRI Village’s cheaf official stamped,

 

 

January,25th.1948

separatist political ranglkaian Netherlands in an attempt to cripple the position of the Republic of Indonesia on the island of Madura is propaganda by causing a psychotic attack (angstphsychose “against what they say” the occupation of the Republic “that madura” dianak-tirikan ‘ step son by the Republic, which raised the “instict tot zelf behoud” desire to set himself an incentive to secede from the republic of Indonesia. With this trick, the Dutch tried to lure people Harti madura to set up a “State of Madura ‘own. on January 25, 1948 Elections were held in Madura people to choose the form of the State of Madura and the dated 20mPebruari keputusan WTM 1948 came the letter that recognizes the Madurese as the Netherlands. shown in the picture below Walinegara Madura tjakraningrat beside Van der PLaas and Geral Majoor Baay

Suatu rangkaian politik separatis Belanda dalam usahanya melumpuhkan kedudukan Republik Indonesia ialah propagandanya di Pulau Madura dengan menimbulkan suatu serangan psikotik(angstphsychose” terhadap apa yang mereka katakan”penjajahan Republik” bahwa madura “dianak-tirikan’ oleh Republik,sehingga timbul “instict tot zelfbehoudZ” keingingan mengatur sendiri  yang menjadi pendorong untuk memisahkan diri dari republik Indonesia. Dengan muslihat demikian,belanda berusaha memikat harti rakyat madura supaya mendirikan “Negara madura’ sendiri. pada tanggal 25 Januari 1948 di Madura diadakan Pemilihan rakyat  untuk memilih bentuk Negara bagi Madura dan pada tanggal 20mPebruari 1948 datanglah surat keputudsan WTM Belanda yang mengakui Madura sebagai . Tampak pada gambar dibawah ini Walinegara Madura Tjakraningrat disamping Van der PLaas dan geral majoor Baay.

 

January,27th,1948

PIM-partai Indonesia Merdeka(Indonesia Independence Party) Jakarta branch had protest to KTN  in order to off the forbiden to meeting(mencabut larangan berkumpul)

Koeala Leidong emergency notes

 

 

10.000 (Sepuluh Ribu) Rupiah, 27 Djanuari 1948 (KUKI H-606)

January29th.1948

(a)the earliest used single label local sumatra  green paper revenue f 75,- the latest  30/6.48 many colour variations.

 

 

February 1948

After several month In aceh,The Young_Gouvernue North Zsumatara Mr. SM Amin in february 1948 was appointed as the “Hakim Pengadilan tinggi” at Bukittinggi.

(1)Sjahrir forms PSI (Partai Sosialis Indonesia), supports Sukarno.”Left Wing” under Amir Sjarifuddin renames itself People’s Democratic Front (Front Demokrasi Rakyat). Sjarifuddin criticizes the Renville agreement.Col. Nasution leads Siliwangi division out of West Java to Central Java

(2)The Dutch blockaded the areas under control of the Republic of Indonesia around this time, causing shortages of food and medicine.
(3)Provisional 50 Rupiah note for “Daerah Banten”, Republik Indonesia, 1948.

Local papermoney Mandat Asahan East Sumatra

 

Sign by Usman J and Abdullah Etli

 

25 Rupiah – Lintang IV Lawang District – Pendopo 17-1-1949

 

 

50.000 Rupiah – Asahan Regency – Special Mandate – April 1948

 

 

50 Rupiah – Palembang District – 1-8-1947

 

Local NRI Djambi coupon one roepiah  paper money in 1948

February,1st.1948

(a)GPRI_Gerakan Plebisit RI founding lead by Mr Ali Budiardjo.

(b) The rare Official NRI Aceh newspaper “WARTA MINGGOEAN”WEEKLY PAPERS

SIXTH INDONESIAN CABINET;

Prime minister: Vicel President Hatta, interior minister (Dr Sukiman Wirjosandjojo, foreign minister (Haji agus sakim), the Minister of Finance (Mr.AAMaramis), Justice Minister (Mr Soesanto Tirtoprodjo), Kemakmoeran (Mr Sjafruddin Prawiranegara) <Stock people food (Ignatius zJosef Kasimo), Health (Dr Johannes Leimena), Teaching, education and kedudayaan (Mr Ali Sastroatmidjojo), Lighting (Mohamad Natzir), Labour and Social Affairs (Koesnan), with establishment and Youth (Soepebo), Transportation (Ir Raden Djoeanda), Public Works ad interim (Ir.r.Djoeanda), Religion (Kiai Haji Masjkoer) <Ad Interim Defense (Drs Moh.Hatta) and non-portfolio Minister (Hemangkoe Boewono IX.

LAW ON THE SELECTION OF TEMPORARY MEMBERS OF THE HOUSE OF REPRESENTATIVES Atjeh

PRESIDENT AND VICE PRESIDENT mourn the demise GANDHI

1900 FORCES OF THE REPUBLIC OF DATE 3 FEB. WILL DIKUMPULKAN.Medan 01/31/48. Major Jnedral Djatikoesoemo Republic, komadan divis VTN 1 that since the need to implement the cease-weapon carriage dasn Forces of the Republic of the area supervised by the Dutch in West Java tealh come to visit the area yesterday afternoon and arrived back in Surabaya, will soon depart the aircraft Dakota USA back to Djokja, alleged today akn back to Suarbaya. More than 1900 troops Bandung rumored that the delivery of the Battalion III yangterkenal republic under the leadership of captain Ahmad Wiranata Koesoema Tuesday, February 3, will be collected.

THE MINISTER OF THE REPUBLIC fly to dJOKJA. Djkarta 01/31/48. This morning the Minister of the Republic is now in ZJakarta tealh went to Jogjakarta with an aircraft and Committee Services Offers both, participated in a plane itutermasuk nachoda ship visit to Djokja Renville participate. Among the authorities of the Republic there are parents Sjarifuddin Prawiranegara Moh.Roem Leimena, H. Agus Salim and Mr. Tamsil.

TRANSFER OF FORCES OF THE REPUBLIC.

Djokja 31/01/48. On removal of troops from the West Java region, Aneta pasuka it proclaims that as many as possible will be transported by train. Now they are transported to the place-Temat located along the railroad as Tjiandjoer, Padalarang and Poewkarta. According to Radio Hilversum, the place is going to gather THI 5000 soldiers, from here they will be transported to Tjirebon and by boat departing from the stricken area Repoeblik.Pasukan Tasikmalaja stricken republic would have to come by train. Tjiandjoer removal of troops expected to be completed by February 1 to come.

After PLACE OF NEGOTIATIONS, Djkarta 01/31/48. Merdeka kalanggan obtain news from the always reliable, that the republic delegation has put forward the proposal that negotiations be held alternately in New York after 14 days and in Jogjakarta. Special Committee of Good Offices tealh objected to it because of how it will complicate the work of negotiating a fixed panitia.Suatu place and satisfactory for both parties still sought. Furthermore, the Free Daily paniteraan proclaim that the republic will be entirely pndah delegation from New York to Djokja.

originalinfo

KABINET INDONESIA KEENAM;

Perdana menteri: Wakiol Presiden NRI Hatta,Menteri dalam negeri(Dr Soekiman Wirjosandjojo,Menteri luar negeri(Hadji agus sakim),Menteri Keuangan(Mr.A.A.Maramis),Menteri Kehakiman(Mr Soesanto Tirtoprodjo),Kemakmoeran(Mr Sjafruddin Prawiranegara)<Persediaan Makanan rakyat(Ignatius zJosef Kasimo),Kesehatan(Dr Johannes Leimena),Pengajaran,pendidikan dan kedudayaan(Mr ZAli Sastroatmidjojo),Penerangan(Mohamad Natzir),Perburuhan dan Sosial(Koesnan),Pembanguna dan Pemuda(Soepebo),Perhubungan(Ir Raden Djoeanda),Pekerjaan Umum ad interim(Ir.r.Djoeanda),Agama(Kiai Hadji Masjkoer)<Pertahanan ad Interim (Drs Moh.Hatta) dan Menteri non portofolio(Hemangkoe Boewono IX.

UNDANG UNDANG SEMENTARA TENTANG MEMILIH ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN ATJEH

pRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDUKACITA ATAS KEMANGKATAN GANDHI

1900 PASUKAN REPUBLIK TANGGAL 3 FEB. AKAN DIKUMPULKAN.Medan 31/1/48. Jendral Major Republik Djatikoesoemo ,komadan divis VTN 1 yang berhubung perlunya melaksanakan Gencatan sejata dasn pengangkutan Pasukan Republik dari daerah yang diawasi oleh Belanda di Jawa barat tealh datang untuk mengunjungi daerah tersebut dan kemarin sore telah tiba kembali di surabaya ,segera akan berangkat dengan pesawat terbang Dakota USA kembali ke Djokja, diduga hari ini akn kembali lagi ke Suarbaya. Lebih lanjut dari Bandung dikabarkan bahwa 1900 pasukan republik diantarnya Batalion III yangterkenal dibawah pimpinan kapten Ahmad Wiranata Koesoema hari selasa tanggal 3 pebruari akan dikumpulkan.

Para Menteri republic Indfonesia terbang Ke Djokja Dajkarta 31.1.48.

Pagi hari ini para Menteri Republik yang kini berada di ZJakarta tealh bertolak ke Djokjakarta dengan sebuah pesawat terbang dan Panitia Penawaran Jasa baik,turut serta dalam pesawat itutermasuk nah=achoda kapal renville ikut melawat ke Djokja. Diantara para pembesar Republik terdapat tua Sjarifuddin Prawiranegara, Moh.Roem<Leimena,H.Agus salim dan Mr Tamsil.

PEMINDAHAN PASUKAN REPUBLIK. Djokja 31/1.48. Tentang pemindahan pasukan TNI dari daerah Jawa barat, Aneta mewartakan bahwa pasuka itu sebanyak mungkin akan diangkut dengan kereta api. Kini mereka diangkut ketempat-temat yang terletak disepanjang jalan kereta api seperti Tjiandjoer,Padalarang dan Poewkarta. Menurut Radio Hilversum,ditempat tersebut akan berkumpul 5000 prajurit THI, dari sini mereka akan diangkut ke Tjirebon dan dengan kapal kedaerah Repoeblik.Pasukan yang berangkat dari Tasikmalaja akan di datangkan kedaerah Repoeblik dengan kereta api. Pemindahan pasukan dari Tjiandjoer diharap akan selesai tanggal 1 pebruari yang akan datang.

USAI TENTANG TEMPAT PERUNDINGAN,Djkarta 31/1/48. Surat kabar Merdeka memperoleh kabar dari kalanggan yang senantiasa dapat dipercaya, bahwa delegasi Repoeblik telah mengemukakan usul  supaya perundingan diadakan berganti-ganti sesudah 14 hari di Djakarta dan Di djokjakarta. Panitia Penawaran Jasa Baik telah berkeberatan terhadap hal itu karena cara itu akan menyulitkan pekerjaan  panitia.Suatu tempat perundingan yang tetap dan memuaskan bagi kedua belah pihak masih terus dicari. SElanjutnya Harian Merdeka mewartakan bahwa ke paniteraan delegasi Repoeblik seluruhnya akan pndah dari Djakarta ke Djokja.

 

 

 

 

Februari 1948

kegiatan Masyumi di Jawa Barat dibekukan dan diganti dengan Majelis Umat Islam dan mengangkat Kartosuwiryo sebagai imam dari Negara Islam Indonesia (NII). Kartosuwiryo juga membentuk Tentara Islam Indonesia(TII).

 

February,2nd.1948

 

PM Moh Hatta,dr Soekiman,H.A.Salim, Mr Soesnato tirtoprodjo,Mr A.A.Maramis,Mr Sjafroeddin Prawiranegara,J.Kasimo,Mr Ali sastroamidjojo, Dr J.Leimena,K.H.Maskoer, Ir Djoeanda, Hemangkoeboewono IX

 

NRI Bung Hatta Cabinet in February,2nd.1948

 

Moh Roem pictures in February 1948

February,4th.1948

Jakarta had choosed thier  “perwakilan” to join West Java conference R.sujoso,Harun Alrasjid and R.Abunjamin.

February ,6th.1948

 

NRI Passport no.0028 President of the Republic of Indonesia dated February 6, 1948, the opium smuggling trio dihunakan RI (Kamajaya, Tonny Subeno and Wen)

 

, was not dberlaku in singapore, so wen Tonny was arrested and several months of languishing in prison, but they managed to RI baik

 

.Markas opium smuggling in Mitre Hotel, Kiliney Road, Singapore (4 photo illustration), while also H. Karkono involved in smuggling opium Partokusumo RI, belaiu then Assistant Ministry of Finance in Singapore, under the coordination of former Ambassador Mukarto Notowidigdo large and Foreign Minister in charge to smuggle the opium. (apparently correct RI for the state Treasury to smuggle opium, as alleged in the Dutch newspaper in 1947)

original info:

Paspor NRI no.0028  Presiden Republik Indonesia tanggal 6 pebruari 1948, yang dihunakan tiga sekawan penyeludupan candu RI (Kamajaya,Subeno dan Tonny Wen) , ternyata tidak  dberlaku di singapore, sehingga Tonny wen ditangkap dan beberapa bulan mendekam dalam tahanan ,tetapi mereka berhasil dengan baik.Markas penyeludupan candu RI di Mitre Hotel,Kiliney Road,singapore(4 illustrasi foto), selain itu juga H.Karkono Partokusumo  terlibat dalam penyeludupan candu RI tersebut,belaiu  saat itu Pembantu Kementerian Keuangan RI di singapura,dibawah koordinasi Mukarto Notowidigdo bekas Duta besar dan Menteri Luar negeri yang bertugas menyeludupkan Candu tersebut.(ternyata benar RI untuk keperluan Keuangan negara menyeludupkan Candu,seperti yang dituduhkan Belanda dalam surat kabar tahun 1947)

 

 

February,8th.48

rare republic stamp used  cds .8.2.48..djakarta (djokjakarta?)on fragment ,design young man with tranportations ,anniversary three years Indonesia Independence day,VERY RARE USED STAMPS

 

 

February,7th.48

The rare Change Of Adress card dancer 3 cent, postally  used  from Surabaya to Malang (this  old  nede.indie 1941 card still used in 1948 until 1949 at federaal state area-Dr Iwan Notes.)

 

 

February,9th.1947

The express independence anniversary postal stationer card 10 cent added java repoeblik Indonesia definitive stamp 40 cent, sen from Tjaroeban to  Modjokerto,with express stamped and sencore”telah ditilik” postmark.  and madioen without date cds as the legalized original card from madioen.

February,10th.1949

Pada tanggal 9 February 1948, bertempat dikampung Pamedusun, distrik Tjasajo  Tasikmalaya. Kartosuwirjo mengadakan konperensi pertama dimana sebagai acaranya ialah pelaksanaan Ideologi Ke-Islaman oleh bentuk partai dirubah dalam bentuk kenegaraan yang konkrit.

Organisasi-organisasi Islam dikoordinir dibawah badan yang bernama “ Majelis Islam “

(kempen 1955)

February,10th.1948

(a)The Renville ship departured Tanjung Priok

(b) three member of “Pasukan Berani Mati ” which throwed Granat get sentece to death at Dutch Justice court,and sevent other get to jail.

(c) the Pamphlet”Lelang Paksa” from Bukittinggi  stae Justice court(Pengadilan Negeri Bukittinggi)

 

 

 

 

Koela Leidong emergency note

 


10.000 (Sepuluh Ribu) Rupiah, 10 Februari 1948 (KUKI H-607)

 

 

 

 

February,15th.1948

The rare Straigth handstamp mark TASIKMALAJA , on used postal stationer overprint 5 cent on 3 1/2 cent card  send from tasikmalaya to Pengalengan (langstamped)

 

Koela Leidong emergency note

 


250.000 (Dua Ratus Lima Puluh Ribu) Rupia, 15 Februari 1948 (KUKI H-610)

February,17th.1948

The recieved  of Money (kwitansi) f 1000, for repaird the car,by Repoeblic indonesia Traficc organisation (Dians lalulintas Sumatera barat ,now LLAJR),free revenue,with rare official NRI stamped.

 

February,20th.1948

The people  who enter their name to be the member of GPRI -Gerakan Plebisit Republik Indonesia at Cilincing were arrest by the Dutch.

Februry,22th.1948

Koeala  leidong emergency notes

 


25.000 (Dua Puluh Lima Ribu) Rupia, 22 Februari 1948 (KUKI H-608)

 

 

February,26th-1948

The Dai Nippon Java Card used with ned.Indie Karbouw 5 cent stamps send from Bandung to Pengalengan,bandoeng the capital of Pasundan State of Federaal Indonesia.

 

February,28th.1948

Pada akhir February 1948 Kartosuwirjo mengada Konperensi kedua dengan Keputusan nahwa pada Bulan Maret 1948 “Majelis Islam “ sudah harus berdiri

 (kempen 1955)

March 1948
Peletakkan karangan bunga di pemakaman militer oleh Letnan Gubernur Jenderal HJ van Mook, Wali Negara Sumatera Timur Dr Mansur
March 1948

March,3rd.1948

Koeala Leidong emergy notes

 

 


50.000 (Lima puluh Ribu) Rupia, 3 Maart 1948 (KUKI H-609)

the picture of Pasar baroe Djakarta postal Office during in Repoeblik Indonesia,Abdoel Rahman (rare photo)

1 rupiah, 31 March 1948 (H-574)

 

 

ANZMY

BOYLW (highest observed number 051469)

1 rupiah, 1 April 1948 (H-577)

 

 

BOYLW (lowest observed number 069544)

CPXKU

2 ½ rupiah, 27 December 1947 (H-571)

 

 

ANZMY (2)

BOYLW (2)

CPXKU (2)

DQWJS (2, 3)

ERVIQ ?

2 Numbers 5½ mm high: ANZMY, DQWJS

3 Numbers 5 mm high: BOYLW, CPXKU, DQWJS

2 ½ rupiah, 20 May 1948 (H-578)

 

 

ERVIQ ?

FSUHO

GTTGM

HUSFK

IVREI

JWQDG

KXPCE

LYOBC

MZNAA (4)

4 There are large quantities of this combination available on the collectors market.

5 rupiah, 27 December 1947 (H-572)

 

 

ANZMY (5)

BOYLW (6)

CPXKU (5)

DQWJS (6)

ERVIQ (6)

FSUHO (6)

GTTGM (5)

HUSFK

IVREI

JWQDG

KXPCE (5,6)

LYOBC (6)

5 Numbers 5½ mm high: ANZLMY, CPXKU, GTTGM, KXPCE

6 Numbers 5 mm high: BOYLW, DQWJS, ERVIQ, FSUHO, KXPCE, LYOBC

5 rupiah, 31 March 1948 (H-575)

 

 

This 5 rupiah note has two different types.

A. Text above the signature on the obverse: “Residen N.R.I. Djambi” (first type)

MZNAA

NAMZZ

OBLYX

PCKXV

QDJWT

REIVR

SFHUP

TGGTN

UHFSL

VIERJ

WJDQH

XKCPF (highest observed number 00355)

Fake: MWFSL

B. Text above the signature on the obverse: “RESIDEN N.R.I. DJAMBI” (second type)

5 letters:

XKCPF (lowest observed number 06459)

YLBOD

ZMANB

6 letters:

AbNZMY

BcOYLW

CdPXKU

 

 

 

 

 

5 rupiah, 20 May 1948 (H-579)

 

 

 

DeQWJS (7)

EfRVIQ

FgSUHO

GhTTGM

HiUSFK

IjVREI

JkWQDG

KeXPCE (8)

LmYOBC

MnZNAA

NoAMZZ

OpBLYX

PqCKXV

QrDJWT

RsEIVR

StFHUP

7 There are large quantities of this combination available on the collectors market.

8 KlXPCE is not observed, however KeXPCE is known. Possibly the letter ‘e’ is used to avoid confusion between the letter ‘l’ or the number ‘1’.

10 rupiah, 27 December 1947 (H-573)

 

 

ANZMY

BOYLW

CPXKU

DQWJS

ERVIQ

FSUHO

GTTGM

HUSFK

IVREI

JWQDG

KXPCE

LYOBC

MZNAA

Fake: BOULW

10 rupiah, 31 March 1948 (H-576)

 

 

NAMZZ

OBLYX

PCKXV

QDJWT

REIVR

SFHUP (9)

9 There are large quantities of this combination available on the collectors market.

25 rupiah, 20 May 1948 (H-580)

 

 

ANZMY (10)

BOYLW

CPXKU

DQWJS

ERVIQ

FSUHO

GTTGM

HUSFK

IVREI

JWQDG

KXPCE

LYOBC

MZNAA

NAMZZ

OBLYX

PCKXV

QDJWT

REIVR

SFHUP

TGGTN

10 There are large quantities of this combination available on the collectors market

 

 

March,5th.1948

(a)the very rare ontangbewijs(postpakket sending reciveced) sent from Batavia with very rare BATAVIA CENTRUM 4 MCH 48 square in box  violet .hand stamped

 

March,6th.1948

 

Sampul Militer 1948 Dikirim dari Batavia-Centrum 6-3-1948 DIENST Vrij van Port , dari O.D.O. (Opsporingsdienst van Overledenen) di bawah Departemen van Justitie. kepafda Letnan 1 Inf 1e Depot Bataljon di Bandoeng. (Dinas tsb di tugaskan untuk mencari orang2 yang sudah meninggal dunia di PD II tetapi belum pernah terdaftar atau tidak ketahui lokasi kuburan) Sampul langka

 

 

March 9th.1948

Van Mook creates a provisional government for federated Indonesia: the “Voorlopige Federale Regering”. The name “Nederlands-Indië” is changed to “Indonesië” in the Netherlands constitution

By this time, Van Mook saw that Indonesia would not remain a colony of the Netherlands forever. His actions became not so much efforts to keep the Netherlands Indies, as ways to manage a slow transition to self-rule.

March 1948

Source

http://www.zevendecemberdivisie.nl/diary10.html


I
woke up one morning with a terrible pain in my throat. I went to the doctor and it appeared I had problems with my tonsils.

 A week later I was visited by the administrator and told that I was being shipped to a hospital in Batavia.

The doctor had organised that I was to be operated on to have the problem with my tonsils solved. They had forgotten to tell me.

I used to write every two weeks and I wasn’t sure if I would have the opportunity to do that from hospital, I decided to send a quick note in between to let my parents know.

My father who had been a soldier himself thought that “ the shit had hit the fan” and I would be involved in actions that I could not talk about.
On the 9th of March 1948

 I travelled per ship, the SS Janssen, from Siantar to Belawan and from there to Singapore, where I stayed for one day.

 From there I went to Java, Tandjong Priok, Batavia.
Natives also travelled on this ship, including women, breastfeeding children and cooking their meals anywhere on deck.

It was not the most comfortable way to travel.
On arrival in Batavia I was told that I was not in line for surgery as yet and I had to report to the Temporary accommodation, Barracks Mr Corneliss.

During the day I would make some trips to out care patients and into town. In the meantime I was waiting and waiting until finally a sergeant came and told me it was my turn to be operated on.

I spent approximately 6 days in hospital to have my tonsils removed.

On my release from hospital I asked one of the nurses if it would be possible to fly back to Medan.

 

 

 

 I could not try and start to imagine the journey on the ship back to Medan again. I knew that DC2’s with 29 seats were regularly flying between Batavia and Medan and you would not believe it but the nurse managed to get me on a flight back…..

(photo: near Medan 1947)

March,10th.1948

 

1947, 45 auf 60 C., 4mal auf Lp.-R-Brief aus “BATAVIA 10.3.48” nach Genua mit Ak.-Stempel und rs. Aufkleber, Beförderungsspuren[Mi. 341 (4) ]

 

 

March,16th.1948

(a) The rare Telephone bill send free stamps cds Lhoseumawe rep Indonesia 16.3.48. (Aceh postal history)

(b)The Jakarta Justice court had  get sentence 10 years to Yamamoto Isoho (the Glodok Camp leader) because he were “Kekajaman” to the prisoners

March,20th.1948

(a)registered covered with Pekalongan emergency register label and overprint 1947 on knonijnenberg 40 cent stamp,send from pekalongan to Semarang

(b)The Overprint soekarno local sumatra Republic Issued,off cover, CDS Bukittinggi,20.3.48

 

 

 

 

March,23th.1948

the postal used postcard stationer overprint 5 cen on 3 1/2 cent stationer card  NIG 282 (error normal 2381)  send from soerabaia to Malang.

 

 

March,28th.1948

The rare postal stationer  ovpt.5 cent on 3 1/2 cent NIG 2477 send from  Tanjoeng Enim to  Bandung

March,31st.1948

Tijwoelijk Bestuur Dienst Voorlichtings Residentie Banjoemas Identity card.

 

 

UN military observers checking up on a UN-sponsored cease-fire – 1948
National Archives
Osborne and Cotler, p. 115

 

Indonesians remove from the Djakarta palace portraits of their former Dutch governors – 1948

 

 

April 1948

The illustration of the building of telephon  and telegram by PTT in preparation of KTN-komisi Tiga negara(three state commision) conference at Kalirang in april 1948

 

April,1st.1948

Weeskamer Soerabaia official letters ,r

return AFS.postmark (return to sender) April ,1st ,1948 return in April,29th.1948

The circulation of Weekly magazine “The worker”(Pekerja) had stop .

Emissie Oeang Republik Indonesia (URIPS), Bukittinggi, Sumatra, 1 April 1948, T.N. Hasan

50 (Lima puluh) Rupiah, 1 April 1948 (KUKI H-528)

 




Obverse and reverse printed in brown (varying from light brown to dark brown). Both obverse and reverse has a yellow under print.

This serial number has 4 varieties:

A) 5 numbers and 3 characters printed in black in the upper right quadrant of the obverse. The first character is a capital and the 2nd and 3rd character is lower case.

 

B) 6 numbers and 3 characters printed in black in the upper right quadrant of the obverse. The first character is a capital and the 2nd and 3rd character is lower case.

C) 5 numbers and 3 characters printed in black in the upper right quadrant of the obverse. The first two characters are capitals and the 3rd character is lower case. Before the number the “No.” sign is printed.

 

D) 5 numbers and 3 characters printed in black in the upper right quadrant of the obverse. The first character is a capital and the 2nd and 3rd character is lower case. The type set / character set is different for variety A.

 

 

50 (Lima puluh) Rupiah, NRI (Negara Republik Indonesia), 1 April 1948 (not listed in any catalogue)

 

 

Obverse and reverse printed in dark grey / black. The design of the obverse is equal to the H528. While the design of the reverse resembles the H528, there are significant differences. The design shows the characters “NRI” just above the denomination “50” and it shows the repeating characters “NRI50” just below the denomination. Where the original H528 shows a box with the legal text, this notes shows the picture of a bull in the same area.

The serial number consists of  2 characters and 5 numbers. The  characters are  printed  in  Purple while the number is written  manually in black  or  blue. The first character is always a capital and the second character is in lower case.The serial number is printed once on the obverse in the lower left quadrant. The Character combinations occur in fixed combinations as follows:

 

1st

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M

N

O

P

Q

R

S

T

U

V

W

X

Y

Z

2nd

z

y

x

w

v

u

t

s

r

q

p

o

n

m

l

k

j

i

h

g

f

e

d

c

b

a


In the lower left corner of the obverse approximately where the serial number is printed, there is an area of 4 cm long and 1.5 cm high that has an imprinted field of dots that has almost perforated the thin paper. This imprint has happened from the reverse side of the paper and is probably caused by a mechanical device for handling the papermoney during production, printing or counting. The imprint looks like:

 

April,2th.1948

The postally used card from bandung to surbaia.April,16th.1948

the rare change of adress statione dancer 2 cent card ,added stamp off( 1 sen) send from  Tegal to Malang

 

April,3rd.1948

the illustration of  paketvart post meeting and the inner of Jogya Post office in April 1948.

April,5th.1948

Sumatra local ORLAB emergency note

 


10.000.000 (Sepuluh Djuta) Rupiah ORLAB, 5 April 1948 (not listed in any catalogue)

April,7th.1948

 

The new Sumatra Provinince paper money with the sign of Sumatra governor teuku Mohammad Hassan nominal 100 roepiah(URIPS) with hand written serial number colour black

The rare postally used DEI change of Adress card dancer 2 cent send from Malang

 

April,11th.1948

The Atjeh Weeklypaper “WARTA MINGGOEN” THIS INFO WITH DAY, 11 APRIL 1948

3 kekoesaan commission will be expanded,

vice president arrives in djakarta, at 12.30 today has left the premises pesawt Boekittingi Vice President pick up the air that he helped his hour 12.00.Beserta also the Minister of Health Dr. Leimena, generals Maj. Abdul Harris Nasution, a member agency workers KNIP Baharuddin Zainal and Ir Indratjaja. With a plane to pick the vice president, arrived in New York City police chief Omar Said State Sumatra. upon arrival in jkarta, vice president explained that he would stay a few days in Jakrta and Nati night 9:00 (PM) will hold a meeting at home van Mook. To fetch his arrival, the field seemed to fly members of the Dutch delegation, and the rulers of which Mr Ali Boediardjo republic and chairman of the Indonesian republic delegation Mr.Moh.Roem.

Dr.MANSOER NOT ACKNOWLEDGE NEGOTIATIONS WITH DUTCH republic. Djokja 10 April, Dr Mansoer which was recently established by Dr. van Mook to be Head of State of East Sumatra, expressing their preformance a press conference, that the State of East Sumatra, is a certainty and tida DAPT eliminated. Also he mkenerangkan bahw atiap each party negotiations conducted and the Dutch republic of Indonesia, will not doiakuinya or approval, Pelita People’s Daily demikianditulis March 13, the llau. Actually Dr. Mansoer forget, that face negotiations with the Dutch delegation republic, representing the Kingdom of the Netherlands adalh, where the State Dr. Mansoer also be involved and establish the existence of the State bahw ayang it go round decision (nesluit) from the Dutch Indies government. Meanwhile pulu stated that Dr. Mansoer not compare the holding of a plebiscite its region, if on the other regions were also held

COMPOSITION OF THE CABINET Negar pASOENDAN, according to newspapers in Bandung, the State Cabinet Pasoendan as follows. Prime Minister and concurrently the economy (Abbas Soerjana Atmadja), In the country (former regent Tasikmalaja, Soenarja), Health (Dr Abdoel Patah), Social (M Siradj), Teaching (Soendoro), Finance (Mr. Djoehana), General Pekerjaan (M. Enoch ), Justice (Soenarja Koesoema)

OEANG republic INDONESIA (ORI), bERHUBUBNG BECAUSE rumors that ori BE DIRECTLY IN EXCHANGE WITH Monica, explaining that official circles NEWS IS LESS truth.after Interim government that is actually formed, it will be held the unity of the money (or federaalgeld Munteenheid-federal money) . According to working paper republic, the money is proposed, if the money NICA and ORI exchanged with federal money 1 to 1. According to economic considerations, it is only logical because, according to the basic NICA our economy ORI and Money in the end is  people belonging . Negotiations on these financial unity until now didnot found definitive results.

EVENTS uprising in Biak, From jakarta diartakan that the republic’s political kjalangan there want menegtahui SIKA Negar Government of Indonesia East Uprising event at Biak (Papua) because it turns out that the people of Irian was declared emphatically would not form a special area, but want unity by State Eastern Indonesia

DELEGATION REP proposal, INDONESIA ON THE FORM AND COMPOSITION OF INDONESIA STATES

POH AN TUI MEDAN, dated March 20 ceremony was held in Medan dissolution POH AN TUI (Chines eoverses police) with the official.

UNITY TAPANOELI. In Mewdan has stood by the Union Tapanuli rtujuan to repair the interest groups in the country soematra Tapanouli Timoer. Now there are three flow between the tribes Tapanoeli: State pro a.Yang Btak Kingdom, b. Which bejuang to get position in the State of eastern Sumatra, c. which bejuang preformance they occur pernag Front Nasional.Diantara great pen pioneered Naigolan ole DR.

DUTCH LOT IN INDONESIA, Djokja 1o April 1948, Jumalh Dutch sent to Indonesia dai Nederland outnumber knows ago. In 1945 some 2600 people to send to Indonesia, is an employee selurunya NICA (Netherlands Indies Civil Agency), so diwarta Aneta. In 1946 some 7141 people comprising partikelirmpegawai domestic workers, women and children. in 1947 this number increased to 21.000 more. According to information, the amount of discharged itusesudah jnauari pernag second world until 1948, has a 31.247 (note Dr. Iwan, this essay I will definitely be read by the families of those currently in the country would still be a lot of Dutch, greetings to the families when and want info on family you, become a premium member, because dr ribuaninfo iwna have created you from a collection)

REPOEBLIK INDONESIA  PAPER MONEY IN ACEH ‘(2 TYPES)

ORIGINAL INFO:

The Atjeh Weeklypaper”WARTA MINGGOEN” THIS DAY WITH INFO,11 APRIL 1948

kekoesaan komisi 3 akan diperluas,

wakil presiden tiba di djakarta,pukul 12,30 hari ini telah berangkat meninggalkan Boekittingi Wakil Presiden denga pesawt udara yang menjemput beliau jam 12.00.Beserta beliau turut juga Menteri Kesehatan Dr Leimena,Djendral Mayor abdul Harris Nasution, anggota badan pekerja KNIP Zainal Baharuddin dan Ir Indratjaja. Dengan pesawat yang menjemput wakil presiden ini ,tiba di bukittinggi Umar Said Kepala kepolisian Negara Sumatra. pada saat tiba di jakarta,wakil presiden menerangkan  bahwa  beliau akan tinggal beberapa hari di Jakarta dan nanti malam jam 9.00(PM) akan mengadakan rapat dirumah van Mook. Untuk menjemput kedatangan beliau,dilapangan terbang tampak anggota delegasi Belanda dan para pembesar Repoeblik diantaranya Mr Ali Boediardjo dan ketua delegasi repoeblik Indonesia Mr.Moh.Roem.

Dr.MANSOER TIDAK MENGAKUI PERUNDINGAN BELANDA DENGAN REPOEBLIK. Djoja 10 april, Dr Mansoer yang baru-baru ini ditetapkan oleh Dr van Mook menjadi Kepala Negara Sumatera Timur, menyatakan pendapatnya dalm suatu konperensi pers, bahwa Negara Sumatera Timur merupakan suatu kepastian dan tida dapt dilenyapkan. Juga beliau mkenerangkan bahwa tiap-tiap perundingan yang dilakukan pihak belanda dan pihak repoeblik Indonesia, tidak akan doiakuinya  atau disetujuinya, demikianditulis harian Pelita Rakyat tanggal 13 Maret yang llau. Sebenarnya dr Mansoer lupa, bahwa delegasi Belanda menghadapi perundingan dengan Repoeblik, adalh mewakili Kerajaan belanda,dimana Negara Dr Mansoer juga ada didalamnya dan bahw ayang menetapkan adanya Negara itu adlah keputusan(nesluit) dari pemerintah Hindia belanda. Sementara itu dinyatakan pulu,bahwa Dr mansoer tidak menolok diadakannya plebisit didaerahnya,jika dilain daerah juga diadakan

SUSUNAN KABINET nEGAR pASOENDAN, menurut  surat kabar di Bandung, Susunan Kabinet Negara Pasoendan sebagai berikut. Perdana Menteri merangkap ekonomi(Abbas Soerjana Atmadja), Dalam negeri(Bekas bupati Tasikmalaja, Soenarja), Kesehatan (Dr Abdoel Patah), Sosial(M siradj),Pengajaran(Soendoro),Keuangan (Mr Djoehana),Pekrjaan Umum(M.Enoch), Kehakiman(Soenarja Koesoema)

OEANG REPOEBLIK INDONESIA(ORI),BERHUBUBNG DENGAN ADANYA DESAS DESUS BAHWA orI AKAN LANGSUNG DI KURS DENGAN nica,KALANGAN RESMI MENERANGKAN BAHWA BERITA ITU KURANG BEANR.Sesudah Pemrintah Interim yang sebenarnya dibentuk,maka akan diadakan kesatuan uang(Munteenheid atau federaalgeld-uang federal). Menurut kertas kerja repoeblik, tentang Uang ini diusulkan,jika uang NICA dan ORI ditukar dengan Uang federal 1 banding 1. Menurut pertimbangan ekonomi,hal ini sudah sewajarnya karena menurut dasar ekonomki ORI dan Uang NICA pada akhirnya adalah tangunggan rakyat. Perundingan tentang kesatuan keuangan ini smapai sekarang belum mendapat hasil yang pasti.

PERISTIWA PEMBERONTAKAN DI BIAK, Dari jakarta diwartakan bahwa kalangan politik Repoeblik disana ingin mengetahui sika Pemerintah Negar Indonesia Timur terhadap peristiwa Pemberontakan di Biak (Papua) karena ini ternyata bahwa rakyat Irian sudah menyatakan dengan tegas tidak mau membentuk daerah istimewa,tetapi ingin mengabung dir dengan Negara Indonesia Timur

USUL DELEGASI REP,INDONESIA TENTANG BENTUK DAN SUSUNAN NEGARA INDONESIA SERIKAT

POH AN TUI MEDAN,tanggal 20 maret di Medan telah dilangsungkan upacara pembubaran POH AN TUI (chines eoverses police) dengan resmi.

PERSATUAN TAPANOELI. Di Mewdan telah berdiri Persatuan tapanuli dengan rtujuan untuk memerbaiki kepentingan golongan Tapanouli di negara soematra Timoer. Sekarang terdapat tiga aliran diantara suku Tapanoeli:a.Yang pro Negara Btak Raya,b. Yang bejuang untuk mendapatkan Kedudukan di Negara sumatra timur,c. yang bejuang dalam Front Nasional.Diantara mereka terjadi pernag pena yang hebat dipelopori ole DR Naigolan.

BANYAK BELANDA DI INDONESIA, Djokja 1o april 1948, Jumalh orang Belanda yang dikirm ke Indonesia dai Nederland melebihi jumlah tahu yang lalu. Dalam tahun 1945 sejumlah 2600 orang yang dikirm ke Indonesia,selurunya adalah pegawai NICA(Netherland Indie  Civil Agency),demikian diwarta aNeta. Pada tahun 1946 sejumlah 7.141 orang yang terdiri dari pekerja partikelirmpegawai negeri,wanita dan anak-anak. dalam tahun 1947 jumlah ini meningkat jadi 21,000 lebih. Menurut keterangan ,jumlah itusesudah habis pernag dunia kedua hingga jnauari 1948,telah menjadi 31,247(catatan dr Iwan, karangan saya ini pasti akan dibaca oleh keluarga mereka yang saat ini tentu masih banyak di negeri belanda, salam bagi para keluarga bila anda ingin info tentang keluarga anda,jadilah anggota premium,sebab dr iwna memiliki ribuan info buat anda dari koleksinya)

 

April,12th.1948

(a)the Rare postalstationer NIG 2477 send from Batavia centrum to Bandung.April,26th.1948

(b)The besluit Resident Palembang 1919 was legitimation with Nederland  handelsmaatschapij (bank)  Palembang  april.12..48 hand stamped.

(c)The Territorial commandant of West Java, Major-general H.J.J.W. Durst annouced that the 1st Mei ceremony(arak-akan) was forbidden.

 

April,15th.1948

Sumatra ORLAB local emergency note


10.000.000 (Sepuluh Djuta) Rupiah ORLAB, 15 April 1948 (KUKI H-611)


Mandat Istimewa(special)10.000.000 (Sepuluh Djuta) Rupiah ORLAB, 12April 1948 (not listed in any catalogue)

10.000.000 (Sepuluh Djuta) Rupiah ORLAB, 12April 1948 (not listed in any catalogue)


special mandate 10.000.000 (Sepuluh Djuta) Rupiah ORLAB, 12April 1948 (KUKI H-611)


 

 

April,16th.1948

 

The earliest used  of Repoblik Indonesia local revenue f 25,- and the latest block four 24/4.48.

April,19th.1948

 

the earliest used blue paper local sumatra repoblik Indonesia revenue f,25, block three,the latest used 21/6.1948.

April,20th.1948

two photos of the meeting between Indonesia  and Ducth delegation supervised by KTn at Kaliurang (near Djokja)

April,30th.1948

Emergency Sumatra boekittinggi black color  with handwritten number series

 

also issued ‘

 

 

50 rupiah

 

 and 20 rupiah in black color handwritten serial number

MAY 1948

May,1st.1948

Pada tanggal 1 Mei 1948 Kartosuwirjo mengadakan Konperensi ketiga dimana dibentuk TataNegara Islam.Sebelumnya setiap Anggota harus bersumpah Bai’at .

 

 

Sususnan Ketatanegaraan tersebut adalah sebagai berikut:

Imam ( Kepala Negara)  S.M.Kartosuwirjo

Imam mempunyai Dewan Fatwa (Dewan Penasehat), Imam dibantu oleh Dewan Imamah(cabinet)

Ketentaraan   :  T.I.I (Tentara islam Indonesia)

Polisi Negara : BKN( Badan Keamanan Negara)

Bendera : Merah Putih Pakai Bulan Bintang

Lambang Pasukan : Merah pakai Bulan Bintang

SUSUNAN DEWAN IMAMAH

Pertahanan : Imran

Wakil Pertahanan : R. Oni

Dalam Negeri : Sanusi Partawidjaja

Luar Negeri : S.M.Kartosuwirjo

Keuangan : Sanusi Partawidjaja

Penerangan : Toha Arsad

 

 

SUSUSNAN KETENTARAAN

Divisi Cadet Hidajahtullah : Kamran

Chwf Staf : Ibnu Cotieg

Urusan umum Ketentaraan : Danu

Cadet Resimen Sunan Rahmat : R.Oni

Cadet Bataluion Chol8id Bin Walid : Djaelani

Cadet Batalion III : Nurlubis

Taktik yang digunakan adalah gerilya.Dasar perjuangan mereka adalah religius.Fanatisme dan dogma agama digunakan  sebagai senjata .

(kempen 1955)

 

(1)two photos of the meeting at Kepatihan Djojakarta between NRI ands Ducth Delegation under  supervision KTN

(2)at Late May 1948, Mr SM AMIN was pointed as the Guvenour Of North sumatra by Presiden Soekarno.

(3)Kartosuwirjo proclaims himself Imam of Negara Islam Indonesia, or “Darul Islam”, an Islamic state rebelling against both Dutch and the Republic. His followers begin setting up local administrations in West Java.

(3) The Typhoid disease in Jakarta, 20 % were died.

 

 

 

Postally Used Official free franking Airmail DEI Military KNIL Lettersheet to CDS Amsterdam 1948

 

May,3th.1948

The postally used cover from CDS Mamasa 3.5.48 to semarang (rare city cds)

Local Sumatra ORLAB emergency note


25.000.000 (Dua Puluh Lima Djuta) Rupiah ORLAB, 3 Mei 1948 (KUKI H-612)

 

 

May,7th.1948

Postlly used card from CDS Malili 7.5.48 to Semarang with  overprint Indonesia on Wilhelmina 1 gld stamp(rare city cds)

May,11th.1948

kapal pengangkut “m.c. Muir” di pelabuhan amsterdam siap berangkat ke nusantara.

pendaratan pertama pasukan belanda di pulau weh, aceh.

Marinir belanda dalam “aksi pembersihan” di sekitar surabaya, 11 mei 1946

Tentara Belanda berlindung di balik tanggul ketika ditembaki pejuang republik dari balik seberang selokan.

Tak lama kemudian dua orang marinir terluka. Prajurit medis dan imam tentara sedang merawat yg terluka
   

 

 

 

May,14th.1948

The error 15 sen Java republik Indonesia unperforated revenue used on document,

May,15th.1948

the chinese women fund horganisation letter,send from jakarta with special federal Postal  Batavia handstamped violet  Batavia centrum 15.5.1948.

May,16th.1948

related with the War condition, Emergency Government on may, .16 in 1948, stipulates that to strengthen and centralize all in order to  menyempurnakan defend need power tools of civil and military special preformance of each military area preformance one hand, then in the special military regions all powers of Civil and Military conducted by the Military Governor. The next preformance residency civilian government run by the Council on behalf of the Regional Defence and bertangungg responsible to the Military Governor is concerned, while the business is run by military commanders on behalf dab Sub_Teritorial Responsible to governor Militer on 17 mei PDRI made provisions that force the centralization of power to the civilian and military Military Governor in the Military Specialties, the post of Governor of Sumatra Province for the time being removed. also stipulated that the oversight of regional autonomy as stipulated in Government Regulation 1948 made ​​by Ko in the Emergency Government decree dated 17 May 1949 no 23, set seterusnya, that the Government Commissioner who will supervise the former Province gubewrnur saudara Mr. SM Amin, the advance of another, the government appointed Commissioner for regional defense Utara.Dewan Sumatra regional diamksud above Ketetapn Commissioner formed by the Central Government for the North Sumatran June 19, 1p49 No. 3 and consists of Resident TTDaudsyah as chairman, and as a member M.Nur.El Ibrahimy, Yahya Siregar and Alemz.masing respective former executive member of the Parliament of North Sumatra

original info(ibid TM Hassan,1986)

related with the War condition, PDRI on may,.16th 1948, menetapkan bahwa untuk memperkokoh dan menyempurnakian petahanan perlu memusatkan sehgala alat-alat kekuasaan sipil dan militer dalm tiap daerah militer istimewa dalm satu tangan, maka dalam daerah militer istimewa segala kekuasaan Sipil dan Militer dilakukan oleh Gubernur Militer . selanjutnya dalm keresidenan pemerintah sipil dijalankan oleh Dewan Pertahanan Daerah atas nama dan bertangungg jawab kepada Gubernur Militer yang bersangkutan,sedangkan urusan militer dijalankan oleh komandan Sub_Teritorial atas nama dab bertanggung Jawab kepad gubernur MiliterPada tabnggal 17 mei PDRI mmebuat Ketetapan bahwa berlakunya pemusatan kekuasaan sipil dan militer kepada Gubernur Militer di daerah Militer Istimewa, jabatan Gubernur Propinsi di Sumatra buat sementara waktu dihapus. ditetapkan pula bahwa pengawasan atas daerah otonomi seperti dimaksud dalam Peraturan Pemerintah tahun 1948 dilakukan oleh Ko dalam ketetapan PDRI tanggal 17 mei 1949 no 23,ditetapkan setrusnya,bahwa Komisaris Pemerintah yang akan melakukan pengawasan tersebut adalah bekas gubernur Propinsi saudar Mr SM AMin,anatar lain,diangkat menjadi Komisaris Pemerintah untuk daerah Sumatera Utara.Dewan pertahanan Daerah yang dimaksud diatas dibentuk dengan Ketetapan Komisaris Pemerintah Pusat untuk sumatera Utara tanggal 19 Juni 1p49 no 3 dan terdiri dari Residen T.T.Daudsyah sebagai ketua,dan sebagai anggota M.Nur.El Ibrahimy, Yahya Siregar dan Alemz.masing-masing bekas anggota eksekutif DPR Sumatera Utara.

May,18th.1948

 

Postally used FDC DEI  Hatrz Queen wilhemina stamps send to USA

Hartz 20 t/m 80 cent met vroegst bekende datum Soerabaja 18-5-1948 op envelop naar de USA,

 

 

 

 

 

 

the Soeloeh rajat News paper

18-08-2011, 09:20 PM

  #158

Red_Ace kaskuser

 

 

UserID: 222163

Join Date: Nov 2006

Location: Recon DHX

Posts: 304

 

Quote:

Originally Posted by MrBhass Yang pake drum mag itu M1928
Yang banyak dipake di PD II itu M1 Thompson, lebih “disederhanakan” jadi cocok buat mass production dengan murah

kenapa gak pake drum mag? karena drum mag reliabilitynya gak sebagus box mag, juga lebih berat. BTW, yang pake Drum mag itu PPSH bukan PPS…
Akhir2 PD II malah PPSH banyakan yang pake box mag koq…

 

PPS itu malah box mag semua gak bisa pake Drum Mag

Oohh… jadi itu alasannya… mungkin krn drum gampang jam…
hehehehe maap, maksud nya yg PPSH… makasih om Bhass…

Quote:

Originally Posted by MrBhass ada armor dipake
tapi gak sampe bikin “armored division” sendiri

Paling operasionalnya dalam unit kecil2, gak sampe organisasi seukuran Divisi
Kalo ada pasti tau divisi berapa, terus nama divisinya apa

mungkin ini yg dimaksud oom…


gurkha menjaga sisa tank RI di surabaya, mungkin modif dari bren carrier eks KNIL


Tank ringan jepang yg di pakai pejuang indonesia saat pertempuran surabaya


Tank vickers rampasan dari KNIL di daerah ciater


armored car Afsel eks KNIL dipakai tentara jepang, yg sebagian kemudian direbut para pejuang lalu dipakai untuk pengawalan Soekarno

 

May, 18th.1948

The Rajat Soeloeh News paper

(a) Establishment Attitudes and the plan nekerja pesundan State,

NIDS struggling collar formation gives equal rights to all citizens, the pursuit of improved teaching, social, economic health, etc..

In the trial the State Parliament Pasoendan 134 dated May 1948 the then Prime Minister Mr. Adil Poeradiredja telang has provided a statement of government policy leaders plan to be run by the government, below we include a summary of these statements. Mr fairly stated, that the cabinet was formed on the basis of politics where the most important advance of the program are:

(a1) we struggle towards Indonesia Addressing the union of a free and sovereign (Indonesia is now the organization has been established as Federasi0, which will stand as Unity State.

(b1) Give equal rights to all citizens without distinction bangdsa mengiggatkan, religion and kultuur.

(c1) Recognize and protect the rights of minorities.

(2) Prundingan will move to Djokja

(3) Representative to the Conference of Bandung Banka

(4) Commercial illustration Perkebuna n be a way to enlarge the country and folk sources of income.

original info:

 

(a) Sikap Pendirian dan rentjana nekerja Negara pesundan,

berjuang kerah pembentukan NIDS memberi hak sama pada semua Warga  negara,mengejar perbaikan Pengajaran,sosial,kesehatan ekonomi dll.

Dalam sidang Parlemen Negara Pasoendan tanggal 134 Mei 1948 yang lalu,Perdana Menteri Mr Adil Poeradiredja telah memberikan suatu keterangan telang kebijakan rencana pemimpin pemerintahan yang akan dijalankan oleh pemerintahannya, dibawah ini kami memuat ringkasan keterangan tersebut. Mr adil menyatakan , bahwa kabinet ini dibentuk atas dasar politik program anatar mana yang terpenting ialah :

(a1) Menujukan perjuangan kita kearah Indonesia serikat yang merdeka dan berdaulat (organisasi Indonesia sekarang telah ditetapkan sebagai Federasi0, yang akan berdiri sebagai Persatuan Negara bagian.

(b1) Memberi hak yang sama kepada semua warga Negara dengan tidak mengiggatkan perbedaan bangdsa,agama dan kultuur.

(c1) Mengakui dan melindungi hak minoritas.

(2) Prundingan akan berpindah ke Djokja

(3) Perwakilan banka Ke Konperensi bandung

(4) illustrasi Pengusahaan Perkebuna n suatu cara untuk memperbesar sumber penghasilan negeri dan rakyat.

May,20th.1948

(a)The house of the lead of GPRI organisation Mr Ali Budiardjo at Pegangsaan timur “digeledah” because subversif.

(b) Two photos of the 40th years Indonesia national erection day anniversary(Hari Kebangkitan Nasional)  at Yogjakarta.look the Imam Bonjol picture on the wall.

 

(c) The Meeting between Indonesia delegation and Dutch delegation under KTN supervision at Kaliurang near Jogja.

 

May ,23th.1948

 

Boekittinggi issued local regional east Sumatra NRI papermoney in may 1948

 

The Local NRI Residency of  Tapanoeli papermoney in May,23th.1948

 

The Local BRI Laboehan Batoe papermoney in may 1948

May,26th.1948

The  Cover Fragment of Block 8 Ned.indie. dancer 4cent stamp cdas Medan 26.5.48 and other fragment

Ned.indie Stamps in 1948 dancer 3 cent block 10.(during East sumatra State)

May,28th.1948

the rare label of Income tax recieved at Padang panjang CDS 28.5.48 ,the change or repoeblik curency from small f to new bigger F new URIPS money(Uang Republik Indoesia propinsi sumatra)

 

 

Mei,31th.1948

the photo of  the meeting between NRI goverment with political party in Yogja Place

 

 

 

June 1948

June,3rd.1948

the photo of Presiden Soekarno cs fled by flight to Sumatra

 

and after arrievd at Bukittinggi, he  look Bukittingi at night

 

 

June,4th.194

president went to Padang Pandjang

 

and then President Sukarno arrive at Padang, Resident Sumatra Barat Moh Sjafei spoke during the night meeting

and Dr Sukiman speaks. also Moh sjafei talks with pemuka Rakyat.

June ,5th,1948

the photo of  Dr Soekiman speaking during Isjak Mirazd  day at Buktittingi this day

 

June,6th.1948

(a)On June,6th,1948  Presient Soekarno after melantik Ketua (chief)dan anggota(member)of The Central commisariat Gouvernment for sumatra at Bukittinggi,President soekarno depart to North with Car and from Siboroing-borong flyed by Aeroplane RI-002,without left door, to Lho Nga airport near Kutaraja.

(b)The Postally used cover witn overprinti 1947 on wilhelmina stamps 12 1/2 cent.

 

June,7th.1948

(a)President Sukarno  visit Maninjau West sumatra

(b)on this day  Mr S.M. Amin had  inagurated  as the Gouvernur  of North sumatra at the Banda aceh palace(kraton). The new gouvenor of North sumatra found many difficulty because this are “kurang aman” unsecured, and also the Dutch WarShip alway shooting the land,beside the Dutch Blockade around Aceh coast. One of the movement in Aceh lead by Said Ali,who didnot done the order of North sumatra Gouvernur, and he was arrested by the Military Gouvernur (look daud berueuh Pamphlet)

June,11th,1948

(a)The photo of KTN resception at Kepatihan Yogjakarta

(b)During the landroad travelling from Bukittinggi to Tapanuli, Presiden Sukarno some time rest in this day(three photos)

(c)The postally used  register cover with Djokjakarta series stamps 60 cent _ Borobudur stupa design , cds. Djakarta 11.7.48 to  probolinggo,with  censor chop

 

Thi other series ,rare bird 50 (double print)cent used combination with def 100 sen   at money order fragment. and flag 60 cent mint block four

June,12th.1948

the use repoblik indonesia local sumatra f 75,- on complete document with legalized Bukittinggi post office,s chief

June ,13th.1948

Presiden soekarno arrived at Tarutung this day(photo) and vist hospital there.

 

June.14th 1948

 

 (a) the recieved of Wang ambonnement  Tan Nie Liang,Keng Po and sinpo newspaper. (newspaper fee) F.6 of newspaper   june 1948(14.6.48)

(b)The kaliurang conference had moved to Jakarta, the delegation went to Jakarta by train.look some picture of the delegations Australian delegation Critcley, indonesi  hatta,moh roem etc.

June,15th.1948

The rare postally  used express. cover with Djokjakarta  series stamp -design RI flag from CDS Djakarta to CDS Probolinggo.June,16th.1948

The Chinese oversees  women study fund organisation jakarta(Federatie van chinese studiekringen-Chig Hsing Lien Ho Hui) letter CDS Jakarta.

June,17th.1948

(a)the rare Merdeka newspaper card send from Djakarta cds  17.6.47, by express to Jogyakarta. with java NRI definitive stamps 2×5 sen and 1x 40 sen (rate 50 sen)

(b)the Samidi book store private postcard send from batavia to Soerabaia.

June,22th1948

Presiden Soekarno arrived at Jambi by plane (three photos)

 

June,24th.1948

(a)Presiden soekarno arrived at Bengkulu to  vist the house where he was arrest  by dutch in 1942.( four photos)

 

(b)Moh Natsit  meeting with Vice Presiden Moh Hatta (photo)

 

June,25th,1948

Presiden Soekarno arrived at Tjoerup bengkulu(two photo)

June,27th.1948

Presiden soekarno arrived at Telok Betong Lampong(five photos)

 

 

June,28th.1948

Amir Syarifuddin form the People’s Democratic Front (FDR) on June 28, 1948. Political group is trying to put himself in opposition to the government under cabinet Hatta. FDR joined the Communist Party of Indonesia (PKI) to plan a coup.

 

Some of the actions undertaken by these groups including waging anti-government propaganda, conducting demonstrations, strikes, kidnap and kill political opponents, and move the riots in some places.

July 1948

 

DEI NICA July 1948 Java  Calender

 

July,1st,1948

The  earliest used of Sumatra repoeblic Indonesia local revenue f 70 (old roepiah) ,used fragment. and other date in 1948.

July,5th.1948

The postally used cover from cds Makassar on overprint 1947 Wilhemina 12 1/2 cent stamp to Batavia centrum.

 

 

 

 

 

 

July 8 th.1948.

Representatives of 13 Dutch-controlled states created by Van Mook convene at Bandung, to begin process of creating United States of Indonesia.

July,1oth,1948

Surat Pangilan dari polisi Kota bukittingi tanggal 10 juli1948,

atas nama Negara republik Indonesia sajya roeslan di kantor Polisi Bukittingi disuruh menghadap  etc tanggal 14.7.1948 jqm 9.pqgi dihadpan Pengadilan Di Bukittinggi untuk diperiksa menjadi terdakwa dalm perkara…etc

July,14th.1948

The Matraman area Jakarta were surround (dikepung) by dutch army and Police because the subversif action at that area

July,15th.1948

The Indonesian  Nation Meeting(pertemuan kebangsaan)  of all Indonesia at Perguruan rakyat (People s chool) salemba.

July,17th.1948

(a)The Indonesia national nation meeting finish with will (menghendaki) : Negara Serikat with souverinity(berdaulat)  and Independence as the The justice law state with basic azas democracy and in republic form.

 

 

(b) The rare ORI overprint on 0.15 sen   of Java Repoeblic Indonesia local revebue ,on compleet document( the-,15 more common)

July,19th.1948
the postal used stationer overprint  5 cent on 3 1/2 cent NG error 2 21(nomal 2721) send from Lahat to Batavia.

July,21th.1948

The circulations of Sentosa newspaper was stopping(dibreidel)

 

 

 

 

July,22th.1948

The postal used postal stationer card 5 cen ovpt 31/2 cen feredral state card NIG 2721,but tis card misprint 2 21,the 7  off , send from Lahat to Batavia

 

July,25th.1948

 

The rare latest used single repoeblic Indonesai loca sumatra revevue f15,- on complete document with official chief Market(pengholeoe pasar) padang Pandjang, because the rate up to f.25 and then  f.75,-

July,27.1948

The Sin Min New paper information;

(A) Invasion of Surrounding Salatiga

Obtained that news on Thursday night that plainly, s erombongan likelihood of complete guns with vandals have attacked the line of the status quo on the east side of Salatiga and made two attacks on Dutch military camp in Dadapajam, where the vandals are using mortars and automatic weapons. This attack can be repelled. A Dutch military were wounded. Almost simultaneously with it, about five kilometers adjacent to its south is also a Dutch military camp near Rekosari has been attacked by vandals mortier by gerembolan (dutch menamkan republican army like that). They can be driven out and headed to a military camp south of elatnya away, at the Soeroeh, who attacked denganhebat smpai three times, but also here they DAPT repelled. It seems the attacks were carried out on a large scale and regular, entourage uuga vandals set fire to several houses to escape the village and destroy the bridge underlined the status quo, further also found roadblocks (Begitulan news from the Federal tentan Dutch troops attack the Republic of Indonesia said vandals, who is the leader of this attack, until now there has been perenah reported, he needs to dinugerahkan decorated hero of independence, hope this info related reports, notes Dr. Iwan)

(B) Sjafroeddin-Sukiman Resign?

Apparently kalngan served until now still want interesting events to strike Delanggoe undesirable situation, even though the incident has been resolved and the workers have started working again.

In a news published daily as saying that the interior minister Dr Sukiman and Prosperity Mr. Minister, Sjafroeddin, aan resigned, because he was not satisfied with the attitude of the government’s resolve an issue and a matter delangoe permogokan in a special area of ​​Surakarta. In addition to the news broadcast also said Mr.Moh.Roem would resign from the delegates. Roem sendiri menyatakan kepada kita,bahwa berita tersebut tidak benar sama sekali demikian harian “Merdeka”‘ Gd=’The first news about it, among the really significant stuff Masjoemi adjacent to the helm, said, just do not know about it, was the second news menegani, Mr Moh> Roem himself tells us, that the news is not true at all so daily “Independent” ‘ closure_uid_buen0h=”80″>The first news about it, among the really significant stuff Masjoemi adjacent to the helm, said, just do not know about it, was the second news menegani, Mr Moh> Roem himself tells us, that the news is not true at all so daily “Independent”

(C) Railway Fire delegation arrived in Jakarta

Monday night at 19:30 the train has arrived in Jakarta, leaving from Djokja 6 am from Monument station. Australian representative in the KDB Crichley, come ride the train, from the Netherlands delegation there are 15 members of staff of the Republican delegation and 77 people participated.

The picture of the Kaliurang meeting Delegation meeeting with Sukarno like mr Critchley, also Hatta and zMoh>Roem and from feral  Abd,Kadir.

(D) For What  the Republican Political Meeting  Stops

Algemeen Handsblad Amsterma.26 June. in his article titled “Djokja and Bandung,” among other things wrote: “The decision to stop negotiations, the fall in conjunction with government activities which maikin federaal intensified, which has held its own with the initiative of conference Bandung to seek progress in resolving the problem of Indonesia. Selanjtnya also, the fall in conjunction with state of cessation of the Dutch government. With the rapid reaction of the Commission of the United Nations (UNO), and on Tuesday the Security Council will discuss again this matter. Conference of heads of states and regions in Bandung can be interpreted that the Federalists could not wait for the policy to establish NIS Netherlands Indonesia-United states.
this raises concern in Djokja republican party. Leftists in Republican states, that the pressure of the left in the republic bertambah.Sudah increasingly apparent that a new national program has not drawn up in accordance with the Federal arrangement, which is now outside the Republican establishment. So for Djokja no better hand over Indonesia to the Council about the UN Security is untu obstruct and impede the movement of the Netherlands the Federalists, who by friends Djokja in the Security Council would be called a state Doll.

(E) Advertising Market Night at Alon sisters Ambarawa

”Market opening night date 31 August 1948 to 5th of September 1948 yng interested to come to the committee office address Openbarfe SWerken Magelang 148 Ambarawa street.   Still available in the market place for game night (tombola, loterij goods) restaurant, etc. Market opening night date 31 August 1948 to 5th of September 1948 yng interested to come to the committee office address Openbarfe SWerken Magelang 148 Ambarawa street. “Gd =” Still available in the market place for game night (tombola, loterij goods) restaurant, etc. Market opening night date 31 August 1948 to 5th of September 1948 yng interested to come to the committee office address Openbarfe SWerken Magelang 148 Ambarawa street. Still available in the market place for game night (tombola, loterij goods) restaurant, etc.> Market opening night date 31 August 1948 to 5th of September 1948 yng interested to come to the committee office address Openbarfe SWerken Magelang 148 Ambarawa street.’ Gd=’”> Still available in the market place for game night (tombola, loterij goods) restaurant, etc.> Market opening night date 31 August 1948 to 5th of September 1948 yng interested to come to the committee office address Openbarfe SWerken Magelang 148 Ambarawa street.’ closure_uid_buen0h=”95″>”> Still available in the market place for game night (tombola, loterij goods) restaurant, etc.> Market opening night date 31 August 1948 to 5th of September 1948 yng interested to come to the committee office address Openbarfe SWerken Magelang 148 Ambarawa street

original info :

 

(a) Penyerbuan Disekitar Salatiga

Didapat kabar bahw pada hari kamis malam yang lalau,s erombongan beasr kaum pengacau dengans ejata lengkap telah menyerang garis status quo disebelah timur Salatiga dan melakukan dua serangan pada kamp militer Belanda di Dadapajam,dimana kaum pengacau mengunakan mortir dan senjata otomatis. Serang ini dapat dipukul mundur. Seorang Militer Belanda menderita luka-luka. Hampir bersamaan dengan itu,kira-kira lima kilometer disebelah selatannya, juga sebuah kamp militer Belanda di dekat Rekosari telah diserang dengan mortier oleh gerembolan pengacau(belanda menamkan tentara republik seperti itu). Mereka dapat diusir  dan menuju ke kamp militer yang elatnya sebelah selatan lagi, yaitu di Soeroeh, yang diserangnya denganhebat smpai tiga kali, akan tetapi juga disini mereka dapt dipukul mundur. Kelihatannya serangan-serangan itu dilakukan secara besar-besaran dan teratur, rombongan pengacau itu uuga membakar beberapa rumah kampung dan waktu melarikan diri menhancurkan jembatan digaris status Quo, lebih jauh juga ditemukan perintang jalan(Begitulan berita dari  pihak Federal belanda tentan serangan pasukan Republik Indonesia yang dikatakan pengacau,siapakah pemimpin serangan ini,sampai saat ini belum perenah dilaporkan, beliau perlu dinugerahkan bintang jasa pahlawan kemerdekaan , harap yang terkait melaporkan info ini ,catatan Dr Iwan)

(b)Sjafroeddin -Soekiman Mengundurkan diri ?

Ternyata sampai sekarang masih saja kalngan yang hendak menarik peristiwa pemogokan Delanggoe kepada keadaan yang tidak diinginkan, meskipun sebenarnya peristiwa tersebut telah diselesaikan dan kaum buruh sudah mulai bekerja kembali.

Dalam suatu harian dimuat berita yang mengatakan, bahwa menteri dalam negeri Dr Soekiman dan Menteri Kemakmuran Mr,Sjafroeddin, aan mengundurkan diri,karena katanya tidak puas dengan sikap pemerintah dalam menyelesaikan maslah permogokan di delangoe dan soal daerah istimewa Soerakarta. Selain itu disiarkan juga berita yang mengatakan Mr.Moh.Roem akan mengundurkan diri dari delegasi. Mengenai berita pertama itu,kalangan yang snagat berdekatan dengan pucuk pimpinan Masjoemi, mengatakan ,sama tidak tahu tentang hal itu, sedang yang menegani berita kedua, Mr Moh>Roem sendiri menyatakan kepada kita,bahwa berita tersebut tidak benar sama sekali demikian harian “Merdeka”

(c) Kerata Api delegasi tiba di Jakarta

Hari senen malam jam 19.30 kereta api  telah tiba di jakarta, berangkat dari Djokja jam 6 pagi dari stasiun Tugu. Wakil Australia dalam KDB Crichley ,ikut menumpang kereta itu, dari delegasi Belanda ada 15 orang anggota staf dan dari delegasi Republik ikut 77 orang.

(d) Sebab Apa Republik Menghentikan Prundingan Politik

Algemeen Handsblad Amsterma.26 juni. dalam artikelnya berjudul ” Djokja dan Bandung” anatara lain menulis :”Putusan untuk menghentikan perundingan,jatuhnya bersamaan dengan kegiatan pemerintah fedreaal yang maikin diperhebat, yang dengan inisiatif sendiri telah mengadakan koferensi Bandung untuk mencari kemajuan dalam penyelesaian masalah Indonesia. Selanjtnya juga,jatuhnya  bersamaan dengan keadaan berhentinya pemerintahan Belanda. Dengan cepat timbul reaksi dari Komisi PBB(UNO), dan pada hari selasa Dewan Keamanan akan membicarakan lagi masalah ini. Konperensi kepala negara dan daerah di bandung dapat diartikan bahwa kaum Federalis sudah tidak sabar lagi terhadap kebijakan Belanda untuk membentuk NIS-negara Serikat Indonesia.

hal ini menimbulkan kekuatiran pihak republik di Djokja. Kaum Kiri di Republik menyatakan, bahwa tekanan kaum kiri di republik makin hari makin bertambah.Sudah nyata bahwa program nasional yang baru disusun sudah tidak sesuai dengan susunan Federal, yang sekarang pembentukannya diluar Republik. Maka bagi Djokja tidak ada yang lebih baik  menyerahkan soal indonesia kepada Dewan Keamana PBB untu  merintangi Belanda dan merintangi gerakan kaum Federalis, yang oleh teman-teman Djokja di Dewan Keamanan tentu akan disebut sebagai negara Boneka.

(E) Advertising Market Night at Alon sisters AmbarawaPembukaan pasar malam tgl 31 august 1948 sampai 5 sepetember 1948 yng berkepentingan supaya datang kepada komite alamat kantor Openbarfe SWerken Magelang street 148 Ambarawa.” Gd=”Still available in the market place for game night (tombola, loterij goods) restaurant, etc.> Market opening night date 31 August 1948 to 5th of September 1948 yng interested to come to the committee office address Openbarfe SWerken Magelang 148 Ambarawa street. “>Still available in the market place for game night (tombola, loterij goods) restaurant, etc.> Market opening night date 31 August 1948 to 5th of September 1948 yng interested to come to the committee office address Openbarfe SWerken Magelang 148 Ambarawa street.(F) Applicability of Rule Seals In 1921From the Department of Finance has been notified as follows: “Paraturan seal 1921 and seal of the legal rules contained mengaenai preformance other general rules, with ordonasi August 21, 1945 (Stadblad 220) for temporarily revoked (not used), except for the so-called seal capital (kapitaal zegel) has been extended with ordonasi dated 19 January 1948 (stadblad No. 25) that is, until July 1, a new past. From that date wajiblah redeemable stamp duty again as before, then it would be useful to give a brief view of the changes and Additional primarily from the regulatory seal of 1921, which has been held swsudah announced the full text of the calendar attachment in Government (Regering-a tender Almanac 1941, which headed (caption) Tax Law Indonesia-Indische Belastingwetgeving. 1941.Perubahan years held the customs to usrat Pas Travel abroad and certificate (lehitimatie-bewijs), nor may cataan to extend the time of this letter, has been raised menjafi F.5, – Aatu more than that becomes F.7, 50. To take into account the duties of the proof of lease hire, charges totaling 10 cents for each F.100, -, has been awarded a new rounding rule, which reads, customs sukrang least fifteen cents sampi 25 cents, more than 25 cents sampi 50 cents to twenty-five cents, more than 50 cents up to Rp 5, with fifty cents and more than Rp 5, – with a dollar. If jumalh of the charges calculated lies between the two stamp duty, wajiblah pay customs duties are the second highest dar8. stadsblad premises (gazetted) in 1948 no.135r opportunity to pay the stamp duty has been extended by membeolehkan setorn to the State Treasury for the deposit of a power of attorney issued by the comptroller’s office (inspectie van Fiancien). F.500 .- Limit has been lowered to F.25. For the attachment of the seal of all letter, then if desired be allowed to wear the seal paste (plakkzegel) instead of paper affixed with zegel which relies on private law only.Stamp duty remains of F.1, 50 for mail with  signatures created as evidence of action, facts and circumstances that must be paid, for securities that rely on private law (privaatrechtlijk) as well as the law governing the transportation between  private  people and the government (punliekrechtlijk ) have limited to a letter that relied on private law only.According to section IV a new beginning ekarang legendary duty levied at 50 cents from a letter of evidence storage, gudangdan penerimaa. Further charges 25 cents for kononsemen created here, party suarft chaeter of cargo and cargo.Jual beli hasil bumi sela njutnya tidak lagi dikenakan bea istimewa ini.”

“Chapter VIII of the rules for the collection of stamp duty meuat commerce / trade (handlzegel) has been greatly shortened and simplified Buying and selling agricultural produce between  no longer subject to this special duty. “>Chapter VIII of the rules for the collection of stamp duty meuat commerce / trade (handlzegel) has been greatly shortened and simplified Buying and selling agricultural produce between njutnya no longer subject to this special duty. if the case is made that the letter was signed, this letter is subject to the general stamp duty F.1, 50.Sale and purchase of fixed effect subject to this special duty, Customs for the memorandum to be made in this, dituanikan with outboard seal the ordinary. Metrai Commerce to be paid twice tealh turrunan dihapuskan.jiga not need to be taken in a list marked.For outstanding amsih letter, which was made before 1 July and which still must be given the seal selurhnya later (nazegelling) because the re-enactment rule bea.due to rules for regular mail and letters about the household tealh set, that of the letter the letter permulaaannya exempt from stamp duty. Bea was just be accomplished, if it is used sutrat notaries, prosecutors, penyitaaan or also if a pegaswai government must heed the determination of when to take the contents of the letter.In the meantime set also with changes streak halted as of July 1, the last, that the petition to the government or government agency and the determination to be taken upon it, subject to no more than the general stamp duty sebayak F1, 50. It has also been abolished preferential voting determination letter from the letter, which meuat appointment in the office and giving a raise. in this connection should be noted that the letter  to implement the employer’s premises parftikelir agreements already exempt from stamp duty under ordonasi in stadblad 1928 no.533Because time will pass so long, people can run the new stamp duty rules in 1921 premises really Supervisory Head of the Department of Finance has memebrikan keuasaan until the 1st of january 1949 to the Post in order to seal the employee to mention all the proposed “surat memunggut “no fines or make prosec Verbaal (news inspection program) so that all the errors until the date fixed

(e) Iklan Pasar Malam di Alon aloon Ambarawa

Masih tersedia tempat didalam pasar malam buat permainan (tombola,loterij barang) restaurant dll >Pembukaan pasar malam tgl 31 august 1948 sampai 5 sepetember 1948 yng berkepentingan supaya datang kepada komite alamat kantor Openbarfe SWerken Magelang street 148 Ambarawa.

(f)Berlakunya Peraturan Meterai Tahun 1921

Dari pihak Departemen Keuangan telah diberitahukan sebagai berikut:”Paraturan Meterai tahun 1921 dan aturan yang mengaenai hukum meterai yang termuat dalm peraturan umum lainnya,dengan ordonasi tanggal 21 Agustus 1945(Stadblad 220) untuk sementara dicabut(tidak dipakai),kecuali untuk yang dinamakan meterai modal(kapitaal zegel) telah diperpanjang dengan ordonasi tertanggal 19 januari 1948(stadblad no 25) yaitu sampai tanggal 1 July yang baru lalu. Mulai tanggal itu bea meterai wajiblah ditunaikan lagi seperti sediakala, maka itu berguna kiranya untuk memberikan pemandangan yang singkat tentang perubahan dan  tambahan yang terutama dari peraturan meterai 1921,yang telah diadakan swsudah diumumkannya naskah lengkap tentang itu didalam lampiran Penanggalan Pemerintah(Regering-almanak tahum 1941,yang berkepala(caption) Undang-Undang Pajak Indonesia -Indische Belastingwetgeving. tahun 1941.Perubahan yang diadakan adalah bea untuk usrat Pas Perjalanan keluar negeri dan surat keterangan(lehitimatie-bewijs),begitupula cataan untuk memperpanjang waktu dari surat ini,telah dinaikan menjafi F.5,- aatu lebih dari itu menjadi F.7,50. Untuk memperhitungkan bea dari tanda bukti sewa menyewa,bea berjumlah 10 sen untuk tiap F.100,-,telah diberikan aturan pembulatan baru, yang berbunyi, bea sukrang-kurangnya lima belas sen sampi 25 sen, lebih dari 25 sen sampi 50 sen dengan  duapuluh lima sen,lebih dari 50 sen sampai RP.5,  dengan lima puluh sen dan lebih dari RP.5,- dengan satu rupiah. Jika jumalh dari bea yang diperhitungkan  terletak diantara dua bea meterai ,wajiblah membayar bea tertinggi dar8 kedua bea tersebut. Denga stadsblad(lembaran negara)  tahun 1948 no.135r kesempatan untuk membayar bea meterai telah diperluas dengan membeolehkan setorn ke Kas Negeri atas surat kuasa untuk menyetor yang dikeluarkan kantor pengawas keuangan (inspectie van Fiancien).Batas F.500.- telah diturunkan menjadi F.25. Untuk penempelan meterai dari semua surat,untuk selanjutnya jika dikehendaki diperkenankan memakai meterai tempel(plakkzegel) sebagai ganti kertas yang dibubuhi zegel yang bersandar atas hukum pribadi saja.

Bea meterai tetap dari F.1,50 untuk surat  yang dibuhi tanda tangan dibuat sebagai bukti  tindakan,kenyataan dan keadaaan  yang harus dibayar ,untuk surat yang bersandar atas hukum pribadi(privaatrechtlijk) maupun atas hukum yang mengatur perhubungan anata orang partikjulir dan pemerintah(punliekrechtlijk) tealh dibatdsi untuk surat yang bersandarkan atas hukum pribadi saja.

Menurut bab IV a yang baru, mulai daris ekarang dipungut bea sebesar 50 sen dari surat bukti penyimpanan,gudangdan penerimaa. Selanjutnya bea 25 sen untuk kononsemen yang dibuat disini,partai chaeter tentang muatan serta suarft muatan.

Bab VIII yang meuat aturan untuk pemungutan  meterai perniagaan/dagang(handlzegel) telah sangat disingkatkan dan dipermudah>Jual beli hasil bumi sela njutnya tidak lagi dikenakan bea istimewa ini. jika tentang hal ini dibuat surat yang ditanda tangani,surat ini dikenakan bea meterai umum F.1,50.

Jual beli surat Effect tetap dikenakan bea istimewa ini, Bea untuk nota yang harus dibuat dalam ini, dituanikan dengan meterai tempel yang biasa saja. Metrai Perniagaan yang harus dibayar dua kali tealh dihapuskan.jiga tidak perlu diambil turunan  dalam suatu daftar yang diberi tanda.

Untuk surat yang masih beredar,yang dibuat sebelum tanggal 1 juli dan yang seluruhnya masih  harus diberikan meterai kemudian(nazegelling) karena berlakunya kembali peraturan bea.sesuai demngan aturan untuk surat biasa dan surat mengenai rumah tangga tealh ditetapkan,bahwa dari dari permulaaannya surat  surat itu dibebaskan dari bea meterai. Bea itu baru harus ditunaikan ,jika sutrat itu dipakai notaris,jaksa,penyitaaan atau juga jika seorang pegaswai pemerintah sewaktu mengambil penetapan harus mengindahkan isi dari surat itu.

Dalam pada itu  ditetapkan juga dengan perubahan kilat yang terhitung muali tanggal 1 Juli yang lalu, bahwa surat permohonan kepada Pemerintah atau badan pemerintah dan penetapan yang harus diambil atas hal itu,dikenakan tidak lebih dari bea meterai umum sebayak F1,50. JUga telah dihapuskan pemungutan istimewa surat dari surat penetapan,yang meuat pengangkatan dalam jabatan dan pemberian kenaikan gaji. dalam hubungan ini harus diperhatikan bahw asurat yang dinuat untuk melaksanakan perjanjian kerja denga  majikan parftikelir sudah dibebaskan dari bea meterai menurut ordonasi dalam stadblad 1928 no.533

Karena akan lewat sekian waktu lamanya, baru orang dapat menjalankan aturan bea meterai 1921 denga sungguh-sungguh Pengawas Kepala Departemen Keuangan telah memebrikan keuasaan sampai tanggal 1 january 1949 kepada pegawai Pos supaya menyegel lagi semua suart yang diajukan tidak memunggut denda atau membuat prosec verbaal(berita acara pemeriksaan) sehingga semua kesalahan sampai tanggal itu dibetulkan

July,28th,1948

the rare Residentie west sumatra official information(BERITA RASMI)

.undang Act no11 tentangf change the tax rate cut.

VICE PRESIDENT PEINRTAH 2.SURAT no 53/WP/BT/48

To the Inspector UmumKeuangan on Tax officials from the ministries of Finance M. Goenadi Widjojo Asmoro ynag while running keqwajibannya pad for a State Commissioner of Financial Affairs in Bukititnggi.

Ordered, visiting each of the Residency in dsumatera order;

a. Perfecting Ijurannegara official organization, both technical and admimistratif based on the prevailing peraturam in Java and Madura.

b.Dimana necessary, to restore people’s trust to the Official State Ijuran (Dues)

c.Memperhebat receipts for the State so that the danger of inflation DAPT reduced.

To the Governor and Commander of the TNI Sumatra Sumatra commandment, all residents and the Unity of the Armed Forces d Sumatran hereby requested to provide all necessary assistance and information kepad a host of M. Goenadi widjojoasmoro tresbut in running a command that we provide.

Boekititnggi, 8 April 1948

Vice President of the Republic of Indonesia

MOHAMMAD HATTA

GOVERNMENT OF WEST SUMATRA edict.

Considering that in order to prevent price increases for goods makana seentara need to hold a prohibition for the time being, remove material from West Sumatra makana such as Copra, dry pepper, Peanut and Sweet Oil, and so on.

bukititnggi 25 mei 1948

Resident of West Sumatra

Mr St.Mohd.Rasjid.

diumukan dated 26 May 1948 by the secretary of the residency Haroen al Rasjid.

REGULATION OF MONEY WAITING

Governor of the State sumatra republic IndonesiaMenimbang that for mecapai rationalization in the use of workers labor on government positions in the province of Sumatra, needed to be rules about menberhentiakn employees as the excess energy than necessary to provide money Wait (wachtgeld) with peresetujuan of the Working Committee and the Legislative Decree Sumatra Prseiden NRI September 29, 1946.

Memuruskan, by canceling the (deadly) regulations regarding the provision of money waiting (wacht geld) current, and so on

ORIGINAL INFO:

1.undang undang no11 tentangf perobahan tarip pajak potong.

2.SURAT PEINRTAH WAKIL PRESIDEN no 53/WP/BT/48

Kepada Inspektur UmumKeuangan pada pejabat Pajak dari kementerian Keuangan M.Goenadi Widjojo Asmoro ynag buat sementara menjalankan keqwajibannya pad a Komisariat Negara Urusan Keuangan di Bukititnggi.

Diperintahkan ,mengunjungi tiap-tiap Keresidenan di dsumatera guna;

a. Menyempurnakan organisasi pejabat Ijurannegara,baik admimistratif  maupun teknis dengan berpedoman pada peraturam yang berlaku di Jawa dan Madura.

b.Dimana perlu,mengembalikan kepercayaan rakyat kepada Pejabat Ijuran Negara (Iuran)

c.Memperhebat pemasukan uang bagi Negara sehingga bahaya inflasi dapt diperkecil.

Kepada gubernur Sumatra dan Panglima TNI Komandemen Sumatra,segenap residen dan Kesatuan Angkatan Perang d sumatera dengan ini diminta supaya memberikan segala bantuan dan keterangan yang diperlukan kepad a tuan M.Goenadi widjojoasmoro tresbut dalam menjalankan perintah yang kami berikan.

Boekititnggi, 8 april 1948

Wakil Presiden Republik Indonesia

MOHAMMAD HATTA

MAKLUMAT PEMERINTAH SUMATERA BARAT .

Menimbang bahwa untuk mencegah kenaikan harga barang makana buat seentara perlu mengadakan larangan buat sementara waktu ,mengeluarkan bahan makana dari daerah Sumatera Barat seperti Kopra,Lada kering,Kacang tanah dan Minyak Manis, dan seterusnya.

Bukititnggi 25 mei 1948

Residen sumatera Barat

Mr St.Mohd.Rasjid.

diumukan tanggal 26 mei 1948 oleh sekretaris keresidenan Haroen al Rasjid.

PERATURAN UANG TUNGGU

Gubernur sumatra Negara republik IndonesiaMenimbang bahwa untuk mecapai rasionalisasi dalam pemakaian tenaga pekerja pada jabatan Pemerintahan dalam Provinsi Sumatera,perlu diadakan peraturan tentang menberhentiakn Pegawai sebagai tenaga yang berlebih dari semestinya dengan memberikan Uang Tunggu(wachtgeld) dengan peresetujuan Badan Pekerja Dewan Perwakilan Sumatra dan Ketetapan Prseiden NRI tanggal 29 September 1946.

Memuruskan ,dengan membatalkan (mematikan) peraturan tentang pemberian uang tunggu(wacht geld0 yang berlaku sekarang, dan seterusnya

(INFO LENGKAP HANYA UNTUK ANGGOTA PREMIUM BLOD,SILAHKAN MENDAFTAR LIWAT KOMENTAR)

 

July,29th.1948

Two POSA member had sentence to death by Jakarta JUstice court because they throwed the granat at Kramat area Jakarta at july,20th.1948 .and two other sentence to jail 9 and 5 years.

 

August 1948

August,1th.1948

The KPOB_Komite Pendidik and Organisasi Buruh”(Worker oragnitation) had founded in order to unity the worker in struggle and work.(berjuang dan bekerja)

 

August ,4th.1948

The promotion of Fonds Pembelian Kapal terbang(FDK_Republik Fund for buying aeroplane) from Tapanoeli(very rare pamphlet, used the back for homemade cover in 1950)

 

August,5th.1948

The postally used An Lok book store Makassar, cds Makssar on karbouw 5 cent stamp to Bing Sien bookstore soerabaia.\

 

August.8th.1948

 

 

Original Money Order  with  hand written 25 roepiah and ORI clover  chopped CDS Bireun in august,9.1948(provenance Dr Iwan 1985)

 

 

 

 

August,9th.1948

The very rare earliest used off document , Sumatra Local republic revenue one new rupiah Rp.1.- august,11th.1948, look illustration below

 

and other date in August 1948 look above

August,10th.1948

The Java repoeblic Indonesia revenue,used on document, misprint the 15 cent, the 5  abnormal.

 

August 11th.1948

Musso, former PKI leader from the 1920s, arrives in Yogya after spending twelve years in the Soviet Union. Sjarifuddin announces that he has been an underground member of PKI.

 PKI sponsors strikes and demonstrations.Hatta, with little money to pay troops, begins demobilizing some TNI (army) units.

Pada tanggal 11 Agustus 1948,

 Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru. PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta.

Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan basis gerilya.

 

 

August,16th.1948

(1)The the youngman had made “Api Unggun”(glory flame)  di RI Building Pegangsaan Timur 56, but the Dutch soldier and Police  shooting and arrest them, Suripto was died(gugur)

(2) Sin Min Newspaper

(A) Pendjualan Opium Republic

Het dagblad of Opium in the Republican Sales

Dutch newspaper “het Dagblad” wrote about the sale of opium ole case of the Republic as follows: “Yesterday we have announced how the republican play around with interest, which is being held by the international community, by the way Republicans have set aside the international regulations for its own sake. As a general already know, it tealh illicit opium trade in a deal that was held preformance second world war, where tealh agreement was signed also by the country belanda.Sebenarnya opium sales conducted on a large scale by the republic, not just limited to areas within the archipelago. toxins that damage the health of the country, tealh entered by the Republic in the market again, while people with joy to see, that the compaction was halted tealh can be controlled. apparently the preformance of the republic is still opinionated bahw atujuan or intent that justify the way the tactic for achieving it. Cra-republic techniques now used to obtain money to finance his representatives abroad is a clear proof that Jogya skali sincerely can not apply as a country are commendable (Dutch propaganda in order to drop the name of the republic of Indonesia in the eyes of the world-calendar notes Dr. Iwan)

(B) Day 17 August in Australia

Melbourne, 14 August. Correspondent Daily politicians ‘Melbourne Herald’ wrote: “Most members of the diplomatic corps in Canberra may not be attending the reception day dtang lettuce that will be held by representatives of the Republic of Indonesia which telanh mengakat himself, Mr. Osman Sastroamidjojo. Now maybe the ministry of Foreign Affairs Australia will be forced to notify the ministry’s information whether or not to admit Mr Oesman. Mr. Oesman was not recognized by the government nor have Zustral8ia seta tesmi status, but according to her deputy foreign customs he has send the invitation to a birthday reception with respect to know n the third of the republic of Indonesia. Correspondent was indicating, that Ausrtralia may not be represented by Prime Minister J. Chifley, Evatt, who had no minister, acted as minister of state sementara.Chifley curved never attended such an occasion. According to the correspondent of increasing interest concern is whether the Australian foreign ministry officials not to attend the reception.

(C) Bandung Conference

Jakarta 15 August 1948, according to Aneta: “Unlike the first announcement is that the federal conference in Bandung will be postponed until the month of September setelah chairman and the author returned from the Dutch country. Finally taken a decision to proceed in the jkarta komnperensi on Monday night broadcast addressed pangilang to all state representatives, they were invited to come in Bandung Selas as possible.

(D) Communion For Cochran

Jakarta, 14 August (Aneta). Consul General of the United States and the American delegation in the KDB, on Saturday night held a banquet to honor members of the new United dlam KDB H.merle Cochran, held a reception room Hotel des Indes.Diantara bnayak people, who came to salute the master Cochran, was Lieutenant-General Dr. HJ van Mook chairman of the Dutch delegation, R. Abdoelkadir Widjojoatmodjo, young Laksmana ASPinke, state secretary of economic affairs Mr JE van Hoogstraren. of delegation of the Republic, among others, seem present chairman Mr Mohammad Roem and also foreign minister Haji Agoes Salim.Banyak leading people from the military and civilian masters come to berkenalan with Cochran.

(E) Bureau PTT in the Netherlands Indies

Jkaarta August 11, 1948, shortage of employees in the Bureau PTT is such that the composition of which is now barely sufficient for the daily work of the 1940 PTT terpenting.Dalam diIndonesia effigy has 12,418 employees, consisting of 5785 employees and medium-high, low pengawai 6633 . In permulaaan the 1948 figure to be 7202 (3944 and 3258). Especially the shortage of high officials and mewnengah.
Postal service had not so many losses when compared with the tehnikmeskipun number of post offices and post office assistant no longer used DAPT. postal delivery everywhere is almost normal again. but also in this case was once an employee keurangan kantor.Pengiriman money (poswessel) and delivery is still hampered by epraturan pospaket expenditure of foreign exchange and agricultural products. Bangaiman growing number of the letters turned out, that the preformance of 1947 with the mediation service and curved flight in the country of the Netherlands Indies government service, the semi-official and a private had been transported a number of postal 1,510,281 kg (69 624 kg in 1940) of that total civilian 689,542 kg and 361,800 kg of the military.

With Jakarta Amsterdam KLM airplane trip, in 1947, has been transported into and through the State dutch postal number 202.4e82 kg (1939 42 820 kg). of that number there are 136,131 military post, especially for dutch country. From dutch country and other countries preformance in 1947 with KLM Amsterdam jakarta transported 331,441 kg while in 1939 55 744 248 119 kg of between this military post. In 1939 many pospaket sent and received on average 112,000 pounds, years ago in 1947 and 105 000 kg in 1948 to the present 185.0000 kg.

PTT in Indonesia in the year before the war gets hit, for example in 1940 the acceptance of 09.29 million dollars with penegluaran 23.8 million, so profits 6100.000 guilders, while the results of the lau-year 1947 loss menunnukkan 4.589 million guilders (20.050.0000 reception and penegluarahn 25,639. 000) although it should be noted also that in general the action after the new politionil billed telephone Subscribed money that unless the postal receipt is always the biggest gains, while both of 1947 new bahgian elevated rates. by not investigating the possibility of small, can be expected that the reception in 1948 will amount to between 40 and 50 million rupiah. purchase price of goods remains in January 1, 1941 amounted to 63.000.0000 guilders, while the January 1, 1948 nearly 55.8 million gulden.Berhub ung with ten-year plan can be said that everything depends on the development of political and economic circumstances of this dinusantara. all that the PTT service can be held here after the war, would not be possible, if there is no assistance from the military, especially on the protection of workers PTT group, so we have to thank the Dutch PTT in the country as a matter of tools.

Original info:

(a) Pendjualan Candu Republik

Het dagblad tentang Penjualan Candu di Republik

Harian belanda “het Dagblad” menulis tentang perkara penjualan candu ole Republik sebagai berikut: “Kemaren kami telah mengumumkan bagaimana republik bermain-main dengan kepentingan, yang sedang diselengarakan oleh dunia Internasional, dengan cara Republik telah menyampingkan peraturan internasional untuk kepentingan diri sendiri. Seperti umum telah ketahui,memperdagangkan candu itu tealh terlarang dalam suatu perjanjian  yang diadakan dalam perang dunia kedua,perjanjian mana tealh ditanda tangani juga oleh negeri belanda.Sebenarnya penjualan candu yang dilakukan secara besar-besaran oleh republik itu , tidak hanya terbatas pada daerah dalam lingkungan Nusantara. racun yang merusak kesehatan negeri itu,tealh dimasukan oleh Republik dalam pasar lagi,pada saat orang dengan gembira sekali melihat,bahwa pemadatan itu telah mulai dapat dikendalikan. rupanya orang dalam republik masih tetap berpendirian  bahw atujuan atau maksud itu membenarkan cara yang dipaki untuk mencapainya. Cra-cara yang sekarang dipakai republik untuk mendapatkan uang guna mengongkosi  para utusannya diluar negeri adalah suatu bukti yang nyata skali bahwa Jogya sunguh-sungguh tidak dapat berlaku sebagai negara yang patut dihargai(propaganda belanda guna menjatuhkan nama republik Indonesia dimata dunia -catatn Dr iwan)

(b) Hari 17 agustus di australia

Melbourn,14 agustus. Koresponden politi harian”Melbourne Herald” menulis: “Sebagian besar anggota korps diplomatik di canbera mungkin tidak akan menghadiri resepsi hari selada yang akan dtang yang akan dilangsungkan oleh wakil Republik Indonesia yang telanh mengakat dirinya sendiri,Mr Osman Sastroamidjojo. Sekarang mungkin kementerian Luar negeri Australia akan terpaksa memberi tahu keterangan apakah kementerian itu mengakui Mr Oesman atau tidak. Mr Oesman tadi tidak diakui oleh pemerintah Zustral8ia seta tidak pula mempunyai status tesmi, kan tetapi sesuai dengan adat kebiasaan wakil negeri asing ia telah mengirmkan undangan untuk suatu resepsi  berkenaan dengan hari ulang tahu n ketiga dari republik Indonesia. Koresponden itu menunjukkkan ,bahwa Ausrtralia mungkin tidak diwakili oleh perdana menteri J.Chifley,yang selama menteri Evatt tidak ada, bertindak sebagai menteri laur negeri sementara.Chifley tidak pernah menghadiri kesempatan seperti itu. Menurut koresponden itu yang sedang menarik perhatian ialah apakah pegawai kementerian luar negeri Australia kan menghadiri resepsi itu.

(c) Konperensi bandung

Jakarta  15 agustus 1948, menurut Aneta :” Berlainan dengan pengumuman dahulu yaitu bahwa konperensi federal di bandung akan diundurkan sampai bulan september  setealh ketua dan penulisnya kembali dari negeri belanda. Akhirnya diambil suatu keputusan untuk melanjutkan komnperensi tersebut di jkarta pada malam senin menyiarkan pangilang yang ditujukan kepada semua wakil negara ,mereka diundang datang di bandung selas-lekasnya.

(d) Perjamuan Untuk Cochran

Jakarta,14 agustus(Aneta). Konsul Jenderal Amerika Serikat dan delegasi amerika dalam KDB,pada hari sabtu malam mengadakan perjamuan untuk menghormati anggota baru Amerika dlam KDB H.merle Cochran, bertempat diruang resepsi Hotel des Indes.Diantara orang bnayak, yang datang menghormat tuan Cochran ,tampak Letnan jendral dr H.J.van Mook ketua delegasi belanda,R.Abdoelkadir Widjojoatmodjo,laksmana muda A.S.Pinke, sekretaris negara urusan ekonomi Mr J.E. van Hoogstraren. dari delegasi Republik antara lain tampak hadir ketua Mr Moh roem dan juga menteri luar negeri Haji Avgoes Salim.Banyak sekali orang terkemuka dari kalangan militer dan sipil datang untuk merkenalan dengan tuan Cochran.

(e) Jawatan PTT di Hindia Belanda

jakarta 11 Agustus 1948, kekurangan pegawai di Jawatan PTT adalah sedemikian rupa hingga susunan  yang sekarang hampir tidak cukup untuk pekerjaan sehari-hari yang terpenting.Dalam tahun 1940 PTT diIndonesia mempunyai 12.418 orangan pegawai, yang terdiri dari 5785 pegawai tinggi dan menengah, 6633 pengawai rendah. Pada permulaaan tahun 1948 angka tersebut jadi 7202(3944 dan 3258) .terutama kekurangan pegawai tinggi dan mewnengah.
Jawatan Pos mengalami tidak begitu banyak kerugian jika dibandingkan dengan bagian tehnikmeskipun sejumlah kantor pos dan kantor pos pembantu tidak dapt dipakai lagi. pengiriman  pos dimana-mana sudah hampir biasa lagi. akan tetapi juga dalam hal ini terasa sekali keurangan pegawai kantor.Pengiriman uang(poswessel) dan pengiriman pospaket masih terhalang oleh epraturan pengeluaran devisa dan hasil bumi. Bangaiman bertambah banyaknya jumlah surat-surat ternyata, bahwa dalam tahun 1947 dengan perantaraan jawatan penerbangan dalam dan laur negeri dari jawatan pemerintah Hindia belanda, setengah resmi dan partikulir telah diangkut sejumlah 1.510.281 kg pos(dalam tahun 1940 69.624 kg) dari jumlah itu  sipil 689.542 kg dan militer 361.800 kg.

Dengan pesawat terbang KLM Jakarta  Amsterdam pulang pergi, dalam tahun 1947 telah diangkut ke dan melalui Negeri belanda pos sejumlah 202.4e82 kg(tahun 1939 42.820 kg). dari jumlah itu ada 136.131 pos militer terutama untuk negeri belanda. Dari negeri belanda dan negeri lain dalm tahun 1947 dengan KLM Amsterdam jakarta diangkut 331.441 kg sedangkan tahun 1939 55.744 kg dari antara ini 248.119 pos militer. Pada tahun 1939 banyak pospaket dikirm dan yang diterima rata-rata 112.000 kg ,tahun yang lalu 1947 105.000 kg dan tahun 1948 sampai sekarang 185.0000 kg.

PTT di Indonesia pada tahun sebelum perang mendapat untung,misalnya tahun 1940 penerimaaan 29.9 juta rupiah dengan penegluaran 23.8 juta,jadi keuntungan 6.100,000 gulden, hasil sementara tahun yang lau 1947  menunnukkan kerugian 4.589.000 gulden(penerimaaan 20.050.0000 dan penegluarahn 25.639.000) meskipun harus diperhatikan juga bahwa pada umumnya sesudah aksi politionil  baru  ditagih uang langanan tilpon yang kecuali penerimaan pos  selalu merupakan keuntungan terbesar,sedangkan bahgian kedua tahun 1947 baru dinaik tarif. dengan tidak menyelidiki kemungkinan kecil, dapat diharapkan bahwa penerimaaan tahun 1948 akan berjumlah antara 40 dan 50 juta rupiah. harga pembelian barang-barang tetap pad atanggal 1 januari 1941 berjumlah 63.000.0000 gulden,sedangkan 1 januari 1948 hampir 55.800.000 gulden.Berhub ung dengan rencana sepuluh tahun dapat dikatakan bahwa segala sesuatu tergantung pada perkembangan  keadaan politik dan ekonomi dinusantara ini. segala apa yang jawatan PTT disini setelah perang dapat diselenggarakan, tidak akan mungkin, jika tidak ada bantuan dari fihak militer, terutama tentang perlindungan rombongan pekerja PTT ,seterusnya kita harus berterima kasih kepada PTT di negeri belanda karena soal pemberian alat-alat.

August,13th.1948

The postally used cover  with rare airmail label(per luchtpost  AV5  send from soerabia to semarang

August,16th,1945

Soeara Indonesia newspaper  at den padsar Bali created by  journalist K.Nadha witn motto “From People by people and  to people “(130)

Look the picture of the newspaper below

 

 

 

 

August,17th.1948

The three years Indonesian Independence day :

(a)ceremony

the picture in Jogyakarta

 

 

Crowds in Djakarta celebrating the 4th anniversary of Indonesian independence – August 17, 1949

 

 

Achmed Sukarno challenging his Indonesian countrymen to grand acts of patriotism

 

 

 

 

(b) postal history

(b1) The 3d anniversary of independence issue design young mad withtransportation, 100 sen and 150 sen

 

 

 

 

 

 

 

 

(b2) West Sumatra  3rd  year independence  postal sationer with design soldier and tank.

 

(c) The Youngman Suripto was burried  ”dimakamkan”

 

mood to let go of this invaluable asset.

 

 

 

UN military observers checking up on a UN-sponsored cease-fire – 1948

 

 

Indonesians remove from the Djakarta palace portraits of their former Dutch governors – 1948

 

 

 

 

 

 

 

August,18th.1948

The earliest used new  half Rupiah(new rupiah R 1 = 100 old rupiah f.) local sumatra revenue, used off cover still very rare collections courtecy dr iwan,look illustration below

 

and the latest used 16 and 17  November 1948,look illustrations above

 

 

 

 

 

 

August,19th.1948

The rare Repoblik Indonesia income tax with handwritten R.2,- added bea, postmark CDS Padang Pandjang 19.8.48(Only one ever seen in the world)August,20th.1948

 

(1)The NRI gouvernemnt annouced “Ikut Berdukacita”  and honored  to  the Youngman patriot .

(2) Postally used Wilhelmina federal state lettersheet postal stationer send from Ms Cornelis(now jatinegara) to Buitenzorg (now Bogor)

.

(3)The Chinese oversees health Organization(MD<Dentist and aphothekeer) letter to their member batavia,with dancer 3 cen and specila Batavia CDS,

August,21th.1948

the rare offiial cover from pasir pengarayan CDS repoeblik poststamped with Rep Indonesia off, to Pakanbaru.

 

 

August,22th.1950

Federal state Indonesia first day cover 50 year wilhemina royal netherland crown.cds at Batavia centrum.

 

August,23th.1948

910 Mr Syafruddin Prawiranegara which pointed as the Vice Prime menistry of sumatra with Religious menistry K.H. Masykur arrived at Kutaraja this day and Vice Priem Menistry of sumatra, Mr Syafruddin Prawiranegara dismissed(membubarkan) Daerah Istimewa Aceh and chaged to be the Aceh P{rovince. Military Gouvernour Tgk.M.Daud Beureuh “diberhentikan” from his “jabatan”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

August,23th.1948

 

 

 

(2)the Picture Postcard  Hotel Des Indes  send from batavia to Bali.

 

 

August,24th.1948

Rumahsakit Perguruan tinggi diambil Belanda ,dengan demikian habislah gedung yang berbau Republik,seluruhnya sudah diduduki Belanda.

Mustapha Abdullah dan kawan-kawannya 11 orang  ditangkap karena dipersalahkan melempar granat dimuka gedung Bioskop Capitol dan disekitar Molenvliet Jakarta. Penangkapan itu sesudah diadakan pengeledahan sejak terjadi peristiwa peledakan tersebut.

August,25th.1948

(a)The diploma of nursing from Health suddivision of Defense Menistry, issued at Jokja august 23th, 1948, legalizied by health menistry in February,15th 1950 with local Jogja revenue  7 1/2 rupiah green,

(b)Manifes Perhimpunan Mhasiswa Jkarta berhubung dengan pengambilan gedung RSPT dalam usaha penyelengaraan penyususan Perguruan tinggi Nasional menghadapi banyak rintangan :

(a) Pengusiran mahasiswa kedokteran di asrama prapatan 10(oktober 1945)

(b) Pengambilan gedung Perguruan Tinggi kedokteran Jakarta,pengambilan gedung Perguruan Tinggi Hukum dan Kesusasteraan (21 juli 1947) dan pengambilan Gedung Rumah Sakit Perguruan Tinggi(sekarang RSCM )

August,27th.1948

the earliest date ,postally used  3rd anniverasry Indonesia Independence 100 and 150 sen on cover.

August,28th.1948

KTN diminta memperhatikan soal tindakan pengusiran oleh Belanda terhadap pegawai RI di Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

August,31th.1948

(a)The rare new rupih RP.1.50 republic sumatra local revenue uesed off document august,31th.1948 look below

 

and upper September 1948 same  new rupiah used revenue.

(b) The ORI (newr Roepiah currency oeang repoeblik indoneisa0overp[int -.50 lima poeloeh sen repoblik Indonesia Reveneu on “surat pengangkatan pegawai Pegadaian Negeri Daerah Djawa Timur di Blitar”

(c)The form of the republic Indonesia paper money  have change in Postal office model G(because to many false banknote, all banknote must show at pos office, the false with keep and the origianl will chnage with the new repoeblic Indonesia paper money)

at the back the  mint repoeblic Indonnesia pen strip overprint the ned Indie karbouw 1 cent stamp.look the used on documnet ontvang bewij(pospakeet recu) in  january,29th.1947

September 1948

PKI gains recruits from PDF; new Politburo includes Aidit, Lukman and Njoto.Republican Government releases Tan Malaka from custody as a counter to PKI influence.

September,6th.1948

2000 police on doty to keep the security(keamanan) during Price Juliana  crowning(penobatan)

September, 5th.1948

Musso gives speech advocating that Indonesia align itself with the Soviet Union.

September,9th.1948

(1)Dr iwan collections of the first PON(pekan Olah raga nasional-Basional sport weeks) at Solo(surakarta) .

(2) The very rare and only one ever seen the block four  4x f100 local sumtara republic indonesia revenue,used on fragment document, 9.10.1948

September,11th.1948

 

 

 

 

 

NICA Javasche babk papermoner in 1948

The jakarta justice court had sentence 15 years to  the Dai Nippon war criminal Ikeda seichi due to get the Java young womens to be prostitute.

 

The Fake  Residency  (Keresidenan)of Atjeh  local papermoney in  September,11th.1948

Read more info of fake papermoney

 

Modern falsifications of Netherlands Indies and Indonesian paper money

– By Rob Huisman –

One can devide forgeries of Netherlands Indies and Indonesian paper money in 4 categories:

– Contemporary falsifications with the objective to circulate the forgeries for profit

– Contemporary falsifications, issued by rivaling parties to either disrupt the others economy and/or finance secret operations

– Low quality modern falsifications for sale to ignorant tourists and starting collectors, being either:

  • reproductions of existing notes
  • fantasy notes

– High quality modern falsifications for sale to the collectors community, being either:

  • reproductions of scarce notes
  • pretended newly discovered issued and proof notes

Although the first two categories are of interest to collectors, especially the last category is most annoying to the collecting community. Years ago, Netherlands Indies paper money was mainly collected by some Dutch collectors that included the overseas territories in their Netherlands paper money collection. More recently, also Indonesia became more aware of its past and the improved local economic situation allows more Indonesians to spend money on collecting. There is even a tendency where Netherlands-Indies and Indonesian paper money sells at higher prices in Indonesia than in Europe. In recent years, several Indonesian auction houses were founded that offer an impressive selection of much sought after paper money. For better quality and more scarce pieces the prices have risen significantly. Unfortunately as soon as these items become expensive, falsifications also start to surface. This collecting area is still in its early days and therefore it is likely that unknown issued or proof notes might be discovered. The relatively low average salary level combined with the skilled craftsmanship of the Indonesian people make paper money an easy target for falsifications. When an unknown Netherlands Indies or Indonesian note appears on the market it is therefore justified to be suspicious about its authenticity.

Below I have listed an overview of paper money that I have classified as “modern falsifications”. This list is not complete and newly identified forgeries will be added as they surface.

============================================================

In december 2007 I bought four notes from Tandjong Pandan, the main town of the Indonesian island Billiton.

 

 

 

 

Studying the notes carefully, the following observations can be made:

  • The notes carry no serial number identification which is unusual for notes in this period, especially for notes with a denomination of 1 rupiah and higher.
  • The notes do not have a specific date of issue, only the larger one has 1947 printed, but no day and month which is also unusual for  notes in this period, especially for notes with a denomination of 1 rupiah and higher.
  • One note mentions Cents (Dutch) as denomination; the other one mentions Rupiah (Indonesian). During the revolutionary period the new Republik Indonesia discouraged and prevented the use of any reference to the Dutch colonial period on its paper money.
  • The paper has several folds. Especially the larger note has a strong horizontal fold in the middle where the paper has been damaged. Looking with a magnifier,  the printing ink shows creep into the paper at the fold and also has no ink on locations immediately next to the fold; These are strong indications that the printing occurred on paper that already had the folds.
  • The large note carries the signature and name of M. Lukman Hakim who later became the governor of Bank Indonesia (1958-1959). It is known that he called himself Loekman Hakim since he followed the old spelling, just like Soekarno did.
  • The signature of Mr. Loekman Hakim does not resemble his signature that is printed on the ORI BARU notes of 1949.
  • The cutting perforation of the notes is not used on any other Indonesian note and has no clear functional reason.

==============================================================

During the past few years a number of  falsifications has entered the market, especially via internet sites like eBay. Although these notes seemed to be fake at a first glance, I did buy several  in order to study them in more detail. Because the number of fake Indonesian and Netherlands-Indies notes sold via eBay is irritating me, last night I send an e-mail to one specific eBay seller, pointing out to him that he was selling fake paper money and asking him to at least mention that in his description. He wrote me back asking me why this note was fake and if so, he would remove the note from eBay. Basically I spend my whole night looking at this note and wondering how to describe to him that this note is a fake. I realised that it is pretty dificult to describe why a note that looks like a fake is indeed a forgerie. During this exercise I also put some of my other presumed fake notes on the table and looked at them for a while. In total it is a collection of eight notes that I aquired during the past three years and that I put aside for studying at a later moment in time. It is a variety of notes:

 

 

100 Gulden note from Sabang from 1-2-1948

 

 

500 Gulden note from Sabang from 1-2-1948

The e-mail to the eBay seller concerned the sale of the above note of 100 Gulden. My e-mail reply was as follows:

“This is a note from a series that contains a 100, 500 and 1000 denomination. These are recent falsifications for sale to tourists visiting Sabang, which is a most attractive island, especially loved by scuba divers, located near the coast of Atjeh at the most western point of Indonesia. These notes are regularly offered on eBay for sale.

Looking at the revolutionary period in Indonesia between 1945 and 1949, the so called struggle for independence, there were parts of Indonesia where the Dutch were in charge and parts where the new Republican government was in charge. The status of Sabang during these years is not very clear.
However the Dutch did not issue any local money during this period, they only issued NICA money in some territories and re-introduced the old Javasche Bank money where NICA was short on supply. Later they issued new Javasche Bank money in several area’s.

The Indonesian government issued the ORI money on Java and later they issued ORIPS money on Sumatra. Because of logistical problems with the distribution of ORIPS money some local governmental institutions issued their own local money, like the Asahan province. The Republican money for the Atjeh area was printed in Bukkittinhi and was also called ORIPS money. There are no historical records of Sabang printing or issueing own money.
 
If the Dutch would have issued local money in Sabang, it would for sure be Dutch money, in Dutch language and on high quality paper. The notes mention the name VANDER P, which possibly refers to Van der Plas, one of the highest ranking officials in the Dutch Indies at that time. It is unlikely that he would have been the signatory of any local issued paper money. Also there is no logic to just mentioning part of his name. Most text on the notes is in Malay while the denomination is in Gulden. The spirit of those times was that the Dutch would have issued paper money using Dutch text, mentioning only the denomination in both Dutch and Malay, like all the other issues in that period.
 
If the Indonesian Republic would have issued local money in Sabang, it would for sure mention Rupiah as the denomination. There was a strong sense of nationalism within the Republican party and it is sure to assume that any reference to the Dutch colonial period would be prevented. All the local issues of the Republic Indonesia mention Rupiah’s during that period.
Furthermore the 100 and 500 gulden notes have the F. sign in front of the denomination which refers to the Florin, the old Netherlands word for Gulden. It is highly unlikely that the Indonesian Republic would all of a sudden start using this historic notation, that was last used on Dutch Java Bank banknotes in 1864, on a small and distant Indonesian Island.
 
Next, the notes have the Islam sign with star and crescent moon printed on the note which is not observed on any genuine Sumatra notes of that period. There are two notes listed in the Katalog Uang Kertas Indonesia KUKI (HP-3 and HP-4) both issued by Negara Islam Indonesia (NII) at Cirebon, Java in 1949, unfortunately the author of the catalogue was only able to provide poor quality black and white copies of these notes.
Some years ago a series of five notes was offered to several senior collectors for a price of $ 4.000 that was supposed to be issued by the NII in the Atjeh province. Also this series is believed to be a fake and might even originate from the same counterfeiter.”

 

Een honderd dollars note from Deli / Medan 1899
Note the text “Jhon ench zone” at the bottom of the obverse. It is an amateurish reference to the Dutch printer “Joh. Enschedé en Zonen”

 

20 Rupiah note from Medan 5 juli 1947

 

500 Rupiah note from Laboehan Batoe, 11 september 1947

 

25.000.000 Rupiah note from Membang Muda, 3 mei 1947 in pink color

 

25.000.000 Rupiah note from Membang Muda, 3 mei 1947 in green color

 

100 Rupiah, Keresidenan Atjeh, 15 September 1948

 

September,13th.1948

the IWI (journalist organization) resolution to  Let.General abdul kadir  Widjojoatmodjo(NICA vice commander) to “Mencabut”(off)the regulation to stop the neewspaper circulations.

September,14th.1948

 

Special service in the Kwitang mosque of Jakarta after the death Mohammed Ali Jinnah, the first governor of Pakistan(14 september 1948)

September, 17th.1948

Siliwangi division drives PKI out of Surakarta; PKI retreats to Madiun.

 

 

September, 18th.1948

PKI attempts a coup in Madiun; kills pro-government officers there.

FDR -federasi demokrasi rakyat  (People Democratic  Front) joined the Communist Party of Indonesia (PKI) to plan a coup.

Some of the actions undertaken by these groups including waging anti-government propaganda, conducting demonstrations, strikes, kidnap and kill political opponents, and move the riots in some places.

In line with the event, came Muso a communist leader who has long been in Moscow, the Soviet Union. He joined the Amir Syarifuddin to oppose the government, he even managed to take over the helm of the PKI. After that, he and his friends increased terror, pitting units and aggravate the personal existence of the TNI leadership Soekarno-Hatta. Peak action is a rebellion against the Communist Party of Indonesia on September 18, 1948 in Madiun, Java Timur.T ujuan rebellion was undermining the state of RI and replace it with a communist state. In this action several officials, military officers, party leaders, scholars and people who are considered enemies murdered in cold blood. This act of cruelty to make people angry and condemn the PKI. Figures of warriors and military forces are currently facing the Netherlands, but the government of Indonesia is able to act quickly. Soedirman commander ordered Colonel Gatot Subroto in Central Java and East Java Colonel Sungkono to run insurgency operation of the PKI. On 30 September 1948, Madison can be occupied again by the TNI and the police. In this operation successful Muso was shot dead while Amir Syarifuddin and other figures were arrested and sentenced to death.

 

PKI atrocities

In Madiun Affair September 1948, PKI followers among others catch Regent Magetan Sakidi. PKI executioner stretched a ladder cross over a well in Soco. Then the body of the regents was laid on top of that ladder. When supine bound like that, executioners sawed off two Sakidi body, dropped down into the well. Mrs Sakidi who heard her husband was executed in Soco, followed there by holding her two children aged 1 and 3 years. She was desperate to ask to see the corpse of her husband. Hassle serve, PKI massacred all the woman witnessed her two children, then dicemplungkan also into the well. In Starch and Wirosari, anal villagers pierced with bamboo spears and then plugged in the rice field like a scarecrow bird repellent. Meanwhile, a woman stabbed her pussy with bamboo spears and also plugged in the rice field

 

 

 

 

Pada tanggal 18 September 1948,

 Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun. Untuk menumpas pemberontakan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi Siliwangi cukup besar.

 Di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun

Solo City shocked by the kidnapping and killer fulfillment of the dr
Mawardi,

 

 bull Barisan leaders of the Republic of Indonesia (BPRI), due to investigation  and further analysis is no business of the Communist party to kidnapping and killing characters that are not his people, (Dr. Muwardi present when Proklamsi kemderdekaan August 17, 1945 in Jakrta, read in 1945)
18 September events in the history of black struggle Indonesian nation, the betrayal of the PKI (Indonesian Communist Patai) Diwali from Goranggareng 10 miles from Madison, dozens of people killed in sebuag building (see photo victim dlam hole). Go then in Ngrambe 35 leaders of the people also were killed, followed in Dungus 60 people died in a terrible state. In tirtomoyo 37 miles south Wonogiri 9in one building used gunpowder 200 people locked up (captured in), 50 of whom died in a terrible state. Murder happens everywhere, in place of the PKI into political mayoritas.Lawan, officials, Alim Ulama did not escape from the target PKI.
On this occasion Siliwangi Division and battalion generally Umar Wirahadi Kusuma (see his picture with the rank of Major was involved in the operation of the PKI (Indonesian Communist Party), as the story of Pak Umar as follows:


Batalion Umar was formed from troops grilya first war of independence (July 1947) that IV battalion of 13 Brigade, based in Tjolomadu Suiliwangi Solo (near the sugar mill and the main field of air pouring Panasan, Dr Iwan has attended compulsory military officer training school here in 1973).
To quell the communist party in Madison, pak umar with assigned troops occupied the city and mengadalkan Magetan dsekitarnya cleaning, subsequently entered into Sumorojo_Purwantoro pengejatran PKI forces as well as a cross-country to Pacitan.
When he took Magetan (see Photo Magetan military entered the town), Pak Umar served as Head of the local Military Government Achmad accompany Regent Magetan Sukarna widjaja, this is where Mr. Umar saw sendir kebiadapan PKI, is the man when he loses his dignity humanitarian and had forgotten to God, then it will be lower than the animals that PKI (the  same thing in Cambodia, the killing fields of Pol Pot, calendar notes Dr. Iwan)
At the time of entry Magetan IV battalion engaged with the formation of the left wing and right wing and Mr. Umar was in the center,and the left wing soldiers save mothers and children in the family of police in that area.During at magetan Mr Umar  with Dr.  Sumadi, they have held back Factoring Orban mass graves and conducting reconstruction malignancy PKI how the state apparatus (the civil service and police Magetan) were killed by the CPI with the photos will be sent to PUSEMAD.
5.6 and 7 Siliwangi Regiment of the Brigade was shipped Platinus III (date forgotten) and landed in Apex, Major General Djatikusumo (see photograph) and his aides as the host come to welcome the troops, this Regiment will perform duties as a outpost for quell the rebellion calling itself the FDR (Democratic Front Takjyat) led by Mr. Amir Sjarifuddin (see fot profilenya da photos with hisfriends.

 

, Muso artiket PKI Madiun incident premises

 

 aid ex Maladi Major Joseph (see photograph )

 

, Maj. Gen. Djoko Suyono Military leaders of the FDR / PKI (see photograph)

 

 

, sera lascar photo that strongly influenced the Labour Party.


At night the Brigade Staff continue to actively follow the cleaning movement (pembersihan), suddenly Lieutenant Marzuku of PHB (Transportation TNI) reported that he caught the radio broadcasts of the contents of which the Proclamation of the Republic of Madison people’s democracy, interspersed repeated broadcasts answering to Let.Kol Sadikin who remain on the side that FDR was always  winning soldiers  far out of town, and subsequently held pengejaran because with a proclamation broadcast tone aka FDR is a new task.
Then came the bustle of preparation Long March to Madison, on the day before leaving for the whole battalion gathered in the courtyard that served the town hall since the Great Commander General Sudirman amanatnya.Suasana will deliver a touching moment departing from solo to Tawangmanggu (DR iwan during military exercises also follow this path ) along the road until the town folk kepingir berdeet dipinngir street shouting siliwangi Life! Happy fighting! Up in Tawang Mangu troops transported by truck and then walking toward the rebel defenses left FDR.Sayap api.Batalion transported by pack train arrived at walikukun Umar and battalion and battalion Sumadi Sentot to 10 miles from Ngawi.
Intel then sent a member of TNI to the medium to observe the situation, the brigade of the 13th was followed by Colonel Mudstopo komadan as CREW, is also the battalion commander Major Suprapto Sukowati Madison, sister line of bull rusdi dri Solo and Ms. Rashid girl a journalist CREW also participated. (See long march photos)

 

 

 

 

In Tawang Mangu as a starting point for the axis movement, with small groups to infiltrate the enemy with meneyebarkan kepanikan.with to the belly( keperut) soared toward the left as gerekan Ngawi misdirection, then troops moved into Cemorosewu Tawangmangu to Tawang Mangu menyebur outpost where troops stalled waiting PKI Muso.Di CemoroSewu laparon of the battalion who stormed sarangan, soon received news that Sarangan already mastered (see photograph)


Raid tonnes received help from the cadets AMN (Academy of National Meliter) based in the hotel Arendnest Sarangan led by Major Dr. Singgih.Dengan safe sarangan can sit on it, immediately moving quickly to occupy the first Magetan occupy the airfield Maospati, then preparation for Madison through Goranggareng and Pagotan, escorted by a battalion Pak Umar kompin of the command post at Pak Umar Plaosan.Batalion since yesterday already mastered Walikukun_Ngrambe_Panikan, which lowers the mental forces on the FDR PKI Magetan, Maospati and madison.
Bataluion move Madium Palosan_Goranggareng_Pageta routes crossing the street, in Gorangareng there is heavy resistance, but thanks to the high spirit of military resistance apsukan can be broken> PKI FRD Force flight was coming from an escape from Magetan and Masopati and around Gunung Liman Wilis, with state of panic they retreat to Ponorogo.berdasarkan this state prior to the battalion pack Madium Umar stopped to Magetan danMaospati.
To find the atmosphere on the east side, Mr. Umar personally went to Kediri to appear before the military governor of East Java, Mr. Sungkono (see illustration profile)

 

, Pak Umar reported that the city of Madison, Magetan, Maospati and Ngawai now fully been dukuasai TNI except Ponorogo.Ternyata obtained information that FDR forces? PKI now escape to  Ngebel and Ponorogo, the military advance of requested cooperation UB Siliwangi and eastern Java, with the division of tasks siliwangi Caruban_Gunung operating area to the west dank LIman_Gunung willis e Eastern regions took charge of Operation UB ynag Ponorogo and Trangalek.
Look at the illustration Madium military entered the town.


On returning to Madium, Pak Umar informed that Muso ca was at  one of  place dilereng Liman escorted mountain under the leadership core btalaion Maladi Jusuf, figures FDR? Other PKI also arriving there like Amir Sjarifuddin <djokosujono.alimin, Suripto, Tan Malaka and Wikana, then prepared a plan to persecute.
The first weapon Bentriokan experienced dilereng Mount Liman, chase chase terjadi.Pasukan FDR / PKI kejurusan Ngebel escape, pursuit carried on, there kontar weapons, Maladi jusugf hit that had carried his army, after the chase lasted three days, obtained a report that was run Muso to Ponorogo_Trengalek towards the south to southwest mountain Gembes Ponorogo in sector-Ponorogo_Pacitan Wonogiri triangle, then the right-wing direbut.Dari Ponorogo can then move towards Pacitan pasuakan tonnes after a new week until Tirtomerto anatara Wonogiri_Pacitan, while other troops were among Purwantoro and Wonogiri , while the Battalion Slamer Rijadi (see illustration profile) provides news slah, was actually running towards the contrary, so Bataluio n Pak Umar in sarangan ditygaskan stemming from the north, Pak Umar together sopoir to Trengalek to menmui Major Mudjajin that sat was busy sedng mengature battalion, Ponorogo was already dikjuasi TNI and pengejatran dimuali towards Utara.Saat pack POskonya Umar returned to prepare, he attained the information that had been shot Muso (see illustrasinya)

 

, to prove that Mr. Umar went to Sumoroto, arrived dibalai Sumoroto village appears lying on the table ats the corpse of a black dress warok Ponorogo style, his great height, his age about 5o tahun.Pak Umar Muso had never seen before, so can not judge the reality, whether it is true Muso ataubukan.melihat underwear that is not commonly used in Indonesia can be ensured that bodies were dressed in eastern European countries, long-sleeved white dress shirt with pants so long one as well, then summoned the soldier who shot him he told me as follows: “When the soldier in charge of guarding the streets armed with stengun, come to a gig (which is controlled delman0 a dress warok. Arrive  down the guard , approached the guard while pointing a gun, saying, boy, shoot you, this man was  Muso himself . the soldiers heard by surprise. deny the request, yet the mugger shout, shoot the father, if  not, children of her own who would you shoot. So with a barrage of gunfire mitrajur “terhujunglah” Muso falling down  instantaneous ,

Muso said in a voice broken, thank you son, continue to struggle to liberate the country thy water, then he breathed his last .

 

 

 

Look at the photo-General Sudirman laying flowers at the park heroes to soldiers killed in crackdown

 

Original info(Hidajat Umar wiarhadikusumo,Jakarta,1983)

Kota Solo digemparkan oleh pereistiwa penculikan dan pembu nuhan terhadap dr Mawardi,tokoh Barisan banteng Republik Indonesia(BPRI),menureut penyelidian dan analisis lebih lanjut memang ada usaha dari pihak Komunis untuk melakukan penculikan dan pembunuhan tokoh yang bukan kaumnya,(Dr Muwardi hadir saat Proklamsi kemderdekaan 17 agustus 1945 di jakrta,baca tahun 1945)

18 September terjadi peristiwa hitam dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, pengkhianatan PKI(Patai komunis Indonesia) diwali dari Goranggareng 10 km dari Madiun,puluhan orang dibunuh di sebuag gedung(lihat foto korban dlam lubang).Ke mudian di Ngrambe 35 pemimpin rakyat juga dibunuh,menyusul di Dungus 60 orang meninggal dalam keadaan yang mengerikan. Di tirtomoyo 37 km Selatan Wonogiri disebuah bekas gedung mesiu 200 orang dikurung(sekap),50 orang diantaranya meninggal dalam keadaan yang mengerikan. Pembunuhan terjadi dimana-mana,di tempat PKI menjadi mayoritas.Lawan politik,pejabat,Alim Ulama tidak luput dari sasaran PKI.

Dalam kesempatan ini Divisi Siliwangi umumnya dan battalion Umar Wirahadi Kusuma(lihat fotonya dengan pangkat Mayor ikut terlibat dalam operasi penumpasan PKI(partai komunis Indonesia) ,sebagaimana cerita dari Pak Umar sebagai berikut:

Btalion Umar dibentuk dari pasukan grilya perang kemerdekaan pertama(juli 1947) yaitu battalion IV dari Brigade 13 Suiliwangi yang berkedudukan di Tjolomadu Solo (dekat pabrik gula dan lapangan utama angkan udara Panasan,Dr iwan pernah mengikuti latihan sekolah perwira wajib militer disini tahun 1973) .

Untuk menumpas partai komunis di Madiun,pak umar dengan pasukannya ditugaskan menduduki kota Magetan dan mengadalkan pembersihan dsekitarnya,selanjutnya mengadakan pengejatran pasukan PKI ke Sumorojo_Purwantoro serta secara cross country ke Pacitan.

Ketika menduduki Magetan(lihat Foto TNI memasuki kota Magetan),  Pak Umar menjabat Kepala Pemerintahan Militer setempat mendampingi Bupati magetan Achmad Sukarna widjaja,disinilah Pak umar menyaksikan sendir kebiadapan PKI,memang manusia itu kalau sudah kehilangan harkat kemanusiaaan nya dan sudah lupa pada Tuhan,maka ia akan menjadi lebih rendah dari binatang itulah PKI(hal sama terlikat di Kamboja,Pol Pot the killing field-catatn Dr iwan)

Pada waktu batalion IV masuk Magetan yang bergerak dengan formasi sayap kiri dan sayap kanan dan Pak Umar berada ditengah.Pasukan Sayapi menyelamatkan ibu-ibu dan anak-anak keluarga polisi setempat.Selama berada di mkagetan Pak Umar bersama Dr Sumadi ,mereka telah mengadakan pengalian kembali kuburan masal orban keganasan PKI dan mengadakan rekonstruksi bagaiman aparat Negara(pamong praja dan Polisi Magetan) dibunuh oleh PKI dengan foto-fotonya akan dikirim ke PUSEMAD.

Resimen 5,6 dan 7 Siliwangi dari Brigade III diangkut dengan kapal Platinus(tanggal sudah lupa) dan mendarat di Rembang,Mayor Jendral Djatikusumo(lihat fotonya) dan ajudannya  sebagai tuan rumah ikut menyambut pasukan tersebut,Resimen ini akan melaksanakan tugas sebagi pos terdepan untuk menumpas pemberontakan yang menamakan dirinya FDR(Front Demokrasi Takjyat) yang dipimpin oleh Mr Amir Sjarifuddin(lihat fot profilenya da foto  dengan teman-teamnnya).,Muso artiket peristiwa PKI Madiun(lihat fotonya sedang pidato) denga ajudannya ex Mayor Maladi Yusuf(lihat fotonya), Jendral Mayor Djoko Suyono pemimpin Militer FDR/PKI(lihat fotonya) , sera foto lascar Buruh yang sangat dipengaruhi PKI.

Malamnya Staf Brigade terus aktif mengikuti gerakan pemenbersihan,tiba-tiba Letnan Marzuku dari PHB(Perhubungan TNI) melaporkan bahwa ia menangkap siaran dari radio Madiun yang isinya Proklamasi Republik demokrasi rakyat,siaran diulang-ulang diselingi pangilan untuk Let.Kol Sadikin yang tetap ada dipihak yang unggul.Psuakn FDR sudah terusri jauh keluar kota,dan selanjutnya diadakan penegajran  karena dengan adanya siaran proklamasi FDR tersebut aka nada tugas baru.

Kemudian terjadilah kesibukan persiapan Long March ke Madiun,pada hari sebelum berangkat seluruh battalion yang bertugas berkumpul di halaman balai kota karena Panglima Besar jendral Sudirman akan menyampaikan amanatnya.Suasana yang mengharukan saat berangkat dari solo menuju Tawangmanggu(DR iwan saat latihan milter juga mengikuti jalur ini) disepanjang jalan sampai kepingir kota rakyat berdeet dipinngir jalan sambil berteriak  Hidup siliwangi! Selamat bertempur! Sampai di Tawang mangu pasukan diangkut dengan truk dan selanjutnya jalan kaki menuju tempat pertahanan pemberontak FDR.Sayap kiri diangkut dengan kereta api.Batalion pak Umar sampai di walikukun dan battalion Sentot serta battalion sumadi sampai 10 km dari NGawi.

Kemudian dikirim anggota Intel TNI ke medium untuk observasi situasi,brigade ke 13 juga diikuti oleh Kolonel Mudstopo selaku komadan KRU,juga Mayor Suprapto Sukowati komandan battalion Madiun,Saudari rusdi dri barisan banteng Solo dan Nona Gadis Rasyid seorang wartawan KRU juga ikut serta.(lihat foto long march)

Di Tawang mangu sebagai starting point untuk poros gerakan,dengan kelompok kecil menyusup keperut musuh dengan meneyebarkan kepanikan.Dengan melambung kekiri menuju Ngawi sebagai gerekan penyesatan,kemudian pasukan Tawangmangu bergerak ke Cemorosewu untuk menyebur Tawang Mangu tempat pos terdepan pasukan PKI Muso.Di CemoroSewu terhenti menunggu laparon dari Batalion yang menyerbu sarangan,tak lama kemudian diterima berita bahwa Sarangan sudah dikuasai(lihat fotonya)

Penyerbuan TNi mendapat bantuan dari para taruna AMN(akademi Meliter Nasional) yang bermarkas di hotel Arendnest Sarangan dibawah pimpinan Mayor Dr Singgih.Dengan aman sarangan dapat diduduki,segera dengan cepat bergerak untuk menduduki Magetan dengan lebih dahulu menduduki lapangan terbang Maospati,kemudian persiapan menuju Madiun melalui Goranggareng dan Pagotan,dikawal oleh kompin dari battalion Pak Umar yang pos komandonya di Plaosan.Batalion Pak Umar sejak kemarin sudah menguasai Walikukun_Ngrambe_Panikan,yang menurunkan mental pasukan FDR PKI di Magetan,Maospati dan madiun.

Bataluion bergerak ke Madium meliwati jalan rute Palosan_Goranggareng_Pageta, di Gorangareng  ada perlawanan berat,tetapi berkat semangat tinggi apsukan TNI perlawanan tersebut dapat dipatahkan>Pasukan pelarian FRD PKI itu berasal dari pelarian dari Magetan dan Masopati disekitar Gunung Liman dan Wilis, dengan keadaan panic mereka mundur ke Ponorogo.berdasarkan keadaan ini battalion pak Umar sebelum ke Madium mampir dulu ke Magetan danMaospati.

Untuk mengetahui suasana disebelah timur,Pak Umar pribadi pergi ke Kediri untuk menghadap Gubernur militer Jawa Timur Pak sungkono(lihat illustrasi profilnya),Pak Umar melaporkan bahwa kota Madiun,Magetan ,Maospati dan Ngawai sekarang sepenuhnya sudah dukuasai TNI kecualilui Ponorogo.Ternyata diperoleh informasi bahwa Pasukan FDR?PKI  sekarang melarikan diri kejurusan Ngebel dan Ponorogo,maka diminta kerjasama anatar TNI Siliwangi dan Brawijaya jawa timur, dengan pembagian tugas siliwangi daerah operasi Caruban_Gunung LIman_Gunung willis ke barat dank e Timur daerah Operasi Brawijaya ynag bertugas merebut Ponorogo dan Trangalek.

Lihatlah illustrasi TNI memasuki kota Madium.

Saat kembali ke Madium,Pak Umar memperoleh informasi bahwa Muso ca beradsa dislah satu tempat dilereng gunung Liman dikawal btalaion inti dibawah pimpinan Maladi Jusuf ,tokoh FDR?PKI lainnya juga berda disana seperti Amir Sjarifuddin<djokosujono.alimin,Suripto,Tan Malaka dan Wikana,maka disusun rencana pengejarannya.

Bentriokan senjata pertama dialami  dilereng Gunung Liman,kejar mengejar terjadi.Pasukan FDR/PKI melarikan diri  kejurusan Ngebel,pengejaran dilakukan terus,terjadi kontar senjata,Maladi jusugf terkena tembakan sehingga terpaksa diusung pasukannya, setelah pengejaran berlangsung tiga hari ,didapat laporan bahwa Muso sudah lari ke Ponorogo_Trengalek kea rah selatan menuju gunung Gembes sebelah barat daya Ponorogo di sector segitiga Wonogiri-Ponorogo_Pacitan

,selanjutnya Ponorogo dapat direbut.Dari sayap kanan kemudian pasuakan TNi bergerak kearah Pacitan setelah seminggu baru sampai Tirtomerto anatara Wonogiri_Pacitan,sedangkan pasukan lain berada di antara Purwantoro dan Wonogiri,

sedangkan Batalion Slamer Rijadi(lihat illustrasi profilnya) memberikan berita slah,ternyata justru lari kearah bertentangan,sehingga Bataluio n Pak umar di sarangan ditygaskan membendung dari utara,Pak Umar bersama sopoir ke Trengalek untuk menmui Mayor Mudjajin yang sat itu sedng sibuk mengature batalionnya,ternyata Ponorogo sudah dikjuasi  TNI dan pengejatran dimuali kearah Utara.

Saat  pak Umar kembali untuk menyiapkan POskonya,ia memeroleh informasi bahwa Muso sudah tertembak(lihat illustrasinya),untuk membuktikan hal tersebut Pak Umar pergi ke Sumoroto,tiba dibalai desa sumoroto  tampak terbaring di atas meja mayat seorang berpakaian hitam ala warok Ponorogo,tubuhnya tinggi besar,usianya sekitar 5o tahun.Pak Umar sendiri belum pernah melihat Muso sebelumnya,sehingga tak dapat menilai kenyataannya,apakah itu benar Muso atau bukan.melihat pakaian dalamnya yang tidak lazim dipakai di Indonesia dapat dipastikan bahwa mayat  tersebut berpakaian Negara eropah timur,Baju kaos putih berlengan panjang jadi satu dengan celananya yang panjang juga,maka dipanggil prajurit yang menembaknya ia bercerita sebagai berikut

:”Sewaktu si Prajurit itu bertugas menjaga jalanan bersenjatakan stengun,datanglah sebuah dokar(delman0 yang dikendalikan seorang berpakaian Warok. Tiba dipenjagaan turun,menghampiri penjaga sambil menodongkan pistolnya,seraya berkata,Nak,tembaklah Bapak,Bapak ini Muso.Mendengar itu dengans endirinya si Prajurit terkejut. Iz menolak permintaan tersebut,namum si Penodong membentak,Tembak bapak ,kalu tidak,anak sendiri yang akan bapak tembak. Maka dengan suatu rentetan tembakan mitrajur terhujunglah Muso seketika oitu uga,dengan suara terputus muso berkata ,terim aksih nak,teruskanlah perjuangannya untuk memerdekakan Tanah airmu,kemudian ia menghembuskan nafas yang terakhir(penghabisann)

Lihatlah foto Jendral sudirman menaburkan bunga di taman pahlawan untuk prajurit yang gugur dalam operasi penumpasan FDR?PKI 1948.

Pada tahun 1948,

di bawah pimpinan Moehammad Jasin dan Inspektur Polisi II Imam Bachri bersama pasukan TNI berhasil menumpas pelaku Peristiwa Madiun di Madiun dan Blitar Selatan dalam Operasi Trisula. Mobrig juga dikerahkan dalam menghadapi gerakan separatis DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo dan di Sulawesi Selatan dan Aceh yang dipimpin oleh Kahar Muzakar dan Daud Beureuh..

 

 

 

Sewaktu pecah pemberontakan PKI-Madiun, batalyon Slamet Rijadi sedang berada diluar kota Solo, yang kemudian diperintahkan secara langsung oleh Gubernur Militer II – Kolonel Gatot Subroto untuk melakasan ke arah Utara, berdampingan dengan pasukan lainnya, opeeran dengan gemil

September, 19th.1948

PKI figures in Yogya arrested; Sukarno denounces the Madiun coup; Musso replies that he will fight; popular opinion sides with Sukarno.

 

Sepetember,21th.1948

The Communist separatis issued Money this day at Purwodadai.

 

September,27th.1948

 

Masih cerita soal perebutan kilang minyak di Cepu, Jawa Tengah dari PKI Muso. 27 September 1948, laskar rakyat yang mengikuti PKI Muso menyerang markas TNI di Cepu. Mereka juga menguasai kilang minyak.

Menteri Pertahanan Mohammad Hatta memberi perintah langsung. TNI harus segera merebut Cepu dari tangan PKI dan Laskar Minyak. Indonesia sangat membutuhkan minyak dari sana untuk kelanjutan perjuangan.

Brigade I/Siliwangi kebagian tugas itu. Serangan akan dilakukan dari tiga penjuru. Dari kiri Satuan Tugas Kosasih, tengah Batalyon Kemal Idris dan kanan Batalyon Daeng.

Jalannya pertempuran ini dikisahkan Letjen (Purn) Himawan Soetanto dalam buku Perintah Presiden Soekarno: Rebut Kembali Madiun, terbitan Pustaka Sinar Harapan. Saat itu Himawan masih berpangkat letnan.

Tapi bukan perkara mudah merebut Cepu. Gerombolan PKI yang melarikan diri dari Madiun bertahan di Purwodadi, Blora, Kudus dan Pati. Mereka cukup kuat dan telah memiliki posisi bertahan yang strategis. Jarak Purwodadi-Cepu kira-kira 90 km.

Gubernur Militer Jenderal Gatot Soebroto meminta Panglima Besar Soedirman agar memerintahkan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) terus menembaki jalan menuju Purwodadi. Tapi kepala staf AURI (kini TNI AU) Marsekal Soeryadarma mengatakan hal itu tak mungkin.

Saat itu AURI hanya punya beberapa pesawat tua buatan Jepang. Amunisi juga terbatas. Satu hal yang penting, tak ada radio komunikasi antara pasukan Siliwangi di bawah dengan pilot AURI di udara. Jika tak ada komunikasi, bisa fatal. Pesawat malah berpotensi menembaki pasukan sendiri.

Maka keputusannya, AURI akan mengerahkan satu pesawat untuk mengebom Purwodadi. Maksudnya hanya untuk memberi pukulan psikologis saja untuk PKI dan gerombolan.

Dari Maguwo, terbanglah sebuah pesawat Cureng. Pesawat tua peninggalan Jepang ini biasanya digunakan sebagai pesawat latih. Namun karena keterbatasan, akhirnya digunakan sebagai bomber. Cureng adalah pesawat bersayap ganda. Mampu terbang tiga jam nonstop dan membawa dua bom seberat 50 kg yang dilepaskan manual oleh pilotnya.

Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat ini, sementara Kapten Mardanus menjadi observer udara. Inilah pengalaman terbang pertama untuk Mardanus yang sehari-hari menjadi kepala bagian personalia Markas Besar Angkatan Perang itu.

Cuaca cerah saat Kadet Aryono lepas landas. Dalam waktu setengah jam, pesawat itu mencapai Purwodadi. Dulu Aryono mengenali daerah ini, sehingga tak sulit menentukan sasaran.

Aryono membidik Komplek Gedung Kabupaten. Dia terbang rendah. Tree top level atau nyaris setinggi pohon. Dua bom dijatuhkan dan mengenai sasaran. Ledakan keras terdengar.

Setelah melaksanakan misi tersebut, pesawat Cureng pulang ke home base di Maguwo. Kasau Marsekal Suryadarma telah menunggu. Dia memberikan selamat atas keberhasilan pengeboman. Tapi Marsekal Suryadarma kemudian menegur kadet Aryono.

Suryadarma menilai keputusan Aryono untuk terbang rendah sangat membahayakan. Pesawat gampang sekali jadi sasaran tembak dari darat. Kerugian tak ternilai jika pesawat yang sangat dibutuhkan AURI itu bisa ditembak jatuh pemberontak. Mau beli pesawat lagi uang dari mana? Lagipula Indonesia masih diblokade oleh Belanda, tak mudah beli persenjataan dari luar negeri.

Dari hasil laporan intelijen kemudian diketahui, pengemboman ternyata efektif untuk membuat PKI kocar-kacir. Saat bom dijatuhkan, ternyata PKI baru akan mengeksekusi tahanan. Mereka pun bubar saat bom jatuh dan eksekusi batal dilaksanakan.

Kerjasama antarangkatan (darat dan udara) dalam pengemboman di Purwodadi ini merupakan salah satu yang pertama dilakukan TNI.

Mungkin karena takut ada pengeboman lagi, PKI berangsur-angsur menarik diri dari Purwodadi. Mayor Kosasih berhasil merebut Purwodadi tanggal 5 Oktober 1948.

Pasukan Siliwangi terus bergerak ke arah Utara dan akhirnya bisa membebaskan Kilang Minyak di Cepu tanggal 8 Oktober lewat pertempuran sengit.

(Himawan sutanto )

Sepetember,29th.1948

The registered airmail cover send from bandung to Shanghai  by Royal dutch airlines(KLM)

September 30 Siliwangi division recaptures Madiun. PKI abandons Madiun, pursued by army. Aidit and Lukman leave for China.

The “Madiun incident” was the second time the PKI made an unsuccessful, poorly-planned revolt. The first was against the Dutch in 1926-7; the last was in 1965.The events at Madiun changed the opinion of United States diplomats toward the new Republic. Formerly suspicious, the USA now saw Indonesia as a potential ally against Communism.

September,30th.1948

Menumpas Pemberontakan PKI Madiun 1948


Perjanjian Renville menimbulkan adanya pertentangan politik yang cukup sengit akibat perbedaan pandangan di antara kelompok- kelompok politik mengenai perjanjian itu karena dianggap banyak merugikan pihak RI.

Beberapa partai pun menarik diri dari kabinet diantaranya Masyumi dan PNI. Lalu ketegangan politik ini disusul dengan mundurnya Amir Syariffudin sebagai Perdana Menteri lalu dia mendirikan Front Demokrasi Rakyat. Pada perkembangan selanjutnya Amir Syarifudin bertemu dengan gembong PKI, Muso, yang baru saja kembali dari Uni Soviet. Mereka lalu memproklamirkan berdirinya Republik Sovyet Madiun. Karena dianggap sebagai bentuk penghianatan terhadap republik maka dilakukan penumpasan terhadap pemberontakan ini.

Kepolisian Negara juga ikut serta dalam memberantas pemberontakan PKI Madiun. Kepala Polisi komisariat Jawa Timur memerintahkan Komandan Mobbrig Besar Jawa Timur Komisaris Polisi 1 M. Jasin membentuk pasukan.

Tanggal 30 September 1948

 pasukan Mobbrig Polisi menyerbu Madiun. Sekitar pukul 14.00 pasukan Mobbrig sudah memasuki kota Madiun dari arah timur, sedangkan pasukan Siliwangi dari arah barat. Sekalipun kota Madiun berhasil dikuasai operasi Mobrig tetap dilanjutkan untuk membersihkan sisa-sisa pemberontak yang telah melarikan diri ke arah Ponorogo. Dalam pengejaran pemberontak di Ponorogo, Musso berhasil ditembak mati

Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik.

Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman melarikan diri ke Cina dan Vietnam.

 

 

October 1948

Pro-government Tan Malaka followers create Murba Party. Tan Malaka is arrested again.

October,2 nd.1948

Jakarta citizen census  1.243.048 peoples.

October,6th.1948

The postally used letter sheet postal statione wueen wilhelmina added  wilhelma stamps 40 cent send via airmail with the rare label of per luchtpost P 37 AA B10 k/2 frombatavia to Amsterdam(rare collections)

 

 

October,7th.1948

 

The applicant of  certificate identitiy of Indonesian samsuddin bin Katib from Koemango boekittinggi west Sumatra DEI father Katik bin Sipat ,he arrived Australia from Singapore in June 10th 1947 per ship SS Bentaoer and landed at broome

Application for Certificate of Identity submitted on behalf of Samsudin bin Katib to facilitate his deportation to Indonesia via Singapore, 7 October 1948

NAA: A2998, 1951/4644, pp.17–18

This certificate was required to enable Samsudin to pass through Singapore en route to Indonesia. It notes that he is travelling to West Sumatra for the purpose of residence, and is leaving Australia permanently.

Application for Certificate of Identity submitted on behalf of Samsudin bin Katib to facilitate his deportation to Indonesia via Singapore, 7 October 1948

< | 1 | 2 | >

NAA: A2998, 1951/4644, pp.17–18

This certificate was required to enable Samsudin to pass through Singapore en route to Indonesia. It notes that he is travelling to West Sumatra for the purpose of residence, and is leaving Australia permanently

This image is drawn from the National Archives of Australia’s RecordSearch database. The entire file has been digitised and is available online. Clicking on the link below will take you into the RecordSearch database. Then click on the ‘View digital copy’ icon

 

 

The local Republic sumatra revenue, usedoff document, October,7th,1948 and other date in october.look below

 

also Nopember used look above

 

 

October,10th.1948

(a)The very rare combinataion used of sumatra local repoeblic indonesia revenue on fragment document, between the old revenue f.100( now became new RP 1,-) with new ropeiah revenue Rp.1.- and Rp.0.50) ,The best and very rare collection courtecy dr Iwan and only one exist in the world.(the mint unuse many exist,but the use very rare)

(b) The rare postally used Postal stationer dancer 5 cent card(federal state postal card) Type II a with the distance between dancer desing to top 4 mm ,cds makassar to surabaia.

(c) The basketbal team picture at Muntilan 11.10-48

October 11th.1948

Van Mook resigns as Lt.-Governor of the Indies.

October,12th.1948

The postally used cover from Germany to Batavia.

 

October,18th.until 21th 1948

The Program of  Radio in Fedreal state -Djkarta,bandoeng,Makasssar,Medan,soerabaia,Menado,Padang,palembang,Pontianak,semarang,PCJ.Garoet, the rare historic info of music  collection,like  Indonesian walfare ochestra lead by Tjoe Kim Po Jakarta, “Poetera maloekoe”orchestra  lead by Pattiwael. Java art studio jakarta lead by Ki Sossrohoetomo  ,pesinden Bokmas Soeratmi.  and tembang Tjiandjoer Rengannis lead by MangOndo pesinden Iming at bandung.Orkes sinar Sejati singer  Hoo Eng Djoe and Miss Ijem at Makassar. Orkes Miss Roekiah with kroncong “Lief Java” at Medan.

Orkes keroncong studio surabaya lead by Lie sian hway

also the music picture like R.KOESBINI,VIOLIST MAKASSAR, Rebab,Tionghoa orkes Thung Lok Khiak Sheh Medan,bing crosby,miss ijem makassar,composer tshaikowsky and handel,miss sally host from royal KNIl Jakarta ,

The promotion label inside the brochure like Ketjap Tjap bango,Tenoenan asli Tjap radio Bandoeng.

Federal state postal stianoner card dancer 5 cent,rare type 11 mmm distance of the stamp picture from above,send from Batavia to Soerabaia.

 

 

 

 

October,20th.1948

 

 

 

 

The rare registered postally used homemade cover send from Negeri samudra at GeUdang via  CDS Lheusomawe  28.10.48 Aceh with two KON 19 cent overprint round machinal NRI East Sumatra overprint and Japan homeland 5 cent stamp to Lheusomawe aceh.

(courtecy Prof Dr Eko Prasetyo,manado)

 

 

October 31th,1948

(a)Musso killed while attempting to escape arrest.

the picture of Musso

(b)Dr van mook farawel party and back to netherland at kemoyoran airport

 

Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948

Musso tewas ditembak.

November 1948

November,1st.1948

Regional Issues Republic of Indonesia

 

Courtecy :Rob Huisman

City of Surakarta

RH750 – 1 Rupiah – 1 November 1948
Number of issued notes: unknown
Watermark: none
Stamp: partial stamp of Bank Negara Indonesia on left side of obverse; the missing part of the stamp
was applied to the allonge for possible later authentication purpose
Perforation on left side and one thick red line representing “1”
Signatures: Sjamsoeridjal (Wali Kota: Mayor of Solo), Soediro (Residen: Resident of Solo)
a. issued, serial number: 2 characters, 6 numbers *(e.g., R.F. 462270)
b. not issued, with allonge, 2 characters, 6 numbers * (e.g., N.I. 293102
* The first character of the serial number has a fixed relation with the first number of the serial number
(H=1, K=5, N=2, R=4)

 

 

 

RH751 – 2 ½ Rupiah – 1 November 1948
Number of issued notes: unknown
Watermark: none
Stamp: partial stamp of Bank Negara Indonesia on left side of obverse; the missing part of the stamp
was applied to the allonge for possible later authentication purpose
Perforation on left side and two thick red line with one thin line in the middle representing “2 ½”
Signatures: Sjamsoeridjal (Wali Kota: Mayor of Solo), Soediro (Residen: Resident of Solo)
a. issued, serial number: 2 characters, 6 numbers * (e.g., H.J. 120146)
b. not issued, with allonge, 2 characters, 6 numbers * (e.g., R.J. 432002)
* The first character of the serial number has a fixed relation with the first number of the serial number
(H=1, K=5, N=2, R=4)

RH751a – from a private collection
__________________________________________________________________________

RH752 -5 Rupiah – 1 November 1948
Number of issued notes: unknown
Watermark: none
Stamp: partial stamp of Bank Negara Indonesia on left side of obverse; the missing part of the stamp
was applied to the allonge for possible later authentication purpose
Perforation on left side and five thin red lines representing “5”
Signatures: Sjamsoeridjal (Wali Kota: Mayor of Solo), Soediro (Residen: Resident of Solo)
a. issued, serial number: 2 characters, 6 numbers * (e.g., H.H. 110718),
b. not issued, with allonge, 2 characters, 6 numbers * (e.g., H.H. 132000)
* The first character of the serial number has a fixed relation with the first number of the serial number
(H=1, K=5, N=2, R=4)

RH752a – from a private collection
__________________________________________________________________________

Residency of Surakarta
RH753 – 5 Rupiah – 1 November 1949
Number of issued notes: unknown
Watermark: none
These notes show a large number “5” in the left upper quadrant of the obverse. The number has one
full vertical line from top to bottom and three small vertical lines on the bottom of the number **.
Signatures: Soediro (Residen: Resident of Solo), Achmadi (Kepala Pemerintah Militer Daerah
Surakarta: Military head of Surakarta regional government)
a. issued, serial number: 5 numbers (e.g., 92809)
b. issued, serial number, 1 capital “A”, 5 numbers (e.g., A 84847)

RH753a – from a private collection

RH753b – from a private collection

__________________________________________________________________________
RH754 – 10 Rupiah – 1 November 1949
Number of issued notes: unknown
Watermark: none
These notes show a large number “10” in the left upper quadrant of the obverse. The number “1” has
one full vertical line from top to bottom and the number “0” has one full vertical line from top to
bottom and three small vertical lines on the top and on the bottom of the number **.
Signatures: Soediro (Residen: Resident of Solo), Achmadi (Kepala Pemerintah Militer Daerah
Surakarta: Military head of Surakarta regional government)
a. issued, serial number: 5 numbers (e.g., 56259)

RH754a – from a private collection
__________________________________________________________________________

RH755 – 25 Rupiah – 1 November 1949
Number of issued notes: unknown
Watermark: none
These notes show a large number “25” in the left upper quadrant of the obverse. Both the number “2”
and number “5” have one full vertical line from top to bottom and three small vertical lines on the
bottom of each number **.
Signatures: Soediro (Residen: Resident of Solo), Achmadi (Kepala Pemerintah Militer Daerah
Surakarta: Military head of Surakarta regional government)
a. issued, serial number: 6 numbers (e.g., 116496)

RH755a – from a private collection
__________________________________________________________________________
** The 1948 issue of the Surakarta notes contained lines to indicate the value of the notes, like five thin lines to represent the value “5” and 2 thick and one thin line to represent the value “2 ½”. The 1949 issues do not contain this value indication. These notes have their value also printed in large red numbers on the obverse. These numbers show a mysterious pattern of vertical lines through the numbers. It is unclear whether these lines have a specific meaning other than a design purpose. The pattern that the author identified is as follows: The number “5” and number “2” have one full vertical line from top to bottom and three small vertical lines on the bottom of each number. The note with the value “5” therefore has a pattern of one full line and three small lines. The note with the value “25” also has the same pattern when one divides the lines with the number of numbers (2 full lines and 6 small lines divided by two numbers = 1 full line and three small lines). The note with the value “10” has the same result: the number “1” with one full line and the number “0” with one full line and six small lines (2 full lines and 6 small lines divided by two numbers = 1 full lime and three small lines). An interesting observation is that no other possible denomination of notes, like 50, 100, 200, 250, 500 and 1000 can be constructed with these numbers while getting the same result or same pattern. It is hard to judge the significance of these findings at this moment. Would this have been a security method or is it mere coincidence. More research is needed to draw conclusions.

Bibliography
1. Banknotes and Coins from Indonesia, 1945-1990, Yayasan Serangan Umum 1 Maret 1949 & Perum Peruri Jakarta
2. Several private collections, details known by the author
3. Collection of the Geldmuseum, Utrecht, the Netherlands
4. Standard Catalog of World Paper Money – specialized issues, fifth edition, volume one, by Albert Pick, Krause Publications, Inc., Iola, USA, 1986
5. Katalog Uang Kertas Indonesia 1782-2005, PT. Sugijaya Abadi Sentosa, Edisi ke 2

 

November,4th,1948
Maklumat (announvement) Gubernur Militer Atjeh Langkat and tanah Karo TGK Moh.Daud Beureuh, Kutaraja 4 nopember 1948 .

November,7th.1948

(a)The C7 postal identity card issued at Malang

 

(b)The rare postally used lettersheet stationer Wilhelmina ,send by air mail with rare airmail label .P 37 AA B 10.

 

November,8th.1948

The republic Indonesia Income tax, paid via postoffice cds padangpanjang.

November,10th.1948

The Centenary Railways Exhibition coevr wit CDS Expoxiyion Barcelona send to Soerabnaja java Ned.east Indie,with at vthe back arriveal cds Soeraia 27.10.48.

November,15th.1948

The  Postal stationer card Briefkaart Kartoepos dancer 5 cent send from Mester Cornelis(Jatinegara) to Semarang

November,16th.1948

The very rare used new roepiah revenue of Repoeblic Indonesia Sumatra Rp. 0,50 yellow strip three and four ,off document ,look illustration below.

and the same ravenue used in September 17th.1p48,look illustration  above

 

November,17th.1948

The Sin Min Newspaer information this day:

(A) No Agreement Reached Deng Anything republic.

Aneta Koresponden in den Haag got word that the party in power in the Hague did not know about something the approval in principle to resume the negotiations, as has been reported by menetri lighting republic, Moh.Natzir.Setealh sidakan cabinet meeting on yesterday, the trial which results from the minister’s visit to Indonesia negotiated Stikker cook-maska, the Dutch cabinet is now again set his stance. Allegedly, that the Dutch establishment this for several days to be delivered to the republic, but once again stressed that up to now will not be sent again to the Dutch minister of Indonesia to resume negotiations with the republic. Didoega, that contact with Hatta will be conducted by the panasehat., Who is also obeying the most recent negotiations in Kalioerang. Dutch government to prepare and establish his stance again, where according to ZAneta, the Dutch government continue to demand that ceasefire violations was stopped, and where to Hatta will be asked to explain about the important issues that are found by him.

The Picture Of Ducth Menistery  Stikker vist Indonesia with MOh Roem at airport and with Moh Hatta.

(A1) According to the Daily Independent Soeara Indonesia, Indonesian Red Cross in congress Djokja d 12 to 14 November 1948, it has been decided and mengsahkan angaran new basis, also determine the status of PMI as a legal entity and establish a new board. As a chairman appointed Mr. Soetardjo Kartohadikoesoemo, the new chairman of the board eprtimbanngan Agoeng, vice-chairman Dr Poedjo Darmohoesodo, the author (secretary) Dr Dapari. Junior will be held in preparation for the red cross. (Red Cross youth-PMR)

(B) Conference Bondowoso

On this night, on 15th November, with the room housed “ball room” in advance aloen aloen diadakjna night pekenalan anatara delegates, invited guests, and the rulers of the entire residency office. Tgl 16 will be held a meeting between the chairman and members of the conference. and the 17th member of the delegation tomorrow diberika opportunity to hold a public eprtemua and in vain to speak to register in dahulu.Para delegation numbered 65 people and raised Recoba 10 people, a total of 75 orang.Acara konpereni (a) Creation of the Recomba and delivery of leadership temporary chairman of the meeting to the designated Recomba. (b) Establish rules and elections chairman of the Mayor (c) Selection of Chair and alikora (e) Delivery of workers from temporary chairman to chairman of the newly elected (f) Penunmnjukkan Central committee.

Preparation of business conferences in sum Sek8ian State formation Timoer Java. In komperensi Bondowoso, Recomba timoe Java, van der Plaas tealh speech, first daalm Indonesian language support and the dutch language support, which explains the centralization of government at a time when the past can only be dicehag in the presence of a strong state. Interest of 8 million people may well be considered if Java leb8ih Timoer own democratic government has a high degree.

(C) Sjafroedin led the ranks in the South Randoeblatoeng

Office lighting dutch army proclaim as follows: “It turns out that the progress of the Communists to the north causing pimpuina troops entered the republic in retaliation secra massive. Sebgaian of the communist forces led by Amir Sjarifoeddin, Djokosoejono and Maroeto Daroesman pad atanggal 12 November at Getas, now in sekatan randoeblatoeng. The Koimunis do great evil in the brittle, now Siliwangi Brigade was ordered to immediately eliminate the communist forces. In connection with threatening Bodjonegoro Tjepoe and then a battalion of the brigade had been sent to Tjepoe Siliwangi, but also the northwest section area were also taken action because the republic had received the news that Communist troops were heading to D0oplang the railroad from randoeblatoeng kebarat.Pasukan Republicans had sent to Koendoeran to occupy the roads between Ngawen and Wirosari. Madien told a news of the People in the area Madioen became agitated, setelag hear bahw apsukan siliwangi will be withdrawn from the region and unity itu.Koordinasi anatara various agencies and organizations can not be repaired again. Dispute anata schools of various parties have very deep rooted. dfengan pemerontakan outbreak again in milir, wilaryin, Doengoes, Walikoekoen and attacks (of all places surrounded Madioen) then there are residents in a state of frantic, demiklian news.

It was reported that the communist forces, which last week had resigned from the east sbelah Madioen and Doengoes to south direction, is now veering to the north Ponorogo, westernized and then to the north, behind the main forces of communist troops. some of these troops had fought with the republic and the army fled to the South. Next is also rumored that the republic troops in the area Lawoe Yawangmanggoe tealh self mengunturkan premises insistence communist forces, from both north and south pegoenoengan it (Dr Iwan has attended military latiahan epndidikan school when compulsory military officers at the acre Tawangmanggoe)

Finally, according to the Dutch army transportation service. rumored that it was fighting with automatic weapons in a place l8ima kilometers along Ngawi, so the relationship along the road from north madioen to be broken(terpoetoes)

original info:

 

(a) Tidak ada Tercapai Persetujuan Apa-apa Deng Repoeblik.

Korespo9nden Aneta di den Haag mendapat kabar bahwa pihak yang berkuasa di den Haag sama sekali tidak mengetahui tentang sesuatu persetujuan dalam prinsip untuk melanjutkan perundingan,seperti yang telah diwartakan oleh menetri penerangan Repoeblik,Moh.Natzir.Setealh sidakan sidang kabinet pada hari kemarin, dalam sidang mana hasil dari kunjungan menteri Stikker ke Indonesia dirundingkan masak-maska, maka sekarang kabinet Belanda lagi menetapkan pendiriannya. Diduga,bahwa pendirian Belanda ini dalam bebrapa hari akan disampaikan kepada repoeblik, akan tetapi sekali lagi ditegaskan bahwa hingga sekarang tidak akan dikirm lagi menteri Belanda ke Indonesia untuk melanjutkan perundingan dengan Repoeblik. Didoega,bahwa kontak dengan Hatta akan dilakukan oleh para panasehat .,yang juga mengkuti perundingan yang paling akhir di Kalioerang. Pemerintah belanda lagi menyusun dan menetapkan pendiriannya, dimana menurut ZAneta,pemerintah belanda tetap menuntut supaya pelanggaran gencatan senjata dihentikan, dan dimana kepada Hatta akan diminta penjelasan tentang soal-soal yang penting yang ditemukan olehnya.

(a1) Menurut harian Soeara Indonesia Merdeka, pada kongres Palang merah Indonesia d Djokja tanggal 12 sampai 14 November 1948, telah memutuskan dan mengsahkan angaran dasar baru, juga menentukan status PMI sebagai badan hukum dan menetapkan pengurus baru. Sebagai ketua ditunjuk Tuan Soetardjo Kartohadikoesoemo, ketua baru dewan eprtimbanngan Agoeng, wakil ketua Dr Poedjo Darmohoesodo,penulis(sekretaris) Dr Dapari . dalam persiapan akan diadakan Junior red cross.(Palang Merah remaja-PMR)

(b)Konperensi Bondowoso

Pada malam ini ,tgl 15 november, dengan bertempat diruangan”kamar Bola” di muka aloen aloen diadakjna malam pekenalan anatara delegasi ,tamu yang diundang dan para pembesar dari seluruh kantor residensi .Tgl 16 akan diadakan pertemua antara ketua dengan dan para anggota konperensi. dan tanggal 17 besok diberika kesempatan anggota delegasi untuk mengadakan eprtemua umum dan pada sia yang angkat bicara supaya mendaftar terlebih dahulu.Para delegasi berjumlah 65 orang dan yang diangkat recoba 10 orang,total 75 orang.Acara konpereni (a) Pembukaaan oleh RECOMBA dan penyerahan pimpinan rapat kepada ketua sementara yang ditunjuk Recomba.(b)Menetapkan peraturan pemilihan ketua dan Walikota (c) Pemilihan Ketua dan alikora (e)Penyerahan pekerja dari Ketua sementara kepada ketua yang baru dipilih(f) Penunmnjukkan panitia Pusat.

Sek8ian ringkasnya usaha persiapan konperensi pembentukan Negara Djawa Timoer. Pada komperensi Bondowoso, Recomba Jawa timoe, van der Plaas tealh berpidato,mula-mula daalm bahsa indonesia lalu dalam bahsa belanda, yang menerangkan sentralisasi pemerintahan diwaktu yang lalu yang hanya dapat dicehag dengan adanya negara bagian yang kuat. Kepentingan 8 juta penduduk dapat leb8ih baik diperhatikan jika Djawa Timoer mempunyai pemerintahan demokrasi sendiri yang tinggi derajatnya.

(c) Sjafroedin memimpin Barisannya Di Selatan Randoeblatoeng

Dinas penerangan Tentara belanda mengabarkan sebagai berikut :” Ternyata bahwa kemajuan kaum komunis ke utara menyebabkan pimpuina Tentara republik mengadakan tindakan balasan secra besar-besaran. Sebgaian besar pasukan komunis yang dipimpin oleh Amir Sjarifoeddin,djokosoejono dan Maroeto Daroesman pad atanggal 12 November berada di Getas, kini berada di sekatan randoeblatoeng. Kaum Koimunis melakukan kejahatan besar di getas, kini  Brigade Siliwangi diperintahkan untuk secepatnya memberantas pasukan komunis itu. Berhubung dengan diancamnya Tjepoe dan Bodjonegoro maka satu batalion brigade Siliwangi telah  dikirim ke Tjepoe, tetapi juga dibagian barat laut  daerah tersebut juga diambil tindakan karena pihak repoeblik telah menerima berita bahwa pasukan komunis sedang menuju ke D0oplang di jalan kereta api dari randoeblatoeng kebarat.Pasukan Republik sudah dikirim ke Koendoeran untuk menduduki jalan antara NGawen dan Wirosari. sebuah berita dari Madien mengatakan Rakyat di daerah Madioen menjadi gelisah,setelag mendengar bahw apsukan siliwangi akan ditarik dari daerah itu.Koordinasi dan persatuan anatara berbagai badan dan organisasi belum dapat diperbaiki kembali. Perselisihan faham anata berbagai pihak sudah berakar sangat dalam. dfengan pecahnya lagi pemerontakan di Milir,Wilangan,Doengoes,Walikoekoen dan Serangan (semua tempat dikeliling Madioen) maka penduduk ada dalam keadaan kalut, demiklian berita itu.

Dikabarkan pula bahwa pasukan komunis,yang minggu lalu sudah mengundurkan diri dari sbelah timur Madioen dan Doengoes ke jurusan selatan, sekarang membelok ke utara Ponorogo ,kebarat dan kemudian keutara, di belakang pasukan induk tentara komunis . sebagian pasukan ini sudah bertempur dengan pasukan repoeblik  dan melarikan diri ke Selatan. Selanjutnya juga dikabarkan, bahwa pasukan Repoeblik didaerah Lawoe  di tawangmanggoe telah mengundurkan diri dengan  desakan  pasukan komunis, baik dari utara maupun selatan pegoenoengan itu (Dr Iwan pernah mengikuti latiahan militer saat epndidikan sekolah perwira wajib Militer di are Tawangmanggoe tersebut)

Akhirnya, menurut dinas perhubungan tentara Belanda. dikabarkan bahwa sudah terjadi pertempuran dengan senjata otomatis disebuah tempat l8ima kilometer di sepanjang Ngawi,sehingga hubungan disepanjang jalan dari madioen ke oetara menjadi terpoetoes.

 

November,20th,1948

The Official Justice Departement Indonesia(Dutch federal state) free stamp oficial card send fro batavia centrum to Semarang

November,22th,1948

 

 

November,25th.1948

the Dutch had finished the Forbidden act to enter Jakarta(Belanda  mencabut larangan  masukkekota Jakarta), especially for Dr J.Leimena the  Indonesia security Delegation leadrer.

November, 26th.1948

Dutch create state of Jawa Timur in occupied areas of East Java.Dutch abolish post of Governor-General, replacing it with a “High Representative of the Crown”.

December 1948

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


jogja desember 1947 . tentara republik merekrut pemuda2 dan dilatih sebagai tentara republik , berlatih menggunakan sejata tajam seperti [edang, klewang golok ..

gahetna

 

 

arek arek suroboyo 1948

nederland foto museum

 

surabaya 1948

 

 

This is a Douglas DC-3 air plane

 

turned into a monument to commemorate the Acehnese effort in helping freeing Indonesia from it’s colonial masters.

 PresidentSukarno requested the help in 1948 at a visit to Banda Aceh He stayed in Hotel Atjeh and one of famous statement was :” If you do not have enough sense of belonging to buy a plane, such as this miniature, I will not eat”.

Within short time the Acehnese managed to gather 20 kg of gold to a value 120000 Malay Dollar. The Plane was used to break blockade that Dutch tried to impose in other parts of the Republic. For this reason it was registered in Burma. It later became the first plane in the fleet of national flag carrier of Garuda. The monument is in field not far from the town center

During a visit to Aceh in 1948,

 Bung Karno

 

intentionally meet characters Aceh, Daud.

 

As President Sukarno of Indonesia greets Daud as “Kakanda (brother)” and there was dialogue, which until now stored properly in the historical record:

President Soekarno: “I ask for help to the people of Aceh’s brother took part in an armed struggle that is raging right now between Indonesia and the Netherlands to maintain the independence which we have proclaimed on August 17, 1945.”

Daud:

 

 “My President! We the people of Aceh with all happy to meet the President’s request provided that the wars which would it be a war we waged war sabil or welfare activities, the war to establish the religion of Allah, so if any of us who have been killed in the war it means to die a martyr. “

President Soekarno: “Brother! Indeed I meant was that as the war has been waged by the heroes of the famous Aceh as Teungku Cik Di Tiro and others, that war is not familiar retreat, independence war slogan or a martyr. ”

Daud: “Then a second opinion we have met the President. Thus the so-so i beg the President, that if the war was over it later, to the people of Aceh are given the freedom to run the Islamic Shari’a in the region. ”

President Soekarno: “Of that brother not to worry. Because 90% of the people of Indonesia are Muslims. ”

Daud: “I am sorry the President, if I have to say that it is not a guarantee for us. We wanted a word the provisions of the President. ”

President Soekarno: “Then fine, I agree with Brother’s request.”

Daud: “Thank God. On behalf of the people of Aceh, I thank you very much for your kindness President. We ask (handing her a piece of paper to the president) would the President refused to write a little in this paper. ”

Listening to the Bung Karno Daud directly sobbing. Flowing tears had soaked his shirt. In the state of sobbing,

Sukarno said: “Brother! Then there is no need for me to be president. What use to be president if not believable. “By remaining calm, Daud said,” No we do not believe, Mr. President. However, just to be a sign that we will show to the people of Aceh who would we invite to war. ”

Wiping away tears, Bung Karno give promise and swear,

Bung Karno vowed: “Waallah Billah (By Allah), the region of Aceh will be given the right to arrange their own household in accordance with Islamic Shari’a. And Waallah, I will use my influence to the Acehnese people can actually implement Islamic Sharia in the region. Well, if the brother is still in doubt as well? ”

Daud replied: “I have no doubt the President. Again, on behalf of the Acehnese people I would like to thank the kindness of the President. ”

In an interview with M. Nur El Ibrahimy with Daud, Daud said that Bung Karno seen sobbing, she did not have the heart anymore to insist assurance in black and white on the president’s promises.

Soekarno these vows in 1948. A year later Acehbersedia rolled into one province as part of the Homeland. But in 1951, not dry lips say, the province of Aceh was dissolved and merged with the central government of North Sumatra Province.

Obviously, this provoked the people of Aceh. The ravaged Aceh after a long battle against the Dutch and then Japan, then drain and donated all his wealth to sustain the existence of the Republic of Indonesia with no strings attached, by the central government rather than constructed and laid back even left unattended.

Not only that, the right to take care of themselves was eventually repealed. People’s homes, boarding-boarding, meunasah-meunasah, and so are destroyed by the war against the invaders left in ruins. Bung Karno telahmenjilat own saliva and betraying the promise that has diucapkannyaatas name of Allah. This fact is by the people of Aceh is considered as a fault that was never forgiven.

Original info


Saat berkunjung ke Aceh tahun 1948,
Saat berkunjung ke Aceh tahun 1948, Bung Karno dengan sengaja menemui tokoh Aceh, Daud Beureueh. Bung Karno selaku Presiden RI menyapa Daud Beureueh dengan sebutan “Kakanda (kakak)” dan terjadilah dialog yang sampai saat ini tersimpan dengan baik dalam catatan sejarah :

Presiden Soekarno : “Saya minta bantuan Kakak agar rakyat Aceh turut mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.”

Daud Beureueh : “Saudara Presiden! Kami rakyat Aceh dengan segala senang hati dapat memenuhi permintaan Presiden asal saja perang yang akan kami kobarkan itu berupa perang sabil atau perang fisabilillah, perang untuk menegakkan agama Allah sehingga kalau ada di antara kami yang terbunuh dalam perang itu maka berarti mati syahid.”

Presiden Soekarno : “Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti Teungku Cik Di Tiro dan lain-lain, yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang yang bersemboyan merdeka atau syahid.”

Daud Beureueh : “Kalau begitu kedua pendapat kita telah bertemu Saudara Presiden. Dengan demikian bolehlah saya mohon kepada Saudara Presiden, bahwa apabila perang telah usai nanti, kepada rakyat Aceh diberikan kebebasan untuk menjalankan Syariat Islam di dalam daerahnya.”

Presiden Soekarno : “Mengenai hal itu Kakak tak usah khawatir. Sebab 90% rakyat Indonesia beragama Islam.”

Daud Beureueh : “Maafkan saya Saudara Presiden, kalau saya terpaksa mengatakan bahwa hal itu tidak menjadi jaminan bagi kami. Kami menginginkan suatu kata ketentuan dari Saudara Presiden.”

Presiden Soekarno : “Kalau demikian baiklah, saya setujui permintaan Kakak itu.”

Daud Beureueh : “Alhamdulillah. Atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan terima kasih banyak atas kebaikan hati Saudara Presiden. Kami mohon (sambil menyodorkan secarik kertas kepada presiden) sudi kiranya Saudara Presiden menulis sedikit di atas kertas ini.”

Mendengar ucapan Daud Beureueh itu Bung Karno langsung menangis terisak-isak. Airmata yang mengalir telah membasahi bajunya. Dalam keadaan sesenggukan,

Soekarno berkata, : “Kakak! Kalau begitu tidak ada gunanya aku menjadi presiden. Apa gunanya menjadi presiden kalau tidak dipercaya.” Dengan tetap tenang, Daud Beureueh menjawab, “Bukan kami tidak percaya, Saudara Presiden. Akan tetapi sekadar menjadi tanda yang akan kami perlihatkan kepada rakyat Aceh yang akan kami ajak untuk berperang.”

Sambil menyeka airmatanya, Bung Karno mengucap janji dan bersumpah,

Bung Karno bersumpah : “Waallah Billah (Demi Allah), kepada daerah Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan Syariat Islam. Dan Waallah, saya akan pergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar dapat melaksanakan Syariat Islam di dalam daerahnya. Nah, apakah Kakak masih ragu-ragu juga?”

Daud Beureueh menjawab, : “Saya tidak ragu Saudara Presiden. Sekali lagi, atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan hati Saudara Presiden.”

Dalam suatu wawancara yang dilakukan M. Nur El Ibrahimy dengan Daud Beureueh, Daud Beureueh menyatakan bahwa melihat Bung Karno menangis terisak-isak, dirinya tidak sampai hati lagi untuk bersikeras meminta jaminan hitam di atas putih atas janji-janji presiden itu.

Soekarno mengucapkan janji tersebut pada tahun 1948. Setahun kemudian Acehbersedia dijadikan satu provinsi sebagai bagian dari NKRI. Namun pada tahun 1951, belum kering bibir mengucap, Provinsi Aceh dibubarkan pemerintah pusat dan disatukan dengan Provinsi Sumatera Utara.

Jelas, ini menimbulkan sakit hati rakyat Aceh. Aceh yang porak-poranda setelah berperang cukup lama melawan Belanda dan kemudian Jepang, lalu menguras dan menghibahkan seluruh kekayaannya demi mempertahankan keberadaan Republik Indonesia tanpa pamrih, oleh pemerintah pusat bukannya dibangun dan ditata kembali malah dibiarkan terbengkalai.

Bukan itu saja, hak untuk mengurus diri sendiri pun akhirnya dicabut. Rumah-rumah rakyat, dayah-dayah, meunasah-meunasah, dan sebagainya yang hancur karena peperangan melawan penjajah dibiarkan porak-poranda. Bung Karno telahmenjilat ludahnya sendiri dan mengkhianati janji yang telah diucapkannyaatas nama Allah. Kenyataan ini oleh rakyat Aceh dianggap sebagai kesalahan yang tidak pernah termaafkan.

Mohammad Said, Pengarang Buku “Aceh Sepanjang Abad Jilid Ke Dua”

Sumber : Firdy Atjeh

The ducth federaal governement central postal (Jawatan PTT Nica) issued Indonesia numeric smelt and overprint Indonesia on wilhemina stamps.

 

 

 

 

December, 1st.1948

(1)The extreme rare RRRRR,only one ever seen in the world, fragmen strip two republi Indonesia Sumatra local revenue ,used on fragmen ,strip two, old revenue f.1,- this mis used because in this time the rate was two new roepiah revenue(2x RP.1,-), and this revenue  never used before because the devaluation  which made this revenue to low for used,(If the collector who have this revenue in used on document please report, the unsuesd or mint one many found),compare with the real new roepiah RP.1,50 off document collections  below.

look above  the real used new roepiah revenue from november to the latest one in december,10th.1948

(2)the postally used cover send from Pakanbaru to Tembilahan Indragiri with local  republic Indonesia  sumatra stamps and TNI sencored choped.

 

 

(3)Amir Sjarifudddin captured

 

Rare Aceh local overprint stamps

THE SMALL OVERPRINT ACEH LOCAL REVOLUTIONALY STAMPS 1948-1949

 

Bigger F

F1

 

 

F 1,50

 

F2,50

 

F5

CDS Lhoseumawe 3.5.53

 

 

Compare with F5 revenue

 

 

 

5 sen

 

50 Sen

 

5 sen

F 1.50

Eu 550.-

 

F1,-

Eu 240

 

Eu 450

 

 

F 2,50

Eu 450.-

 

F 2,50  ORI

Eu 150

 

 

50 Sen

Eu 300

 

50 sen with red line

Eu 300

 

50 sen red line

Eu 950

 

Aceh Bigger Overprint

R 20,-

967. 0185* PHOTO 280,00

 

 

R 200,-

968. 0186_ PHOTO 400,00

 

 

R 100,-

969. 0187* PHOTO 150,00

 

 

R 100,-

970. 0187_ PHOTO 150,00

 

 

R 150,-

971. 0188* PHOTO 180,00

 

R 150 used cds sinabang

 

CDS Sinabang

 

F 5,00

 

 

Non Overprint Basic stamps

 

 

 

 

 

 

 

FAKE

 

 

 

 

(4)  The Indonesian menistry back to Jakarta from Kaliurang Meeting.

Deecember 1st 1948

Sekitar 300 orang PKI Madiun ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.

Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara Indonesia dari rongrongan dan ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa pun.

Dalam kondisi bangsa yang begitu sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.

 

 

December ,2nd .1948

 

The Dutch language Newspaper”De Locomotief” information:

(A) Jawa Timur Koos Wali Negara; RTAhmad Koesoemonegoro Regent of Banjoewangi. and the illustration of Jawa Timur Regency Banjoewangi Walinegara and time the photo was taken Bondowoso conference.

(B) The terror

238 INCIDENTS IN PAST WEEK. The service contacts the Army reports that the week of 24 to 30 November in Fedraal gecled total of 238 incidents were geregistereerd.Hiervan 60 in the immediate vicinity of the status quo line caused by gangs who operate from Republican territory. Terruer again proved to be mainly directed against the population burgerche hanging on property. Of the total number of incidents related shootings of 100 villages, companies, etc., and robberies by gangs geinfltreerde. also acts of sabotage and arson were reported. Of the 160 terrorist acts were directed against the population there were no fewer than 43 murders in Indonesian Indonesian Federal gebled.

(C) Wali Negara

The presidentile system that requires elected heeldt von mens.de a wali Negara full responsibilities and powers woordelik present today which owns the Wali Negara, make that absolutely clear. We geloren that therefore the Councils of kueze Toemengoeng Koesoemonegoro Achmad, the regent of Banjoewangi. a lucky choice did. This Regebnt, now wal8 Negara is not easy to find him some man.Sommigen angular and as authoritarian.

(D) Large fire in Pekalongan

By hitherto unknown cause in last night at about half past one fire broke out in the center of Pekalongan. namely in kampong Bandjar Sari, who wrapped main thing is unmediated, recently geevacuneerde Chinese. 40 dee As houses.

(E) and Amir Soeripno arrested

Antara reported from Yogyakarta that the communist insurgents leid Amir sjarioeddin Tuesday in hell village mosquito net 20 km north-west of Poerwodadi, was arrested. Antara following information received was to Yogya Sjarifoeddin at that time with smaen Soeripno republikeluse former representative in Prague, also was arrested.

MOESO CREMATED

 

Antara REPORTS FROM Yogya, that the body MOESO OF THE LEADER OF THE REBELS OF TIMES THE COUPE IN MADIOEN.MAANDAL jl Madiun were cremated, as is known, MOESO WAS CLOSE TO 31 OCTOBER ONOROGO TROOPS SLAIN BY REPUBLICAN.

(F) The Fight in the Republic

The Department of Military Contacts reported that under Republican reports the main body of the corimunistsce troops during fighting in the swamps north of Panawangan tenWesten and on the banks of the river on 28 November Loesi vernichtigd would

Great tournament stadium advertising vootbal Semarang

(G) Board conferentuie in Bandung

Monday and Tuesday to fold a board Bandung conference in which all of the residents and regnten Negara Pasundan participated and attended by the Wali Negara Wiranata Koesoema and Prime Minister Adil Poeradiredja. Among others were at the conference dealt with the measures for peace and order to maintain the practisce implementation of the recently passed by Parliament emergency law on the electoral system in the regencies, the position of divine service ambtenareb, the institutions to support needy and also internal affairs, which the department of interior affairs concern.

(H) of Sultan Koetai on grains

The Government’s steamer “Leonora” was Monday afternoon the Sultan of Koetai Adji moeh. Parikesit, accompanied by his wife to Balikpapan gearriveerd.Aan to the mast of the Leonora blew the Sultans standard time. The party was a grand reception to Balikpapan in part. Gepavolseerde gouvernemnewt geschepen and motorboats were the reason an escort. A great honor guard of members of the general police of Balikpapan was drafted and all, and many houses were blown diesntwoningen flags. The visit of the Sultan of Koetai and his company is also linked to the inauguration of the cemetery to Balikpapan where many remains of war victims herbegraven.De Sultan and his entourage will return on December 3 to Tenggarong.

(I) Company fired

In  Tuesday night at half past one circumferential Wensday , the office of Government to Plimping Poewaran rubber company, located in the Kadjen.In Pekalongganse onedr attacked by a large bende.Gevuurd was a distance of about 50 meters from the west. The shelling lasted about one hour. The fire was answered by four members of the company’s guard and two Europeans residing there. After the gang had been subtracted, was found at the place from which she had fired a klewang, 30 patterns and about 200 shells of Lee Enfield rifles, Sten guns and Mk95 carabines.

(J) Amok in express train

The express train from Semarang to Batavia Monday has a height advantage Boeginees Djatibarang amok. Resolute action by a fellow sergeant and a corporal of traveling KNIL worse could be prevented. Both soldiers were warned by a Chinese passenger and Gigen immediately take the car there. They faced two Chinese passangiers bathed in blood on the floor of the chariot. while third Chinese passenger was struggling with the ampkmaker, a large format jackknife as a weapon hanteerde.De overneesterden the soldiers running amok maker who his Chinese opponent already seriously wounded in the hand. De laatste bleek echter onvindbaaar.” Hd=”After some time the calm amok maker, who declared he was a fellow passenger . The latter proved onvindbaaar. After some time the calm amok maker, who declared he was a fellow passenger gesard. The latter proved onvindbaaar. At the station, the Tjihaoergeulis amok maker surrendered to the police. Pasangiers got into the wound a bandage sneiltrein preliminary and were Pegandanbaroe by a Red Cross car and taken to the hospital Soebang charged.

 

(K) The 120-year RNMA

Bandung 30 November (Aneta)-The committee ‘to commemorate the one hundred twentieth anniversary of the KMA received on behalf HMKoningin Juliana the vogende telegram: Her Majesty Queen Juliana has told me the Bandung to celebrate the 120th birthday of the KMA united out M>A< in Breda ontving het feest-comite’ een telegram met de volgende tekst:” Uw gelukwensen” Hd=’cadets to convey her gratitude for the sentiments expressed in your telegram gebracht.De adjutant record “The governor of the K> M> A cadets to convey her gratitude for the sentiments expressed in your telegram gebracht.De adjutant record “The governor of the K> M> A <Breda received the festival committee,” a telegram with the following text: “Your congratulations I have a very high value added. I can assure you that the old traditions will be upheld corporal and the KMA again flourishes “The telegram was signed Colonel Puffrius.

(a) Djawa Timoer Koos Wali Negara; R.T.Ahmad Koesoemonegoro Regent van Banjoewangi. en the illustratie van Regent Banjoewangi and Walinegara Djawa Timur  foto werde genomen tijden de conferentie te Bondowoso.

(b)De terreur

238 INCIDENTEN IN AFGELOPEN WEEK . De dienst voor Legeren contacten meldt, dat in de week van 24 tot en met 30 November in Fedraal gecled in totaal 238 incidenten zijn geregistereerd.Hiervan werden 60 in de onmiddelijke nabijheid van de status-quolijn veroorzaakt door benden die vanuit republikeins gebied opereren. Wederom bleek de terruer  zich hoofdzakelijk te richten tegen de burgerche volking op  hangeigendommen. Van het totale aantal incidenten betroffen 100 beschietingen van kampongs,van ondernemingen,enz, alsmede roofpartijen door geinfltreerde benden. ook brandstichtingen en sabotage-daden werden gemeld. Van de 160 terreurdaden die tegen de bevolking waren gericht waren er niet minder dan 43 moordaanslagen op Indonesische Indonesiers op Federaal gebled.

(c)Wali Negara

Het presidentile systeem ,dat men gekozen heeldt eist von een wali negara de volle mens.de verant woordelik heden en de bevoeg heden welke de Wali Negara bezit, maken dat zonder meer duidelijk. We geloren dat men daarom met de kueze van Raden Toemengoeng Achmad Koesoemonegoro, de regent van Banjoewangi. een gelukke keuze heeft gedaan. Deze Regebnt ,thans wal8 negara, is geen gemakkelijk man.Sommigen vinden hem wat hoekig en want autoritair.

(d)Grote brand in Pekalongan

Door tot dusver onbekende oorzaak is in de afgelopen nacht om ongeveer half twee brand uitgebroken in het centrum van pekalongan. en wel in kampong Bandjarsari,die in hoofzaak bewond wordt door onbemiddelde,kortgeleden geevacuneerde Chineze. 40 huizen in dee As.

(e) Amir en Soeripno gearresteerd

Antara meldt uit Djokja dat de leidr van de communistische opstandelingen Amir sjarioeddin Dinsdag in hel dorp KLamboe 20 km ten Noord-Westen van Poerwodadi, gearresteerd werd. Volgen inlichtingen die Antara te Djokja ontving was Sjarifoeddin op dat ogenblik smaen met Soeripno de voormalige republikeluse vertegenwoordiger te Praag,die eveneens gearresteerd werd.

MOESO GECREMEERD

ANTARA MELDT UIT DJOKJA,DAT HET STOFFELIJK OVERSCHOT VAN MOESO,DE LEIDER VAN DE OPSTANDELINGEN TIJDEN DE COUPE VAN MADIOEN.MAANDAL jl TE MADIOEN GECREMEERD WERD,ZOALS BEKEND,WERD MOESO OP 31 OCTOBER NABIJ pONOROGO DOOR REPUBLIKEINSE TROEPEN GEDOOD.

(f) De Strijd in de Republiek

De Dienst voor Legercontacten meldt, dat volgens republikeinse berichten de hoofdmacht van de  corimunistsce troepen tijdens gevechten in de moerassen ten Noorden en tenWesten van Panawangan aan de oevers van de rivier Loesi op 28 November vernichtigd zou zijn

reklame Groot vootbal tournooi stadion Semarang

(g) Bestuur conferentuie te bandoeng

Maandag en Dinsdag voud te Bandoeng een bestuur conferentie plaats waaran alle regnten en residenten van de Negara Pasoendan deelnamen en die werd bijgewoond door de Wali negara Wiranata Koesoema en premier Adil Poeradiredja. Onder meer werden op de conferentie behandeld, de maatregelen om orde en rust te handhaven, de practisce uitvoering van de kortgeleden door het parlement aangenomen noodwet betreffende de  kiesregeling in de regentschappen,de positie van gods dienst ambtenareb,de instellingen tot steun aan hulpbehoevenden en voorts interne aangelegenheden,die het departement van binnenlanden zaken aangaan.

(h) Sultan van Koetai op rels

Met de gouvernements stomer “Leonora” is Maandag middag de Sultan van Koetai Adji moeh. Parikesit , o.m. vergezeld door zijn gemalin te Balikpapan gearriveerd.Aan de mast van de  de Leonora woei ditmaal de Sultans standaard. Het gezelschap viel te Balikpapan een grootse ontvangst ten deel. Gepavolseerde gouvernemnewt geschepen  en motorboten vormden op de rede een escorte. Een grote erewacht van leden der algemene politie van balikpapan stond opgesteld en van alle diesntwoningen en vele huizen woeien vlaggen. Het bezoek van de sultan van Koetai en zijn gezelschap houdt tevens verband met de plechtige opening van het ereveld te balikpapan waarbij een groot aantal stoffelijke overschotten van oorlogs slachtoffers worden herbegraven.De Sultan en zijn gevolg zal op 3 december naar Tenggarong terugkeren.

(i)Onderneming beschoten

In cde nacht van Dinsdag op QWoensdag omtreeks half twee is het kantoor van de gouvernements rubber onderneming Poewaran te Plimping,gelegen te Kadjen.In het Pekalongganse onedr vuur genomen door een grote bende.Gevuurd werd  van een afstand van ongeveer 50 meter uit Westelijke richting. De beschieting duurde ongeveer een uur. het vuur werd beantwoord door 4 leden van de ondernemingswacht en de twee daar verblijf houdende Europeanen. Nadat de bende afgetrokken was, vond  men op de plaats waar vandaan zij gevuurd had, een klewang,30 patronen en ongeveer 200 hulzen van Lee Enfield geweren, Mk95 karabijnen en stenguns.

(j) Amok in de sneltrein

In de sneltrein van Semarang naar batavia heeft Maandag  een Boeginees teer hoogte van Djatibarang amok gemaakt. Door resoluut ingrijpen van een medereizend sergeant en een korporaal van het KNIL kon erger worden voorkomen. De beide militairen werde door een Chinees passagier gewaarschuwd en gigen dadelijk mee daar de betrokken  wagon. Zij troffen daar twee Chinese passangiers badend in het bloed op de vloer van de wagen aan. terwijl een derde Chinese passagier aan het worstelen was met de ampkmaker,die een groot formaat knipmes als wapen hanteerde.De militairen overneesterden de amokmaker,die zijn Chinese tegenstander reeds ernstig aan de hand had verwond. Na enige tijd bedaarde de amokmaker,die verklaarde dat hij werd gesard door een medepassagier>De laatste bleek echter onvindbaaar. Aan het station van Tjihaoergeulis werd de amokmaker aan de politie  overgegeven. De wonde pasangiers kregen in sneiltrein voorlopig een noodverband en werden in Pegandanbaroe door een Rode Kruis-auto overgenomen en naar het hospitaal te Soebang gebracht.

(k) De 120 -jarige KMA

Bandoeng 30 November(Aneta)-Het comite’ ter herdenking van het hondertwintig jarig bestaan van de KMA ontving namens H.M.Koningin Juliana het vogende telegram: Hare Majesteit Koningin Juliana heeft mij opgedragen de Bandoeng ter gelegenheid van de 120ste verjaarig van de K.M.A verenigde out-cadeten Haar dank over te brengen voor de gevoelens in Uw telegram tot uiting gebracht.De adjudant van dienst” Van de gouverneur van de K>M>A< in Breda ontving het feest-comite’ een telegram met de volgende tekst:” Uw gelukwensen heb ik op zeer hoge prijs geteld. Ik kan U de verzekering geven,dat de oude corpstradities zullen worden hoog gehouden en de K.M.A. weer tot bloei komt” Het telegram was getekend Kolonel Puffrius.

December.4th,1948

(a)Vice President Moh Hatta announced that the situation worst(suasana buruk) and he “memepringatkan ” the people to ready for antisipation all will hapen(siap menghadapi segala kemungkinan)

 

(b) The Java local definitif stamps,one with clear CDS 4.12,48 city not identified,

 

 

December,7th.1948

 

The rare official Justice court Maninjau  postal used homenade cover from Maninjau to Bukitttinngi December,8th.1948

the postally used postal stationer card dancer 5 cent ,send from bandung  to  cds Malang. 10,12.48.

December,9th.1948

the Local middle java  revenue Rp. 0,50 used on document of Surakarta  official governement employee certificate.

December,10th.1948

the Local middle java  revenue Rp. 0,50 used on document of Jogyakarta  official governement employee  uprank certificate(Keputusan kenaikan pangkat)

the same certificate of up the salary  issued at Magelang (keputusan kenaikan Gaji) with  3 x 7 1/2 Rp and 2 x 1/2 Rp.

 

 

mint meterai pembagunan from middle java, and local revenue.

December 11th.1948

Dutch inform UN representatives that further talks with the Republic are “futile”.

December,12tyh.1948

The latest used of local repoeblic Djokja issued  ,borobudur stupa revenue used on complete document.alsoother nominal on document date unclear.

 

 

and looh above  the mint revenue ,also the other materai pembangunan (development revenue) in mint condition ,issued at the Djokjakarta.

December,13th,1948

The North sumatra Gouvernor, inaugurated  the member OF  North sumatra ‘s DPR at Tapak tuan (south aceh,near Kabanjahe). Residen Aceh (T.T.Daudsyah) and  Teuku mnahmud also “hadir”, after the meeting had several”keputusan’ like Kutaradja as the capital of North sumatra Province.

 

December,17 th,.1948

The Dutch ultimatum Republik through The United Nation  Commission(komisi Jasa baik PBB),Republc must answer in december 18th 1948 10.00 am  at Jakarta.

December, 18th.1948

 

 

INFAMY!

Just when you think you know it all and life holds no more surprises for you (well, not really, but I just needed an intro), you open this auction catalogue and staring at you from one of the pages is an overprinted stamp you’ve never seen before, nor have ever heard of. So there’s nothing for it but to try and get it! And I did! And here it is!

It is one of the American Bank Note Company definitives of the Netherlands Indies, originally issued in 1945.

 

The overprint reads:

 “REPOEBLIC INDONESIA, TWO DAYS OF INFAMY!, 7 Dec. 1941 – Pearl Harbor, 18 Dec. 1948 – Jogjakarta, POS UDARA 10R”.

 

Intriguing! The latter date refers to the start of the Dutch military intervention (code-named Operation Crow) against the new Indonesian republic, and the first date, I suppose, is included to make the Americans choose the side of the Indonesians. I couldn’t find much information on this, but apparently, the overprint was produced by US stamp dealer Julius Stolow, as part of an agreement with the Indonesian ambassador to the USA, Mr Sumitro, and was produced in December 1948. If anyone happens to know anything more, than I’d be interested to hear!

 

(1)  The Dutch  at 23.30 PM

tell the United nation commision that starting at December,19th.1948 10.00 AM Jkarta Time didnot tied with the Renville Agreement. and at 23.45 this day The Dutch have delivered a letter to Indonesia delegation’s secretary  with the same information, and the delegation informed to the Republuic Indonesia gouverfnment at Djokja but cannot communicated because the Dutch had broken the communikasion(pihak belanda telah memutuskan hubungan antara Jakata dan Djokja). In this nigh the member of Indonesian delegatioan were arrested by the Dutch.

(2)Dutch organize Negara Sumatra Selatan state, with capital at Palembang.and the ceremony  transfered of power will be in february,2th. 1949

(3) In this night 40 RI military leader were moved  by catalina amphibi RI 006  flight to Sumatra, but when came back to Jogya the flight have “sergap”  by the Dutch ,until broke.

December, 18th.1948

(a)Dutch officials tell representatives of the United States and the Republic of Indonesia in Jakarta that they are cancelling the Renville agreement. The news does not reach Yogya, as the Dutch have already cut the phone lines there.

(b)at  11.30 PM ,Dr Beel  had annouce that the Dutch Federal state didnot related with renville agreement anymore, which meaning thje second agrattion will starting.

(c) the latest used indonesia 3rd independence stamp on  on sencored  chop postcard.

tanggal 18 Desember 1948,

Wakil Walikota Tinggi Belanda telah menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terkait dengan perjanjian Renville, pada malam yang sama sebuah pesawat jenis mustang meraung-raung diatas kota Bukittinggi, dengan menjatuhkan selembaran pamplet. Mereka menyusuri jalan raya Padang-Kayutanam seterusnya Via Lembah Anai Formasi tempur dengan perlengkapan Tank baja menerobos ke Padang Panjang dan selanjutnya menuju Bukittinggi.
Pasukan Mobrig Sumatera Barat yang memilik 234 personil merupakan salah satu kekuatan inti yang menjadi garis terdepan pada 3 front sesuai Perjanjian Renville. Front utara bermarkas di Sicincin, satuan-satuan Mobrig ditempatkan di Batang Tapakis Ringan-ringan Sintuk Toboh Baru sedangkan di front selatan bermarkas di Painan, yang bertugas disekitar Siguntur Pasar Sungai Durian.

Pasukan Belanda yang dikirim ke Utara via Lubuk Alung dan Kayu Tanam mendapat rintangan di front Tapakis, tempat dimana satuan Mobrig memplot sejumlah pasukan penjaga batas Perjanjian Renville untuk memperingatkan tentara Belanda agar tidak melewati perbatasan. Namun sebagai jawabannya Belanda menyerang pasukan Mobrig yang ada di Tapakis, terjadilah pertempuran tidak seimbang sehingga mengakibatkan guguurnya dua orang prajurit terbaik Mobrig, Agen Polisi Baharuddin dan Agen Polisi M. Nur. Kedua pahlawan Mobrig ini dimakamkan ditempat terjadinya pertempuran, tepatnya di desa Tapakis Lubuk Alung Padang Pariaman.

 

Source

http://aswilblog.wordpress.com/2010/03/22/sekilas-sejarah-berdirinya-brimob-daerah-sumbar/

 

 

 

 

December 19th.1948

Kira-kira setengah jam sebelum jam 00.00 malam tgl 19 Desember 1948, pihak Belanda mengumumkan kepada Republik Indonesia dan pada Komisi Tiga Negara (KTN) bahwa Belanda tidak mengakui dan tidak terikat lagi dengan persetujuan Renville.

.

 

Bukittinggi, kota pusat pemerintahan Sumatera pada masa itu, sejak tengah malam tgl. 18 Desember 1948 pula telah menjadi incaran penyerbuan pihak Belanda dengan penerbangan pesawat udara militer Belanda berkeliling-keliling sambil menyebarkan pamflet-pamflet.

 

Pagi tgl 19 Desember satuan pesawat udara pemburu jenis mustang dari pihak Belanda menyerang kota Bukittinggi dan sekitarnya dengan membom serta menembaki beberapa obyek. Menjelang tengah hari serangan pesawat-pesawat udara itu dilakukan secara bergelombang-gelombang, menyebabkan timbulnya kepanikan penduduk.

 

Terlihat sampai malam orang-orang berkelompok mapun sendiri-sendiri meninggalkan kota mengungsi menyelamatkan diri.

 

Sebagai seorang pemuda pelajar SMA di Bukittinggi pada masa itu, penulis adalah juga anggota Tentera Pelajar (T.P.) Sumatera Tengah – Batalyon Bukittinggi .

 

Sungguhnya namanya anggota Tentera Pelajar, tetapi belum mempunyai pengalaman bertempur dalam peperangan.

 

Kalau perang-perangan dalam latihan kemiliteran pernah juga ada pengalaman diperoleh secara teratur sejak tahun 1946 sampai awal 1948, dengan pelatih-pelatihnya para perwira dan bintara dari unit Pendidikan dan Latihan Divisi III TKR (kemudian Divisi IX Banteng).

 

Pembentukan dan pembinaan Tentera Pelajar di Sumatera Tengah oleh Pimpinan Divisi III TKR/TRI tidaklah diarahkan untuk dijadikan pasukan tempur, tetapi disiapkan sebagai satuan-satuan cadangan dan bantuan dalam rangka wajib bela negara.

 

 

 

 

 

Kolonel M. Dahlan Jambek (alm.) selaku pimpinan Divisi III TRI pernah didatangi oleh wakil-wakil pelajar yang dengan semangat menyala-nyala meminta agar TRI mengikut sertakan satuan-satuan pelajar terlatih (T.P.) dalam pasukan tempur. Tetapi dengan hati-hati sekali beliau meminta pengertian para pelajar untuk terus bersekolah demi persiapan hari depan bangsa dan negara, disamping itu tetap berlatih menurut kesatuan masing-masing dengan teratur dan sungguh-sungguh. (lihat: Chaidir Nien Latief, Nostalgia dan Sejarah Perjuangan Pelajar di Sumatera, Merdeka 27 Desember 1980).

 

 

Dengan datangnya serangan yang mendadak dari pihak Belanda pada 19 Desember 1948 yang kebetulan pula mulainya liburan sekolah, maka maka tidak ada satupun pedoman, petunjuk maupun instruksi pimpinan Tentera Pelajar atau Pimpinan Organisasi pertahanan/keamanan lainnya yang dapat diikuti oleh para anggota T.P. di Sumatera Barat.

 

Pada umumnya para anggota T.P. yang bertebaran di Sumatera Barat mengambil inisiatif dan mengambil keputusan masing-masing untuk memilih cara dan bentuk perjuangan yang dapat dilanjutkan sebagai pelajar terlatih militer. Ada yang tinggal di dalam kota untuk menunggu kesempatan bersekolah kembali, tetapi ada pula yang memilih ke luar kota bergabung dengan kesatuan-kesatuan pejuang lainnya untuk bergerilya.

 

Dalam keadaan terombang-ambing untuk menentukan sikap disaat gawat tersebut, penulis terdampar pada senja 19 Desember 1948 ke markas Mobiele Brigade Polisi (Mobbrig) Sumatera Barat, di Birugo Bukittinggi. Rencana semula hendak menemui paman penulis sendiri (alm. Amir Mahmud, Inspektur Polisi I, Komandan Mobbrig Sumatera Barat, tetapi malam itu berkesempatan bertatap muka dengan Bapak Suleiman Effendi (Pembantu Komisaris Besar, Kepala Polisi Propinsi Sumatera Tengah) dan Bapak R. Abdurachman Suriokusumo (Komisaris Polisi I, Kepala Kepolisian Sumatera Barat).

 

Dari beliau beliau inilah penulis beroleh keterangan bahwa dalam waktu singkat mungkin tentera Belanda akan sampai di Bukittinggi; semua pasukan pasukan bersenjata serta pejabat pejabat pemerintah Republik Indonesia akan meninggalkan kota dan akan melanjutkan perjuangan secara bergerilya dari luar kota  melawan kekuatan pemerintahan dan tentera pendudukan Belanda.

 

Penulis juga diberi advis pada waktu itu, supaya sebaiknya sebagai pelajar pulang saja ke kampung dan menunggu perkembangan sampai ada kemungkinan untuk bersekolah. Dengan mengemukakan alasan bahwa penulis adalah pula salah seorang anggota Tentera Pelajar  yang pernah mendapat latihan kemiliteran, memohon kiranya bapak bapak pimpinan kepolisisan tersebut mau membawa serta penulis dalam perjuangan ge-rilya di luar kota kemanapun akan pergi.

 

 

 

Permohonan penulis diperkenankan oleh Bapak Suleiman Effendi dan pada malam itu juga diberi tugas untuk membantu Pemb. Inspektur II Bustaman (terakhir Let. Kol. Pol. di Kodak Jakarta Raya) mengemasi arsip-arsip / dokumen-dokumen yang perlu diselamatkan.

 

Sebagai anggota polisi yang bergabung dalam korps Mobiele Brigade (Mobbrig) malam itu pula penulis memperoleh baju seragam / uniform Mobbrig Sumatera Barat yang pada waktu itu terdiri dari: celana dan kemeja khaki-dril, jaket wol berwarna coklat (bekas uniform tentera Australia) dan karena sepatu kulit tidak ada saat itu hanya diberi sepatu karet. Senjata diberi sebilah kelewang.

Meninggalkan markas di Birugo.

 

Tanggal 20 Desember 1948 pagi, didapat perintah supaya markas Mobbrig Sumatera Barat di Birugo, Bukittinggi (sekarang: kompleks di belakang SMA Negeri No.2) di-pindahkan ke Jirek (pada waktu itu kantor Jawatan Sosial), sedangkan bagian perlengkapan / perbekalan serta perbengkelan dipindahkan ke Sipisang (arah Utara dari Bukittinggi pada jalan raya menuju Bonjol). Hari ini serangan pesawat udara Belanda masih bergelombang gelombang datang menjelang tengah hari.

Bagi pimpinan pimpinan unit kerja memang tidak mudah dan ringan tanggung jawab yang harus dipikul dalam kekalutan yang dihadapi. Selain dari pada tugas dinas kepolisian harus lebih ditingkatkan kewaspadaan, disamping itu pengungsian keluarga keluar kota harus pula berjalan teratur, sedangkan fasilitas transport tidak tersedia cukup; pula distribusi / supply makanan petugas maupun pengungsi pengungsi memerlukan perhatian pengaturannya, dsb dsb.

 

Dalam kesibukan dan kekalang kabutan yang terjadi itu,  penulis menemukan sepucuk senjata senapan/karabijn tergeletak di belakang pintu markas di Jirek. Sesudah ditanyakan berkeliling siapa yang bertanggung jawab atas pemakaian senjata itu, tidak seorang pun yang merasa kehilangan. Sejak hari itu penulis diberi izin oleh Komandan untuk memegang senapan yang sudah kehilangan tuan tersebut.

(Adrin Kahar)

 

 

 

 

 

  1. 1.      Pertempuran Palupuh


Kesatuan tempur yang mempertahankan front Palupuh terdiri dari Pasukan Mobrig yang merupakan kesatuan antara Mobrig Sumatera Tengah, Sumatera Barat dan Polisi Tugas Umum dibawah komando Kepala Kepolisian Sumatera Tengah PKBP
Soelaiman Efendi, berkekuatan 400 personil, terdiri dari pasukan yang pindah dari Bukittinggi, ditambah pasukan Mobrig dari front Tapakis Lubuk Alung, Batu Tebal Padang Panjang, Ladang Padi/Air Sirah dan Siguntur Muda berkumpul dengan induk pasukan didaerah Palupuh. Untuk mencapai daerah Palupuh pasukan Mobrig harus melewati rintangan, dimana Belanda sudah menguasai daerah Padang Panjang, Solok, Payakumbuh, Batusangkar. Melalui hutan jalan solusi terbaik untuk ditempuh, terkadang terpaksa ambil resiko melintasi wilayah patroli pasukan Belanda.

Read more

 

Inspektur Polisi I Amir Mahmud Komandan Mobbrig Sumatera Barat

Mengenang Front Palupuh dengan Mobbrig – nya

MENJADI KELUARGA MOBBRIG.

19 Desember 1948

 adalah tanggal yang mempunyai arti tersendiri dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka menegakkan dan mempertahankan negara Republik Indonesia.

 

 

 

 

Pada tanggal inilah buat kedua kalinya dimulai penyerbuan besar-besaran yang dilakukan oleh penjajah pihak Belanda memasuki wilayah-wilayah Republik Indonesia dengan maksud menindas perjuangan bangsa yang ingin merdeka.

 

PENULIS sejenak berpose dimuka lensa, sebelum melepaskan baju seragam Mobbrig dan kembali ke bangku sekolah di awal tahun 1950. (Foto: dokumentasi Adrin Kahar)


GERAKAN agresi Tentara Belanda ini dikenal dengan nama Aksi Militer Belanda ke II atau dikatakan juga gerakan pelanggaran perjanjian Renville. Aksi Militer Belanda ke I adalah penyerbuan yang dilakukan oleh pihak Belanda memasuki Wilayah Republik Indonesia pertama kali juga secara mendadak dan besar-besaran yang dimulai tanggal 21 Juli 1947 terkenal sebagai pelanggaran atas persetujuan Linggarjati.

 

Dalam masa perjuangan menghadapi Belanda yang ingin menegakkan kembali kolonialisme di Indonesia sesudah perang dunia ke II, bangsa Indonesia sendiri menyadari bahwa jika ditinjau dari segi kelengkapan dan mutu persenjataan angkatan Perang, pihak Belanda memang lebih unggul dari pada angkatan bersenjata Indonesia. Disamping itu, jauh sebelum tanggal 19 Desember 1948, hubungan diplomatik Indonesia dan Belanda sudah memperlihatkan ketegangan yang dalam perundingan – perundingan banyak terdapat perbedaan paham.

 

Kira-kira setengah jam sebelum jam 00.00 malam tgl 19 Desember 1948, pihak Belanda mengumumkan kepada Republik Indonesia dan pada Komisi Tiga Negara (KTN) bahwa Belanda tidak mengakui dan tidak terikat lagi dengan persetujuan Renville. Dengan sangat mendadak, pagi dinihari Minggu tgl. 19 Desember 1948 sejumlah besar tentera Payung Belanda terjun di lapangan udara Maguwo dan bergerak terus menduduki ibu kota Republik Indonesia Yogyakarta.

Bukittinggi, kota pusat pemerintahan Sumatera pada masa itu, sejak tengah malam tgl. 18 Desember 1948 pula telah menjadi incaran penyerbuan pihak Belanda dengan penerbangan pesawat udara militer Belanda berkeliling-keliling sambil menyebarkan pamflet-pamflet.

Pagi tgl 19 Desember satuan pesawat udara pemburu jenis mustang dari pihak Belanda menyerang kota Bukittinggi dan sekitarnya dengan membom serta menembaki beberapa obyek. Menjelang tengah hari serangan pesawat-pesawat udara itu dilakukan secara bergelombang-gelombang, menyebabkan timbulnya kepanikan penduduk.

Terlihat sampai malam orang-orang berkelompok mapun sendiri-sendiri meninggalkan kota mengungsi menyelamatkan diri.

Sebagai seorang pemuda pelajar SMA di Bukittinggi pada masa itu, penulis adalah juga anggota Tentera Pelajar (T.P.) Sumatera Tengah – Batalyon Bukittinggi . Sungguhnya namanya anggota Tentera Pelajar, tetapi belum mempunyai pengalaman bertempur dalam peperangan.

Kalau perang-perangan dalam latihan kemiliteran pernah juga ada pengalaman diperoleh secara teratur sejak tahun 1946 sampai awal 1948, dengan pelatih-pelatihnya para perwira dan bintara dari unit Pendidikan dan Latihan Divisi III TKR (kemudian Divisi IX Banteng).

Pembentukan dan pembinaan Tentera Pelajar di Sumatera Tengah oleh Pimpinan Divisi III TKR/TRI tidaklah diarahkan untuk dijadikan pasukan tempur, tetapi disiapkan sebagai satuan-satuan cadangan dan bantuan dalam rangka wajib bela negara. Kolonel M. Dahlan Jambek (alm.) selaku pimpinan Divisi III TRI pernah didatangi oleh wakil-wakil pelajar yang dengan semangat menyala-nyala meminta agar TRI mengikut sertakan satuan-satuan pelajar terlatih (T.P.) dalam pasukan tempur. Tetapi dengan hati-hati sekali beliau meminta pengertian para pelajar untuk terus bersekolah demi persiapan hari depan bangsa dan negara, disamping itu tetap berlatih menurut kesatuan masing-masing dengan teratur dan sungguh-sungguh. (lihat: Chaidir Nien Latief, Nostalgia dan Sejarah Perjuangan Pelajar di Sumatera, Merdeka 27 Desember 1980).

 

 

Inspektur Polisi I Amir Mahmud Komandan Mobbrig Sumatera Barat dan Inspektur Polisi II M.K. Situmorang Wk. Komandan Mobbrig (2) berhadapan dengan perwira perwira polisi Belanda dalam rangka serah terima kota Bukittinggi 7 Desember 1949.
(Foto. Dok. Adrin Kahar)

Dengan datangnya serangan yang mendadak dari pihak Belanda pada 19 Desember 1948 yang kebetulan pula mulainya liburan sekolah, maka maka tidak ada satupun pedoman, petunjuk maupun instruksi pimpinan Tentera Pelajar atau Pimpinan Organisasi pertahanan/keamanan lainnya yang dapat diikuti oleh para anggota T.P. di Sumatera Barat.

 

Pada umumnya para anggota T.P. yang bertebaran di Sumatera Barat mengambil inisiatif dan mengambil keputusan masing-masing untuk memilih cara dan bentuk perjuangan yang dapat dilanjutkan sebagai pelajar terlatih militer. Ada yang tinggal di dalam kota untuk menunggu kesempatan bersekolah kembali, tetapi ada pula yang memilih ke luar kota bergabung dengan kesatuan-kesatuan pejuang lainnya untuk bergerilya.

 

Dalam keadaan terombang-ambing untuk menentukan sikap disaat gawat tersebut, penulis terdampar pada senja 19 Desember 1948 ke markas Mobiele Brigade Polisi (Mobbrig) Sumatera Barat, di Birugo Bukittinggi. Rencana semula hendak menemui paman penulis sendiri (alm. Amir Mahmud, Inspektur Polisi I, Komandan Mobbrig Sumatera Barat, tetapi malam itu berkesempatan bertatap muka dengan Bapak Suleiman Effendi (Pembantu Komisaris Besar, Kepala Polisi Propinsi Sumatera Tengah) dan Bapak R. Abdurachman Suriokusumo (Komisaris Polisi I, Kepala Kepolisian Sumatera Barat).

 

Dari beliau beliau inilah penulis beroleh keterangan bahwa dalam waktu singkat mungkin tentera Belanda akan sampai di Bukittinggi; semua pasukan pasukan bersenjata serta pejabat pejabat pemerintah Republik Indonesia akan meninggalkan kota dan akan melanjutkan perjuangan secara bergerilya dari luar kota melawan kekuatan pemerintahan dan tentera pendudukan Belanda.

Penulis juga diberi advis pada waktu itu, supaya sebaiknya sebagai pelajar pulang saja ke kampung dan menunggu perkembangan sampai ada kemungkinan untuk bersekolah.

 

Dengan mengemukakan alasan bahwa penulis adalah pula salah seorang anggota Tentera Pelajar yang pernah mendapat latihan kemiliteran, memohon kiranya bapak bapak pimpinan kepolisisan tersebut mau membawa serta penulis dalam perjuangan ge-rilya di luar kota kemanapun akan pergi. Permohonan penulis diperkenankan oleh Bapak Suleiman Effendi dan pada malam itu juga diberi tugas untuk membantu Pemb. Inspektur II Bustaman (terakhir Let. Kol. Pol. di Kodak Jakarta Raya) mengemasi arsip-arsip / dokumen-dokumen yang perlu diselamatkan.

 

Sebagai anggota polisi yang bergabung dalam korps Mobiele Brigade (Mobbrig) malam itu pula penulis memperoleh baju seragam / uniform Mobbrig Sumatera Barat yang pada waktu itu terdiri dari: celana dan kemeja khaki-dril, jaket wol berwarna coklat (bekas uniform tentera Australia) dan karena sepatu kulit tidak ada saat itu hanya diberi sepatu karet. Senjata diberi sebilah kelewang.

Meninggalkan markas di Birugo.

Source

http://aswilblog.wordpress.com/2010/03/22/sekilas-sejarah-berdirinya-brimob-daerah-sumbar/

 

 

Dutch version

the second in December 1948 and January 1949. The operations took place during the time of the Indonesian fight for independence

 

Second Police Action (Operatie Kraai)
Dutch military aggression II
The second Politionele Acties was aimed at forcing the Republic to cooperate with the Dutch government in the implementation of the federalist policy as stipulated in the Linggadjati Agreement.

 The purpose was to organize the new Indonesia as a federal state that would remain closely associated with the Netherlands. Alleged breaches of the armistice by the Indonesians was also a motivator.

During this operation (kraai = Dutch ‘crow’), Yogyakarta was directly attacked and the Indonesian administration, including president Sukarno, was put under arrest. Furthermore, all major cities and roads on Java were occupied

In both ‘police actions’,

more than 100,000 Dutch troops were involved. This number makes obvious the fact that the operations did not constitute limited police actions as claimed by
the Dutch government, but full-fledged military campaigns.

 Overall, the Dutch suffered approximately 5,000 fatalities, the death toll on the Indonesian side is estimated to be as high as 150,000.

 

What really Happened read more the history fact below compiled by Dr Iwan suwandy,MHA

Dengan terjadinya Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948, maka berakhirlah masa tugas Polisi Keamanan di sekitar garis tersebut.
Militerisasi Polisi

Agresi Militer Belanda II
Pada tanggal 19 Desember 1949 Belanda melancarkan agresinya yang ke-2 dengan menyerang ibukota yang pada waktu itu ada di Yogyakarta. Dalam waktu singkat, Belanda berhasil menguasai Pangkalan Udara Maguwo serta kota. Tidak hanya Yogya, Belanda juga menyerang daerah lain yang menjadi teritorial RI. Di Yogya Mobbrig ikut menyerang tentara Belanda yang akan masuk ke dalam kota dan puncaknya dalam serangan umum 1 Maret Mobbrig ikut terlibat aktif di dalam penyerangan tersebut.

Organisasi Kepolisian Selama Agresi Militer II
Setelah Yogyakarta berhasil diduduki oleh pasukan Belanda, polisi bersama alat negara lainnya meninggalkan kota.

Di luar kota berpusat Pemerintahan Militer di bawah pimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman yang dibantu oleh Staf Kemanan yang terdiri dari Jaksa Agung Tentara sebagai Kepala Staf, KKN dan Komandan Korps Polisi Militer Jawa masing-masing sebagai Wakil Kepala I dan II.

(1)On December,19th.1948 in the morning Dutch soldiers boombing Bukittinggi, the Ducth begun attacked repoeblic Indonesia. at afrternoon Mr Syafruddin Prawiranegara,Menteri kemamukarn RI whic stayed at bukittingi from the central gouvernment ,with Colonel Hidaya, The comandenemen comandant TNI Sumatra who just take the command from Mayor General Soehardjo Hardjowardojo, vist Mr T.M.Hassan the chief of central Commisariat at his house at BGarai(valley) Sianok Bukittinggi, for meeting aboutmthe movement against the Dutch army, they didnot know the situation of presieenrt and vice president Repoeblic Indonesia.this day no info from Yogja.Mr Sjafruddin Prawira negara told that in order to save the stae NRI, he accepeted to built PDRI(pemerintah daruata republic Indonesa-emergengy gouvernment RI) and at night ,9.00 PM the NRI official will move out Bukittinggi to Halaban (onderneming or Plantation) near Payakumbuh.

(2)Second Dutch “police action” begins at 5:30 A.M. without warning. Yogya falls to the Dutch.Emergency government for Indonesia is declared (PDRI) at Payakumbuh nearby under Sjafruddin Prawiranegara. Soedirman radios his immediate support for the emergency government.Civil government of republic, including Sukarno, Hatta, Sjahrir, allows itself to be captured, hoping to outrage world opinion; Sukarno and Sjahrir are taken into Dutch custody, and eventually flown to Bangka. look the illustraion of sukarno.hatta and Haji Agus Salim at Maguwo Airport when the dutch took them to custody in Bangka.

the illustratio of Hotel Manumbing at bangka whete Bung Karno,bung Hatta were exile.

Sultan Hamengkubuwono IX of Yogya remains in his palace, and does not leave during the entire Dutch occupation.Dutch occupy Bukittinggi.Tan Malaka escapes again during the confusion.

 

Panglima Besar Soedirman


Soedirman is warmly remembered today as perhaps the greatest hero of the revolution. Towards the end of the fighting, he fell ill and directed troops from his sickbed.Soedirman was another complex character in the revolutionary era. He had been impressed by Japanese military traditions and the spirit of bushido; yet he was also thought to be sympathetic to the leftist movement of Tan Malaka. He was one of the military figures who was not completely trusting of the political leadership (such as Sjahrir), as to them the political leadership seemed more interested in compromise than victory. This feeling was certainly strengthened when the entire political leadership allowed itself to be taken captive by the Dutch on December 19, 1948.

On 19 December 1948

at 05:30 am Maguwo airfield was bombed by the Dutch Mitchell bombers (B 25) is immediately followed by a battalion of troops jumping green beret who was assigned to seize the flying field Maguwo. On the morning of this miraculous Dutch terdfiri aircraft from aircraft Spitfire, Mustang, Lockheed and Mitchell seemed hovering above the city of Djokja which soon opened the attack by shooting at and dropping bombs in several places. In the Netherlands Maguwo menerjunlan payungdengan troops seize field goal Maguwo.penduduk menyhangka city does not at all that it was an explosion and gunfire attacks that actually means, they suspect that the heavy temabakan just war, because war forces the GoI has planned a latihanbesar- besara. semaking intensified after his shots and more bombs being dropped, then people realize. after the victim began to fall. They realize vahw abelanda tealh their attacks. Sekalipunkesatuan in Maguwo too small, yet still provided resistance under the leadership of opsit picket Kasmiran, patriotic resistance which lasted bravely than 06 000 hours (AM) until 7:00 to finally air cadet kasmiran with approximately 40 members of his unit killed on the field of service. However the new field at 08.00 hours seluurh Maguwo successfully controlled by the Dutch, they immediately opened the air bridge to lower Semarang Djokja Engineers heavy equipment and transport equipment for eprsiapan seize Djokja. Meanwhile the relationship anatara base Maguwo Djokja disconnected so the situation can not be known at all by the dreamers who are in town n RI Djokja. Dutch movement from the city Djokja Maguwo dimuali sjak morning and at 14:15 (PM) they arrived on the edge of the east and from here they try to occupy the city. Teridir of their movement and group movement setaip memepunyai groups specific tasks to further isolate the town in order to soldiers of the Republic of Indonesia that will try to get out of town can be prevented.

Dutch troops launch on sat afresi colonial, Great Commander General Sudirman was nearly issued a flash command:

QUICK ORDER NO I/PB/48

1.we  has been attacked

2. On 19 December 1948 the Dutch Armed Forces attacked the Yogyakarta city and the airfield Maguwo

3.The  dutch’s  government  had  cancel truce agreement

4.All  Armed Forces carry out the plan that has been set to face the Dutch attack

Issued in place, on 19 December 1948, jam.08.00

Commander of the Armed Forces of the Republic Indonesia

Lieutenant General Sudirman.

Thus flash command Zbesar Commander, thus exercise plan on a large war-bvesaran by the TNI on 19 December 1948 can not be implemented because of the impending attack of the Dutch. Who carried out the TNI since today is perintah siasat Panglima Besar namely organizing Universe diembani Guerrilla warfare by the military Pemerinath.

On this day, since morning, Republican Leader of the Government of yanga da fi palace in Yogya gather and sit under Pimpina President Sukarno. sidangs elesai then my head after da Sjagfruddin Prawiranegara SH, prosperity minister, who was in Sumatra, was given powers by President Sukarno to form an emergency Government of the Republic of Indonesia (PDRI) sui Sumatran, the mandate has been delivered through the radio and reads as follows:

MANDATE OF THE PRESIDENT TO

 Syafruddin Prawiranegara SH

We inform the President of the Republic of Indonesia on Sunday abhwa jqm 19.12.1948 06.00 am dutch seranggannya has begun on the capital of Yogyakarta. If the state Government can not run again kewajibannnya we depute to Mr. Syafruddin Prawiranegara, Minister of the Republic of Indonesia Prosperity for memebentuk Daruart Republican government in Sumatra.

Yogyakarta 19 desembver 1948

President Vice President Soekarno Hatta.

In addition to the above mandate issued to the Maramis SH, Minister of Finance who was outside Megeri and dr.Sudarmono in New Delhi as follows.

Prof. Dr. Sudarmono, Plar, Mr Maramis.New delhi

We are the President of the Republic of Indonesia memebrikan that on Sunday 19.12.1948 at 06.00 am on the Dutch had begun its attack on the capital city of Yogyakarta. If efforts Sjafruddin Butler State Emergency SH to form a government in Sumatra unsuccessful, kapada brothers Exulle Gouvernmen empowered to form the Republic of Indonesia in India. please be advised this is in connection with Sjafruddin in sumatra.jika relationship is not possible, please take the necessary action

Yogjakarta 19 december 1948

Vice President Mohammad Hatta, Agus Salim _Menteri Overseas.

Similarly, the President has expressed amanantnya as follows:

TRUSTEES OF THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

The beloved nation!

On this day December 19, 1948, at 06.00 am the Netherlands have begun with the attack on the city of Yogyakarta and surrounding areas. with this action is evident that Belands tealh again start a colonial war to destroy the Government and the Republic of Indonesia so that they can re-colonize the entire country and the nation of Indonesia. We Setealh berusha months with all sincerity to resolve disputes nBelanda premises are suddenly their memebri not know in advance the appropriate use of a weapon that is on them to do their will with no mengindahkanadanya paksaaan by KTN in Yogyakarta, with no presence memperduluikan ceasefire agreement, they eliminated all possibilities to achieved a peace compromise . We believe , that the entire people of Indonesia and those are areas that are Republican or area occupied by the Dutch in unison will be standing behind a bunch of the republic of Indonesia to oppose any effort and in our mind that there are actions that violate this humanity. We know that the deeds of their weapons, the Dutch may be able to seize and occupy some of the important place, but no way they can break the spirit of our fight or shut = Indonesia’s national independence which we tealh insyafkan and maintain over the years.

We have our independence proclaimed on August 17, 1945 and ntealh pervasive in our souls, it is impossible dapatr suppressed with violence. Let my people, we defend the homeland and our independence with the strength of victory will surely believe in us. Isja gods.

Yogyakarta, 19 December 1948

President of the Republic of Indonesia

Sukarno

indonesian version:

Pada tanggal 19 desember 1948 jam 05.30 pagi lapangan terbang Maguwo di bom oleh pesawat pembom Mitchell Belanda(B 25) yang segera diikuti dengan penerjunan satu batalion pasukan baret hijau yang ditugaskan untuk merebut lapang terbang Maguwo. Pada pagi hari ini bebrapa pesawat Belanda yang terdfiri dari pesawat Spitfire,Mustang,Lockheed dan Mitchell tampak melayang-layang diatas kota Djokja yang tak lama kemudian membuka serangan dengan menembaki dan menjatuhkan bom dibeberapa tempat. Di maguwo Belanda menerjunlan pasukan payungdengan tujuan merebut lapangan Maguwo.penduduk kota memang tidak menyhangka sama sekali bahwa ledakan serta tembakan itu adalah serangan serangan yang sesunguhnya, mereka menduga bahwa temabakan berat itu hanyalah latihan perang saja, karena pihak angkatan Perang RI telah merencanakan suatu latihanbesar-besara. setlah tembakan semaking menghebat dan bom semakin banyak yang dijatuhkan,barulah rakyat sadar. setelah korban mulai berjatuhan. Barulah mereka sadar vahw abelanda tealh melancarkan serangannya. Sekalipunkesatuan yang ada di maguwo terlalu kecil,namum perlawanan tetap diberikan di bawah pimpinan opsit piket Kasmiran,perlawan yang patriotik berlangsung dengan gagah berani dari jam 06.000 (AM) sampai 07.00 hingga akhirnya kadet udara kasmiran bersama lebih kurang 40 orang anggota kesatuannya gugur dimedan bakti. namum baru pada jam 08.00 seluruh lapangan maguwo berhasil dikuasai oleh Belanda,segera mereka membuka jembatan udara Semarang Djokja untuk menurunkan alat -alat Zeni berat dan alat transport bagi eprsiapan merebut Djokja. Sementara itu hubungan anatara pangkalan Maguwo Djokja terputus sehingga situasi tersebut tidak dapat diketahui sama sekali oleh pemimpi n RI yang berada dikota Djokja. Gerakan belanda dari maguwo ke kota Djokja dimuali sjak pagi hari dan jam 14.15 (PM) mereka baru tiba ditepi timur dan dari sini mereka berusaha menduduki kota. Gerakan mereka teridir dari gerakan kelompok dan setaip kelompok memepunyai tugas tertentu untuk selanjutnya mengisolir kota agar pasukan Republik Indonesia yang akan berusaha keluar kota dapat dicegah.

pada sat tentara belanda melancarkan afresi kolonialnya, segra Panglima Besar Jendral Sudirman mengeluarkan perintah kilat :

PERINTAH KILAT NO I/PB/48

1.kita Telah diserang

2. Pada tanggal 19 desember 1948 Angkatan Perang belanda menyerang kota Yogyakarta dan Lapangan terbang Maguwo

3.Pemerintah belanda tealh membatalkan persetujuan gencatan senjata

4.Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan Belanda

Dikeluarkan di Tempat,Tanggal 19 desember 1948,jam.08.00

Panglima Besar Angkatan Perang republik indonesia

Letnan Jenderal Sudirman.

Demikianlah perintah kilat Panglima Zbesar , dengan demikian rencana Latihan perang secara besar-bvesaran oleh TNI pada tanggal 19 desember 1948 tidak dapat dilaksanakan karena adanya serangan pihak belanda. Yang dilaksanakan TNI sejak hari ini adalah perintahsiasat Pamnglima Bsar yakni menyelenggarakan perang Gerilya Semesta yang diembani oleh Pemerinath militer.

Pada hari ini,sejak pagi Pemimpin Pemerintah Republik yanga da di yogya berkumpul fi istana dan bersidang dibawah pimpina presiden sukarno. sesudah sidangs elesai maka kepa da Sjagfruddin Prawiranegara SH,menteri kemakmuran, yang sedang berada di sumatera ,diberi kekuasaan oleh Presiden Sukarno untuk membentuk Pemerintahan darurat Republik Indonesia(PDRI) sui sumatra, mandat tersebut telah disampaikan melalu radio dan berbunyi sebagai berikut :

MANDAT PRESIDEN KEPADA SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA SH

Kami Presiden Republik Indonesia memberitahukan abhwa pada hari Minggu tanggal 19.12.1948 jqm 06.00 pagi belanda telah muali seranggannya atas ibukota Yogyakarta. Jika dalam keadaan Pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannnya lagi kami menguasakan kepada Mr Syafruddin Prawiranegara ,Menteri Kemakmuran Republik Indonesia untuk memebentuk pemerintah Republik Daruart di Sumatra.

Yogyakarta 19 Desembver 1948

Presiden Soekarno Wakil Presiden Hatta.

Selain mengeluarkan mandat tersebut diatas kepada Maramis SH,menteri Keuangan yang sedang berada diluar Megeri dan dr.Sudarmono di new Delhi sebagai berikut.

Prof. Dr Sudarmono,Plar, Mr Maramis.New delhi

Kami Presiden Republik Indonesia memebrikan bahwa pada hari minggu tanggal 19.12.1948 jam 06.00 pagi Belanda telah mulai serangannya atas Ibu Kota Yogjakarta. Jika ikhtiar Sjafruddin Prawira Negara SH untuk membentuk Pemerintah Darurat di sumatra tidak berhasil, kapada saudara-saudara dikuasakan untuk membentuk Exulle Gouvernmen Republik Indonesia di India. harap maklum hal ini berhubung dengan Sjafruddin di sumatra.jika hubungan tidak mungkin,harap diambil tindakan seperlunya

Yogjakarta 19 desember 1948

Wakil Presiden Moh Hatta _Menteri Luar negeri Agus Salim.

Demikian pula Presiden RI telah menyampaikan amanantnya sebagai berikut:

AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bangsaku Yang tercinta !!!

Pada hari ini tanggal 19 Desember 1948,pada jam 06.00 pagi

Belanda telah mulai dengan serangan atas kota Yogyakarta dan sekitarnya . dengan tindakan ini nyata bahwa Belands tealh memuali lagi perang kolonialnya untuk menghancurkan Pemerintah dan negara Republik Indonesia agar mereka dapat menjajah kembali seluruh tanah air dan bangsa Indonesia.

Setelah kita berbulan-bulan berusaha dengan segala ketulusan hati untuk menyelesaikan pertikaian denga nBelanda secara sekonyong-konyong mereka dengan tidak memebri tahu lebih dahulu mempergunakan alat senjata yang ada pada mereka untuk melakukan kehendak mereka dengan paksaaan dengan tidak mengindahkanadanya KTN di Yogyakarta, dengan tidak memperduluikan adanya perjanjian gencatan senjata, mereka telah meniadakan segala kemungkinan untuk mencapai penyeledsaian secara damaui.

Kami percaya,bahwa seluruh rakyat Indonesia maupun yang berada didaerah Republik ataupun yang berada didaerah yang diduduki Belanda serentak akan berdiri dibelakang republik Indonesia untuk menentang sengan segala tenaga dan batin yang ada pada kita tindakan yang melanggar    perikemanusiaan ini.

Kami mengetahui,bahwa dengan perbuatan senjata mereka, belanda mungkin akan dapat merebut dan menduduki beberapa tempat yang penting, akan tetapi tidak mungkin mereka dapat mematahkan semangat perjuangan kita atau mengurung =kan kemerdekaaan bangsa Indonesia yang tealh kita insyafkan dan pertahankan selama ini.

Kemerdekaan kita yang telah kita Proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan telah meresap pada jiwa kita,mustahil dapatr ditindas dengan kekerasan. Marilah bangsaku,kita pertahankan tanah air dan kemerdekaan kita dengan segala tenaga yang ada percayalah kemenangan pasti akan pada kita .Isja allah.

Yogyakarta,19 desember 1948

Presiden republik Indonesia

Sukarno

(d) DECEMBER, 19TH.1948

Master Tapanuli IN THE NETHERLANDS

DUTCH TO AGGRESSION – II

1) The Netherlands carried out the attack to Sibolga both from the Sea, Army and Air Sibolga and eventually fell into the hands of the Dutch Army, with the entry into the Dutch Army Dutch Army menghempang Sibolga for the MAS KADIRAN with MBK Tapanuli Forces based in Padang Sidempuan leading to the Bridge Trunk Toru, The Netherlands Army continued to advance to the Padang Sidempuan but in Batang Toru Bridge in the Dutch Army Forces Prevent by MBK, then there was a very fierce battle, with the assistance of the Dutch Army aircraft may eventually repelling forces MBK Tapanuli to P. Sidempuan.

2) After the Batang Toru grab the next in the Japanese Army bombed the city with two P. Sidempuan Force Aircraft and MAS Chairman MBK Tapanuli KADIRAN on the pull back to Penyabungan and some survive in Kampung Pijor Koling battle in Pijor Koling loss Padang Besar and finally Sidempuan fall into the hands of the Dutch Army.

ASSAULT regained SIDEMPUAN PADANG CITY

With the fall of the City of P. Sidempuan into the hands of the Dutch Army in Kampung Goti Defense held talks back to seize the city of Padang Sidempuan. So-I MMB Forces SUMATRA Forces Leadership and MBK Iptu Ibn Tapanuli KADIRAN and MAS Chairman Brigade FORCES CAPTAIN ROBINSON-B Leader Battle Hutapea held for 3 days in the City of P. Sidempuan and eventually can reclaim. After the city can seize P. Sidempuan Japanese Army retreated to the Batang Toru, but only 6 hours in control suddenly appear 2 Aircraft fired the city and attack back P. Sidempuan is getting help from Sibolga and ultimately the City P. Sidempuan can Movement controlled by another Dutch soldier in the Netherlands can no longer stand MBK Forces Tapanuli and MBB-I Sumatera and brigade-B Company and the Indonesian Navy continues to retreat from the village of Goti – Pijor Koling – Door to Kampung Padang Huraba and survive in the Village and Village Huraba Huraba called by FORT HURABA

During Operation Kraai,

a Dutch-led offensive on the city of Yogyakarta on 19 December 1948, Maria Ulfa santoso  husband was killed outside Maguwo.[1]

 

 

 

In the beginning of 1946

the basis of a new commando parachutist unit was formed by a part of the disbanded No2 (Dutch) Troop and the Korps Insulinde. The Depot Speciale Troepen (green berets), the School Opleiding Parachutisten (red berets), and later the 1st Parachutist company arose independently.

In 1948

 The Depot Speciale Troepen was renamed Korps Speciale Troepen. In those days these units executed a number of short missions against the Indonesian republicans and a large-scale operation at Celebes



DJOKJAKARTA

In December 1948, when the military and the political situation deteriorated drastically, the government ordered to conduct the second  Politional Action.

 

 

 

 

 

Aerial photo of Dutch parachutes and cargo planes at Maguwo Airport near Jogjakarta
after Dutch paratroopers and regular troops attacked the nationalist position there – December 19, 1948

 

On 19 December 1948

Dutch commando parachutists were the first, by launching a spectacular airborne operation, at the republican capital Djokjakarta. The entire Indonesian republican government, including President Soekarno, was captured.

19 December 1948
Second Police Action to capture Jogjakarta

 

I

The Dutch launched a second “police action”
that captured Jogjakarta on December 19, 1948

 

Sukarno, Hatta, and other republican leaders were arrested and
exiled to northern Sumatra on the island of Bangka.

 

(e)The Rice Coupon(Bon Beras0 Of The South sumatar republic gouvernment issue under orde GSS 19.12.48, the value of coupon 5 kg rice. ,sign by the command Colonel M.simbolon, look the coupon and  profile picture of Colonel M.Simbolon below.

 

 

 

December, 20th.1948

Tanggal 20 Desember 1948 pagi,

didapat perintah supaya markas Mobbrig Sumatera Barat di Birugo, Bukittinggi (sekarang: kompleks di belakang SMA Negeri No.2) di-pindahkan ke Jirek (pada waktu itu kantor Jawatan Sosial), sedangkan bagian perlengkapan / perbekalan serta perbengkelan dipindahkan ke Sipisang (arah Utara dari Bukittinggi pada jalan raya menuju Bonjol). Hari ini serangan pesawat udara Belanda masih bergelombang gelombang datang menjelang tengah hari.

 

Bagi pimpinan pimpinan unit kerja memang tidak mudah dan ringan tanggung jawab yang harus dipikul dalam kekalutan yang dihadapi.

 

Selain dari pada tugas dinas kepolisian harus lebih ditingkatkan kewaspadaan, disamping itu pengungsian keluarga keluar kota harus pula berjalan teratur, sedangkan fasilitas transport tidak tersedia cukup; pula distribusi / supply makanan petugas maupun pengungsi pengungsi memerlukan perhatian pengaturannya, dsb dsb.

 

Dalam kesibukan dan kekalang kabutan yang terjadi itu, penulis menemukan sepucuk senjata senapan/karabijn tergeletak di belakang pintu markas di Jirek. Sesudah ditanyakan berkeliling siapa yang bertanggung jawab atas pemakaian senjata itu, tidak seorang pun yang merasa kehilangan. Sejak hari itu penulis diberi izin oleh Komandan untuk memegang senapan yang sudah kehilangan tuan tersebut.

Source

http://aswilblog.wordpress.com/2010/03/22/sekilas-sejarah-berdirinya-brimob-daerah-sumbar/

 

(1)Army executes Sjarifuddin, withdraws from Yogya.All of Indonesia except for Aceh and parts of Sumatra are under Dutch control. Guerilla warfare heats up; Soedirman leads guerilla war from sickbed.Many American newspapers publish editorials against the Dutch.

Pasukan TNI lagi mandi waktu jaman grilya



foto berikut ini adalah kesatuannya pak almarhum worang waktu bergrilya di jawa…

barisan kesatuannya pak worang setelah gencatan senjata antara indonesia dan belanda..

waktu jaman grilya, kerjaan mereka ngak berperang melulu… tapi kalau ada waktu main ping pong juga…

koleksi foto pak worang waktu jaman grilya di jawa 1946 sampai 1949…

foto ini waktu pasukan worang berada di ambon waktu penumpasan rms, latar belakang, kendaraan lapis baja belanda yang dilumpuhkan….

Foto foto ini saya ambil dari album keluarga worang di Fb…

 

 

(2) Warna Warta Middle Java Newspaper info;

(a)

Top of Form

Authorities of the Republic of the Detained


On Sunday, December 19, 1948

 

 which plainly, the Imperial Army occupied the entire city of Jogjakarta, some authorities have detained terkemukapun Republic. They are President Sukarno, Vice President drs Moh.hatta, Foreign Minister Haji Agus Salim, Air Commodore Suryadarma, Advisor to the President Sutan Sjahrir, state secretary Mr. Pringgodigdo and several members of its chairman Mr KNIP diantaranya Asaat.

 

Time has imprisoned the next day head of the delegation Republuik Mr.Moh.Roem, advisor Dr Setiabudi and meneteri delegai Moh.Natsir Information. On the other hand there are the pictures loaded Prsediden Sukarno and other pemebesar. Front Keprseidenan Jogjakarta, with a Dutch officer.
Illustrations of the republic authorities who have been arrested in Djokja December 19, 1948.
(B) Movement Tenatara In Java, it can be said is complete, the most important cities occupied,
On Sunday, December 19, the last three hours of noon (PM), the whole town had been occupied Jogjakarta Imperial Army, occupied the next day Kaliurang and other places around Djokja. Motion carried on the other cleaning jurusanpun went smoothly. briefly mentioned herein may be the name of an important place in many areas already occupied.
In Central Java, selainya Djokja and Kaliurang, Lali, Solo, Klaten, Wonogiri and Sragen. Kedu tealh area occupied Parakan, Waterford, Wonosobo and Magelang. Mutara coastal areas of Java island has been occupied Pati, Holy, Rembnag, Purwodadi, Juana, Japara, Cepu, Bojonegoro, Tuban, Tripe and Blora. Dibagain south west of Central Java, can be called several places Banjarnegara, Kebumen and Purworejo. East has been occupied menjawa Wlingi, Turen, Dampit, Kepanjen, Blitar, Kediri, Magetan, Ngawi, Madison and Plossso. Area has been occupied setalh offerings take place rapidly once movement, attack, djasinga, Pandegelang, Rangkasbitung, Baja, Labuan and Menes.
In some places were Sumatra successive tururt been released, Chart Siapi-fire, Asahan, Bukittinggi, Tandjung long, Rantau Prapat, Balige, Kota Pinang, Pajakumbuh, Sibolga, and fort Sidikalang van der Capellen (Batusangkar). (Note Dr iwan: Tarutung not yet occupied)
Generally movements in the Javanese soldiers are finished, place the judging Tnetara kingdom now taken measures to secure for the state, so that the area was soon taking part in the prosperity with establishment efforts throughout Indonesia.
(C) His Majesty and the federal government Mangkunegara cooperation with Indonesia
Excellency’s wise and PK Surakarta Kangjeng Susuhunan Prince Mangkunegoro cooperation by holding meetings with civilian and military authorities of the Government of Indonesia Federaal Meanwhile, who was recently placed in Solo, has resumed taking over government and Mangkunegaran Kesunanan. rtentu wise decision that will help the ongoing government-regulated as soon as mungkin.karena ityu, then the distribution of dry goods will soon start DAPT, and actions that relieve the suffering of the people in Kasunanan and Mangkuneraran be taken as well.
(D) Word of Majesty Queen Juliana
Her Majesty Queen Juliana fulfill the word of the Queen Mother on December 7, 1942 the people of Indonesia. sri Majesty Queen of the Netherlands which now has mngesahkan Dutch royal charter the United States of Indonesia are now realizing a free and sovereign. Royal army brought peace and order to enable the implementation of the Word of the Queen Mother.
illustration of the Dutch royal crown since 8 September handed over to the Princess Juliana by her mother, in this picture with His Majesty Queen Juliana Prins Bernhard.
(E) Illustrations pasukaaan Group of the Dutch city of Solo, seen by the People.
(F) Prohibition of Weapons Store
To all the people dipermaklumkan military rule below, which come into force for the entire Central Java dadesrah: “According to the regulation of regional leaders and the Army Central Java, all the people who have no right to have firearms, ammunition, explosive items, and explosive items, there possibility of being shot to death in place, no longer use the trial.
Cardinal Justinus Darmojuwono in his first 78 write what Happens this week (last cardinal Archbishop-Jakarta)
Fhari week sbelum Christmas morning 1948
I ride a bicycle from residence in Ganjuran sauya menuniakan duty to Bantul to grazing.
 I am a little surprised to hear the sound keapal flying from the south and after seeing some great airplanes, I believe that the aircraft does not belong to the Republic of Indonesia, especially after bewberapa time bomb explosions sounded quite thrilling hai.
Arriving at the place, it turns out the people first and after the church ceremony verkumpul.Sebelum speaking they claim that the exercise is being conducted by the Air Force and Army of the Republic of Indonesia in Maguwo and Yogyakarta.
 They let me in his view, I purposely did not deny them, because memamng not know, but the heart does not believe in the truth of their opinions. Halted at noon, running the group after group of refugees from Yogyakarta with their goods to the South. Where to? shelter with relatives, acquaintances? Mostly without mengertti for sure, where are you going?
Apparently, the city of Yogyakarta was occupied by Dutch troops. Tense atmosphere of the people. Sense of fear, confused, khawatit, as if every time there will be invasion or attack from the enemy.
Within two to three orders membungi scorching sound harimsudah 2 sugar mills and buildings = buildings = f building that can be used as the headquarters of the Dutch army and at the same ORI money is no longer valid.

Pembesar Republik Yang Ditahan

Pada hari minggu tanggal 19 Desember yang lalau ,waktu Tentara Kerajaan menduduki seluruh kota Djokjakarta, maka beberapa pembesar Republik terkemukapun telah ditahan. Mereka itu ialah Presiden sukarno,Wakil Presiden drs Moh.hatta,menteri Luar negeri Haji agus salim, Komodor  udara Suryadarma,Penasehat Presiden Sutan sjahrir, sekretaris negara Mr. Pringgodigdo dan beberapa anggota KNIP dianataranya ketuanya Mr Asaat. Waktu keesokan harinya telah ditawan ketua delegasi Republuik Mr.Moh.Roem, penasehat delegai Dr Setiabudi dan meneteri Penerangan Moh.Natsir. Dilain bagian ada dimuat gambarnya Prsediden sukarno dan pemebesar lainnya .didepan Keprseidenan Djokjakarta,bersama seorang opsir belanda.

Illustrasi pembesar republik yang telah ditawan di Djokja 19 Desember 1948.

(b) Gerakan Tenatara Di Jawa dapat dikatakan selesai ,kota-kota terpenting diduduki,

Pada hari minggu tanggal 19 Desember yang lalu jam 3 lohor(PM), seluruh kota Djokjakarta telah diduduki Tentara Kerajaan , keesokan harinya menduduki Kaliurang dan lain-lain tempat disekitar Djokja. Gerakan pembersihan yang dilakukan dilain jurusanpun berlangsung lancar. secara singkat disini dapat disebutkan nama tempat yang penting saja diberbagai daerah yang sudah diduduki.

Di Jawa Tengah,selainya Djokja dan kaliurang, Lali,Solo,Klaten,Wonogiri dan Sragen. didaerah Kedu tealh diduduki Parakan,Temanggung,Wonosobo dan magelang. Didaerah pantai mutara pulau jawa telah diduduki Pati,Kudus,Rembnag,Purwodadi,juana,Japara,Cepu,Bojonegoro,Tuban, Babat dan Blora. Dibagain selatan barat dari jawa Tengah ,dapat disebut beberapa tempat Banjarnegara,Kebumen dan Purworejo. dijawa Timur telah diduduki Wlingi,Turen,Dampit,Kepanjen,blitar,Kediri,Magetan,Ngawi,Madiun dan Plossso. Daerah banten telah diduduki setalh berlangsung gerakan tjepat sekali, Serang,djasinga,Pandegelang, rangkasbitung,Baja,Labuan dan Menes.

Di Sumatera beberapa tempat pun berturut-tururt telah dibebaskan , Bagan siapi-api,Asahan,Bukittinggi,Tandjung panjang,Rantau Prapat,Balige,Kota Pinang,Pajakumbuh,Sibolga, sidikalang dan fort van der Capellen(Batusangkar).(catatan Dr iwan : Tarutung belum diduduki)

Umumnya gerakan tentara di jawa sudah selesai, ditempat yang ditilik Tnetara Kerajaan sekarang diambil tindakan buat mengamankan keadaan, supaya daerah itu lekas mengambil bagian dalam usaha pembanguna kemakmuran seluruh Indonesia.

(c)Susuhunan dan Mangkunegara kerjasama dengan Pemerintah federal Indonesia

Paduka yang bijaksana Kangjeng Susuhunan Surakarta dan P.K. Pangeran Mangkunegoro dengan mengadakan kerja sama yang rapat dengan pembesar militer dan sipil dari Pemerintahan Federaal Indonesia Sementara, yang baru-baru ini ditempatkan di Solo, telah memulai kembali mengambil pemerintahan atas Kesunanan dan mangkunegaran. keputusan yang bijaksana itu rtentu akan membantu berlangsungnya pemerintahan yang teratur dengan selekas mungkin.karena ityu, maka pembagian bahan pakaian akan segera dapt dimulai, dan tindakan yang meringankan penderitaan rakyat di Kasunanan dan Mangkuneraran akan diambil juga.

(d)Sabda Sri Baginda Ratu Juliana

Sri Baginda Ratu Juliana menunaikan sabda Ibu Suri pada tanggal 7 Desember 1942 pada rakyat Indonesia. sri Baginda Ratu Nederland yang sekarang telah mngesahkan anggaran dasar kerajaan belanda yang kini mewujudkan Negara Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat. Tentara kerajaan datang membawa keamanan dan ketertiban untuk memungkinkan penyelenggaraan Sabda Ibu Suri.

illustrasi mahkota kerajaan belanda sejak 8 September diserahkan kepada Puteri Juliana oleh ibundanya,pada gambar ini seri baginda ratu juliana bersama prins Bernhard.

(e) Illustrasi Rombongan pasukaaan Belanda masuk kota Solo dilihat oleh Rakyat.

(f)Larangan Menyimpan Senjata

Kepada segenap penduduk dipermaklumkan peraturan militer dibawah ini,yang belaku untuk seluruh dadesrah Jawa Tengah: “Menurut peraturan dari Pemimpin Daerah serta Tentara Jawa Tengah,semua orang yang tiada berhak terdapat mempunyai senjata api,mesiu, barang yang mudah meledak, dan barang peledak, ada kemungkinan ditembak mati pada tempatnya,tiada pakai pemeriksaan pengadilan lagi.

JUstinus Kardinal Darmojuwono in 1 78 write what his happen this day(terakhir uskup Agung-kardinal Jakarta)

Hari minggu pagi sebelum Natal 1948

saya naik sepeda dari tempat kediaman sauya di Ganjuran menuju Bantul untuk menuniakan tugas pengembalaan.

 Saya agak heran mendengar suara keapal terbang dari arah selatan dan setelah melihat beberapa kapal terbang besar, saya yakin bahwa kapal terbang tersebut bukan milik Republik Indonesia, apalagi sesudah bewberapa waktu terdengar ledakan-ledakan bom yang cukup mendebarkan hai.

Sampai di tempat, ternyata orang-orang mula verkumpul.Sebelum dan sesudah upacara gereja saat berbicara mereka menyatakan bahwa sedang diadakan latihan oleh Angkatan Udara dan Angkatan darat Republik Indonesia di Maguwo dan Yogjakarta.

 Mereka saya biarkan dalam pandangannya, saya sengaja tidak membantah mereka,karena memamng tidak tahu benar,tetapi dalam hati tidak percaya akan kebenaran pendapat mereka. Muali tengah hari, mengalir rombongan demi rombongan pengungsi dari Yogjakarta dengan barang-barangnya ke arah Selatan. Kemana? tempat saudara,kenalan? Kebanyakan tanpa mengertti secara pasti,mau kemana?

Ternyata,kota Yogjakarta diduduki oleh tentara Belanda. Suasana mencekam rakyat. Rasa ketakutan,binggung,khawatit, seolah-olah setiap saat akan ada serbuan atau serangan dari pihak musuh.

Dalam waktu dua tiga harimsudah terdengar perintah membungi hanguskan 2 pabrik gula dan gedung=gedung bangunan yang dapat f=dipergunakan pihak tentara Belanda sebagai markas dan sekaligus uang ORI tidak berlaku lagi.

21 Desember 1948

 

Menjelang subuh tgl. 21 Desember, datang lagi perintah supaya markas di Jirek ditinggalkan dan semua detasemen markas, peralatan/perlengkapan dipindahkan ke Sipisang.

 

Markas darurat selanjutnya mendapat tempat di Jorong Pasir (beberapa ratus meter sebelum memasuki pasar Sipisang), sedangkan beberapa pos Mobbrig telah dibentuk sepanjang jalan raya sejak dari Batang Palupuh sampai ke Simpang Patai.

 

(Adrin Kahar)

 

 

 

 

21 Desember 1948

 


“Pada Selasa malam 21 Desember 1948 di sebuah lobang pertahanan peninggalan Jepang di kompleks Sekolah Pendidikan Opsir Bukittinggi, berlangsung suatu pertemuan tertutup yang dihadiri oleh Panglima Teritorium dan beberapa orang Perwira DivisiIX Banteng”

 

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Letkol Dahlan Ibrahim, hadir antara lain Kolonel Dahlan Jambek, Letkol Sjarif Usman, Mayor A.Thalib, Mayor A. Halim ( Aleng). Dalam pertemuan itu Kolonel Dahlan Jambek menjelaskan tindakan-tindakan yang diambil Pemerintah, seperti Bukittinggi tidak akan dipertahankan dan dilakukan pembumi hangus-an.

 

 

Tanggal 21 Desember 1948 malam kota Bukittinggi di bumi hangus, seluruh ob jekvital yang akan dimanfaatkan musuh dibakar semua. Kota Bukittinggi menjadi kosong rakyat bersama pemimpinnya mengungsi keluar kota.

(kolektor sejarah,web blog)

 

22 Desember 1948

 

 

Markas di Pasir ini hanya berlangsung selama satu hari saja, karena 22 Desember 1948 pagi diperintahkan lagi oleh Komandan supaya pindah ke Bateh Sarik (sebuah jorong yang terletak antara Simpang Patai dan Jorong Laring, pada jalan pintasan menuju Palembayan). Pada tgl 22 Desember ini pula didengar berita bahwa Belanda telah memasuki Bukittinggi.

 

Sejak Mobbrig bermarkas di Bateh Sarik ini konsolidasi organisasi dan pemantapan pengaturan operasi gerilya dimulai secara tuntas.

 

Satuan satuan Mobbrig yang sebelum 19 Desember 1948 bertugas di Batang Tapakis (dekat Lubuk Alung), di Air Sirah (dekat Indarung) dan di Siguntur (jalan ke Tarusan) sudah mulai bergabung kembali ke Induk pasukan dan memperkuat front sekitar Palupuh.

 

Selain dari pada itu terdapat pula satuan satuan TNI yang tergabung kedalam Komando Wilayah yang dipegang oleh Mobbrig ini, diantaranya kompi Letnan I Johan.

 

Wilayah pertahanan Palupuh ini kemudian mendapat nama Sektor II Daerah Pertempuran Agam dengan komandannya Inspektur Polisi I Amir Mahmud, sedangkan komandan Daerah Pertempuran Agam adalah Let. Kol, Dahlan Jambek.

 

 Kekuatan rakyat bersenjata (yang biasa dipakai untuk berburu, seperti: senapang belansa, dubbel-lop, tombak) terhimpun dalam kesatuan kesatuan BPNK (Badan Pengawas Negeri dan Kota).

 

Dalam suasana penghimpunan tenaga-tenaga pejuang begini terdapatlah pula beberapa orang anggota T.P. yang bergabung kedalam kesatuan Mobbrig di front Palupuh, diantaranya yang dapat teringat oleh penulis ialah: sdr. Awaluddin (sekarang Dr. Awaluddin Djamin, MPA; Jenderal Polisi, Kapolri), sdr. Zamzam (sekarang drs. Zamzam, guru SMA di Ban-dung); dan H. Syukur Syafei, B.Sc (dosen FKT-IKIP Padang) dan penulis sendiri sekarang dosen FKSS-IKIP Padang.

 

Bateh Sarik dijadikan tempat kedudukan markas Mobbrig (juga markas Komando Sektor II DPA) sampai bulan Maret 1949 dan pernah beberapa hari ditinggalkan, yaitu saat-saat pasukan Belanda mengadakan rentetan serangan mau menerobos pertahanan front Palupuh menuju Bonjol.

 

Saat-saat genting ini markas berkedudukan di Bamban (suatu jorong yang terletak dekat Palembayan).

 

 

(Adrin Kahar)

 

 

 

 

 

 

 

22 Desember 1948

 

Rombongan PDRI terakhir sampai di Halaban adalah Mr. M. Rasyid; setelah menyelenggarakan sidang singkat untuk menyepakati susunan PDRI pukul 03.30 pagi tanggal 22 Desember 1948.

 

 Rombongan langsung menuju ke tempat ptempat yang telah dipakati sebelum. Saat itu dikhawarikan Pasukan Belanda sudah sampai di Payakumbuh.


“Ketika Sjafrudin Prawiranegara dan rombongan berangkat ke Bangkinang, setelah buru-buru meninggal Halaban, setelah pengumaman susuanan PDRI, MR. St Mhd.Rasjid hanya menyingkir ke mudiak sekitar 13 km di utara Payakumbuh, tidak bergabuang dengan Sjafrudin Prawiranegera.

 

(kolektor sejarah,web blog)

 

December 22th 1948

Menjelang subuh tgl. 21 Desembe 1948

 

,Datang lagi perintah supaya markas di Jirek ditinggalkan dan semua detasemen markas, peralatan/perlengkapan dipindahkan ke Sipisang.

Markas darurat selanjutnya mendapat tempat di Jorong Pasir (beberapa ratus meter sebelum memasuki pasar Sipisang), sedangkan beberapa pos Mobbrig telah dibentuk sepanjang jalan raya sejak dari Batang Palupuh sampai ke Simpang Patai.

 

Markas di Pasir ini hanya berlangsung selama satu hari saja, karena 22 Desember 1948 pagi diperintahkan lagi oleh Komandan supaya pindah ke Bateh Sarik (sebuah jorong yang terletak antara Simpang Patai dan Jorong Laring, pada jalan pintasan menuju Palembayan). Pada tgl 22 Desember ini pula didengar berita bahwa Belanda telah memasuki Bukittinggi.

 

Sejak Mobbrig bermarkas di Bateh Sarik ini konsolidasi organisasi dan pemantapan pengaturan operasi gerilya dimulai secara tuntas. Satuan satuan Mobbrig yang sebelum 19 Desember 1948 bertugas di Batang Tapakis (dekat Lubuk Alung),

 di Air Sirah (dekat Indarung) dan di Siguntur (jalan ke Tarusan) sudah mulai bergabung kembali ke Induk pasukan dan memperkuat front sekitar Palupuh. Selain dari pada itu terdapat pula satuan satuan TNI yang tergabung kedalam Komando Wilayah yang dipegang oleh Mobbrig ini, diantaranya kompi Letnan I Johan. Wilayah pertahanan Palupuh ini kemudian mendapat nama Sektor II Daerah Pertempuran Agam dengan komandannya Inspektur Polisi I Amir Mahmud,

 

sedangkan komandan Daerah Pertempuran Agam adalah Let. Kol, Dahlan Jambek. Kekuatan rakyat bersenjata (yang biasa dipakai untuk berburu, seperti: senapang belansa, dubbel-lop, tombak) terhimpun dalam kesatuan kesatuan BPNK (Badan Pengawas Negeri dan Kota).

 

Dalam suasana penghimpunan tenaga-tenaga pejuang begini terdapatlah pula beberapa orang anggota T.P. yang bergabung kedalam kesatuan Mobbrig di front Palupuh, diantaranya yang dapat teringat oleh penulis ialah: sdr. Awaluddin (sekarang Dr. Awaluddin Djamin, MPA; Jenderal Polisi, Kapolri), sdr. Zamzam (sekarang drs. Zamzam, guru SMA di Ban-dung); dan H. Syukur Syafei, B.Sc (dosen FKT-IKIP Padang) dan penulis sendiri sekarang dosen FKSS-IKIP Padang.

 

Bateh Sarik dijadikan tempat kedudukan markas Mobbrig (juga markas Komando Sektor II DPA) sampai bulan Maret 1949 dan pernah beberapa hari ditinggalkan, yaitu saat-saat pasukan Belanda mengadakan rentetan serangan mau menerobos pertahanan front Palupuh menuju Bonjol.

Saat-saat genting ini markas berkedudukan di Bamban (suatu jorong yang terletak dekat Palembayan).

Sumber

http://aswilblog.wordpress.com/2008/10/04/mengenang-front-palupuh-dengan-mobbrig-nya

 

Hari Rabu pada tanggal 22 Desember 1948

Belanda yang berkedudukan di Padang Panjang menyerang kota Bukittinggi. Karena tidak ada perlawanan Belanda ingin menghancurkan Bonjol. Dalam perlawanan menuju Bonjol Belanda dihadang pasukan Mobrig yang membangun pertahanan di daerah Palupuh, yang bertugas membendung gerak laju Belanda.

Source

http://aswilblog.wordpress.com/2010/03/22/sekilas-sejarah-berdirinya-brimob-daerah-sumbar/

Mengobarkan Perang Grilya

Setelah Macan Kumbang di Kutacane dibangun sebagai markas resimen dan persiapan logistik, permukiman keluarga diselesaikan, maka pembangunan teritorial bersama pejabat pemerintahan Tanah Alas segera dilaksanakan oleh Djamin Gintings. Beliau masuk dan keluar kampung sampai kepelosok Tanah Alas, bertemu dengan Penghulu Kampung (Kepala Desa). Di benak beliau berkecamuk pemikiran, kalau Belanda menyerbu dan menduduki Kutacane, mampukah Resimen IV mempertahankan Tanah Alas dengan mengembangkan perang grilya? Pertanyaan itulah yang hendak beliau jawab.

Tetapi, pada tgl. 22 Desember 1948, malam harinya Djamin Gintings mengumpulkan semua perwira stafnya, dan semua Komandan Batalion. Rapat semalam suntuk sampai pagi hari itu membahas : (1) Apakah Tanah Alas mampu dipertahankan sampai tetes darah terakhir dengan cara militer konvensional, sementara persenjataan yang tidak seimbang dan persediaan amunisi yang terbatas pula, atau (2) TNI melakukan segera serangan terhadap kedudukan Belanda di Tanah Karo, berarti melanggar garis statusquo walaupun dengan cara bergrilya dengan perlengkapan seadanya? (Kadet Brastagi, 1981)

Kedua pertanyaan itu tidak dapat segera dijawab. Apabila Belanda menyerang secara frontal Tanah Alas, dengan peralatan yang modern (panser, tank, pasukan berkuda/logistik) serta backing pesawat tempur, maka Kutacane pasti dapat segera diduduki Belanda. Ketika Tanah Alas jatuh ke tangan Belanda, maka Blang Kejeren, Singkel dan Aceh Selatan akan terancam pula. Daerah belakang Aceh ini, merupakan titik-titik lemah pertahanan Provinsi Aceh. Memang pertahanan Aceh bagian Timur dan sepanjang rel kereta api cukup kuat dan solid. Karena itu pula, waktu ada usul mengganti Djamin Gintings sebagai Komandan Resimen IV yang pindah ke Kutacane dengan Kol. Muhammad Dien. Tapi Gubernur Militer Aceh dan Tanah Karo waktu itu, Tgk. M. Daud Beureueh tidak setuju dan tetap mempertahankan Djamin Gintings. Tanah Karo dan Djamin Gintings tidak mungkin dipisahkan, sedangkan Tanah Karo merupakan bumper (penyangga) daerah belakang Provinsi Aceh yang menjadi modal republik.

Keesokan hari, sekitar jam tujuh pagi setelah perundingan di markas Macan Kumbang itu, pesawat tempur Belanda kembali memuntahkan pelurunya kearah pertahanan Djamin Gintings. Anehnya, Let.Kol. Djamin Gintings, seakan mendapat isyarat dari serangan udara itu untuk bertindak cepat. Tanpa meminta persetujuan Komandan Divisi (Kol.Hidayat di Kutaraja), beliau memutuskan untuk segera menyerang Mardinding dan Lau Balang. Keduanya adalah pos terdepan Belanda di Tanah Karo yang berbatasan langsung dengan Aceh (Tanah Alas).

Keputusan merebut kedua benteng Belanda ini, bertepatan pula dengan siaran radio yang menyatakan Belanda telah menyerbu dan menduduki Yogyakarta, Presiden dan Wakil Presiden RI kemudian ditawan. Dalam pidato singkat penyerbuan ke Tanah Karo, Djamin Gintings sebagai Komandan Resimen IV, terus terang menyatakan bahwa ” …memang saya belum mendapat perintah dari Komandan Divisi … tetapi demi keselamatan Negara RI saya akan memikul tanggung jawab penuh untuk segera menyerang daaerah yang diduduki Belanda itu …”

Penyerangan mendadak dan berani yang dilakukan Djamin Gintings ini, memang di luar dugaan Belanda, sehingga Belanda kucar-kacir mempertahankan Mardinding dan Lau Balang. Hanya dengan keunggulan senjata, bantuan pasukan berlapis baja dari Kabanjahe dan logistik militer yang kuat, serta merelakan korban yang tidak sedikit, Belanda dapat bertahan. Begitu juga dipihak Resimen IV, banyak korban dan peristiwa tragis yang mereka lalui seperti pristiwa Bukit Kadir yang menewaskan perwira resimen Abd.Kadir yang gagah berani.

Dampak penyerbuan Mardinding dan Lau Balang (walaupun tidak berhasil direbut), menyebabkan semua pasukan Belanda harus mengkonsentrasikan diri pada benteng yang lebih permanen dan kuat menghadapi pasukan Djamin Gintings. Apalagi sesudah serangan frontal itu, Djamin Gintings mengobarkan perang grilya. Taktik hit and run (serang dan menghindar)–selalu menimbulkan kerusakan yang tidak terduga di pihak Belanda. Demikianlah selama tujuh bulan (Januari s/d Agustus 1949), perang grilya berkecamuk menyebabkan Belanda terkooptasi di Tanah Karo, dan terpaksa melupakan serangan ke Kutacane (Tanah Alas), sampai penyerahan kedaulatan (1950).

Dalam Konperensi Meja Bundar (23 Agustus 1949), Provinsi Aceh secara utuh dapat didaftarkan sebagai ”daerah modal” Republik Indonesia di luar pulau Jawa dalam status RI sebagai salah satu negara bagian dari RIS. Djamin Gintings telah berhasil menyelamatkan daerah modal itu, yang berarti menyelamatkan martabat Republik Indonesia terutama di mata dunia internasional. Djamin Gintings bukan sembarang pahlawan kemerdekaan.

Oleh : USMAN PELLY

 

(1)Nasution declares military government for Java.

92)

On December,22th,1948

the PDRI Cabinet were built with the Java Commisariat.

UN is outraged at Dutch; Dutch attack while UN observers are at Kaliurang.

19 Asian countries boycott Dutch.

Dutch-chosen members of East Indonesia state government vote to condemn the “police action”.

USA suspends postwar aid to the Netherlands (Marshall Plan money) that is budgeted for military use in Indonesia.

 

 

PDRI DAN BELA NEGARA
(Kepres Nomor 28 Tahun 2006)

 

I.  PADANG JOPANG.

Di kampung kelahiran saya banyak sekali situs bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia; merebut, mempertahankan dan membela ptoklamasi 17 Agustus 1945. Satu diantaranya tidak jauh dari rumah orang tua saya ada kuburan massal yang disebut “ kuburan Jepang “. Nama kuburan itu tidak ada sangkut pautnya dengan nama kampung saya Padang Jopang di nagari VII Koto. Di tempat tersebut berkubur sekitar 40-orang Jepang, eks tahanan di Kamp Ampang Godang.

Sebuah prasasti bertuliskan lima (5) nama pejuang yang gugur di front pertempuran melawan Belanda dibangun di halaman depan Balai Adat Padang Jopang. Nama pejuang tersebut adalah; Martais, Saeran J, dan Amirudin yang gugur di medan tempur “Padang Area “1946; Abbas Manan (gugur di Bankinang 1947 )dan Abbas Idrus (gugur di Bukittinggi 1947).

Prasasti lainnya ada di halaman rumah Jawa di kampong suku Sikumbang, sementara itu di Ampang Godang ditemukan pula Kamp (Tangsi ) Militer, tempat tawanan Jepang, Kemudian sebuah tugu setinggi tujuh meter terdapat di lapangan bola kaki di Koto Kociak. Semuanya ini konon berkaitan dengan Perang Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kompleks Perguruan Darul Funun El Abbasyah dan Nahdatun Nisaiyah, Tarbiyah Islamiyah gedung BPPI ( kini madrasah Aliman Syalihah) dan kantor partai Masyumi ( kini mushalla ) di Pokan Sinoyan adalah gedung yang berperan semasa Revolusi dan Perang Kemerdekaan. Menurut usianya sudah patut didaftarkan sebagai Cagar Budaya oleh pemerintah .

Berbagai cerita dan informasi dibalik prasasti yang sebutkan itu masih tersembunyi dan belum terungkap secara utuh sampai hari ini. Pada hal untuk mewariskan nilai-nilai kejuangan dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ), ada di sana. Suatu tantadangan yang harus dipecahkan . Berbagai kendala ditemukan, untuk mendapatkan informasinya secara utuh, baik pelaku atau pun saksi-saksi peristiwa sudah banyak yang meninggal dunia, sementara yang masih hidup pergi merantau dan sebgaian dari mereka sudah pikun sulit mengingat kejadian dan pengalamannya.

Disamping situs-situs dan prasasti itu ada pula monument hidup, yakni dua orang puteri pejuang RI bernama Sarong asal aceh bernama Syamsimar dan Nur’aini. Isteri Sarong dikenal masyarakat dengan panggilan Niea Judan ( Sjamniar isteri ajudan maksudnya). Rupanya adjudan Gubernur Sumatera semasa PDRI Mr. Teuku M.Hassan , AKBP ( polisi ) bernama Sarong sempat pacaran dan kawin selama Teuku M. Hassan berkantor di komplek perguruan milik Syech Abbas Abdullah di baruah “ Pucak Bakuang “. Dulu dikenal juga dengan ungkapan populer “ lembah Murni “ dikala revolusi sedang bergejolak. Monumen hidup lainnya yang menonjol adalah menikahnya staf Teuku M. Hassan, Machmud Junus (penulis tafsir Qur’an) dengan puteri suku Sikumbang bernama Jawahir, yang melahirkan anak perempuan Jawanis.

Di rumah isteri Machmud Yunus ini perundingan pemulangan mandat PDRI oleh delegasi PDRI Sjafrudin Prawiranegara dengan delegasi penjemput dari Yogya yang dipimpin M. Natsir.Nama Soekarti, adik perempuan dari Diswar ( Paradeh ), anak dari Sjarkawi Rasoel Dr. Ajo Marajo diberikan langsung oleh Soekarno ( Presiden RI pertama ), dikala ia berkunjung ke perguruan Darul Funun El Abbasiyah, setelah ia dibebaskan dari pengasingan di Bengkulu. Dikala itu ibu Diswar Paradeh tengah hamil tua mengandung adiknya Soekarti, tetapi masih aktif menyambut kedatangan Soekarno ke Padang Jopang. Ibu Diswar Paradeh adalah kemenakan dari pimpinan Darul Funun Syesch Abbas Abdullah. Gelar “ Paradeh “ yang melekat di belakang nama Diswar adalah nama sebuah oragnisasi perjuangan kemerdekaan RI di Payakumbuh umumnya dan Kewedanaan Suliki khisusnya, yaitu Persatuan Dagang Suliki ( PERDAS ). Sama dengan kongsi dagang Roemah Obat Sumatera Tengah ( Roste ) yang hingga saat ini masih aktig di bunian Payakumbuh.

Disamping itu banyak pula nama-nama pejuang seangkatannya, Polisi Tentara (PT) Ayun Inyiak, dan Sersan Abd. Muis (Pengawal Tahanan Jepang di Tangsi Ampang Gadang ), seperti si kembar Sainun dan Sainin , serta Makmus PT. Hampir semuanya berasal dari tentara pejuang Sabilillah, dengan komandannya Kapten Adnan Z dan Ka. Staf Letnan Dani Zaidan.( Adnan Z adalah ayah kandung Adrizal Adnan –mantan Kandatel Sumbar ). Terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, namun demikian ada yang tinggal menetap dan beristeri di front pertempuran Padang Area, antara lain Darwis dan Sahari Kumbik di Kuranji dan Nazar di Tabing. Mantan Gyu Gun dan Haiho juga ada seperti Kapten Azhari Abbas, Letnan Mawardi HN , Makmus , Baha, Tabrani dll.

Untuk mengungkap satu persatu item prasasti dan personal pelaku sejarah yang disebutkan di atas sangat sulit. Mencarikan bukti pisik, seperti foto dan dokumennnya. Hampir semua dokumen yang berbau kemiliteran telah dibuang dan dibakar sendiri oleh pelaku. Hal itu dilakukan karena takut dengan APRI, lantaran mereka hampir 100% terlibat gerakan PRRI tahun 1958 – 1960. Situasi setelah “kalah perang” masing-masing pelaku dan keluarganya yang rata-rata ikut PRRI, banyak memilih diam, “ tutup mulut “.

Hal lain yang jadi penyebab adalah sumpah dan janji para pelaku tersebut dihadapan komandan, masyarakat dan apalagi janji mereka kepada Imam Jihad Syech Abdullah, bahwa mereka ”berjuang lillahi ta’ala”, mereka tidak mau “bunyi”. Mereka itu tidak mau menyebut Tuah, menepuk dada akulah pahlawan, apalagi mengungkap yang menjadi rahasia militer atau “yang dirahasiakan pasukannya”.

Banyak diantara mereka yang tidak mau didaftarkan/mendaftarkan diri untuk dicatatkan sebagai anggota Veteran, dipanggil pejuang saja tidak mau, apalagi “pahlawan” . Tidak berbeda diantara pejuang wanita dan laki-laki di kampung saya ini.

 

II. BELA NEGARA.

Tanggal 19 Desember sudah ditetapkan oleh Negara sebagai hari besar Nasional. Dikenang dan peringati guna memupuk rasa Cinta Tanah Air, menanamkan semangat Kebangsaan, Rasa Nasionalisme, Mencintai kemerdekaan dan menghargai jasa Pahlawan serta tidak melupakan jalan dan lika-liku Sejarah.

Kenapa Bukittinggi ditembaki Belanda secara bersamaan dengan ibukota RI Yogyakarta ? Kenapa tidak kota-kota lain ? Apa peranan penting yang dimainkan Bukittinggi, sehingga kota ini harus dihabisi Belanda bersaam dengan Yogyakarta ? Kernapa Bukan kota Bandung, Surabaya , Makasar atau Manado dan Pontianak, Banjarmasin yang hendak dihancurkan ?

Untuk itu kita perlu merefleksikan kondisi dan suasana di Bukittinggi, saat itu yang disebut Ibukota kedua setelah Yogya. Hal ini barang kali akan dapat di apresiasi atau dilihat dari peranan Bukitinggi saat itu setelah kota Siantar ( Sumatera Utara ) jatuh ke tangan Belanda Juli 1947;
1. Tempat kedudukan Kamandeman Sumatera
2. Tempat kedudukan Gubernur Sumatera yang kemudian dirobah menjadi Komisariat Pemerinah Pusat ( Kompempus ).
3. Gubernur Sumatera Tengah
4. Pusat Pemerintahan Sumatera Barat.
5. Markas Besar Divisi Banteng
6. Tempat pengurus pusat partai-partai politik.

Dengan membayangkan dan meng-analisa kegiatan dan dinamika masing dinas dan instansi maka dapat disimpulkan bahwa urat Nadi kehidupan Negara Republik Indonesia itu ada di Bukittinggi, jika Yogya bisa dihentikan oleh Belanda.
Taokoh-tokoh penting Republik Indonesia disamping Soekarno – Hatta berada di Bukittinggi. Ini semua sudah diketahui Belanda dari lopran intelijen. Berhasil merebut Yogyakarta saja tidak akan bisa mematikan dan melenyapkan Republik Indonesia.

 

Tanggal 19 Desember 1948 Belanda menyerang Yogyakarta sebagai ibukota Negara dan Bukittinggi sebagai ibukota RI bayangan. Serangan itu hendak digambarkan Belanda sebagai tindakan polisionil, kegiatan penertiban dan melindungi keamanan rakyat. Perjuangan dan perlawanan Republik Indonesia, digambarkan sebagai “gangguan keamanan “ dalam negeri oleh para pengacau criminal. Tujuan Belanda melenyapkan Negera Republik Indonesia, tidak ada pemerintahan di Hindia kecuali Belanda. Begitulah serangan itu dikemas dan dijadikan public opini dunia. Tetapi pihak yang diserang Republik Indonesia menyebutnya “ Agresi “; yaitu serangan dan penetrasi terhadap sebuah Negara Berdaulat. Pemakaian kata -kata perang, “Clash dengan Agresor” telah memenangkan diplomasi RI di mata dunia sehingga terbentuk Komisi Tiga Negara dan menimbulkan respon PBB. PDRI menjadi legilitimasi Republik Indonesia tetap aksis di mata dunia.

Agresi Belanda terhadap kedaulatan RI telah menjadi pemicu terbentuk dan lahirnya Pemerintah RI darurat, pelanjut pemerintah pusat ( Soekarno – Hatta ) yang menyerahkan diri kepada Belanda di Yogyakarta 19 Desember 1948.
Hari Ancaman terhadap keberadaan Kedaulatan Republik Indonesia oleh Agresor Belanda tanggal 19 Desember 1948 ini ditetapkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono, melalui sebuah Keputusan Presiden (Keppres ) Nomor 28 Tahun 2006; dengan sebutan ;
HARI BELA NEGARA

Pemerintah Darurat, bukan dadakan. Bukan di buat-buat. Jauh hari sudah diperkirakan . Sudah ada KIRKA ( Kira-kira Keadaan ). PDRI terbentuk, setelah disetujui para Pemimpin RI yang ada di Bukittinggi pada tanggal 19 Desember 1949 di Bukittinggi, Ketua (Presiden RI ) Mr. Sjafrudin Prawirnegara dan Wakil Ketua ( Wkl. Presiden) Mr. Teuku M. Hassan. Pengumumannya bersama susunan Kabinet lengkap di Halaban. Kemudian di udarakan melalui radio AU di Parak Lubang.

“Pak Islam, apakah resmi dan betul PDRI dibentuk di Bukittinggi di bawah siraman mitraliur dan bom Belanda ?”; Tanya saya di gedung Tri Arga kepada Islam Salim.

“ Kenapa ? “ jawabnya bertanya pula ?

“Ya, Bapak bilang Bapak ikut membicarakannya dengan Mr. Teuku M.Hassan , Mr.Rasjid dan Mr.Sjafrudin. Bagaimana legitimasinya ?” Saya balik bertanya

“ PDRI sudah dipersiapkan, sudah didukung tentara dan pemimpin sipil, ini memorandum Syahrir dan Daan Yahya, hanya tinggal penyusunan dan pengumuman , idea nya sudah ada , ini buku saya “ kata Islam Salim sambil menyodorkan buku yang disusunnya kepada penulis.

Ternyata menurut buku Islam Salim, halaman 29-33 Pangkalan Cadangan ( Reserve Basis ) telah diupayakan Wakil Presiden Mohammad Hatta, setelah menerima memorandum dari Syahrir dan Daan Jahja dan masukan lain-lain. Hatta menugaskan tiga gelombang Pimpinan dan Perwira Tentara ke Bukittinggi pada bulai Mei 1948. Kemudian Wakil Presiden sendiri yang berangkat ke Bukittinggi.

“Pembentukan PDRI di Sumatera Tengah dimungkinkan berkat persiapan yang seksama berdasarkan suatu memorandum Nayor Daan Jahja, dari staf Divisi Siliwangi, pada bulan Maret 1948 yang ditujukan kepada Perdana Menteri/ Menteri Pertahanan RI Drs. Mohammad Hatta, dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya agressi Belanda II.tulis A.E.Kawilarang”.

“Kirka” yang dibayangkan beberapa pemimpin militer dan sipil di Yogyakarta menjadi kenyataan, hari Minggu 19 Desember 1948 Yogyakarkarta dan Bukittingi di serang Belanda dari Udara. Front Padang Are di bagian Timur Air Sirah diterobos Belanda, Pasukan payubng di turunkan di danau Singkarak.

“Pemboman serentak oleh Belanda atas Yogya dan Bukittinggi pada Minmggu 19 Desember 1948, sebenarnya tidak sepenuhnya merupakan kejutan ( surprise ), namun menimbulkan shock yang cukup berarti. Pemimpin-pemimpin pemerintahan tidak kehialangan akal; segera diadaskan rapat bersama antara Mr.T.M Hassan , Mr.Sjafridin dan Gubernur Saumatera Tengah Mr.M.Nasroen pada kira-kira pukul 09.00 pagi di gedung Tamu Agung tempat kediaman Wakil Presiden Hatta, masing-masing beserta staf:.

Republik Indonesia dalam ancaman, Belanda hendak melenyapkan Kedaulatan RI, serang dan tangkap pemerintahnya. Para pemimpin yang ada di Bukittinggi langsung mengadakan rapat mendiskusikan cara yang akan ditempuh untuk membela Negara, sementara Soekarno dan Hatta, sudah diperkirakan akan ditawan oleh Belanda. Mandat membentuk Pemerintahan belum diterima. Akhirnya rapat itu memutuskan sesuai dengan perkiraan sebelumnya, dibentuk pemerintah pusat, Ketua Mr.Sjafrudin Prawira Negara dan Wakil Ketua Mr.Teuku Mohammad Hassan. Langkah dan strategi membela Negara harus disusun . Demi keselematan seluruh pejabat pemerintah mengungsi ke Halaban di Selatan kota Payakumbuh pada jam 21.00.

Kekuatan militer RI masih tangguh menahan serangan, Belanda lama tertahan sebelum memasuki Padang Panjang dan lembah Anai, dipaksa melayani tembakan tentara pejuang . Hal ini memberi kesempatan yang sempurna bagi pemimpin sipil dan militer di Bukittinggi mempersiapkan pengosongan kota dan bumi hanguskan kota.
Setelah serangan Udara Belanda berhenti di Bukittinggi para pemimpin Republik mengadakan rapat untuk mengatisipasi serangan Belanda ini dan menganalisa keadaan yang tengah dan akan terjadi. Pertemuan dilangsungkan di gedung Tamu Agung ( Tri Arga/ Istana Bung Hatta ) Bukittinggi ; diantara Sjafrudin Prawiranegara menteri Kemakmuran RI, Mr. Teku M.Hassan , Mr. Lukman Hakim, Kolonel Hidayat, Kombes Pol Umar Said dan Mr. Nasroen Gubernur Sumatera Tengah. Serangan Belanda masih berlanjut terus, akhirnya rapat dihentikan.

“Dan sore hari harinya Mr.Sjafrudin Prawiranegara berinisiatif bersama Kol.Hidayat datang ke kediaman Ketua Komisariat Pemerintah Pusat untuk Sumatera Mr. Teuku Mohammad Hassan di jalan Atas Ngarai untuk melanjutkan perundingan”.
Pasukan RI mampu menghambat kekuatan angkatan perang Belanda yang memiliki persenjataan lengkap dan kendaraan lapis baja, dan diperkuat pula dengan pasukan angkatan udara patut juga menjadi kajian. Diperlukan waktu tiga hari oleh Belanda untuk bisa merebut Bukittinggi. Inilah karya anak bangsa yang menumpang di atas kekuatan Jepang. Kekuatan militer RI di Sumatera Barat ini atara lain bersumber dari GyuGun, pendidikan opsir Jepang, Lasykar-lasykar Rakyat, yang dilatih Eks Gyu Gun dan Pendidikan Kadet Divisi III Banteng.
“Pada Selasa malam 21 Desember 1948 di sebuah lobang pertahanan peninggalan Jepang di kompleks Sekolah Pendidikan Opsir Bukittinggi, berlangsung suatu pertemuan tertutup yang dihadiri oleh Panglima Teritorium dan beberapa orang Perwira DivisiIX Banteng”
Pertemuan tersebut dipimpin oleh Letkol Dahlan Ibrahim, hadir antara lain Kolonel Dahlan Jambek, Letkol Sjarif Usman, Mayor A.Thalib, Mayor A. Halim ( Aleng). Dalam pertemuan itu Kolonel Dahlan Jambek menjelaskan tindakan-tindakan yang diambil Pemerintah, seperti Bukittinggi tidak akan dipertahankan dan dilakukan pembumi hangus-an.Tanggal 21 Desember 1948 malam kota Bukittinggi di bumi hangus, seluruh ob jekvital yang akan dimanfaatkan musuh dibakar semua. Kota Bukittinggi menjadi kosong rakyat bersama pemimpinnya mengungsi keluar kota. Rombongan PDRI terakhir sampai di Halaban adalah Mr. M. Rasyid; setelah menyelenggarakan sidang singkat untuk menyepakati susunan PDRI pukul 03.30 pagi tanggal 22 Desember 1948. Rombongan langsung menuju ke tempat ptempat yang telah dipakati sebelum. Saat itu dikhawarikan Pasukan Belanda sudah sampai di Payakumbuh.
“Ketika Sjafrudin Prawiranegara dan rombongan berangkat ke Bangkinang, setelah buru-buru meninggal Halaban, setelah pengumaman susuanan PDRI, MR. St Mhd.Rasjid hanya menyingkir ke mudiak sekitar 13 km di utara Payakumbuh, tidak bergabuang dengan Sjafrudin Prawiranegera. Jum’at 24 Desember Rasjid berkeliling di nagari-nagari Kecamatan Guguak, Dangung-dangung, VII koto Talago, Limbanang dan Kubang . Masyarakat diajak membela Negara melalui PDRI”

 

III
Dari Gyu Gun ke BKR dan TNI.
Tahun 1942 Yano Kazo; Residen ( zaman Jepang ) untuk wilayah Sumatera Barat , mengumpulkan pemuka masayarakat, Ninik Mamak, Ulama dan Cerdik Pandai Sumbar, ia mengemukakan akan membangun Gyu Gun ( Lasykar Rakyat ); Pembela Tanah Air ( PETA) namanya di pulau Jawa.
Setelah melalui diskusi dan tukar pendangan diantara pemuka masyarakat dalam rapat itu, akhirnya disepakati menerima usul Yano Kazo mendirikan Gyu Gun Ko En Kai, maka ditetapkan rapat tiga pemimpin yang akan membentukanya yakni Ahmad Dt. Simarajo (ninik Mamak), H. Machmud Yunus ( Ulama )dan Chatib Sulaiman (Cerdik Pandai ). Ketuanya ditetapkan Chatib Sulaiman dan dibantu oleh Suska, Rasuna Said, Latif Usman, Ratna Sari, Leon Salim, Mansur Taib, Rahmah El Yunusiah, Aziz Latif , Husin Ilyas, Tjik Ani, Nazarudin, Nurdin Kajai. Setelah diberikan penjelasan dan penerangan kepada masyarakat se Sumatera Barat, ternyata peminatnya cukup banyak.
“Nama-nama yang telah terdaftar cukup banyak antara alain tiga orang putera dari Syech . M. Djamil Djambek, seorang ulama besar di Minangkabau serta banyak lagi yang berpendidikan Barat maupun Islam”
Syech Abdullah, dikenal juga dengan sebutan “ Baliau Ketek” sejak awal, semasa usaha-usaha pra kemerdekaan RI ia aktif mendorong usaha-usaha pergerakan persiapan kemerdekaan, demikian pula dengan Syech Musatafa yang disebut juga “Baliau Godang”. Kedua beliau dari PERGURUAN Darul Funun, Puncak Bakuang ini melepaskan anaknya untuk ikut berjuang. Azhari Abbas anak baliau ketek di Koto Kociak, VII Koto, ikut berlatih Gyu Gun. dan Tantawi anak baliau Godang di Air Tobik ikut barisan Sabililah.
Ketika Agresi Belanda kedua 1948-1949, keduanya sudah muncul menjadi Perwira Pertama ( Pama ) TNI yakni Kapten Azhari Abbas dan Kapten Tantawi yang tewas dalam peristiwa 15 Januari 1949 di Lurah Kincir Situjuah. Nama Kapten Tantawi diabadikan Pemda menjadi nama lapangan bola kaki Payakumbuh yang semula bernama Poliko diganti dengan sebutan lapangan Kapten Tantawi.
“Berdirinya Gyu Gun di Sumatera Barat, yang sama dengan PETA di Jawa, mendapat sambutan yang hangat dari pemuda Payakumbuh dan Lima Puluh Kota, sehingga banyak diantara mereka yang mengambil bagian dalam Gyu Gun sebagai Pembela Tanah Air, seperti Nurmathias, Azhari Abbas, Amir Wahida, Inada Wahid, Makinudin HS dan lain-lainnya yang kemudian hari pada permulaan perjuangan kemerdekaan mereka memagang peranan di daerah ini”
Dua hari setelah Jepang menyerah, di Padang tanggal 16 Agustus 1945 Gyu Gun dibubarkan dan di Bukittinggi pembubarannya tanggal 18 Agustus 1945.
Lasykar Sabililah Lima Puluh Kota.
Kongres MIT pada tanggal 7 Desember 1945 di Bukittinggi antara lain memutuskan membentuk Barisan Sabilillah. Divisi Sabilillah Sumatera terbentuk setelah Opsir-opsir Bataliyon Sabilillah dilantik 16 Maret 1946 di lapangan atas ngarai Bukittinggi, dihadiri oleh Manteri Penerangan Natsir dan Kepala Staf Umum Mabes TKR Sumatera Jenderal Mayor Suhardjo. Markasnya ditempatkan di Jalan Lurus Bukittinggi dibawah Pimpinan A. Gafar Djambek dan H. Rivai Yunus sebagai kepala Keuangan dan Perlengkapan.
Sebagai langkah awal Calon Opsirnya, utusan seluruh Kabupaten dilatih terlebih di Kamang, selama dua bulan mulai 1 Januari 1946. Utusan dari Lima Puluh Kota adalah Anwar Muin dan C. Israr.
Selesai latihan kemabli ke daerah masing – masing dengan tugas membentuk Batisan Sabililah Kabupaten dengan mengumpulkan pemuda dari seluruh Nagari. Langkah awalnya adalah mengumpulkan tenaga terdidik bidang kemiliteran dari mantan Gyu Gun, Heiho, Sei Nen Dan untuk dijadikan pelatih; latihan pelatih dilaksanakan Taram , Koto Kociak VII Koto, dan Payakumbuh.. Kepada pelatih nantinya dibebankan pembinaan pasukan sampai ke Nagari.
IV
Mobilisasi Sabil.
Syech Abbas Abdullah : Pimpinan Darul Funun El Abbasiyah, “Puncak Bakuang” Padang Japang selaku Ulama yang terkemuka di Sumatera Barat telah mengeluarkan Fatwa dalam suatu konperensi ulama Sumatera di Bukittinggi, bahwa; perang melawan Penjajah adalah Jihad Fi Sabilillah dan bila mati akan mati dalam keadaan Syahid. Menurut keterangan Ismail Hasan dalam suatu wawancara dengan penulis salah satu keputusan konsperensi menetapkan; Syech Abbas Abdullah sebagai Imam Jihad. ( 2008/video/ dirumah orang tua Anwar ZA )
“Gerakan Mobilisasi Sabil ini sebelum Perang Kemerdekaan kedua telah dicetuskan oleh para alim ulama dalam suatu Konpoerensi alim ulama dan mubaligh Islam di Sumatera Barat yang berlangsung di Bukittinggi pada tanggal 27 Juli 1947 pada saat bangsa Indonesia sedang menghadapi agresi militer Belanda yang pertama. Dalam pertemuan itu telah diputuskan untuk mengerahkan perang sabil terhadap tentara Balanda dengan mengobarkan semangat jihad serta memperhebat rasa pengorbanan arakyat untuk kepentingan perjuangan”. .

Resimen Sabilillah Kab. Lima Puluh Kota termasuk Bangkinang: Komandan : Mayor Sjamsawi, membawahi lima Bataliyon . .M.Hikmat Israr; HC Israr Kesederhanaan & Kepejuangan Aanak Payakumbuh;Budaya Media;2004; halaman 43
1. Kapten Nazarudin Saleh ( Payakumbuh – Akabiluru )
2. Kaapten Saharudin (Luhak dan Harau )
3. Kapten Adnan Z ( Kecamatan Guguak )
4. Kapten Bermawi Taher ( Suliki )
5. Kapten Umar ( Bangkinang dan sekitarnya )
Kapten Adnan Z , menempatkan Markas Bataliyon III di Pokan Noyan ( Pasar Senin ) Padang Japang simpang empat jalan , sekarang dijadikan Mushalla.Menetapkan Kepala Stafnya. Dani Zaidan.yang mengendalikan perjuangan kemerdekaan di wilayah Kecamatan Guguak . Adnan Z adalah orang tua / ayah kandung Adrizal Adnan ( Mantan Kandatel-Sumbar ), ia merekrut hampir seluruh pemuda di VII Koto yang sehat ikut menjadi anggota Sabilillah. Polisi Tentara yang bertindak menjaga disiplin anggota Sabilillah adalah: Letnan Baharudin Alwi, dan anggotanya , Abdul Muis, Abdul Gani, Ayun Inyiak, Yulius Martunus . Polisi ini juga nantinya yang bertindak sebagi pengawal tawan tentara Jepang dan Kamp Ampang Godang.
“Dalam bulan Juni 1949 , Mayor A. Thalib diangkat jadi Komandan Pertempuran Lima Puluh Kota, menggantikan Kapten Syafei. Letnan I Nurmathias ditempatkan sebagai Kepala Staf. Semenjak itu kedudukan markas komando pertempuran ditempatkan di Ampang Gadang VII Koto Talago”:
Konsep ABRI manunggal dan Pertahanan RakyatSemesta.
Setelah Lasykar-lasykar, termasuk Sabilillah, Hisbulllah dan lain dilebur ke dalam BKR dan TNI, maka sewaktu menjalankan struktur Pemerintahan PDRI yang mengkombinasikan Cipil dan Militer, maka Mantan Gyu Gun dan amantan Pasukan Sahid atau lasykar-lasyakar itu umunya langsung mengisi struktur Camat Militer, Wali Perang , DPD, MPRD,MPRK, BPNK, dan tugas kejuangan lainnya seperti Pasukan Mobeil Teras ( PMT )
Badan pengawal Nagari dan Kota (BPNK) didirikan Juli 1947,Peraturan No.15/DPD/P-1947 ( Dewan Pemerintah Daerah ). Pada Januari tahun1948, didirikan Markas Pertahanan Rakyat Daerah (MPRD) yang membawahi BPNK/PMT.
BPNK memperoleh pendidikan militer dibawah koordinasi Chatib Sulaiman; untuk dijadikan Pasukan Mobil Teras yang bertugas mengamankan Nagari
Belanda membangun pos Patroli di rumah ( kapten Leon Salim ) di Tiakar Guguak:
24 Januari 1949; Ibu Kota Kabupaten dipindahkan dari Limbanang ke Talago. Dan pada hari itu diadakan rapat konsolidasi pemerintah Kabupaten, salah satu keputusannya mengusulkan A. Malik Ahmad sebagai Wakil Bupati.
Moral kejuangan rakyat terpukul dan menurun akibat serangan Belanda yang berhasil menerobos pertahanan PDRI, masuk sampai pusat pergerakan Koto Tinggi tanpa perlawanan yang berarti pada tanggal 10 Januari 1949. Kendaraan perang Belanda meluncur tanpa halangan berart, sekalipun rakyat telah memasang penghalang pada beberapa titik antara lain dengan menumbangkan pohon, serta membelintangkan batang kelapa di jalan raya. Penggeledahan dilakukan pada setiap rumah di tepi jalan dan membakar beberapa mobil yang ditemukan di tepi jalan. Balai Adat di Talago yang dikira belanda sebagai tempat berkantornya Bupati Lima Puluh Kota di bakar. Sasaran Utama operasi militer Belanda ini adalan sender radio. Sembilan orang petani yang ditemukan Belanda di Pandam Gadang menjelang menuju Koto Tinggi ditembak tentara Belanda di Titian Dalam. Beberapa bentuk keganasan perang dipertunjukan Belanda untuk menjatuhkan mental masyarakat.
V
Bupati Baru Saalah Sutan Mangkuto
Bupati Lima Puluh Kota kembali diganti setelah bupati Alifuddin Saldin tidak menyingkir dan menyerah kepada Belanda dan digantikan oleh Arisun Alamsjah , mantan wedana Suliki dan dilantik tanggal 5 Januari 1949 Gubernur Militer Mr. St.M. Rasjid. Baru 10 hari bertugas sebagai Bupati ia gugur dalam peristiwa Situjuah 15 Januari 1949. Atas upaya keras Anwar ZA dan Camat Militer Saadudin Sjarbaini, Saalah Sutan Mangkuto yang trauma akibat “ peristiwa 3 Maret “, akhirnya ia mau diangkat menjadi Bupati Lima Puluh Kota.
Sebagai seorang pejabat Negera Sekretaris Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota; Anwar ZA tidak mau larut atas tewasnya oleh peluru Belanda adik kandungnya Sjamsul Bahri ZA dalam peristiwa Lurah Kincia Situjuah. Ia masih mendahulukan kepentingan Negara guna menghindari kekosongan jabatan Bupati Lima Puluh Kota
“Sjofyan Kamil yang lolos dari lobang maut di lurah Kincir melaporkan jalan peristiwa kepada Anwar ZA selaku Sekretaris Daerah L ima Puluh Kota dan memintanya untuk segera mengisi kekosongan jabatan Bupati. Setelah berdiskusi dengan Saadudin Sjarbaini, ( Camat Guguak ), akhirnya mereka sependapat untuk mengusulkan Saalah Sutan Mangkuto sebagai pengganti Arisun yang tewas di Situjuah. Anwar ZA dan Saadudin Sjarbaini berangkat ke Kubang menemui Saalah di rumah isterinya”
Rapat Bupati 11 Januari di Limbanang,
Dalam suatu pertemuan anatara Mayor A.Thalib dan Panglima Tentara Teritorium Sumatera , Kol. Hidayat di Koto Tinggi, diputuskan bahwa untuk mengembalikan ke percayaan rakyat kepada Tentara harusdiadakan penyerangan terhadap kota-kota yang dikuasai Belanda dan harus diduduki walaupun beberapa jam saja. Waktu itu disusunn konsep penyerangan Payakumb uh yang direncanakan tanggal 15 Januari 1949. Sementara itu Pemerintah merencanakan akan mengadakan rapat lengkap untuk mengkoordinasikan perjuangan tanggal 13 Januari 1949 di Padang Japang.( Tulisan ini tanpa catatan kaki dan tidak menyebutkan sumber informasinya, ditulis Maswardi): PDRI di Luak Limo Puluah: YPP-PDRI/MSI/ Luak Limo Puluah :hal 21, tahun 2007.
Tanggal 13 Januari 1949
Rombongan Chatib Sulaiman Wakil Residen Sumatera Barat sampai di Koto Kociak dari Koto Tinggi, di rumah Sekretaris Daerah Lima Puluh Kota Anwar ZA. Namun sesudah makan malam Chatib Sulaiman berangkat ke Situjuah , bersama Bupati Lima Puluh Kota Arisun Stl Alamsjah, disertai oleh adik Anwar ZA, Sjamsul Bahri ZA serta kaka iparnya Sjofjan Kamil .( Sjofjan Kamil , bekerja di jawatan penerangan PDRI dan berhasil lolos dari tembakan Belanda di Lokuak Lurah Kincir -Situjuah ) .
14 Januari Capung belanda melintasi di atas ; Situjuah. Patroli pasukan Belanda dari Payakumbuh samaai Limbukan, dan malamnya mereka sudah mengepung Lurah Kincir. Dengan bantuan pasukan khusus yang dikirim Belanda satu pleton KNIL dari Padang Panjang, dan satu pleton (baret merah )Koninklijk Speciale dari Baso.- untuk mengepung lurah Kincir.
15 Januari; pemakaman jenazah korban , Dipimpin Dahlan Ibrahim dan Makinudin HS, Mayor AS. Thalib salah seorang korban tertembak kakinya. dan penghadangan pasukan Singa Harau di Kubang Gajah,
Tugu Koto Kociak: I dibangun 11 Juli 1949 setinggi 2 meter. Tahun 1952 dipugar dengan bangunan setinggi 4 meter; AMD XXI dipugar dengan landaan 10 meter dan tingggi 7 meter.
Kaum Adat diwakili MTKAAM, bersama partai-partai politik juga mengadakan rapat mendukung perjuangan PDRI tanggal 25 Maret 1949 di Koto Tinggi:
MTKAAM diwakili
t. Simaradjo dan Dt. Basa Nan Kuniang
Perti diwakili : H. Sirajuddin Abbas, Dt Bandaro dan Hasan Zaini
PKI diwakili : Bachtarudin
Pesindo diwakili : Baharuddin
Maasyumi diwakili : Ilyas Yakub, H.Udin Rahmani dan H. Dien Yatim
PSII diwakili : Harun Yunus dan Darajad Daud
GPII diwakili : Ilyas Dt. Majo Indo.

tanggal 22 Desember 1948,

 dibentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan Mr. Syafruddin Prawiranegara, sebagai Ketua PDRI. Kantor Pemerintahan Indonesia saat itu, antara lain berpindah dari Jogjakarta ke Bidar Alam, Sumatra Barat  (foto dikanan). Berikut Pidato Syafruddin yang sangat terkenal, saat ia dilantik (tentu bahasa aslinya dalam ejaan lama) :

 

Belanda mengira bahwa dengan ditawannya pemimpin-pemimpin kita yang tertinggi, pemimpin-pemimpin lain akan putus asa. Negara RI tidak tergantung kepada Soekarno-Hatta, sekalipun kedua pemimpin itu sangat berharga bagi kita. Patah tumbuh hilang berganti.

Kepada seluruh Angkatan Perang Negara RI kami serukan: Bertempurlah, gempurlah Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka dapat dibasmi. Jangan letakkan senjata, menghentikan tembak-menembak kalau belum ada perintah dari pemerintah yang kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghindarkan tipuan-tipuan musuh.”

 

Rumah P_DRI saat ini.

 

Sejak pidato yang disiarkan secara luas itu membahana ke seluruh pelosok negeri, PDRI menjadi musuh nomor satu Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda.

Perlawanan bersenjata dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta berbagai laskar di Jawa, Sumatera serta beberapa daerah lain. Perlawanan PDRI di Sumatra dilakukan dengan membentuk 5 (lima) wilayah pemerintahan militer.

Sehingga menjelang pertengahan 1949, posisi Belanda makin terjepit. Dunia internasional mengecam agresi militer Belanda. Sedang di Indonesia, pasukannya tidak pernah berhasil berkuasa penuh. Keadaan ini memaksa Belanda untuk menghadapi RI di meja perundingan, yang nantinya menghasilkan kesepakatan yang bernama Perjanjian Roem-Royen. Dengan perjanjian ini, kembalilah ibu kota Jogjakarta ke tangan Soekarno-Hatta (foto dikiri saat Jendral Soedirman kembali ke Jogja, diterima Soekarno).

 

December 23th.1948

Informasi from Justinus Kardinal Darmojuwono (ex kardinal Jakarta)

December 23th.1948

(a)On December 23, 1948, the Dutch warship fired on defense TNI / AD in Solok Kampung Tanjung Sea Muara Sabak subdistrict jambi . In this battle of teachers from the Army / Army Private Joseph and Private Amat. After the shootings in the Tanjung melakuakn Solok, Dutch troops landed in the village of the sea, while the soldiers landing, one of Sea Village community named santung attacking Dutch troops alone and can hurt one Dutch soldier and santung dibrondong automatic weapons and killed the scene.

Placement Forces For Guerrilla War

Bataliyon Jambi led by Major A. Marzuki prepare the transfer of command from the base of Coconut Gardens  City to Km 15  Tempino street , Rubber plantation sites Cottage Table (5 km from the highway)
Bataliyon Merangin led by Lieutenant Colonel Aaron Sohar is located in Muara Tembesi, placing his army consisting of:
In Kuala Tungkal placed a section of the Army by Lt. Commander A. Young Fattah Leside and one Detachment Commander Lieutenant CPM with Syamsul Bakhri Young and his deputy Sergeant Major A. Murad Alwi, in addition there is a unity with the Navy Commander, Sergeant Major. T. Anwar Shah

(b)Information from Justinus Cardinal Darmojuwono (ex cardinal Jakarta)

According to the schedule three days before Christmas, I still have to visit the Catholics in Brosot, Kulon Progo and I was scared too. I came home with 12 kg of rice free ride in the sack pillow, because I know that the hospital and the orphanage where I dwell / lodgings, food supplies running low sekalai. On the way home I saw clouds of smoke that floated to the top of the sugar mills Gisikan, 3 km from Ganjurab, and each followed by a thrilling blast. Home until the sugar factory was situated alongside Ganjuran Ruamh sick (hospital) has not been on earth hanguskan.masih in discussion.

 

 

December, 24th.1948

UN Security Council calls for end to hostilities..

 

24 December 1948
Sukarno taken hostage in Jogjakarta

 

24 December 1948. Sukarno taken hostage in Jogjakarta.

Sukarno Hatta taken hostage in Jogjakarta, after 2nd Police action
Exiled to Brastagi and then Prapat, from Prapat to the island of Bangka.
An emergency Republican government was established in western Sumatra.

 

 

Jumat 24 Desember 1948

terjadi pertempuran sengit antara pasukan Mobrig dengan Belanda selama 1 jam. Dengan menggunakan 1 buah Panser dan 3 buah truk Belanda menerobos pertahanan pasukan republik, yaitu pasukan Mobrig dibawah komando Inspektur Polisi TK I Amir Machmud dan Inspektur Polisi TK I Raden Yusuf yang bergabung dengan TNI dan tentara pelajar.

Diantara tentara pelajar yang tergabung dalam pertempuran ini ada seorang pemuda bernama

 

Awaluddin Djamin,

yang akhirnya pernah menjabat Kapolri yang ke VIII (1978-1982) serta A

drin Kahar, anak dari Komisaris Polisi Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa yang pernah menjabat Gubernur Daerah Sumatera Barat dari Mei 1958 sampai 17 Agustus 1965.

Mereka dengan berbekal senjata seadanya, antara lain jenis Bren MK 3, US, Caaraben, Hamburg MSG, Lee & Field 7,7 dan Granat tangan, bertahan menghadapi Belanda.

Bunyi rentetan senjata antara dua belah pihak membelah Batang Palupuh, dengan medan perbukitan, posisi pasukan Mobrig jauh lebih menguntungkan, dengan mudah musuh kelihatan.

Tentara Belanda berloncatan keluar truk dan merayap dijalan menghadapi penghadangan ini. Dalam pertempuran sengit ini 10 orang tentara Belanda gugur. Karena posisi Belanda tidak menguntungkan, mereka terdesak dan menambah jumlah pasukannya dari Bukittinggi. Disinilah seorang prajurit terbaik Mobrig gugur, ia adalah Agen Polisi Achmad Loge dikenal dengan kenekatannya. Sebagai penghargaan atas jasa dan pengorbanan beliau oleh Komisaris Polisi Soelaiman Effendi selaku Kepala Daerah Kepolisian Sumatera Tengah dibangun monumen perjuangan Mobrig di Palupuh.

 

Monument tersebut mulai dibangun tanggal 26 Juli 1949 dan diresmikan pada HUT RI ke 4 tanggal 17 Agustus 1949 oleh Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Tengah Soelaiman Effendi. Kemudian Monumen Palupuh mengalami pemugaran tahun 1982 dan diresmikan oleh Kapolri Jenderal Polisi Awaluddin Djamin, MPA pada tanggal 13 Agustus 1982.

(sumber informasi: situs satuan Brimob daerah Sumbar)

Source

http://aswilblog.wordpress.com/2010/03/22/sekilas-sejarah-berdirinya-brimob-daerah-sumbar/

 

agresi militer ke 2 1948

Tentara belanda menginterogasi dan memeriksa para tawanan dari kereta api



Agresi militer belanda ke 2 1948 (jan de bruin ) Tentara belanda mengawasi daerah perbatasan antara jakarta dan jawa barat

stuart nya belanda jalan berdampingan dengan tram di jakarta

Tentara republik mengiterogasi mata2 belanda dengan todongan senapan

pesawat milik jepang di bom oleh serangan udara belanda 1946-19450

para pengungsi dikawal oleh tentara ned- indies setelah angresi militer ke II 1948

 

 

 

The ambonese KNil Dutch nica militer during Politional action at ambon in December 1948

Dalam perkembangannya terjadi pergantian pimpinan militer, Divisi X dirubah menjadi Divisi IV, dengan Panglimanya Mayor Jenderal Soetarto dan divisi ini dikenal dengan nama Divisi Panembahan Senopati, yang membawahi 5 Brigade tempur.

 Diantaranya Brigade V dibawah pimpinan Suadi dan mempunyai Batalyon XIV dibawah komando Mayor Slamet Rijadi, yang merupakan kesatuan militer yang dibanggakan. Pasukannya terkenal dengan sebutan anak buah “Pak Met”.

Selama agresi Belanda II,

 pasukannya sangat aktif melakukan serangan gerilya terhadap kedudukan militer Belanda, pertempuran demi pertempuran membuat sulit pasukan Belanda dalam menghadapi taktik gerilya yang dijalankan Slamet Rijadi.

Namanya mulai disebut-sebut karena hampir di-setiap peristiwa perlawanan di kota Solo selalu berada dalam komandonya.

.

Dalam palagan perang kemerdekaan II, Slamet Rijadi dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Kolonel, dengan jabatan baru Komandan “Wehrkreise I” (Panembahan Senopati )yang meliputi daerah gerilya Karesidenan Surakarta, dan dibawah komando Gubernur Militer II pada Divisi II, Kolonel Gatot Subroto.

Dalam perang kemerdekaan II

inilah Let.Kol. Slamet Rijadi, membuktikan kecakapannya sebagai prajurit yang tangguh dan sanggup mengimbangi kepiawaian komandan Belanda lulusan Sekolah Tinggi Militer di Breda Nederland. Siang dan malam anak buah Overste (setingkat Letnan Kolonel) J.H.M.U.L.E. van Ohl digempur habis-habisan, dengan penghadangan, penyergapan malam, dan sabotase. Puncaknya ketika Letkol. Slamet Rijadi mengambil prakarsa mengadakan “serangan umum kota Solo” yang dimulai tanggal 7 Agustus 1949, selama empat hari empat malam. Serangan itu membuktikan kepada Belanda, bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan penyergapan atau sabotase, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ketengah kota Solo yang dipertahankan dengan pasukan kaveleri, persenjataan berat-artileri, pasukan infantri dan komando yang tangguh. Dalam pertempuran selama empat hari tersebut, 109 rumah penduduk porak poranda, 205 penduduk terbunuh karena aksi teror Belanda, 7 serdadu Belanda tertembak dan 3 orang tertawan sedangkan dipihak TNI 6 orang gugur.

Setelah terjadi gencatan senjata dan penyerahan kota Solo kepangkuan Republik Indonesia, Overste Van Ohl yang mewakili pihak Belanda demikian terharu begitu mengetahui bahwa Letkol. Slamet Rijadi—sebagai wakil pihak RI— yang selama ini dicari-carinya ternyata masih sangat muda. Ia dilaporkan berkata, ” Oooh … Overste tidak patut menjadi musuh-ku … Overste lebih pantas menjadi anakku, tetapi kepandaiannya seperti ayahku”.

 

December, 25th.1948

Information from JUstis Cardinal atmoyuwono:

Christmas day is celebrated as usual at midnight, I had never witnessed such celebration on the night ini.Gereja sekhidmat crowded, is not large, sesuana really touching, lighting of the candles are still available and kerosene lamps as far persediaaan permit. Christmas songs, which they had memorized, soar with the roundness of prayer, please safe from harm, which would come, but erratic. In light of the faint-crush coincide, if they unite seoalah BODY, BREATH, AND SOUL TOGETHER FOR SAFETY SAKE PRAY TOGETHER, A dilupakan.JIka memories are not easily remembered again, it’s palpable sense of concern, serene, thanks, oddly has been freed from feeling horrified, just compassion.

December 26th.1948

Justinus Cardinal atmoyuwono information from:

The next day the 26th of december, earth scorching the sugar mills with a fire in a haystack that has been placed on building the factory. really horrible. In general, tile roofed buildings that can not be burned to the ground, only that they call “scale, place of residence of the head of the factory, burned out, because the roof is made of shingle.

December, 27th.1948

Info from Justinus:

The next day halted early in the morning (early morning) while the fire still burning here and there, or at least smoldering, berdatabngan thousands of people, continuous, men, women, young people, children from all directions towards the mill that has been scorching the earth. The target of their sugar warehouse. They broke the door of the barn and took the sugar that is stored there. Some are carrying sacks of sugar carried satyu berdua.kenayakan with other tools, because it was too heavy to carry one bag at a time. who came running, which went with hasty steps. So many days to fill out the warehouse. Local authorities are powerless to set aside part of inventory. (Genesis sma according to a story that Mrs. Dr. Iwan, with an arsenal of the former ex-Japan, earth lift oleg Kongsi People in the back ground, nausea, left muala Gurka, the events of 1945-1946, later banned by tentra gurka ally, one day a folk terdengar4 temabkan who jumped on the fence kalikecil yard shot and fell dead house, look at the picture house in 1948 below)

In such circumstances, an accident would occur, and some even to death because of one sack of sugar falling yangb terjatuh.terus buried without any help. All search purposes pribadi.Sesudah sugar runs out, they began to empty space in the factory buildings: tables, chairs, scales and not ektinggalan doors, windows, boards of the remaining buildings, zinc. day and night the sound of demolition or zinc roofs, roof trusses, all disassembled, transported and finally dismantled so that the marble klantai penulutabn few days after the fire, the sugar mills have shown the ruins of a sad face. People mengalihakan term scorched Earth to earth lift.

After starting at the city of Yogyakarta was occupied and refugee flows, nuns Pimpina Hospitals and orphanage difficulties which are difficult to be solved is about food. ORI money is no longer acceptable by the public as a means of exchange, will dignati guilders mereka.Memang said patient is not much, but increasingly more patients victims of attacks, both from a layer of ordinary people and soldiers

original info:

Menurut jadwal tiga hari sebelum Natal,saya masih harus mengunjungi umat katolik di Brosot,Kulon Progo dan saya ketakutan juga. Saya pulang dengan membonceng beras 12 kg dalam karung bantal, sebab saya tahu bahwa Rumah sakit dan Panti asuhan dimana saya diam/mondok, persediaan makanan menipis sekalai. Pada perjalanan pulang saya saksikan kepulan asap yang mengalun ke atas dari arah pabrik gula Gisikan,3 km dari Ganjurab, dan masing diikuti ledakan yang mendebarkan. Sampai dirumah ternyata pabrik gula Ganjuran yang letaknya berdampingan dengan Ruamh sakit(hospital) belum dibumi hanguskan.masih dalam pembicaraaan.

December, 24th.1948

UN Security Council calls for end to hostilities.

December,25th.1948

Information from JUstis Kardinal atmoyuwono:

hari raya Natal dirayakan seperti biasa pada tengah malam, belum pernah saya menyaksikan perayaaan sekhidmat seperti pada malam ini.Gereja penuh sesak, memang tidak besar,sesuana mengharukan sungguh,penerangan dari lilin-lilin yang masih tersedia dan lampu minyak tanah sejauh persediaaan mengizinkan. Nyanyian Natal, yang mereka sudah hafal,melambung dengan kebulatan doa, mohon selamat dari bahaya, yang tentu datang,tetapi tidak menentu. Dalam terang samar-samar berhimpit-himpitan,seoalah-olah mereka mempersatukan bADAN,NAPAS, DAN JIWA UNTUK BERSAMA-SAMA BERDOA DEMI KESELAMATAN BERSAMA, Suatu kenangan yang tidak mudah dilupakan.JIka dikenang kembali,rasanya diraba rasa prihatin,syahdu,syukur,anehnya sudah terlepas dari rasa tercekam,tinggal keharuan.

 

December, 26th.1948

informasi dari Justinus Kardinal atmoyuwono:

hari berikutnya tanggal 26 desember,pabrik gula dibumi hanguskan dengan menyulut api pada tumpukan jerami yang sudah ditempatkan di gedung pabrik. mengerikan sungguh. Pada umumnya gedung gedung yang beratapkan genteng tidak dapat terbakar habis, hanya yang mereka namakan “besaran , tempat kediaman pimpinan pabrik,terbakar habis, karena atap dibuat dari sirap.

December ,27th.1948

Info from Justinus:

hari berikutnya muali pagi-pagi buta (early morning) selagi api disana-sini masih menyala, atau sekurang-kurangnya masih membara,berdatabngan ribuan orang, terus menerus,laki-laki,perempuan,muda mudi,anak kecil dari segala jurusan menuju ke pabrik yang sudah dibumi hanguskan. Yang menjadi sasaran mereka gudang gula. Mereka mendobrak pintu gudang dan mengambil gula yang disimpan disitu. Ada yang membawa satyu karung gula dipikul berdua.kenayakan dengan alat-alat lain, sebab terlalu berat untuk membawa satu karung sekaligus. yang datang berlarian, yang pergi dengan langkah tergesa-gesa. Demikian berhari-hari hingga isi gudang habis. Pemerintah setempat tidak berdaya untuk menyisihkan sebagian persediaan. (Kejadian yang sma menurut cerita Ibu Dr Iwan, dengan gudang bekas eks Jepang, dibumi angkat oleg Rakyat di belakang tanah Kongsi, mual-muala dibiarkan Gurka,kejadian tahun 1945-1946, kemudian dilarang oleh tentra gurka sekutu, suatu hari terdengar4 temabkan seorang rakyat yang meloncat di pagar rumah kalikecil tertembak dan jatuh meninggal dihalaman rumah,lihat gambar rumah tersebut tahun 1948 dibawah ini)

 

Dalam keadaan semacam itu,tentu terjadi suatu kecelakaan,bahkan ada yang sampai meninggal karena tertimpa satu karung gula yangb terjatuh.terus tertimbun tanpa ada pertolongan. Semua mencari keperluan pribadi.Sesudah gula habis,mu

 

lai mereka mengosongkan ruang di gedung pabrik: meja,kursi,timbangan dan tidak ektinggalan pintu,jendela,papan dari sisa bangunan,seng. siang malam terdengar suara pembongkaran atap atau seng,kerangka atap, semua dibongkar,diangkut dan akhirnya marmer klantai dibongkar sehingga beberapa hari sesudah penulutabn api, pabrik gula tersebut sudah memperlihatkan wajah reruntuhan yang menyedihkan. Orang mengalihakan istilah Bumi hangus kepada bumi angkat.

Sesudah mulai saat kota Yogya diduduki dan mengalir pengungsi,suster pimpina Rumah sakit dan Panti asuhan mengalami kesulitan yang sukar dipecahkan ialah soal bahan makanan. Uang ORI tidak diterima lagi oleh umum sebagai alat tukar, akan dignati gulden kata mereka.Memang pasien tidak banyak,tetapi makin hari makin tambah pasien korban serangan,baik dari lapisan rakyat biasa maupun dari tentara.

Dutch Nica boat Patrol In Djambi river in December 1948

 

 

 

In violation of the Renville agreement, on December 19, 1948,

the Dutch launched their second military aggression.

 

They invaded the Republic capital of Yogyakarta, arrested President Soekarno,

Vice-President Mohammad Hatta and other leaders, and detained them on the island of Bangka, off the east coast of Sumatra.

 

A caretaker Government, with headquarters in Bukittinggi, West Sumatra, was set up under Syafruddin Prawiranegara.

 

 

 

 

 

Informasi Kiai Jusuf Taujiri tentang Kartosuwirjo

Kemudian yang dapat saya dengar dekat dan sewaktu Agresi Militer Belanda ( 28 Desember 1948) , yaitu sekitar pembunuhan TNI dan orang-orang yang kembali ke Jawa Barat dari Djokja oleh tentaranya Kartosuwirjo.

Maksud tindakan itu untuk merebut senjata dan menghalangi kembali kekuatannya Republik Indonesia ke Jawa Barat yang dianggapnya sudah menjadi daerah kekuaasaanya (Darul Islam).

Kemudian saya dengar pula tentang adanya yang dinamakan “Proklamasi Negara Islam Indonesia”(NII)

(kempen 1955)

Hasil Interview Pedagang S didaerah Darul Islam Tentang Kartosuwirjo

Tentang pembunuhan TNI, hanya didengar didengar saja, yaitu sesudah beberapa lama Hidjrah ke Djokja.Dan sesudah Agreasi Belanda kedua antara Leuwisari dan Tjigalontang banyak Tentara yang dibunuh dan saya dengan pula banyak yang ditipu dan diracun.Maksud mereka adalah untuk merebut senjatanya

(kempen1955)

 

 

 

 

 

December,29th.1948

 

 

 

CENTRAL SUMATRA
Ten days later,

on 29 December 1948,

 this event was followed by parachuting the battle group over Sumatra and the conquest of the oilfields near Djambi.

 

 

 

 

 

 

 

 

December 31,1948

Dutch accept UN call for ceasefire in Java.

The end @ copyright Dr Iwan Suwandy 2012

 

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA 1949 (BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1949

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

INDONESIA INDEPENDENCE REVOLUTION AND WAR

part V 1949

Base On  Postal And Document Collections

 

Created By

 

Dr Iwan Suwandy,MHA

Private Limited E-book Special For Collectors.

Copyright @ Dr Iwan Suwandy,2011

 

The Driwan’s Indonesia Independence Revolution And War  Cybermuseum

 

Indonesia Independence Revolution And War Collection part V in 1949

 

 

 

 

 

A.PROLOG

1. Markas Komando Djawa 1948-1949

k

Abdul Haris Nasution Kol.TNI beliefs (the last of the Five-Star Bigger General) that the soldiers who do not have the support of the people must be defeated.
In the Revolution of Independence I (1946-1948), when leading Siliwangi Division, Pak Nas pulled the second lesson. People supporting the TNI. From this was born the idea of guerrilla warfare as a form of people’s war. Method of warfare is freely developed after Pak Nas became Commander of Java in the Revolution of Independence II (1948-1949).

original info in Indonesian language:

Keyakinan Kol.TNI Abdul Haris Nasution (terakhir Jendral besar Bintang Lima)  bahwa tentara yang tidak mendapat dukungan rakyat pasti kalah.
Dalam Revolusi Kemerdekaan I (1946-1948), ketika memimpin Divisi Siliwangi, Pak Nas menarik pelajaran kedua. Rakyat mendukung TNI. Dari sini lahir gagasannya tentang perang gerilya sebagai bentuk perang rakyat. Metode perang ini dengan leluasa dikembangkannya setelah Pak Nas menjadi

Panglima Komando Jawa dalam masa Revolusi Kemerdekaan II (1948-1949).

look the cover of vintage book “Markas Komando Djawa “(Java Command Headquaters)

2.The Indonesian East Sumatra  National Police(POLRI) 1949


MAS KADIRAN

Mobile Brigade residency Tapanuli In militarization

 

1) Based on the assessment board of the Regional Defence Forces Tapanuli Mobile Brigade in Militerisasikan be KERESIDNENAN Tapanuli IV Battalion Regiment Brigade XI Tapanuli I TRI and MAS KADIRAN became Battalion Commander IV-I TRI Brigade Regiment with the rank XI MAJOR TRI (Army of the Republic of Indonesia) by the number of troops as much as 380 people complete with weapons including Heavy Weapons (cannon) and the Panzer Wagon Lezonik with Ammunition and Weapons and ammunition reserves.

2) With the Militerisasikan MBK Tapanuli be YON IV MEN I TRI Brig XI under the Tactical Commander Brigade Regiment I Tapanuli XI MAJOR Panggabean and Technical MARADEN under Chief Residency Tapanuli.

k. MBK / YON IV MEN – I Brig XI Tapanuli IN muster to Parapat

1) Dutch aggression in East Sumatra expanding cities in Sumatra in the East was controlled by the Dutch and the Dutch would extend their area by going to the area Parapat. Based on the Regional Defense Command Council Tapanuli and MEN-I Commander Brig IV MAJOR Tapanuli MARADEN Panggabean order Yon IV Force Brig XI MEN-I leave for Parapat Dutch troops to hold its speed of movement. Based on the MAS command KADIRAN with troops depart to Parapat.

2) On arrival in Parapat KADIRAN MAS Coordination with the Force held the Third Regiment under the command of Lieutenant Colonel Tapanuli Siahaan Jansen and the coordination is in agree that MAS KADIRAN as BATTLE COMMANDERS in Parapat to stem the movement of the Dutch troops. Forces MBK / YON – IV MEN – MEN I and members – aided III Society makes Defense Barricades arranged in a big way from AEK Nauli to Parapat and conduct reconnaissance and Pos-Pos Defense in Relay from AEK Nauli to Parapat

3) On day 15 in Parapat obtained news from investigators that the Dutch troops were 15 km from Aek Nauli, the troops under the command MAS KADIRAN ready to fight by way of ambush and destruction in Aek Nauli, at 03.00.Wib all Troops ready in Aek Nauli and at 05.00.Wib pass-Battle fierce battle in a big way Aek Nauli – Parapat.

4) At 10.00.Wib appear 2 Aircraft by firing on the Dutch Defense – defense and an important place in Parapat, the emergence of two Dutch-owned Aircraft Defense Forces opened fire on a split MAS KADIRAN resulting Blind Defense Forces become fragmented and MAS KADIRAN ordered his troops to retreat to Parapat. In this battle forces suffered many losses KADIRAN MAS.

5) Within 21 days Forces MBK / YON IV MEN – I Tapanuli KADIRAN MAS leader, top PerintahDewan Defense and Commander of the Regiment – I IX Brigade Troops Tapanuli to MBK Tapanuli / YON IV MEN – I Brig XI returned to the Parent Unit in Sibolga and Parapat Area Commander in the hand over to the MAJOR LEBERTY terimakan Malau in Parapat.

l. ESTABLISHMENT OF MOBILE Brigade – I SUMATRA AND MOBILE Brigade Tapanuli SOUTH

1) Based on the warrant of the Branch Bureau of the Republic of Indonesia National Police Mobile Brigade was formed for the Great Sumatra – Sumatra (Aceh and East Sumatra – Tapanuli) and designated as Pimpinanya POLICE INSPECTOR CLASS – I SUMATRA Humala Silalahi with the position and is headquartered in the School of Agriculture Sibarani Video Boti and by the Command Chief of Police Residency Tapanuli in the form of Mobile Brigade Tapanuli SOUTH and designate as chairman POLICE INSPECTOR Ibn based in Padang Sidempuan.

m. BATTLE MBB – I SUMATRA TO Legion PENGGEMPUR

1) When Using MAJOR GENERAL Suparto in Tarutung to Briefings on the Residency in Tapanuli Forces which was attended by COLONEL Siahaan Jansen, MARADEN Panggabean MAJOR, MAJOR MAJOR Bejo and MAS KADIRAN. at the hearing that there was fighting between troops MBB-Sumatra with Legion forces on the track Penggempur Boti, COLONEL Siahaan Jansen as a responsible regional security in Toba asked MAJOR MARADEN Panggabean and MAS KADIRAN and MAJOR Bejo for review to the Field.

2) Arriving at the song Boti into four commanders met Humala Silalahi MBB-I Chief of Sumatra, from the explanation POLICE INSPECTOR Humala Silalahi that legions PENGGEMPUR successfully disarmed troops Armament-Sumatra MBB, MBB troops heard this – I do Assault precedes Sumatra. Hearing this explanation then COLONEL Siahaan Jansen as Regiment Commander – Brigade III – XI Tapanuli, ask MARADEN Panggabean MAJOR, MAJOR MAJOR MAS KADIRAN Bejo and to take precautions.

3) With the approval of the 3 Commander, then on Apply Tapanuli troops to secure the area, then there was fighting in Sibolga, Tarutung, songs Boti, Porsea, until the Border Labuhan Batu, OLD MOUNTAIN, CITY LONG LINGGA Pinang. Finally, with the Wisdom of the Government of Indonesia Tapanuli, Chairman-chairman and Chairman of the Peoples Party in Tarutung, then there was peace in Pangaribuan to stop the fighting by both sides because Indonesia only harm and benefit the nation the Netherlands, with the result that the talks are not mutually agree to end strike each of the forces in drag to the parent Its units, troops MBB Tapanuli in Drag to Padang Sidempuan.

 

n. The Tapanuli Brothers ‘s War

1) Some months duration Tapanuli area free of distractions Battle of the armed movement, but movement of the Dutch troops who are in Parapat not cease to infiltration by Divide and Conquer between the People by the People, the Army Forces, all the more so where the Force Commander has been no readiness so often drawn to the pitting, especially after the gathering of forces-forces of East Sumatra in Tapanuli, so that the number of troops in Tapanuli the friction between troops is very possible.

1) So that was happening in Tapanuli of the strongest forces of East Sumatra was at loggerheads in Tapanuli, one party is in force Unity Bull Lead by the MAJOR L. Malau and one more party-B Forces Brigade and the Brigade Leaders MAJOR Bejo-A led by Saragih ROS Two troops of the East Sumatra in Tapanuli berselih understand, so that the combined strength of weapons including XI Brigade became broken and each brings their way individual and eventually attack the Dormitory BATALIYON Brigade – XI in Padang Sidempuan. In this case his Battalion Commander Dies

2) With the crisis MAS KADIRAN MBK Chief Commissioner KLS I Tapanuli and M. Nurdin To Police Resident Resident Tapanuli in calling facing Tapanuli Dr. F.L. TOBING in the talks that Chief MBK Tapanuli MAS KADIRAN firmly take the road side with brigade-B in South Tapanuli and MAS KADIRAN appealed to Chief Resident Tapanuli Dr.FLTOBING to bring his troops into the field Sidempuan to avoid clashes between the Brigade – A and brigades – B.

3) The battle between the forces and Bull Brigade – B occurs which began STEM Toru, Pandaan and arrived in Sibolga, after many casualties the two armies finally entered into negotiations in Sibolga which was attended by Dr. VICE PRESIDENT. Mohd. HATTA. Completed negotiations then Brigade – B led MAJOR Bejo, supported by MAS KADIRAN back to South Tapanuli Bull Forces Leadership and L. Tapanuli Malau to North and Central Tapanuli be submitted to the brigade and Army XI Tapanuli Navy Indonesia

 

 

 

Weigh SOVEREIGNTY AND RECEIVED BY DUTCH POLICE

In residency Tapanuli

1) Under the command of Police Chief of North Sumatra, in order to prepare troops MAS KADIRAN MBB-I-Aceh, North Sumatra Police to handover the Netherlands to the Indonesian police, with the news of the Joint Officer CAPTAIN IBRAHIM HAJI, on the appointed day the North Sumatra Police chief Mr Darwin Karim and Mas Kadiran with 2 Company MBB-I-Aceh, North Sumatra and 1 Battalion – B Mursalin Tello leaders went to Padang Sidempuan to weigh thank the Dutch police, from Padang Sidempuan continued to Sibolga and Tarutung, Weigh accept walk safely, orderly and smooth .

2) While the time to wait for orders received in the weigh in East Sumatra, North Sumatra Police chief Adjunct Senior Commissioner then DARWIN KARIM live in Sibolga with Staff-staff to take care of everything for Police Police stations have received throughout the South Tapanuli, Mas Kadiran ordered Company – C towards Sibolga Go to Company D and P. Sidempuan, Staff Member MBB-I-Aceh, North Sumatra in order to join the Mas Kadiran Sibolga. While Company A and B remain in Balige to wait for the next command into the East Sumatra to Weigh received by the Dutch Police.

V. Weigh THANK THE POLICE

DUTCH IN EASTERN SUMATRA

By Order Police chief Comr for Sumatra Mr. Commandments UMAR SAID and North Sumatra Police Chief to enter into eastern Sumatra to conduct weigh thank the Dutch National Police, on the day that has been set by two men of Mas Kadiran in Balige. Hanafi Commander and went to Sumatra, West Sumatra MBB East Regional division of MBB-Sumatra-Aceh leader Mas Kadiran do weigh receive in P, Siantar, high cliffs danMedansedangkan MBB-II Sunar do weigh received in Tanjung Balai and Rantau Prapat.

 

 

 

original info in Indonesia language:

MOBILE BRIGADE KERESIDENAN TAPANULI DI MILITERISASI

 

1) Berdasarkan Ketetapan dewan Pertahanan Daerah Tapanuli Pasukan MOBILE BRIGADE KERESIDNENAN TAPANULI di Militerisasikan menjadi BATALYON IV RESIMEN I TRI BRIGADE XI TAPANULI dan MAS KADIRAN menjadi KOMANDAN BATALYON IV RESIMEN-I TRI BRIGADE XI dengan Pangkat MAYOR TRI (Tentara Republik Indonesia ) dengan jumlah Pasukan sebanyak 380 orang lengkap dengan senjatanya termasuk Senjata Berat (Meriam) dan Panser Wagon Lezonik dengan Amunisi serta Cadangan Senjata dan Amunisi.

2) Dengan di Militerisasikan MBK Tapanuli menjadi YON IV MEN I TRI BRIG XI secara Taktis di bawah Komandan Resimen I BRIGADE XI Tapanuli MAYOR MARADEN PANGGABEAN dan Tehnis di bawah Kepala Polisi Keresidenan Tapanuli.

k. MBK / YON IV MEN – I BRIG XI TAPANULI DI KERAHKAN KE PARAPAT

1) Agresi Belanda di Sumatera Timur semakin luas Kota –kota di Sumatera Timur sudah di kuasai oleh Belanda dan Belanda akan meluaskan daerahnya dengan menuju daerah PARAPAT. Berdasarkan Perintah Dewan Pertahanan Daerah Tapanuli dan Komandan MEN-I BRIG IV TAPANULI MAYOR MARADEN PANGGABEAN agar Pasukan Yon IV MEN-I BRIG XI berangkat menuju Parapat menahan gerak lajunya Pasukan Belanda. Berdasarkan perintah tersebut MAS KADIRAN dengan Pasukannya berangkat ke Parapat.

2) Setibanya di Parapat MAS KADIRAN mengadakan Koordinasi dengan Pasukan RESIMEN III TAPANULI dibawah Komando LETKOL JANSEN SIAHAAN dan dalam Koordinasi ini di sepakati bahwa MAS KADIRAN sebagai KOMANDAN PERTEMPURAN di Parapat guna membendung gerak Pasukan Belanda. Pasukan MBK / YON – IV MEN – I dan Anggota MEN – III dibantu Masyarakat membuat Pertahanan Barikade di jalan besar yang disusun dari AEK NAULI sampai PARAPAT dan mengadakan Pos-Pos pengintaian dan Pertahanan secara Estafet dari AEK NAULI sampai PARAPAT

3) Pada hari ke 15 di Parapat didapat berita dari penyelidik bahwa Pasukan Belanda sudah berada 15 Km dari Aek Nauli, maka Pasukan yang berada di bawah Komando MAS KADIRAN siap untuk melawan dengan cara Penghadangan dan Penghancuran di Aek Nauli, pada pukul 03.00.Wib seluruh Pasukan sudah siap di Aek Nauli dan pada pukul 05.00.Wib terjadilah Pertempuran –Pertempuran yang sengit di jalan besar Aek Nauli – Parapat.

4) Pukul 10.00.Wib muncul 2 Pesawat Terbang Belanda dengan menembaki Pertahanan – pertahanan dan tempat penting di Parapat, munculnya 2 Pesawat Terbang milik Belanda menembaki Pertahanan Pasukan MAS KADIRAN secara membagi Buta sehingga mengakibatkan Pertahanan Pasukan menjadi terpecah dan MAS KADIRAN memerintahkan Pasukannya untuk mundur ke Parapat. Dalam Pertempuran ini Pasukan MAS KADIRAN mengalami banyak kerugian.

5) Dalam waktu 21 hari lamanya Pasukan MBK / YON IV MEN – I Tapanuli Pimpinan MAS KADIRAN, atas PerintahDewan Pertahanan dan Komandan Resimen – I BRIGADE IX Tapanuli agar Pasukan MBK Tapanuli / YON IV MEN – I BRIG XI kembali ke Induk Satuan di Sibolga dan Komandan Parapat Area di serah terimakan kepada MAYOR LEBERTY MALAU di Parapat.

l. PEMBENTUKAN MOBILE BRIGADE BESAR – I SUMATERA DAN MOBILE BRIGADE KABUPATEN TAPANULI SELATAN

1) Berdasarkan Surat Perintah dari Cabang Jawatan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk Sumatera dibentuk Mobile Brigade Besar – I Sumatera (Aceh-Sumatera Timur – Tapanuli ) dan ditunjuk sebagai Pimpinanya INSPEKTUR POLISI KELAS – I SUMATERA HUMALA SILALAHI dengan kedudukan dan bermarkas di Sekolah Pertanian Sibarani Lagu Boti dan berdasarkan Perintah Kepala Kepolisian Keresidenan Tapanuli di bentuk MOBILE BRIGADE KABUPATEN TAPANULI SELATAN dan di tunjuk sebagai pimpinannya INSPEKTUR POLISI IBNU berkedudukan di Padang Sidempuan.

m. PERTEMPURAN MBB – I SUMATERA DENGAN LEGIUN PENGGEMPUR

1) Pada Saat MAYOR JENDERAL SUPARTO berada di Tarutung untuk melakukan Brifing terhadap Pasukan Keresidenan di Tapanuli yang di hadiri oleh KOLONEL JANSEN SIAHAAN, MAYOR MARADEN PANGGABEAN, MAYOR BEJO dan MAYOR MAS KADIRAN. di dengar bahwa terjadi Pertempuran antara Pasukan MBB-I Sumatera dengan Pasukan Legiun Penggempur di LAGU BOTI, KOLONEL JANSEN SIAHAAN selaku penanggung jawab Kemananan di Daerah Toba meminta kepada MAYOR MARADEN PANGGABEAN dan MAS KADIRAN serta MAYOR BEJO untuk meninjau ke Lapangan.

2) Sesampainya di Lagu Boti ke 4 Komandan ini menemui HUMALA SILALAHI Kepala MBB- I Sumatera, dari penjelasan INSPEKTUR POLISI HUMALA SILALAHI bahwa LEGIUN PENGGEMPUR berhasil melucuti Persenjataan Pasukan MBB- I Sumatera, mendengar hal ini Pasukan MBB – I Sumatera mendahului melakukan Penyerangan. Mendengar penjelasan ini maka KOLONEL JANSEN SIAHAAN sebagai KOMANDAN RESIMEN – III BRIGADE – XI TAPANULI, meminta kepada MAYOR MARADEN PANGGABEAN, MAYOR BEJO dan MAYOR MAS KADIRAN untuk mengambil tindakan pengamanan.

3) Dengan adanya persetujuan dari ke 3 Komandan, maka di kerahkanlah Pasukan untuk mengamankan daerah Tapanuli, maka terjadilah pertempuran di SIBOLGA, TARUTUNG, LAGU BOTI, PORSEA, sampai dengan ke Perbatasan LABUHAN BATU, GUNUNG TUA, LINGGA PANJANG KOTA PINANG. Akhirnya dengan Kebijaksanaan Pemerintah RI Tapanuli, Ketua-ketua partai dan Ketua Adat di Tarutung, maka terjadilah Perdamaian di PANGARIBUAN untuk menghentikan Pertempuran oleh kedua pihak karena hanya merugikan Bangsa Indonesia dan menguntungkan pihak Belanda saja, dengan hasil Perundingan itu di sepakati untuk tidak saling menyerang akhirnya masing-masing Pasukan di tarik ke induk Satuannya, pasukan MBB Tapanuli di Tarik ke Padang Sidempuan.

 

 

n. PERANG SAUDARA DI TAPANULI

1) Beberapa Bulan lamanya daerah Tapanuli bebas dari gangguan gerakan Pertempuran bersenjata, tetapi gerakan tentara Belanda yang berada di Parapat tidak henti-hentinya melakukan Infiltrasi dengan Politik Adu Domba antara Rakyat dengan Rakyat, Pasukan dengan Pasukan, terlebih–lebih dimana Komandan Pasukan belum ada kesiapan sehingga sering terpancing untuk di adu domba, apalagi setelah berkumpulnya Pasukan-Pasukan dari Sumatera Timur di Tapanuli, sehingga dengan banyaknya Pasukan di Tapanuli maka gesekan-gesekan antar Pasukan sangat mungkin terjadi.

1) Demikian yang terjadi di Tapanuli dari Pasukan yang terkuat dari Sumatera Timur tersebut berselisih paham di tapanuli, satu pihak pasukan Kesatuan Banteng yang di Pimpin oleh MAYOR L. MALAU dan satu pihak lagi Pasukan BRIGADE-B Pimpinan MAYOR BEJO dan BRIGADE-A yang di pimpin oleh SARAGIH ROS Dua Pasukan dari Sumatera Timur tersebut berselih paham di Tapanuli, sehingga gabungan Kekuatan Senjata yang termasuk BRIGADE XI menjadi pecah dan masing-masing membawa jalannya masing-masing dan akhirnya terjadi Penyerangan ke Asrama BATALIYON BRIGADE – XI di Padang Sidempuan. Dalam hal ini Komandan Batalyon nya Meninggal Dunia

2) Dengan adanya krisis tersebut MAS KADIRAN Kepala MBK Tapanuli dan KOMPOL KLS I M. NURDIN Kepada Polisi Residen Tapanuli di panggil menghadap Residen Tapanuli Dr. F.L. TOBING dalam pembicaraan itu Kepala MBK Tapanuli MAS KADIRAN dengan tegas mengambil jalan memihak BRIGADE-B di Tapanuli Selatan dan MAS KADIRAN memohon kepada Kepala Residen Tapanuli Dr.F.L.TOBING untuk membawa Pasukannya ke Padang Sidempuan untuk mengindari Bentrokan antara BRIGADE – A dan BRIGADE – B.

3) Pertempuran antara Pasukan Banteng dan Brigade – B terjadi dimana mulai BATANG TORU, PANDAAN dan sampai di SIBOLGA, setelah banyak memakan korban akhirnya kedua pasukan mengadakan Perundingan di Sibolga yang di hadiri oleh WAKIL PRESIDEN Dr. MOHD. HATTA. Selesai perundingan maka BRIGADE – B di pimpin MAYOR BEJO yang di dukung oleh MAS KADIRAN kembali ke Tapanuli Selatan dan Pasukan Banteng Pimpinan L. MALAU ke Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah di serahkan kepada BRIGADE XI TAPANULI dan Pasukan Angkatan Laut Indonesia

KEDAULATAN DAN TIMBANG TERIMA DENGAN KEPOLISIAN BELANDA

DI KERESIDENAN TAPANULI

1) Berdasarkan Perintah Kepala Kepolisian Sumatera Utara, MAS KADIRAN agar mempersiapkan Pasukan MBB-I Sumut-Aceh untuk serah terima Kepolisian Belanda kepada Kepolisian Indonesia, dengan adanya berita dari Joint Officer KAPTEN IBRAHIM HAJI, pada hari yang sudah ditentukan maka kepala Kepolisian Sumut Bapak Darwin Karim dan Mas Kadiran dengan 2 Kompi MBB-I Sumut-Aceh dan 1 Batalyon – B pimpinan MURSALIN TELLO berangkat ke Padang Sidempuan untuk timbang terima dengan Kepolisian Belanda, dari Padang Sidempuan dilanjutkan ke Sibolga dan Tarutung, Timbang terima berjalan dengan aman, tertib dan lancar.

2) Sementara waktu untuk menunggu perintah dalam timbang terima di Sumatera Timur, maka Kepala Kepolisian Sumut AKBP DARWIN KARIM tinggal di Sibolga bersama Staf-stafnya untuk mengurus segala sesuatu untuk Kepolisian timbang terima Kepolisian diseluruh Tapanuli Selatan, Mas Kadiran memerintahkan Kompi – C untuk menuju Sibolga dan Kompi D Menuju ke P.Sidempuan, Anggota Staf MBB-I Sumut-Aceh agar menuju Sibolga bergabung dengan Mas Kadiran. Sedangkan Kompi A dan B tetap tinggal di Balige untuk menunggu Perintah selanjutnya masuk ke Sumatera Timur untuk Timbang terima dengan Kepolisian Belanda.

V. TIMBANG TERIMA DENGAN KEPOLISIAN

BELANDA DI SUMATERA TIMUR

Atas Perintah Kepala Kepolisian untuk Sumatera Bapak KOMBES POL UMAR SAID dan Perintah Kepala Kepolisian Sumatera Utara agar masuk kedalam Sumatera Timur untuk mengadakan timbang terima dengan Kepolisian Belanda, pada hari yang sudah di tentukan Mas Kadiran dengan dua Kompi yang berada di Balige. dan Hanafi Komandan MBB Sumbar berangkat ke Sumatera Timur dengan pembagian Daerah MBB-I Sumatera-Aceh Pimpinan Mas Kadiran melakukan timbang terima di P,Siantar, Tebing tinggi danMedansedangkan MBB-II Sunar melakukan timbang terima di Tanjung Balai dan Rantau Prapat.

 

 

 

 

 

 

Belanda pada tanggal 5 Januari 1949

 

 dengan dilindungi pesawat udara sanggup menerobos sampai ke Pasir (Sipisang) dan mulai hari itu membuat posnya di Palupuh.

 

Tgl. 6 Januari 1949

pasukan Belanda sampai ke Bonjol, tapi hari itu juga kembali ke Palupuh. Sungguhpun mereka dapat membuat kubu di Palupuh sampai masa datangnya “cease fire”, tetapi pasukan Belanda itu tidak dapat bergerak ke Utara maupun ke Selatan dan tidak luput selalu mendapat gangguan dari pasukan Republik Indonesia.

 

Sewaktu-waktu pasukan Belanda yang terkepung di Palupuh mendapat bantuan kiriman perlengkapan/perbekalannya lewat dropping dari pesawat udara.

Source

http://aswilblog.wordpress.com/2010/03/22/sekilas-sejarah-berdirinya-brimob-daerah-sumbar/

 

On 5 January 1949

 

 another hazardous airborne operation was carried out on the oilfields near Rengat and Ajer Molek at Sumatra. These three airborne operations took place in less than three weeks by the same red and green berets of this battle group.

 

 

 

 

 

 

Dr Anas from Pajakoemboeh West Sumatra Pro Dutch Nica

 

MUNGKIN tidak banyak sejarawan Sumatra Barat yang mengetahui biografi dr. Anas, terutama yang terkait dengan peran politiknya selama masa Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra Barat. Di masa PDRI, dr. Anas, yang tinggal di Payakumbuh (rumahnya dekat Gereja), dianggap sebagai ‘orang NICA’.

Audrey Kahin (2005 [versi terjemahan]:186) menyebut-nyebut nama dr. Anas sebagai salah seorang yang diculik oleh kelompok-kelompok nasionalis di Sumatra Barat yang anti Perjanjian Renville dan yang ingin mengkudeta pemerintahan Residen Rasyid.

 ‘Peristiwa 3 Maret [1947]’ itu –

 demikian sering disebut – digerakkan oleh beberapa tokoh dari partai Islam dan Adat yang antara lain dipimpin oleh Saalah St. Mangkuto. Orang seperti dr. Anas yang disebut sebagai ‘pegawai tiga zaman’ menjadi sasaran kebencian rakyat pasca Perjanjian Renville. Banyak di antara mereka yang dikait-kaitkan pula dengan ‘Singkarak Charter’, yaitu rencana pendirian Negara Boneka Minangkabau oleh Belanda.

Ada pula yang mengait-ngaitkan dr. Anas dengan Peristiwa Situjuah yang menewaskan 69 orang republiken. (lihat al.: Sjamsir Djohary,

 

 

Juni 1949


“Dalam bulan Juni 1949 , Mayor A. Thalib diangkat jadi Komandan Pertempuran Lima Puluh Kota, menggantikan Kapten Syafei. Letnan I Nurmathias ditempatkan sebagai Kepala Staf. Semenjak itu kedudukan markas komando pertempuran ditempatkan di Ampang Gadang VII Koto Talago”:
Konsep ABRI manunggal dan Pertahanan RakyatSemesta.
Setelah Lasykar-lasykar, termasuk Sabilillah, Hisbulllah dan lain dilebur ke dalam BKR dan TNI, maka sewaktu menjalankan struktur Pemerintahan PDRI yang mengkombinasikan Cipil dan Militer, maka Mantan Gyu Gun dan amantan Pasukan Sahid atau lasykar-lasyakar itu umunya langsung mengisi struktur Camat Militer, Wali Perang , DPD, MPRD,MPRK, BPNK, dan tugas kejuangan lainnya seperti Pasukan Mobeil Teras ( PMT )
Badan pengawal Nagari dan Kota (BPNK) didirikan Juli 1947,Peraturan No.15/DPD/P-1947 ( Dewan Pemerintah Daerah ). Pada Januari tahun1948, didirikan Markas Pertahanan Rakyat Daerah (MPRD) yang membawahi BPNK/PMT.
BPNK memperoleh pendidikan militer dibawah koordinasi Chatib Sulaiman; untuk dijadikan Pasukan Mobil Teras yang bertugas mengamankan Nagari

 

24 Januari 1949

Belanda membangun pos Patroli di rumah ( kapten Leon Salim ) di Tiakar Guguak:
24 Januari 1949; Ibu Kota Kabupaten dipindahkan dari Limbanang ke Talago. Dan pada hari itu diadakan rapat konsolidasi pemerintah Kabupaten, salah satu keputusannya mengusulkan A. Malik Ahmad sebagai Wakil Bupati.
Moral kejuangan rakyat terpukul dan menurun akibat serangan Belanda yang berhasil menerobos pertahanan PDRI, masuk sampai pusat pergerakan Koto Tinggi tanpa perlawanan yang berarti pada tanggal 10 Januari 1949. Kendaraan perang Belanda meluncur tanpa halangan berart, sekalipun rakyat telah memasang penghalang pada beberapa titik antara lain dengan menumbangkan pohon, serta membelintangkan batang kelapa di jalan raya. Penggeledahan dilakukan pada setiap rumah di tepi jalan dan membakar beberapa mobil yang ditemukan di tepi jalan. Balai Adat di Talago yang dikira belanda sebagai tempat berkantornya Bupati Lima Puluh Kota di bakar. Sasaran Utama operasi militer Belanda ini adalan sender radio. Sembilan orang petani yang ditemukan Belanda di Pandam Gadang menjelang menuju Koto Tinggi ditembak tentara Belanda di Titian Dalam. Beberapa bentuk keganasan perang dipertunjukan Belanda untuk menjatuhkan mental masyarakat.

 

5 Januari 1949
Bupati Baru Saalah Sutan Mangkuto
Bupati Lima Puluh Kota kembali diganti setelah bupati Alifuddin Saldin tidak menyingkir dan menyerah kepada Belanda dan digantikan oleh Arisun Alamsjah , mantan wedana Suliki dan dilantik tanggal 5 Januari 1949 Gubernur Militer Mr. St.M. Rasjid.

5 Januari 1949

 

Belanda pada tanggal 5 Januari 1949 dengan dilindungi pesawat udara sanggup menerobos sampai ke Pasir (Sipisang) dan mulai hari itu membuat posnya di Palupuh. Tgl. 6 Januari 1949 pasukan Belanda sampai ke Bonjol, tapi hari itu juga kembali ke Palupuh.

Sungguhpun mereka dapat membuat kubu di Palupuh sampai masa datangnya “cease fire”, tetapi pasukan Belanda itu tidak dapat bergerak ke Utara maupun ke Selatan dan tidak luput selalu mendapat gangguan dari pasukan Republik Indonesia.

Sewaktu-waktu pasukan Belanda yang terkepung di Palupuh mendapat bantuan kiriman perlengkapan/perbekalannya lewat dropping dari pesawat udara.

(Adrin Kahar)

 

15 Januari 1949

Baru 10 hari bertugas sebagai Bupati ia gugur dalam peristiwa Situjuah 15 Januari 1949. Atas upaya keras Anwar ZA dan Camat Militer Saadudin Sjarbaini, Saalah Sutan Mangkuto yang trauma akibat “ peristiwa 3 Maret “, akhirnya ia mau diangkat menjadi Bupati Lima Puluh Kota.
Sebagai seorang pejabat Negera Sekretaris Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota; Anwar ZA tidak mau larut atas tewasnya oleh peluru Belanda adik kandungnya Sjamsul Bahri ZA dalam peristiwa Lurah Kincia Situjuah. Ia masih mendahulukan kepentingan Negara guna menghindari kekosongan jabatan Bupati Lima Puluh Kota
“Sjofyan Kamil yang lolos dari lobang maut di lurah Kincir melaporkan jalan peristiwa kepada Anwar ZA selaku Sekretaris Daerah L ima Puluh Kota dan memintanya untuk segera mengisi kekosongan jabatan Bupati. Setelah berdiskusi dengan Saadudin Sjarbaini, ( Camat Guguak ), akhirnya mereka sependapat untuk mengusulkan Saalah Sutan Mangkuto sebagai pengganti Arisun yang tewas di Situjuah. Anwar ZA dan Saadudin Sjarbaini berangkat ke Kubang menemui Saalah di rumah isterinya”

 

11 Januari 1949

Rapat Bupati 11 Januari di Limbanang,
Dalam suatu pertemuan anatara Mayor A.Thalib dan Panglima Tentara Teritorium Sumatera , Kol. Hidayat di Koto Tinggi, diputuskan bahwa untuk mengembalikan ke percayaan rakyat kepada Tentara harusdiadakan penyerangan terhadap kota-kota yang dikuasai Belanda dan harus diduduki walaupun beberapa jam saja. Waktu itu disusunn konsep penyerangan Payakumb uh yang direncanakan tanggal 15 Januari 1949.

13 januari 1949

Sementara itu Pemerintah merencanakan akan mengadakan rapat lengkap untuk mengkoordinasikan perjuangan tanggal 13 Januari 1949 di Padang Japang.( Tulisan ini tanpa catatan kaki dan tidak menyebutkan sumber informasinya, ditulis Maswardi): PDRI di Luak Limo Puluah: YPP-PDRI/MSI/ Luak Limo Puluah :hal 21, tahun 2007.
Tanggal 13 Januari 1949
Rombongan Chatib Sulaiman Wakil Residen Sumatera Barat sampai di Koto Kociak dari Koto Tinggi, di rumah Sekretaris Daerah Lima Puluh Kota Anwar ZA. Namun sesudah makan malam Chatib Sulaiman berangkat ke Situjuah , bersama Bupati Lima Puluh Kota Arisun Stl Alamsjah, disertai oleh adik Anwar ZA, Sjamsul Bahri ZA serta kaka iparnya Sjofjan Kamil .( Sjofjan Kamil , bekerja di jawatan penerangan PDRI dan berhasil lolos dari tembakan Belanda di Lokuak Lurah Kincir -Situjuah ) .

 

 

14 Januari 1949

 Capung belanda melintasi di atas ; Situjuah. Patroli pasukan Belanda dari Payakumbuh samaai Limbukan, dan malamnya mereka sudah mengepung Lurah Kincir. Dengan bantuan pasukan khusus yang dikirim Belanda satu pleton KNIL dari Padang Panjang, dan satu pleton (baret merah )Koninklijk Speciale dari Baso.- untuk mengepung lurah Kincir.
15 Januari; pemakaman jenazah korban , Dipimpin Dahlan Ibrahim dan Makinudin HS, Mayor AS. Thalib salah seorang korban tertembak kakinya. dan penghadangan pasukan Singa Harau di Kubang Gajah,

 

 

‘Peristiwa Situdjuh (15 Djanuari 1949)’

[Skripsi IKIP Padang, 1971]). Ia dikait-kaitkan dengan Letnan Kamaluddin alias Tambiluak yang dituduh sebagai pengkhianat bangsa, yang membocorkan pertemuan pemimpin-pemimpin PDRI Wilayah Sumatera Tengah kepada pihak Belanda. Saksi-saksi mata mengatakan bahwa Tambiluak alias Kamaluddin, salah seorang mantan pemain sepakbola andalan dari ‘Elftal’ Club Horizon, adalah seorang tukang cukur pada ‘Sutan Karajaan Barbier’ di Payakumbuh yang salah seorang pelanggan setianya adalah dr. Anas. Namun, menurut Audrey Kahin, op cit.:219) tak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Tambiluak terlibat dalam pembocoran rapat rahasia para petinggi PDRI di Situjuah kepada Belanda.

Belum dapat diketahui secara pasti kapan dr. Anas lahir, tapi sangat mungkin tahun 1908 atau sesudahnya. Data yang kami ketahui mengenai biografinya juga masih fragmentaris. Fajar Rillah Vesky yang mewawancarai keluarga dr. Anas di Payakumbuh mengatakan bahwa dr. Anas dan istrinya berasal dari Kotogadang. Ibunya bernama Jamilah dan ayahnya berdarah Jawa, namanya Atmo Wisastro yang konon masih termasuk trah Sultan Hamengku Buwono 1. Di rumahnya di Payakumbuh pernah menginap Bung Hatta, Rosihan Anwar, dan Abdul Muis. Pengarang roman Salah Asuhan itu adalah ipar kontan dr. Anas karena mengawini kakaknya, Nuriah, yang mati muda. Salah seorang sahabat dr. Anas adalah Prof. Dr. Amir Hakim Usman, linguis Unand dan UNP yang meninggal tahun 2006.

Audrey Kahin dalam ‘Strugle for Indpendence: West Sumatra in the Indonesiaan national revolution 1945- 1950 (PhD thesis Cornell University, 1970:296) mencatat bahwa dr. Anas pernah mendapatkan training masalah kesehatan di Belanda. Yang jelas, dr. Anas dan istrinya, Djoeasa Anas, telah hijrah ke Belanda menyusul gagalnya aksi polisionil Belanda yang hendak merebut kembali Indonesia tahun 1947. Tampaknya dia punya seorang anak angkat yang bernama Nadia Anas. Tahun 1966 Nadia menikah di Den Haag dengan R. Budi Hartono yang keturunan Indonesia. Tampaknya dr. Anas dan istrinya sudah meningal di Belanda. Tapi saya belum menemukan tarikh meninggal mereka.

Foto-foto keluarga dr. Anas, termasuk foto ini, telah diserahkan ke KITLV Leiden. Foto ini (10 x 14 cm.) diambil waktu resepsi pernikahan Nadia Anas dengan R. Budi Hartono di Den Haag pada bulan Maret 1966. (Akad nikah diadakan pada hari Senin, 4 April jam 9:00 pagi di Balaikota Den Haag, Burg. De Monchyplein). Sebelum sampai di KITLV Leiden, foto ini dikoleksi oleh Antiquariat Minerva, Den Haag. Perempuan yang berkebaya dan berselendang yang duduk itu adalah Ibu Djoesa Anas, dan pria berkacamata dan memakai jas yang duduk di sebelahnya adalah dr. Anas, suaminya.

Fajar mengatakan bahwa konon dr. Anas meninggalkan testamen di Belanda, yang diminta jemput kepada kemenakannya, Dr. Johar. Sayang sekali Dr. Johar telah meninggal pula sebelum sempat menjemput testamen itu ke Belanda. Jika testamen itu memang ada dan dapat ditemukan, mungkin akan dapat diketahui kenapa dr. Anas memilih pro Belanda. Kisah hidup orang-orang Minang yang pro Belanda seperti dr. Anas masih belum banyak terungkap dalam sejarah Minangkabau

 

B.CHRONOLOGY HISTORIC COLLECTION 1949

 

JANUARY 1949

 

Julius Kardinal information article(1978)

at the early January 1949(Pada permulaan bulan januari 1949,)

Bantul regency capital city, 6 km from Ganjuran, Army occupied the Netherlands. makinmencekam atmosphere bai population. At lunch time there was a sudden often datanganya Dutch soldiers, all panicked, ran to evacuate, although most are not true and at night came the attacks of the Parties to the TNI. One morning I received a report from the hospital kitchen that supplies of fuel wood is almost gone. At about 9:00 I was with a young man riding a bike into the village behind the hospital to look for firewood. Apparently the village was deserted, the people already displaced. Fortunately, the intended father’s family home and tend to have quite a lot of firewood supply and willing to help. unfinished pembuicaraan how far the transportation of the eruption sounded, followed by the hiss and the two eruptions in place. Soon there was an eruption of the other majors, the same hiss and ended with two eruptions as well. We both immediately ride a bike to the hospital to attend disana.Seluruh residents Hospitals and orphanages as well as the nurses had to hide under the table trying to seek shelter where dabn thought safe. The atmosphere of panic, fear, all suspect that will eventually hit. Praying and surrender to God. Apparently the former mill complex and Hospital in mortars from two places, thank goodness no one hit the building, so there were no casualties in the complex. Mortar fire lasted approximately setngah hours.

Once convinced that the bombing had stopped, held talks with the five young men in my room. There is still a couple of cloth napkins and a red ink, they immediately make the flag of the Red Cross, seeking gaklah and they are ready to go out to look for victims who need help. New sja out of the hospital, they ran back to my room to meet them head nurse, Captain-ranking commander with about 50 of his men, there was talk among other things: “Father, here are some members of the TNI?.” No “.” Father knows that all around there TNI soldiers, beraapoa their numbers. “” Do not know if the number of Catholic norang I know “.” necessarily “” In this complex there are soldiers who were hiding and no gun?. “No” ” may be searched? “Yes, but you along with me and the chief nurse and lived outside the fruit ank”. Begin a search Kareena arrival of the Captain and how scary. ” It’s certainly the army “.” Instead of, patients’ chief nurse replied. “Later, if it has been cured of menenbak again”. “SEalama in rumag ill be tangunggan me.” “I will take it”. ” not possible, as long so be patient. “

in these circumstances occur a search throughout the complex, opening each door and entered the room followed by a thumbs gun and questions set geramdiajukan. A search is completed quickly enough and no less thorough. Done a search there is an interview with the captain led pasukan.Di bebrapa factory environment they found a grenade that was not working anymore, but can pose a hazard, then it will d9ibawa to amrkas them for the sake of the security. The captain then asked the youth workers who are dikamar sya, I imagine they would have objected. after a long talk, decided bahewa they’ll come, they ettapi no later than 17:00 hours should’ve come back here. Belumkembali If at that time, I will come kemarkas them. After that they went, the youth participate bebrapa carrying grenades and landmijn, after they left, a sense of relief filled the whole complex, all felt very tired during the bnayak who did not receive food, I myself also experienced a sma. but strangely I feel so sleepy and continue bed rest. Approximately 1500 hrs knock at the door, finally forced to pound because I did not hear him in bed “what else” I thought. It turns out that TNI members ready to come now with straw and kerosene, they heard the news that all the occupants sick dikompleks ruamh dibaw aoleh Dutch soldiers, they are ready for the scorching earth Hospitals and complexity. I spoke with the leaders and take her to see the whole complex so intent membuni scorching canceled and they returned to markasnya.Baru they disappeared, there appeared youth “carrier” and landmijn grenade with the atmosphere of joy and experiences, they shared cigarettes and bread ynag given as a receipt love by the captain. Thus ended the first operation of the army beland, seasudah was still many times suddenly come small patrols, but not exceptional shock until they leave the special area Jogyakarta

original info

Ibu kota Kabupaten Bantul,  6 km dari Ganjuran, diduduki Tentara Belanda. suasana makinmencekam bai penduduk. Pada waktu siang sering mendadak terdengar  datanganya tentara Belanda, semua panik,lari mengungsi,meskipun kebanyakan tidak benar dan pada waktu malam terdengar serangan dari Pihak TNI. Pada suatu pagi saya mendapat laporan dari dapur Rumah sakit bahwa persediaan kayu bakar sudah hampir habis. Kira-kira jam 09.00 saya dengan seorang pemuda naik sepeda masuk desa dibelakang Rumah sakit untuk mencari kayu bakar. Ternyata desa itu sepi, orang-orang sudah mengungsi. Untunglah ayah keluarga yang dituju ada dirumah dan mempunyai persediaan kayu bakar cukup banyak dan rela membantu. belum selesai pembuicaraan bagaimana cara pengangkutannya terdengar letusan dari jauh,diikuti dengan  desisan dan 2 letusan di tempat. Sebentar lagi dari lain jurusan terdengar letusan,desisan yang sama dan berakhir dengan 2 kali letusan juga. Kami berdua segera naik sepeda ke Rumah sakit untuk hadir disana.Seluruh penghuni Rumah sakit dan Panti Asuhan serta para perawat sudah bersembunyi di bawah meja dabn mencoba mencari perlindungan dimana dikira aman. Suasana panik,takut, semua menduga bahwa akhirnya akan kena. Bedoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Ternyata bekas pabrik dan kompleks Rumah Sakit di mortir dari dua tempat,syukurlah bangunan tidak ada yang kena,sehingga tidak ada korban didalam kompleks. Tembakan mortir berlangsung kira-kira setngah jam.

Sesudah yakin bahwa pengeboman sudah berhenti, diadakan perundingan dengan 5 orang pemuda yang ada di kamar saya. Masih ada berberapa kain serbet makan dan ada tinta merah,dengan segera mereka membuat bendera Palang Merah,mencari gaklah dan mereka siap keluar guna mencari korban yang perlu ditolong. Baru sja keluar dari rumah sakit, mereka lari kembali ke kamar saya dengan suster kepala menemui mereka, komandannya berpangkat Kapten dengan kira-kira 50 orang anak buahnya, terjadi pembicaraan antara lain:”pastor ,disini ada beberapa orang anggota TNI ?.”Tidak ada”.”Pastor tahu bahwa di sekitar ada tentara TNI, beraapoa jumlah mereka”.”Tidak tahu, kalau jumlah norang katolik saya tahu”.”tentu” “Di kompleks ini ada tentara yang bersembunyi dan ada senjatanya?.”Tidak ada””Boleh digeledah ?”Boleh,tetapi bersama dengan saya  dan suster Kepala dan ank buah tinggal diluar”. Mulailah pengeledahan kareena kedatangan Kapten tersebut dan caranya menakutkan.” Ini tentu tentara”.”BUkan,pasien” jawab suster Kepala.”Nanti jika sudah sembuh tentu menenbak lagi”.”SEalama di rumag sakit menjadi tangunggan saya”.”ini akan saya bawa”.” tidak mungkin,selama jadi pasien”.

dalam suasana semacam ini terjadi pengeledahan seluruh kompleks,setiap membuka pintu dan masuk kamar diikuti dengan acungan pistol dan pertanyaaan yang geramdiajukan. Pengeledahan cukup cepat selesai dan tidak kurang teliti. Selesai pengeledahan masih ada wawancara dengan kapten pimpin  pasukan.Di lingkungan pabrik mereka menemukan bebrapa granat  yang sudah tidak bekerja lagi, tetapi dapat menimbulkan bahaya, maka akan d9ibawa ke amrkas mereka demi keamana. maka Kapten minta tenaga pemuda yang ada dikamar sya, sudah saya bayangkan mereka akan keberatan. sesudah agak lama bicara,diputuskan bahewa mereka akan ikut, ettapi mereka selambat-lambatnya jam 17.00 harus udah kembali disini. JIka pada waktu itu belumkembali, saya akan datang kemarkas mereka. Setelah itu mereka pergi, bebrapa pemuda ikut membawa granat dan landmijn, sesudah mereka pergi ,rasa lega memenuhi seluruh kompleks, semua merasa telah sangat lelah karena siang bnayak yang tidak memperoleh makanan,saya sendiri  pun mengalami yang sma. tetapi anehnya saya merasa mengantuk sekali dan terus istirahat tidur. Kira-kira jam 15.00 pintu diketuk,akhirnya terpaksa dipukul-pukul karena saya dalam tidur tak mendengarnya”ada apa lagi” pikir saya. Ternyata yang datang sekarang anggota TNI siap dengan jerami dan minyak tanah,mereka mendengar kabar bahwa semua penghuni dikompleks ruamh sakit dibaw aoleh tentara belanda, mereka siap untuk membumi hanguskan Rumah sakit dan kompleksnya. Saya berbicara dengan pemimpinnya dan mengantarnya melihat seluruh kompleks sehingga maksud membuni hanguskan dibatalkan dan mereka kembali ke markasnya.Baru saja mereka menghilang,muncullah pemuda “pembawa”granat dan landmijn dengan suasana gembira serta menceritakan pengalaman, mereka membagikan sigaret dan roti ynag diberikan sebagai tanda terima kasih oleh Kapten tersebut. Demikianlah berakhir operasi pertama dari tentara beland, seasudah itu masih berkali-kali secara mendadak datang patroli kecil ,tetapi tidak menimbulkan kejutan luar biasa sampai mereka meninggalkan daerah istimewa Jogyakarta.

 

 

 

 

 

 

January,1st.1949

 

The dutch KNIL Convoy in January 1st 1949

 

Article of in memoriam Mayoor Ds C.van Bruegel in January 1949

 

Marine officer visist KL Camp in January 1950

(a)On January 1, 1949,

(b)a soldier (soldier) Indo Dutch military truck leaving from banyumas to pick up groceries in Gombong, Kretek to drop down the village headman a moment home and saw his mistress, he will be taken back by his friends when returning from Gombong, but when picked up he was not there, so that “disinggahinya” also Lurah, according to a statement they had “secured” by TNI troops grilya. Diwonohardjo, approximately 6 km from Gombong, a Dutch Colonial Army troops fought with the forces of the Republic 150-strong Indonesian people.

 

.

(b)PTT Djakarta salary book with handsign of the chief of ptt office Djakarta.

 

 

 

On the initiative of Pandit Jawaharlal Nehru of India, a meeting of 19 nations was convened in New Delhi that produced a resolution for submission to the United Nations, pressing for total Dutch surrender of sovereignty to the Republic of Indonesia by January 1, 1950. It also pressed for the release of all Indonesian detainees and the return of territories seized during the military actions.

 

 

January,4th.1949

 

Achmed Sukarno (1902-1970). The Indonesian nationalist leader, statesman, and president, photographed on January 4, 1949

 

 

(a)January, 4th.1949
In these days of early republican forces facing Dutch engineers in kaliombo column near Magelang, so that a truck full of equipment besra dutch engineers damaged

(b)Postallyused lettersheet stationer  10 sen send from batavia centrum to Buitenzorg(bogor)

 

 

 

 

 

January 5th.1949

Dutch accept UN call for ceasefire in SumatraSultan Hamengkubuwono IX of Yogya refuses Dutch offer to head new Javanese state, resigns as head of Yogya government, and gives help to Republic guerilla fighters.

 

January,6th.1949

the information from Warna warta Djawa tengah newswpaper :

(A) the Word Series Ratu Juliana

My goal is to fulfill my mother’s ability. Who really really hope that the Government of Indonesia is formed within a few weeks to come nini.Pemilihan which will be held selekans free as possible.

On 6 January the lalau, Series Queen Juliana said to Indonesia that looks like this:

My mother has been able to establish an independent and sovereign Indonesia, the Netherlands and Indonesia entered the union on the basis of sovereign kemaunan respectively, merdekan and on the same basis.

in February 1948 kesangupan oitu tealh repeated again, a sign that it truly became Queen of ability.

My goal since the throne is the ability memenjuhi my mother, to give to people in Indonesia: peace, happiness and prosperity in a sovereign self-government.

My goal really is to the federal government in recent weeks Indonesia was formed; government that will run the obligations on the basis of responsibility and democracy. XSelekas possible if it has been able, to be held the election, thus establishment of United States of Indonesia will soon be achieved.

(B) GENERAL SUDIRMAN NOT captive

General sudirman now being seriously ill and is being maintained well but not captured by the army commander of the TNI Belanda.Kolonel Hidajat in Sumatra, on 28 December 1948 tealh take over (over) Pimpina total republican army.

(C) FACTS MR ASAAT

Before military action, Mr Asaat once said that the situation in the republic is beyond miserable than in the war. Denagn these words then one can draw the conclusion that if a held state military movements in that region in more baik.Seorang other princes, saying that the food supply in the republic’s only up to a month Maret.Sesudah famine will arise which hebat.dari words This is also one can draw conclusions that this second military movement led to improvements to the area not only brings tersebut.tentara tegush security and long, but brought the lightness in sehar-day life, also by providing food, clothing and medicine.

(D) some federal pemrintah Indonesia propaganda illustration in this newspaper: Hours gadang Bukittingi committee, Abdul Kadir Wijoyo Atmojo Jakarta, trucks mengangukt nakanan, and Indonesian youth in Practice.

Original info:

 

(a)Sabda Seri Rau Juliana

Tujuanku ialah memenuhi kesanggupan Ibuku. Harapanku yang sungguh sungguh ialah supaya Pemerintah Indonesia dibentuk dalam beberapa minggu yang datang nini.Pemilihan yang bebas akan diadakan selekans mungkin.

Pada tanggal 6 januari yang lalau, Seri Ratu Juliana bersabda untuk Indonesia yang isinya seperti berikut :

Ibuku telah sanggup mendirikan Indonesia yang merdeka dan berdaulat ,mengadakan perserikatan Indonesia Nederland dan berdaulat  atas dasar kemaunan masing-masing ,merdekan dan atas dasar yang sama.

dalam bulan Februari 1948 kesangupan oitu tealh diulangi lagi, tanda bahwa memang sungguh-sungguh menjadi kesanggupan Ratu.

Tujuanku sejak naik tahta ialah memenjuhi kesanggupan ibuku, untuk memberi kepada bangsa di Indonesia : ketentraman,Kebahagiaan  dan kemakmuran dalam pemerintahan sendiri yang berdaulat.

Tujuanku yang sungguh-sungguh ialah supaya pemerintahan federal Indonesia dalam beberapa minggu ini dibentuk; pemerintahan yang akan menjalankan kewajiban atas dasar tanggung jawab dan demokrasi. XSelekas mungkin jika telah dapat, akan diadakan pemilihan, dengan begitu pembentukan Negara Indonesia Serikat akan lekas tercapai.

(b) JENDRAL SUDIRMAN TIDAK DITAWAN

Jendral sudirman sekarang sedang menderita sakit keras dan sedang dipelihara baik-baik tetapi tidak ditawan oleh tentara Belanda.Kolonel Hidajat Komanda  TNI di sumatra, pada tanggal 28 desember 1948 tealh mengambil oper(alih) Pimpina tentara republik Seluruhnya.

(c) KETERANGAN Mr ASAAT

Sebelum aksi militer, Mr Asaat pernah mengatakan bahwa keadaan di republik adalah melebihi sengsaranya daripada dalam perang. Denagn kata-kata ini maka orang dapat menarik kesimpulan bahwa jika diadakan gerakan militer keadaan didaerah tersebut lebih baik.Seorang pembesar lainnya,mengatakan ,bahwa persedian makanan di republik hanya sampai bulan Maret.Sesudah itu akan timbul bahaya kelaparan yang hebat.dari kata-kata ini juga orang dapat menarik kesimpulan vbahwa gerakan militer yang kedua ini membawa perbaikan kepada daerah tersebut.tentara tidak hanya membawa keamanan yang tegush dan lama, tetapi mebawa keringanan dalam kehidupan sehar-hari,juga dengan memberikan bahan makanan,pakaian dan obat-obatan.

(d) beberapa illustrasi propaganda pemrintah federal Indonesia dalam surat kabar ini : Jam gadang Bukittingi, komite abdul kadir Wijoyo atmojo Jakarta,truk mengangukt nakanan ,dan pemuda Indonesia di Latih.

January,9th.1949

Tanda terima Pengiriman (Ontvangbewij or Recieved) Pospakket from batavia with overprint Indonesia stamps and wilhelmina stamps.

 

 

 

January, 8th.1949
On this day happen ambushes ambushes against forces which raised the victim diphak dutch dutch and can be taken from the Netherlands a gun and bullets mitraljur.

 

 

 

 

January,12th.1949

The chief OF PTT NRI Mas Suharto were kidnapped and arrest by Dutch Nica

 

The chief OF PTT NRI Mas Suharto were kidnapped and arrest by Dutch Nica soldier, and after that he never found (until this day his graved never found)

January, 14th.1949
On this day a truck dutch meuat a carrier Brent Blongkong fall in time, because the pole above the bridge has been drilled temtara times zrepublik (grilya) some time before

January,15th.1949

Situjuh Incident

Situjuah incident that killed 69 people republicans.

 (See al.: Sjamsir Djohary, ‘Events Situdjuh (15 of January 1949)’ [Thesis IKIP Padang, 1971]). He has been linked with Lieutenant Tambiluak alias Kamaluddin who was accused of being traitors, who leaked the meeting of leaders of the Central Emergency Government Areas of Sumatra to the Dutch.
Eyewitnesses said that Tambiluak alias Kamaluddin, a former mainstay of the football players ‘Elftal’ Club Horizon, is a barber in ‘Sutan Karajaan Barbier’ in Payakumbuh that one of his loyal customers is dr. Anas. However, according to Audrey Kahin, op cit.: 219) there is no strong evidence to suggest that Tambiluak involved in the leaking of a secret meeting in the Emergency Government officials Situjuah to the Dutch.

Original info:

Peristiwa Situjuah yang menewaskan 69 orang republiken. (lihat al.: Sjamsir Djohary, ‘Peristiwa Situdjuh (15 Djanuari 1949)’ [Skripsi IKIP Padang, 1971]). Ia dikait-kaitkan dengan Letnan Kamaluddin alias Tambiluak yang dituduh sebagai pengkhianat bangsa, yang membocorkan pertemuan pemimpin-pemimpin PDRI Wilayah Sumatera Tengah kepada pihak Belanda.

Saksi-saksi mata mengatakan bahwa Tambiluak alias Kamaluddin, salah seorang mantan pemain sepakbola andalan dari ‘Elftal’ Club Horizon, adalah seorang tukang cukur pada ‘Sutan Karajaan Barbier’ di Payakumbuh yang salah seorang pelanggan setianya adalah dr. Anas. Namun, menurut Audrey Kahin, op cit.:219) tak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Tambiluak terlibat dalam pembocoran rapat rahasia para petinggi PDRI di Situjuah kepada Belanda.

 

January,19th.1949

The rare postally used cover from malang to Medan(Negara Sumatra Timur) East Sumattera State ,the part of Indonesia federal state.

UN Security Council demands release of the Republican government, and independence for Indonesia by July 1, 1950.

There was significant guerilla activity against the Dutch during this period, led by Nasution and Sudirman. At the height of Dutch activity in the 1940s, there were around 150,000 Dutch forces in Indonesia

 

 

 

 

January,22th.1949

(ibid Mrs Ahmad Yani Book, 1981 info)

 

 

Muntilan  on 22 Januari 1949,

when it was attacked by a platoon strength, the result seminary (education catholic priest) occupied by Dutch troops were damaged
January .25th,1949

.

Tanggal 25 Januari 1949 terjadi kontak senjata pertama kali antara TNI dan DI/TII ketika pasukan Divisi Siliwangi melakukan hijrah (long march) dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Peperangan bahkan terjadi antara TNI-DI/TII-Tentara Belanda.

 

 Munculnya DI/TII mengakibatkan penderitaan rakyat Jawa Barat karena rakyat sering mendapat teror dari DI/TII bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka merampok rakyat terutama rakyat yang tinggal di daerah terpencil seperti lereng gunung.

 

 

26 January 1949
On 26 January, the TNI (the guerrillas) attack again for the second time and seminary Muntilan city burned. Governor Wongsonegoro provide good sample of  Grilya as governor, he steadfastly followed the Governor of the Military Headquarters who move around a lot on the mountain-gunung.where the officeTe center that was originally located  mountain cleft, can not long be maintained, the Dutch soldiers can quickly find out, then continue constantly rummaging through the region. Therefore the TNI military and civilian centers move south gets Wonosobo, a large office pegunungasn, consisting of multiple sound distrik.Here no longer shots and canon (kanonade) like every night and every day there was a large area near the city. It’s an ideal complex for the central leadership

Original info

Muntilan pda tanggal 22 Januari 1949 ,ketika diserang dengan kekuatan satu peleton,hasilnya  seminari (pendidikan imam katolik) yang ditempati oleh tentara Belanda  mengalami kerusakan

 

 

26 Januari 1949

Pada tanggal 26 januari ,TNI(pasukan gerilya) menyerang lagi  untuk kedua kalinya kota muntilan dan seminari dibakar. Gubernur  Wongsonegoro  memberikan cntoh yang baik sebagai Gubernur Grilya, ia dengan tabah mengikuti  Markas Gubernur Militer yang sering berpindah-pindah  di gunung-gunung.Tempat perkantorang pusat yang mulanya berada dilereng gunung Sumbing,tidak dapat lama dipertahankan,tentara belanda cepat dapat  mengetahuinya,lalu terus menerus mengobrak-abrik wilayah itu. Karena itu TNI memindahkan pusat militer dan sipil  kebagian selatan Wonosobo,suatu perkantoran pegunungasn yang besar,terdiri atas  beberapa  distrik.Disini tidak kedengaran lagi tembakan dan  canon(kanonade)  seperti setiap malam dan setiap siang terdengar didaerah dekat kota besar. Sungguh suatu kompleks yang ideal  buat pusat pimpinan.

January.28th.1949

On January 28, 1949, the UN Security Council adopted a resolution to establish a cease-fire, the release of Republican leaders and their Yogyakarta.

 

 

 

 

January,29th.1949

(a)The invitation to join the ceremony of tranferred the power from Dutch Federal Government to Wali Negara South Sumatra in february,1st 1949 , send from the chief of 7 oeloe village Palembang.

 

 

 

January,21th.1949

On January 21, 1949, with the city of Kuala Tungkal occupied by the Dutch public figures, scholars, intellectuals fled to the outskirts, which are located opposite the Kuala Tungkal. they dated January 25, 1949 meeting which consisted of various tribes to collect kekauatan to counterattack. Above consensus together, they form the Front pengurunya Wilderness with the following composition:

Chairman: H. Shamsuddin (cum treasurer)

Vice Chairman: A. Sanusi (Teacher Trenches fires)

Members: 1. H. Hanafiah (Head of Good Dyke)

2. Kadir (Sacred Head Dyke)

3. Imran (Head Dyke Mangrove)

4. Zuhri (Head Dyke Palembang)

5. Durasit (Head Parit Sungai Rawai)

6. Abdullah (head of the Trench fires)

Part Penggempur: Abdul Congratulations

Help By: 1. Zaidun

2. H. Saman Mangku (Market Kuala Tungkal)

3. H. Hanafiah (Head of Good Dyke)

Front Jungle forming a line called “Barisan Bally Red ‘.

The purpose of establishing the Barisan / Lasyakar Red Bally is to demolish the Dutch who occupied Kuala Tungkal. Therefore, should be chosen who will lead the Barisan Merah Bally, especially when invaded / attacked the Dutch position.

Then elected Abdul Samad called then moved at the term “Commander” (more popularly known as “Commander Adul”). It was also agreed when the Dutch attacked the Red Bally must together with the TNI and the tactics are under military command

On January 21, 1949 at 11:30 pm, beberpa Dutch ships attacked Kuala Tungkal with cannon and mortar firing. One of them was shot targets Great Mosque (Jami ‘) Kuala Tungkal, when the Islamic manaumat was getting ready to perform Friday prayers.

As a result of the attack, not last Friday prayers. When he feels safe, Dutch troops landed, still firing heavy weapons to protect his troops who were conducting pendarata.

TNI troops led by Lieutenant Young A. Fattah held resistance, backing toward the Trenches Gompong. Two soldiers and a young fighter named teacher of English R. Happy autumn shot dutch at the moment will blow up the Landman who had previously installed near the Post Office.

Kuala Tungkal Kewedanaan government led by the district officer with the Chief of Police Regional Noerdin Mahyuddin Harahap IPI, Head Tungkal Ilir Masdar Kewedanaan Government and its staff in Kuala Tungkal under a hail of bullets and mortar cannon backwards towards the village of Parit Gompong Pembengis through except for some sub-district officials, among others, Masdar, the Police , Information and others, Wedana Noerdin, Police Chief Mahyuddin Harahap and others continued the journey to the village of Parit Deli Betara Left Tungkal Ilir district.

Pembengis is a small village situated 7 (seven) Km from Kuala Tungkal, filled with refugees of various groups, in addition to government officials and military forces.

After the Dutch troops landed in Kuala Tungkal, the Dutch continued to advance to the araha pembengis with intent to break the resistance of military forces. At 17.00 pm in the Trenches Gompong intercepted by military forces led by Cadet Sergeant Major Madhan. AR, resulting in a shoot for 15 (fifteen) minutes. Holland then retreat to Kuala Tungkal to suffer casualties beberpa people were killed and wounded

January,23th.1949

On January 23, 1949, after retiring from Kuala Tungkal, a squad of military forces under the command of Cadet Sergeant Major Madhan. AR, 1023 Sector Commander assigned to patrol the Dutch Army stalking position. In the Trenches Gompong they met with the Dutch Army, causing a battle that resulted in some Dutch soldiers killed and wounded.

On January 23, 1949 night, the people of Seberang Tungkal trench Congratulations, arson military dormitory in the way of the Old Kuala Tungkal Prosperity. The force is led by Abdul Samad (Adul)

January,25th.1949

With Kuala Tungkal occupied by the Dutch, then the community leaders in the Trenches Congratulations Kuala Tungkal Tungkal III on January 25, 1949 have formed the Front, headed by H. Woods Shamsuddin prince Tungkal III.

Front board Rimba are those who’ve studied the practice Bally Red is the practice based on the teachings of Islam yangmeyakini that if the deeds carried out as specified, it is concerned will be able to avoid the bullets fired at him.

The formation of this Front, received rave reviews from the public because it fits with their belief that the war against the Dutch colonialists, when autumn meant masti martyr for fighting for the interests of defending the nation, state and religion as taught by the scholars at that time

January.26th,1949

 

The airline was established as Garuda Indonesian Airways on January 26, 1949.

FEBRUARY 1949

February.4th.1949

On 4 February 1949, the convoy was intercepted grilyawan dutch republic in Kotawinangun.Sebuah vehicle full of passengers managed to dihamcurkan, while others fled with the vehicle body shot full of holes grilyawqan republic.
Mrs Ahmad yani book,1981’s info

After 40 days dipengungsian (since december 1948), Yani dating, he dsatang with the native Indonesian sarong, wearing capin (skullcap), commonly used to pack Yani, but with clothes that he had entered the town of Magelang who had occupied the Netherlands. desperate to enter the cities to look for his wife, children will be taken out of town, but apparently they had fled in advance Mr. Yaniv dahulu.Jadi keep searching until finally meet, of course, look for it without neglecting his duty assignment. So it is that perjalana to the mountains, day and night went on, dropping and climbing, with the hope of ever meeting with the general kota.Dapur not exist, so eat drink, shelter and other daily necessities provided by the people, their hearts bauik once, save ,they  also been struggling to keep the Independence of their nation  Homeland and the people and the army at that time fought shoulder to shoulder, there is a courier, there are so security desa.ada who became rescuers and even some that into the mountains a few months tentara.Sesudah Yani got a promotion to lieutenant colonel, commander of the Brigade menjasdi 9. Yani if ​​you come home to see wife and kids once a week.Brigade “di pengungsian” brigade was given the name White Horse (see photo Mr yani symbol in front of a white horse brigade )


One day I forgot the date, when Mr. Edhi is still predominantly Sarwo Yani. When I was in mantenan “dilereng” mountain cleft, apparently there are spies who know the Dutch, then told Belanda.Akan but at night, the battalion entered the village of Pak Surono East Java, location within the journey toward barat.Senag once at that time, when met with troops of friends, the liver becomes more mongko (strong), fighting spirit so much tebal.Kira about 04.00 am (PM) Sarwo Edhi (President-in-law this SBYsaat) dating.memberitahu that dutch up the mountain to to Mantenan, I soon (Mrs. Ahmad yani) take the kids out of the house to hide from the pursuit of the Netherlands, from dawn until 11:00 (AM) morning in the ravine, which turned out to Nyona Ahmad sought dutch yani.Kepada residents asking where the Dutch army wife Ahmad yani whom he met on the population, fled the house where I entered and found no clue what investigated but nothing.Para population was quiet, did not want to show my place to hide in the ravine, they were righteous faithful, protect its children anak.Begitulah character the mountain village full of originality, a simple, honest and setia.Meskipun fear and the fear-dutch Dutch takui but they remained silent would not divulge the place where the wife of Ahmad yani located. Fortunately, child-anakkupun nothing menanggis silent, depending on feeding my baby in my arms. 04.00 armpit banging on the door, the cry: “There is a dutch, running, lari.Bale-bale where I slept with three children quickly cleaned, rolled into one, throwing up the roof, kept running down kejurang, without regard to the presence of venomous animals, kakipun tealh leech into food = many times, not felt, run, run kredalam abyss sebenarnya.Kepala pack yani Staff, Major Ismullah) fell, as did doctors Soejono, there is no doctor who metawat us, simply by nurses saja.Memang in grilya war we play a lot of cats with the Dutch, the Netherlands dating we go, we go dutch again. The next day I moved again, moving from place to another is always done at night, now go up the mountain again, higher, continue to rise almost to the top once it’s dinggin. But the bullets whistling and the sound of gunfire over the head, it really made shock.hearing the bullets whistling sound and the shot without seeing the person, make the “girapen” “jujo” (Javanese term). There is quite some time, when I heard the shot menjadis eperti people of “Gilo” (unconscious), perhaps it’s called panic.Pada time we often get the drugs from below, from kota.Obat Wardoyo was sent by doctors, can also cigarettes and other lainnya.Abangku, Mas Slamet, seems indeed like a village, so he did not suspect that the Dutch out kota.Daerah where I fled the area behind the day is called MMC (Merapi Merbabu Complex).

Original Info:

Setelah 40 hari dipengungsian (sejak desember 1948), Pak Yani dating, Ia dsatang dengan dengan berpakainan kain sarung,memakai capin(kopiah)  ,cara yang biasa dipakai pak Yani, akan tetapi  dengan pakaian itu ia berhasil masuk kota Magelang yang sudah diduduki Belanda.Nekat masuk kota  untuk mencari anak isterinya  akan dibawa keluar kota,tetapi ternyata mereka  sudah mengungsi terlebih dahulu.Jadi Pak Yani terus mencari hingga akhirnya ketemu,sudah barang tentu mencarinya itu tanpa mengabaikan tugas kewajibannya. Maka demikianlah perjalana ke gunung,siang malam berjalan terus ,menurun dan mendaki,dengan harapan sekali-kali bertemu dengan orang kota.Dapur umum juga tidak ada,jadi makan minum,tempat tinggal dan lain keperluan sehari-hari disediakan  oleh rakyat,mereka bauik hati sekali,ramah tamah sekali.Mereka itu juga sudah berjuang untuk tetap merdekanya tanah air dan bangsanya.Memang rakyat dan tentara pada waktu itu berjuang bahu membahu,ada yang menjadi kurir ,ada yang jadi keamanan desa.ada yang jadi penolong dan bahkan ada  juga yang menjadi tentara.Sesudah beberapa bulan digunung itu Pak Yani mendapat promosi menjadi letnan Kolonel,menjasdi komandan  Brigade 9 .Pak Yani kalau pulang melihat anak dan istri dipengungsian sekali seminggu.Brigade itu diberi nama brigade Kuda putih(lihatlah foto pak yani didepan lambing brigade Kuda putih)

Pada suatu hari yang tanggalnya aku lupa,saat Pak sarwo Edhi yang masih turut Pak Yani. Saat aku berada di mantenan dilereng gunung Sumbing,rupa-rupanya  ada mata-mata Belanda yang mengetahui,lalu memberitahu kepada Belanda.Akan tetapi  pada malam hari itu ,battalion Pak Surono masuk desa dari Jawa Timur,didlam perjalanan menuju  arah barat.Senag sekali pada waktu itu ,apabila bertemu dengan pasukan teman, hati ini menjadi lebih mongko(kuat),semangat berjuang jadi lebih tebal.Kira-kira jam 04.00 pagi(PM)  Sarwo Edhi (mertua Presiden RI  SBYsaat ini)dating.memberitahu  bahwa belanda naik gunung  menuju ke Mantenan,segera saya(Ibu Ahmad yani)  membawa  anak-anak keluar rumah untuk bersembunyi dari kejaran belanda,dari subuh sampai jam 11.00(PM)  pagi  berada di jurang,yang dicari belanda ternya Nyona Ahmad yani.Kepada penduduk tentara Belanda bertanya mana isteri Ahmad yani pada penduduk yang dijumpainya, rumah tempatku mengungsi  dimasuki dan diperiksa.tetapi tidak menemukan petunjuk apa-apa.Para penduduk pun diam saja,tidak mau menunjukkan tempatku bersembunyi di jurang itu,mereka itu berbudi setia,melindungiku beserta anak-anak.Begitulah  watak orang desa dipegunungan yang penuh keaslian,sederhana,jujur dan setia.Meskipun takut kepada belanda dan di takut-takui Belanda tetapi mereka itu tetap diam tidak mau membocorkan tempat dimana isteri Ahmad yani berada. Untunglah anak-anakkupun diam tak ada yang menanggis,bayiku tergantung menyusu di pelukanku. Jam 04.00 ketiak pintu digedor,terdengar teriakan:”Ada belanda,lari,lari.Bale-bale dimana aku tidur dengan tiga  anak cepat-cepat dibersihkan,digulung jadi satu,lempar keatas atap,terus lari turun kejurang,tanpa mengindahkan adanya binatang berbisa,kakipun tealh menjadi santapan lintah berkali=kali,tidak terasa,lari,lari kredalam jurang yang sebenarnya.Kepala Staf pak yani,mayor Ismullah) gugur,demikian juga dokter Soejono,maka tidak ada dokter yang metawat kita,cukup dengan perawat  saja.Memang dalam perang grilya kita sering main kucing-kucing dengan belanda,Belanda dating kita pergi,belanda pergi kita kembali .Keesokan harinya aku pindah lagi,kepindahan dari tempat ke tempat lain yang selalu dilakukan pada malam hari,sekarang naik gunung lagi,lebih tinggi,terus naik hamper ke puncak rasanya dinggin sekali. Akan tetapi desingan peluru dan suara tembakan diatas kepala itu,sungguh membuatkan shock.Mendengar suara desingan peluru dan tembakan tanpa melihat orangnya,menjadikan “girapen””jujo”(istilah jawa).Ada beberapa waktu lamanya,apabila mendengar bunyi tembakan aku menjadis eperti orang yang “gilo”(dibawah sadar),barangkali itu yang dinamakan panic.Pada waktu itu sering kita mendapat obat-obatan dari bawah,dari kota.Obat tersebut dikirim oleh dokter Wardoyo,juga dapat rokok dan lain-lainnya.Abangku,Mas Slamet,rupanya memang seperti orang desa ,jadi ia tidak dicurigai Belanda kalau keluar masuk kota.Daerah dimana aku mengungsi adalah daerah yang dibelakang hari di sebut MMC(Merapi Merbabu Complex).

February,2nd .1949

the Historic letter send from The chief of Kampong 7 oeloe Palembang , as the recall letter to attend the ceremony of deliver of the power from Dutch government to Wali Negara Sumatera Selatan (south Sumatra) 

 

 

February,3rd .1949

Tanda terima Pengiriman Ontvangbewijs(Recive notes) Pospakket with overprint Indonesia  1 gld and wilhelmina 10 cent  stamps

Feb.5th .1949

Ontvangbewijs-Recieve pospakket sent from  batavia to tangerang withj overprin indonesia stamp 3×40 cent and Wilhelmina 10 cent  stamps

February  7th  .1949

Resolution is introduced in United States Senate to stop all Marshall Plan aid to the Netherlands. Resolution is defeated on March 8.

FEB,7th.1949

Dated February 7, 1949 by 9 (nine) of fruit boats, led by Abdul Samad who fondly known as Commander Adul. 41 people who all have learned the practice before the Dutch occupation of the Red Bally Kuala Tungkal, armed with machetes, knives, kris, spears and other sharp weapons, departing from ditches Welcome to Kuala Tungkal. Divided into four troops, each led by:

1. Abdul Smaad

2. H. warrant

3. H. Nafiah

4. Zainuddin

Bally Red Front army commander Tungkal Area H. Saman (Saman Commander)

Bally Red Commander with some leaders of the Barisan troops Bally Red (BSM).

Keris weapon Commander Haji Saman

Some equipment / weapon of war in the traditional red sash paramilitary troops against Military Aggression Belnda in Kuala Tungkal 1949

At 24.00 pm, they subjugate the Dutch defense simultaneously and suddenly, the Netherlands did not expect / suspect before. Pertempuran(battle) happen until 09.00 am in the morning. Since the attacks carried out tiba-tiba/mendadak, many Dutch soldiers who became casualties, of whom there were soldiers at the rank of Captain. Bally Barisan Merah 2 (two) people died of Arup bin Wahid and A. Rachman and two taken prisoner.

With the success of this first attack, then add to the efficacy of public confidence Bally Red deeds, so the more expressed their desire to fight the Dutch atta

 

Feb.8th and 9th 1949,

Tanda Penerimaan Ontvangbewijs(Recieve) of Sending Pospakket with Wilhemina stamps.

 

February,11th.1949

On February 11, 1949 following an attack on the Dutch carried out jointly by the troops led by A. Fattah Leside and Barisan Merah Bally total 430 people led by Commander H. Abdul Hamid.

The battle took place in the Trench III Tungkal V. Rows of Red Bally fought bravely armed with machetes, saber, dagger and spear. In a battle going one on one duel. 45 (forty five) Bally Barisan Merah including Commander H. Abdul Hamid fall near the former plant padai Cang Kui Thurs. An Armed Forces and Lieutenant Young A. Fattah Leside wounded. In the Netherlands too many victims whose numbers were falling dapoat not known with certainty.

Attack From the Trenches Bakau and death of Commander Adul

The first boat was placed at the front of the boat penglima Adul with Sergeant Major Murad CPM Alwi and two members of the CPM is Corporal Corporal Badari and Muhammad as well as 7 (seven) members of the Red Bally among others Abdullah. Sergeant Major CPM Buimin Hasan along with several members of the CPM and the Barisan Bally Red are on the boat finished third.

Once the troops are in the midst of the sea, met with a Dutch warship. Adul Commander and his friends immediately fired a shot aimed at the Dutch Army who were on board.

At once the shooting is intense from both sides. Commander Adul jumped into the water and swam towards the Dutch ship boarded the ship in order to invade the Dutch Army was on the ship. At the time of holding on to anchor the ship, Commander Adul kept mowed by machine-gun fire by the Dutch Army so that the handle apart and sinks do not arise again, the chief Adul fall in place.

Bally Red army commander Tungkal Area Abdusshamad Front (Commander Adul) (Photo May 1937 when he was in Johore Malaysia)

Belada soldiers continued firing machine gun that resulted in several broken or overturned boat, including boat which was Sergeant Major CPM. A. Murad Alwi. A member of Barisan Merah Bally who participated in the boat was shot and killed at that time also.

In a hail of bullets that the Dutch Army, Sergeant Major Murad Alwi trying to reach the coast of Ulu Kuala Tungkal Ladder King, by floating in water, breathe only through your nose, which sought to remain above the water surface. After a successful landing in trouble susuah Ladder King Ulu, Murad Alwi realized that his left hand got a bullet fired through the Netherlands.

From Ladder King Ulu, Murad Alwi headed Trenches Gompong where he met his friends who then took him to Beramitam and continues to the Gulf Nilau to get help and treatment.

In this battle, as many as 30 (thirty) members of the Barisan Bally Red and two CPM of Badari and Corporal Corporal Mohammed died, while 15 others were wounded, including Sergeant Major CPM. A. Murad Alwi. Sergeant Major CPM. Hasan Buimin with members of troops who are in a boat can save themselves and landed on the beach.

Kuala Tungkal Dutch ship was attacked by Bally Red Army and Armed Forces by using boats and weapons swords and others. (Painting)

 

February,15th.1949

For the continuation of the struggle, it is necessary fundraiser / food in a more coordinated. Then on 15 February 1949 in Pembengis kulatungkal Jambi,set improvement board “Front Jungle”, namely:

Chairman: H. Shamsuddin (cum treasurer)

Vice Chairman: A. Sanusi (Teacher)

Penggempur Head: H. Saman (Head of Good Dyke)

Members: 1. Amri (Teacher)

2. H. Zakaria (Imam Mosque)

3. Alan (Member DPW)

4. Tarli (Member DPW)

Kitchen: People Pembengis

Supplies: Dharma Bhakti People

Information: Bureau of Information which consists of Hasan. AR, and Rusli Asrie Rashid Rashid.

Documentation: Head Masdar

With Wilderness Front refinement, then the preparations the resistance could be done better and planned, many donations from the community such as rice, coconuts, vegetables, chicken, fish, sugar, coffee, cigarettes and others were taken by boat or on foot. Not infrequently they come from enrolling to fight against the Dutch.

Special task lighting is to arouse the fighting spirit of the people, through leaflets that are made simple contents of the broadcast quoted ALL INDIA RADIO, BBC broadcasts to the Far East whose content is beneficial struggle.

Tools such as radio-Accu, stencils and typewriter obtained from people who voluntarily provide for the struggle. Accu radio donated by H. Dahlan was a businessman from Kuala Tungkal.

After beberpa times Pembengis were attacked by the Netherlands because it is situated not far from Kuala Tungkal about 7 (seven) Km, then felt insecure as the headquarters of the Front Rimba, Rimba therefore Front deployed administrators control every aspect of the place.

 

February, 22th.1949

On  dated 22 February 1949 the NRI grilyaw conduct ambushes against the dutch in Srumbung, Beseran and Weru, respectively by 25.19 and the company of Dutch soldiers being 18.ketika repair at the nexus telepon.Di Beseran Grilyawan fall victim to 6 people , whereas the part of the Netherlands an estimated 16 people and several aides.

 

 

February ,23th.1949

The Jambi,Tanjung Jabung Kuala Tungkal Raid

This raid occurred on February 23,  1949, the people who will engage in battle or red barret Bally had gathered in the village Pembengis Pembengis and has prepared the soup kitchen. People who become Barisan Merah Pria is dating from every Kepenghuluan (villages now) and each has brought a red cloth the size of 4 cm width and a length of 1 Meter stengah with traditional weapons according to the tribes in question, such as kris, spears , kampilan, sundang, machetes, cauliflower and others. Furthermore, the people will participate in conducting the raid, their names are recorded, which address, from which the village, noting the age and their families. Bally Red cloth should be worn at the time of invasion by forces including military forces, because in addition to the identification of members of the invading forces, is also the foundation of faith by deeds Bally Red every battle. Once everything has been prepared, then combined forces to leave the village it started moving toward the Trenches Gompong Pembengis, because this is the place Trenches Gompong final preparations, because of distance to the city of Kuala Tungkal only about an hour. In the Trenches Gompong is set on the division of groups, an explanation of the intended target, battle tactics, determine the special officers and the invasion of the Dutch defense strategies.

D. Formation of groups, leadership groups and target groups Invasion

1. After arriving in the Trenches Gompong, jumalah who will joined in the attack from the people amounted to 370 people and the Armed Forces of Indonesia as many as 30 people so that altogether 400 people. The first preparation, the examination of traditional weapons, like a dagger, the dagger, machete cauliflower, sundang, kampilan and others by a pawing weapon named Sahibar, which determined which ones should be brought guns invading and should not be taken. So all that will be joined in the attack did not kerkecuali TNI tested by eating pepper (sahang), where if that takes sahang or it was not spicy pepper, then they should not be invaded. Finally after all have provisions above, then the people of the 370 people who will fight terebut iktu allowed to go only 270 people with a military people plus 30 people, then who will conduct raids into the city of Kuala Tungkal only 300 people. To create the spirit and courage in this battle, given a drink of water that has been dijampi by the commander of the Red Bally H. Saman.

2. After finishing these studies, then arranged small groups of this number 300 men into 3 groups, all of which were assembled in three large groups, each of these three groups determined direction. Indonesian Armed Forces to be around groups of 10 people who directly amenjadi raid leader and as Vice drawn from the ranks of the people of Bally Red.

3. After the talks held between the Commander H. Saman Bally Red Army as the Commander and his staff leadership with the leadership battle Tungkal Front Area of ​​the National Army of Indonesia represented by Deputy Commander Cadet Sergeant Major Battle. AD. Madhan. AR and its commanders Sector are: Cadet Sergeant Major Anwarsyah Navy, as Commander Sergeant Major Sector II CPM Buimin Hasan, as the Commander Sector Commander III and Pol. Zulkarnain Idris as the Commander of Sector IV. From the results perebukan or negotiations have been able to set up leaders of the major groups III and at the same time also determine the target raid assault tactics and how to go back Kepangkalan Gompong Trenches.

4. From the results of these negotiations has been able to set the leadership of the propagators of the three groups and the division of the raid targets as well as offensive tactics are as follows:

a. Group I was led by Commander H. Saman and assigned as Deputy Cadet Sergeant Major Madhan. AR targeting kepertahanan assault Dutch army in the office of Post (PO. Diamond Queen is now) and the defense of the Dutch Army at home right now Chief of Police. Movement of the attack was carried out after the group II and III attacked and burned the houses in the way the Port of Customs on the road in the Trenches I Ulu Palembang. The road taken by the group I was way students now, after moving from Simpang Gompong trench.

b. The task of the TNI led by Cadet Sergeant Major Madhan. AR in group I was once seen fires in the Port of Ilir road as well as fires in the Trenches I and have a shootout, then the troops on the group I carry out attacks on Dutch soldiers in the post of Defence Police and the Post Office house with gunfire Kijanju Japanese machine guns and other weapons fire and threw hand grenades Japanese-made machine gun in place of the post office. Meanwhile troops pasuskan sling-led by the commander of the Red H. Saman began to move into town with cries of “Yes-ZALJALALI-WAL – Ikram” and stormed kepertahanan dutch army.

5. Group II, chaired by the Sector Commander III CPM Buimin Sergeant Hasan and Commander Sector Commander Pol IV. Zulkarnain Idris, the Deputy of the Barisan Bally Red H. Sayamsuddin and M. Sanusi who has the task of moving towards the Port road, through the Fishermen’s circuitry, veering through the bridge through the back way towards the goal of the Great mesji houses would be burned. While the military led by Sergeant Major yasng CPM stand on the back of the Grand Mosque, in order to protect the troops who served the Red Bally burned houses in the way of the Port has been burned. Zulkarnain Idris Force Commander at the Crossroads Commander survive and if the houses had been burned in the street Seaport, then this forces the defense menghantan Dutch Army in Simpang Empat at home Rivai. Pamuncak ST. Fire houses in the street and the harbor is a commando attack on the burning of houses by the Group III conducted the attack from the Trenches I.

6. Group III was led by Cadet Sergeant Major AL. Arwansyah assisted by Sergeant Corporal Syamsik of AL and AL and Barisan Sakiban Bally Red headed by Head of Masdar. Task Group III, the main thing is to burn the houses in the area of ​​Palembang on the road and the road near the cemetery and destroy tanks of water available in each house. While the military to protect them dar those shots. Motion carried on the road if the Port has seen fire and had a shootout with the Dutch Army. Thus, the Dutch Army was besieged by seranagan of Ilir and ulu.

E. The course of the Battle

1. Arriving at the Simpang Parit Gompong, each group dispersed into three majors with a unanimous determination to uphold all the decisions and plan their invasion.

In the middle of the pitch-dark night around 2 move all groups to their respective targets:

a. Group I to the way students are now heading to the Dutch defense in the post office is now PO. Diamond Queen and the current police chief’s house.

b. Group II is now moving towards the road on the edge of Fisherman sungat Dyke II, then entered the bridge the road continues to the back of the Great Mosque, and the houses of the Port road.

c. Group III moves forward towards the path of Sriwijaya, langusng to the cemetery road continues to divide the two directions of the road and as well as towards Palembang umah police chief.

2. At 3:15 minutes midnight, the group II who holds the key to the raid, had managed to set fire to houses in the Port road, which is a sign for the group III started his movement set fire to houses in the cemetery road and the road Palembang at 4 pajar fire has been coloring the sky red both of Ilir Pelaguhan road or from Parit Ulu I have been shooting, the bullets like fireflies in the night, flying toward its target, a voice shouts Barisan Merah Bally called “YA-ZALJALALI-WAL – Ikram”, reverberated and echoed in pajar sidikini. They advanced without shaking to the Dutch Army kepertahanan with traditional weapons hump machetes, spears, swords, dagger, dagger and others. “Esa lost two fairly, never come into force retroactively dubalang, Fisabilillah their determination, martyrdom purpose”.

3. Among the Dutch army had panic attacks from Ilir and from Ulu, also accompanied by a thunderous shouts of Barisan Merah Pria then at that time also held a group I suddenly shots kepertahanan Dutch Army Post Office (PO. Queen of Diamonds) now and Police in the house (street Nusa Indah) now, accompanied dnegan throwing hand grenades made in Japan, along with Bally’s Red Army, led by Commander H. Saman with cries of “Yes-ZALJALALI-WAL – Ikram” by firing a pistol in his left hand and right hand on the knob war kepertahanan Army invaded the Netherlands, followed by a red sash around the troops. From all directions from either side Ilir, as well as from the Middle gemuruhlah next Ulu and voice calls greatness “YA-ZALJALALI-WAL – Ikram” interspersed with shots of firearms, pasukana Dutch Army in the Post Office and Police Chief of home defense, began to leave defense they retreated towards the waterfront near the Ferry port now, while firing blindly, but the Barisan Merah Bally continues to pursue even if among them there are ayng shot the Dutch army. TNI troops, army come forward with ways to shoot a moving target, especially the Dutch troops are retreating, because given the bullets are extremely limited, and also members of these forces teleh use traditional weapons, like a dagger or a sword that has been revoked dibabkan bullets in their weapons have been depleted.

4. The morning sun has its light emitting dar UPUK east coincided with that bang-bang kancu martyrs and gun fire from the Dutch navy patrol boat in the river Pengabuan have caused explosions in downtown Kuala Tungkal both of Ilir, in Ulu and back-street Students, who as if to block the withdrawal of troops raid this way. The shooting mortars and cannon kancu of this ship did not stop approximately 3 hours.

5. The sky looked overcast, clouds covered the sky as if this vast and bi glimpsed through the clouds of sunlight that is about 5 feet high from the east UPUK. However ldakan-mortar explosion are still visible around the arena battles of the trenches I still shots karabon one-one that conducted by Cpl AL Sakiban target is not clear what is fired. Cadet Sergeant Major Madhan. AR signaling the Saman H. commander who at that time was behind the cliff path along with a few special men who accompanied him, in addition to the right at the intersection of four BNI now, while Cadet Sergeant Madhan. BRI AR are present in which the sign is to regularly retreat back to base. Cadet Sergeant Major Madhan. AR along with the soldiers I usman and Asnawi and Ilyas, who turns invisible warrior I finally know this (Ilyas) were killed at the time throwing grenades at the Post Defense Army Chief of Police of the Netherlands at home now. Commander H. Saman, along with some of his men saw Cadet Sergeant Major Madhan. AR and two of his men began moving back toward the Dutch Army Defense Pos that have been abandoned, then the commander of H. Saman-even moving backwards calmly standing on foot despite mortar explosions still there. Cadet Sergeant Major Madhan. AR digundikan Dutch defense until after the Post Office, seen one automatic weapon Owen Holland-gun and one gun is the result of that battle.

6. At the time rewind back to this base, look fabric is used as stretchers to carry the members of Barisan Bally Red wounded from the street and road Sriwijaya Students, and other friends who are killed can not be brought back.

 

F. Cover

1. So … a little story of The War of Independence History of Struggle of the Republic of Indonesia in the District of Tanjung Jabung in general, kecamata Tungkal Ilir particular that really happen that we serve in Attractions Flashback. About the invasion of the Netherlands Army in defense of Kuala Tungkal, for combinations of the Indonesian national army and the people of the Barisan Bally Red line to the defense of the Dutch Army in the city of Kuala Tungkal, which is the power of “single” is a potent and powerful, which may eventually repulsed Army troops Holland has a complete and modern weaponry and as one of the allied forces who took part won World War II past.

2. The raid on Thursday night and Friday on February 23, 1949 but we can repel the Dutch troops, get 2 pieces of LE and an Owen gun-gun, then on the ranks of the TNI and the people of Red Bally, many of which fall as a nation and as kusuma martyrs, who numbered as many as 68 people

 

February,26th.1949

The rare Federal State postal stationer smelt 2 sen type one G 95 with “Van Den”(type two  ,common with ven de) send from Padang to Padang Panjang(all west sumatra area  under federal state,except some village still under PDRI state.(this card send by my friend Wirako’s father,Dir MHI Ang Ie Siang)

February.23th.1949

Basis battle acttacked move to  Pembengis village

Moved to Pembengis base invasion

After several raids from the sea which resulted in many casualties, then the elders of both the TNI and the Red Bally decided to divert the attack from the mainland. Location was chosen as the center / base to prepare the troops is Pembengis located approximately seven (7) km from Kuala Tungkal.

To support / coordinate the implementation of the attack through the Front Wilderness that has been enhanced to take care of receiving assistance from the public for purposes perjungan such as rice, coconuts, vegetables, fish, sugar, coffee, bread, cigarettes and others, in addition to registering and selecting those that expressed a desire to contribute to fight and fight against the Dutch Army,

For purposes, Forest Front, get a radio-aid batteries from H. Dahlan an entrepreneur that can be used to obtain useful information to better establish the continuation of the struggle. Information obtained by officers who are members of the Bureau of Information Wilderness Front transmitted to the public, among others, BBC Radio broadcast from the Far East for the benefit of struggle.

With the death of Commander and Commander H. Adul Abdul Hamid, the head of the Barisan Merah Bally replaced by Commander H. Saman, who had always accompanied the Commander Adul in raids against the Dutch Army.

In the final preparations to Kuala Tungkal invasion, have signed up to the board at Forest Front Pembengis number 1000 (one thousand) people to participate in fighting the Dutch attack, after selection by an assessment team received as many as 441 (four hundred and forty-one), the rest is prepared as a backup .

After all the preparations done, including practice teaching / practice Bally Red Direct Commander H. Saman, then on February 23, 1949 number of 441 (four hundred and forty-one) consisting of members of Bally Red line, the TNI, Police, Civilian Employee, Village Administrator and Village clergy, led by Pangluma H. Saman attacked the Dutch position in Kuala Tungkal. This attack meruapakan the greatest number of troops and the best preparation than with attacks carried out previously.

In Force attack was contained, among others:

1. Cadet Sergeant Major Madhan. AR (representing the Sector Commander Tungkal 1023 Front Area) A. Fattah Leside being treated wounds, with 3 (three) members of the TNI, namely, Syamsik Sergeant, Corporal (L) and Cpl Sakiban Sahring CPM.

2. H. Shamsuddin (Chairman of the Front Wilderness / prince Tungkal III)

3. M. Sanusi (Vice-Chairman of the Front Wilderness)

4. Masdar Event (Head Tungkal Ilir)

5. Police Commander Zulkarnaen Idris, Bustami and others

Troops are divided into 21 (twenty one) group dipimpini by a Chairman and Vice-direct group led by Commander H. Saman. Departure done from Pembengis (Old Mosque) and before arriving in Kuala Tungkal stopped some time at the Masjid Parit Gompong while carrying out the practice Bally Red as final preparations prior to the raid.

Before dawn, troops stormed Kuala Tungkal, through the checkpoints Netherlands. Occurs single combat with unequal weapons. Bally Red troops set fire to houses in the neighborhood used as a residence / dormitory Dutch Army, without heeding shots Dutch engine, so a lot of Dutch soldiers out of fear and panic ran up to their war ships anchored at the jetty Kuala Tungkal.

After raged almost as long as 3 (three) hours, the Barisan Merah Bally resigned return to Pembengis leaving the victim sebayak 30 (thirty) people died as a hero. In the Netherlands also fell victims to death and many serious injuries and minor.

Since the attacks, the Dutch Army to make the barriers of barbed wire fence around their camp, so that military and Red Bally will not strike again. But in reality, the TNI and the Red Bally never stop the attack. Dutch soldiers who were patrolling out of camp is always blocked and intercepted by the TNI and the Barisan Merah Bally.

February,24th.1949

Tanda Penerimaaan _Ontvangbewij,(The recieved) of sending Pospakket from Toko Kie Batavia to Ambon with overprint Indonesia stamp 40 cent.

February, 27th.1949
On 27 February afternoon, a convoy was attacked in the Netherlands succeeded Blabag grilyawan dihancurkan the NRI, but the team was forced to retire due blocker dating dutch military assistance from Magelang

 

 

March 1949

Maret 1949

 

Di bulan Maret 1949 markas Mobbrig / Komando Sektor II DPA dipindahkan dari Bateh Sarik ke Kuran-kuran, ditepi jalan besar antara Patapaian dan Bateh Rimbang.

 

(Adrin Kahar)

 

 

Di bulan Maret 1949

markas Mobbrig / Komando Sektor II DPA dipindahkan dari Bateh Sarik ke Kuran-kuran, ditepi jalan besar antara Patapaian dan Bateh Rimbang.Menjelang adanya perintah penghentian tembak menembak (cease fire) antar pasukan R.I.

 

Source

http://aswilblog.wordpress.com/2010/03/22/sekilas-sejarah-berdirinya-brimob-daerah-sumbar/

 

March, 1th.1949

(1)Guerillas retake Yogya for six hours under Suharto. (Later, this event would be called the “serangan umum” or “public offensive”.)

(2) the very rare change of adressstationer 2  sen dancer stationer, send from Hollandia Ned New guinea (mnow west papua) to Tanjung Pandan Billiton (very rare city postmark of West Papua and Billiton island Sumatra)

March,4th.1949

(1)Ontvangbewijs (Recieved of sending) Pospakket cds Batavia centrum 4.3.49 with overprint Indonesia stamps 2×40 send and 2x1gld

 

(2)The chinese overseas Medical doctor,dentist and Apotheecers organization letter send to Dr Thung Batavia,with nica -USA stamp 1 and 2 cent.

 

 

 

March,5th.1949

On 5 March 1949, the company 27 dijogja blocking and damaging a truck and two Dutch soldiers..

March,7th.1949

The Money Order(Poswessel)  recieved CDS SALAM 7.3.49(The city near Magelang and mountain)

March,8th.1949

(a) March, 8th, 1949
NRI Grilyawan booby-trap the Dutch managed to damage the truck and killing its passengers

(b)On March 8, 1949, again the combined military forces Kuala Tungkal Jambi and Bally Red with strength of 150 people (one hundred and fifty) people led by Commander H. Saman attacked the Dutch position in Kuala Tungkal. In this raid, 68 (sixty eight) Barisan Merah Bally fall, and in the Netherlands is expected to fall a victim who directly witnessed by the survivors back to base.

Panglima Camak Dari Sungai Undan (Riau)

Commander Camak From River Undan (Riau)

On March 8, 1949 Dutch Army troops landed in the village bay beehive, a member of Bally Red happened to be in the Gulf market beehive named H. Baslan saw Dutch troops landed, H. Bally Red line Baslan members armed with machetes hump. H. Baslan were fired upon with automatic weapons by the Dutch Army and the fall of the scene. H. Baslan semapt injured left arm of a Dutch Army (original Dutch)

March,9th.1949

Ontvangbewijs (Recieved of sending) Pospakket cds Batavia centrum 9.3.49 with  6×50 sen ,2×40 sen overprint Indonesia and 1 gld overprint indonesia(rate  4.8 gulden).

 

 

For the last time, on 10 March 1949,

the battle group was parachuted over Gading, south-east of Djokjakarta on 27 December 1949.
The political situation changed resulting in the transfer of sovereignty to the Federal Republic of Indonesia.

In the spring of 1950 part of the soldiers demobilize in Indonesia. The other part returned to the Netherlands.

March,16th.1949

On March 16, 1949, Commander Camak Barisan leaders of the Red River Bally Undan (Riau) led the 250 (two hundred and fifty) troops march stormed Kuala Tungkal Bally. Participated in this raid 25 (twenty five) troops led by Cadet Sergeant Major Madhan. AR.

Troops dispatched from the Old Mosque Pembengis. In this raid, Commander Camak under a hail of bullets fired by the Dutch invaded with his army, jumped over the barbed wire directly invaded the Netherlands in the camp. Semantara troops kept firing to protect them. Because the unbalanced force which forces the Red Bally only use sharp weapons such as machetes, swords, dagger, dagger, spear and the like. While the Netherlands using modern senajata automatic machine guns and other like-lai, Bally Red Army withdrew back to Pembengis. In battle, the commander Camak with 36 (thirty six) members of Barisan Merah Bally fall.

J. Sector Headquarters 1023 always moving

After several times attacked by military forces along the Barisan Merah Bally, based in Pembengis, the Dutch Army increased patrols to Pembengis and surrounding both by sea using BO patrol boat equipped with heavy weapons as well as by land from the Trenches Gompong so pembengis not safe anymore .

1023 Tungkal Area Sector Commander Lieutenant Young A. Fattah Laside with staff.
Standing in front from left to right: Sergeant Major Moerad Alwie, Madhan Cadet Sergeant Major AR, A. Young Lieutenant Fattah Laside and Sakiban. Squatting in front of Major Buimin Hasan.

For further struggle interests of the loading and preparation struggle berpinda-moved from place to place (mobile). Sector Commander Lieutenant Young A. Fattah Leside first move its headquarters to the Trenches Trench VII, then to the Mangrove, River Gebar and last base of the spines / Punggur River.

Strategy and tactics of the struggle then continue to use the strategy and tactics of war grilya (hita-and-run). In order for the strategy and tactics are run more efficiently and effectively, therefore 1023/Tungkal Sector structure Sector Area or Area Tungkal enhanced by including the following:

Sector Commander / Battle:
Lieutenant Young A. Fattah Leside accompanied by Lieutenant (N) Makky Perdana Kusuma.

Vice Commander:
Cadet Sergeant Major Madhan. AR.

Sub-Sector Commander Betara River / Ditch Deli:
Sergeant Major (L) T. Anwar Shah.

Pengabuan River Sub-Sector Commander:
Sergeant Major CPM A. Murad Alwi.

 

In addition there are several Unity Unity Tempur Tempur ie, each led by Sergeant Major CPM Buimin Hasan, Idris Zulkarnaian Police Commander, Sergeant Major (L) Sanusi and Sakiban moving from place to place (mobile). For the Dutch guerrilla attack. Until the announcement of the Cease Fire Ipenghentian shootout / ceasefire). Pengahadangan against Dutch troops continue to be made of them in Punggur River, Gulf of beehive, paar serindit River, Market Nilau Bay, River and other Gebar

March,17th.1949

The Diensbriefkaaart(Official Postcard),free stamp of Landsdrukkereij Batavai(Official printing) send from batavia to Semarang.

 

March, 18th.1949
TNI Grilyawan block accompaniment dutch army in Karang Anyar.

March,19th.1949
  Grilawan TNI soldiers blocking the dutch truk at  the tunnel Ijo

(b).

 

The Chan’s Book Store promotional cover send from  CDS Batavia centrum to Probolinggo with dancer 3 cent stamp

Close up

 

March, 20th.1949
Truck
motorcade ambush happened again in Karang Anyar causing casualties bnayak Netherlands

March,21th.1949

 

De Bilt – Ned. Indie bandoeng  21.3.1949

 

Close up

 

 

March, 22th.1949
Two trucks were destroyed dutch for violating anti-personnel mines placed the republic. In kaliputih.

 

 

 

March,24th.1949

the rare federal state postal stationer smelt 5 sen type one G 95 with van den,send  from Padang to Padang Panjang(this card send from my friend wirako’s father to my father in law- the family historic collections)

 

 

March, 25th.1949
a Dutch truck can be destroyed grilyawa TNI. On the bridge Komentere, also 3 days I n truck dutch with seven people on board were destroyed griya TNI shot in Prembun.

 

March, 27th.1949
Deterrence in Blabag (Magelang), which managed to destroy two Dutch truck and the TNI ehilangan a stengundan a pistol

March, 28th.1949
Company TNI Gatotkoco, morning facing a Dutch convoy consisting of a jeep and truck nermuatan 5 dutch soldiers, jeeps and trucks stelah The former passed, the next truck was shot by the military so that its contents were destroyed breresama and in close combat successfully destroyed a truck again, and some guns can be taken (info from Mrs. Ahmad Yani is highly detailed, taken from her husband’s report)

March 31

U.S. Secretary of State Dean Acheson privately tells Dutch that their Marshall Plan aid is still in jeopardy

April 1949


Sjarifudin Prawiranegara headed the emergency PDRI government while Sukarno, Hatta, and the rest of the regular Republican government were being held by the Dutch. He would be involved in Indonesian politics for many years to come, as part of the rebel PRRI government in 1958, and yet again as a signer of the “Petition of 50″ criticizing the government in 1980.

 

April,2nd.1949

The postally used cover CDS Bandoeng ,the capital city Pasundan State of Indonesia Federaal

 

April 6th.1949.

91)United States Senate passes resolution to stop Marshall Plan aid to the Netherlands, but only if the UN Security Council votes sanctions against the Netherlands.

(2) The picuters of Malioboro road corner, during the PTT repaired the phone cables.

 

Colonel sungkono and general Schefellar inspection the federal army in April 6th 1949

 

 

 

 

 

 

 

April,6th.1949

 

 

Colonel sungkono spoken to the KNIL  federal army Bataljon  soldier  at in 6.4.1949

11 dankwoord Kol. Sungkono t.g.v. overdr. bataljon federale troepen aan Ind. achtergr. Gen Scheffelaar 500406, 12+13 vertrek Ned. troepen uit Batavia – inladen ruimbagage, Indonesië, okt. 1950

 

April,8th.1949

KODIM (military area command) Muntilan

 mobilized 600 people to ruin people’s highway and rail at men of 26 platoon Blambang.Satu block a convoy near Salam.

April, 12th.1949..

Read phonetically

 

(b) the battle on the River Gebar in April 1949, dutch temtara patrol intercepted by navy troops led by Sergeant Major (L) T. Anwar Shah was accompanied by Lieutenant (N) Makky Perdanan Kusuma. After fighting a long time since losing in the number and types of weapons, troops backed by the victim’s 3 (three) people were slightly injured among them Lieutenant (N) Makky Perdanan dip aha Kusuma shot left.

April 12, 1949, Dutch soldiers using heavily armed BO ship docked in Bay Village Market NIlau, by landing troops by fully armed. Seeing the Dutch army landed, the troops march Bally Red spread around the Gulf Market Nilau, see the Dutch soldiers who were walking hand in hand towards the mainland, a member of the Barisan Bally named Aban Red Army invaded the Netherlands alone, have not had time to get to the Dutch Army troops, Aban has Automatic weapons were fired upon by the Dutch Army and Aban died the scene.

K. KL soldiers. Netherlands In the Capture

In early April 1949 after the headquarters moved to the Base of Sector 1023 Duri, a Dutch war ship approached the shore Jetty spines. Earlier the Dutch Army had been frequently patrolling the base of spines around the coast because that area 1023/Tungkal Sector headquarters are in this place.

The warship filled with native Dutch soldiers called Koningkelijke Leger (KL). Before arriving in Kuala Jetty Duri, the ship ran aground in the middle of the ocean because the water was receding. With a lifeboat 3 (three) persons to kuala Jetty Dutch soldiers with the intention of investigating the situation spines, but not biased to land because of low tide.

A Dutch Navy who were captured by the army of the republic of Indonesia (TRI)

being interrogated by Lieutenant Young A. Haddy D. Head III.

One of them by using a fishing boat that was passing by tried to reach land Jetty Kuala spines where there are houses and a Post Customs (Customs). Before samapi on the mainland, a boat accidentally overturned by the owner, then by the population residing in Kuala Jetty Duri Dutch Army is busy-busy arrested and taken to River Punggur, of whom helped Adnan Hasibuan a Customs Officer on duty at Jetty Kuala Duri .

Looking at these events, two Dutch soldiers who were on the boat right back to the ship. River Punggur Dutch soldiers were taken to the Sector Commander 1023 A. Fattah Leside was examined by Lieutenant Young A. Hadi Chief of Bureau III? Intel’s Northern Front, which happened to be in the village in order to help their duties in a combat situation Tungkal Front Area.

In the afternoon a patrol boat equipped with a BO Dutch heavy and light weapons opened fire towards the Jetty Kuala Sungai Punggur spines and without a definite direction (blindly). Dutch soldiers went ashore and then continue shooting. Apsukan TNI withdrew kepedalaman while shooting a reply to slow down the Dutch Army. In the event thirty (30) residents were arrested by the Dutch and taken to the Kuala Tungkal.

Lieutenant Young A. Haddy D. Head III Intel TNI

 

April, 9th.1949


Blondo and Japunan ambush in between and Magelang Magelang, Dutch managed to destroy three trucks and passenger were injured and some die

 

April, 11th.1949


On the afternoon of 18 and 19 by the TNI company unload railroad between Kewaluan_Secang, besides water reservoirs in the station Secak destroyed anyway

April,13th.1949

(a)   April, 13th.1949


A Dutch truck struck a land mine the Cement (Muntilan), so it was destroyed, while the company TNI 28 (1 platoon) to attack the Dutch soldiers who were repairing the railroad tracks that have been dismantled grilyawan.
April, 14th.1949
Rakyat Indonesia during the day dismantling the railway Secang_Brangkal.

 

 

(b)the rare Indonesia federal state letter sheet(Postblad-warkatpos) postal stationer queen wilhelmina  10 cent send from Pasundan state capital ,Bandung to Batavia(Jakarta)

 

 

 

 

 

April,14th.1949

 

 

14 April 1949
GOC sponsored meeting in Jakarta

 
 
 
 
 

 

April, 15th.1949

 

TNI attacked near Magelang and 18 companies with the people burn Alkadapi weaving shed, and dismantle the railway between kembbangan_Krinting and cut telephone wires.

 

 

 

 

April 16th.1949.

(a)   April, 16th.1949


Today the Dutch Army counterattack with a power of 2 platoons to Payaman, the counterattack was the Republicans suffered six casualties.

 

(b)Tan Malaka is captured and executed by a TNI commander after a Dutch contingent attacks the town where he was staying.the latest information the tomb of Tan Malaka was found,the bone is DNA test and cofirmed.

April, 21th, 1949
Sebuag bren carrier violated dutch landmine mounted army and people of the Republic in Martoyudan so damaged and passengers were injured.

 

April, 22th.1949.

Dutch announce that they will return the Republican government to Yogya if the guerilla war stops.

April,23th.1949

Free of Revenue,Acte van overleiden(Deth Certificate) od Batavia for European people  (Rosalia Julia Lapre.)

April,27th.1949


Dutch republic block party in Kalijambe convoy near the Great Kali jemabatan, and bren carrier violates landmijn TNI dutch so burned, kemudianmenyusul 32 truck and stopped. A mortar shells that had been converted into bombs and hung on a tree top Republican released tenrara dutch convoy running dibawahnya.sehingga two trucks on fire and Dutch soldiers tewas.tak bebrapa soon feed truck dutch menghujam bnatuan with tembakasn Republican army, but can release away from danger

 

Mei 1949

On May 7, 1949,

an agreement was signed by Mohammad Roem of Indonesia and Van Rooyen of the Netherlands, to end hostilities, restore the Republican Government in Yogyakarta, and to hold further negotiations at a round table conference
under the auspices of the United Nations

Mrs Ahmad Yani Book,1981 info

Just a picture of the guerrilla movement and activities of anti grilya dri months January to May 1949 in Wehrkrei II are as follows:
City districts and city districts continually confounded by the TNI and Grilyawan motorcade Netherlands has always been a target of ambushes. Many of the vehicles destroyed by landmines Netherlands on the highway between Semarang Yogja.Jalan this every day be passed by a large convoy protected by armored forces and infantry entered the Dutch army patrol belanda.Sebaliknya, but only up to 5 miles patrolled one day, for example around and Karanganyar. (notes Dr. Iwan, very difficult to acquiring a collection of postal history of this area, I just registered memeproleh receipt of Salam course, if anyone have it please berkean show it to me, Terim akasih)
Detasmen dengn akekuatan a Dutch patrol platoons to a company with headquarters in Zmagelang, which was guarded by a battalion uinfantri lengkap.Kadang dutch with the statement-sometimes they do a mass purge baser especially if they know the location of a complex grilya military, patrol commander of the Dutch led by Let.Kolonel van Zeuten, the serine TURT with his army into the mountains.
City magelang already scorching the earth by the military on both aggression served until December 1948 Dutch troops entered the city of Magelang, was once garnizunyang Magelan of large, full of military banguna, but now 80% have been destroyed, except nenerapa military buildings, office drinking water companies (waterleideng) and PTT as well as electricity, most residents had joined the army to evacuate the slopes of the mountain cleft and trim, as well merapi_merbabu.Ynag only residents living within the city and residents of Indonesia tionghoa including pegaswai country that are less convinced of the need for them to join the organization grilya. They would then continue to be supervised by KDM and it turns out that most remained sympathetic to RI, while immediately establishing Poh Chinese Tui An armed by Belanda.Tentara KNIL very enterprising and often patrolled the purge malakukan, tindakanmereka against the people very hard, they play the shot and fuel only if they encounter little resistance in the village-dutch kampung.Patroli and cleaning action for the people still berate tindkana arbitrary. (see photo at begrilya yani pack with his white horse brigades)

 

 

 

 

Original info

Sekedar gambaran kegiatan gerakan gerilya dan anti grilya dri bulan January sampai Mei 1949 di Wehrkrei II adalah sebagai berikut :

Kota kabupaten dan kota distrik terus-menerus  dikacaukan oleh Grilyawan TNI dan iring-iringan kendaraan Belanda selalu menjadi sasaran penghadangan .Banyak kendaraan Belanda hancur karena ranjau darat di jalan raya antara Semarang Yogja.Jalan ini tiap hari diliwati oleh konvoi  besar dilindungi oleh pasukan berlapis baja dan infantry belanda.Sebaliknya tentara Belanda mengadakan patrol,tetapi hanya sampai 5 km  yang dipatroli satu hari, misalnya sekeliling Parakan,Temanggung,SEcang,Magelang,Grabak,Plikon(Bandengan),Salaman,Muntilan,Purworejo,Kemiri,Pituruh,Purwodaadi,Gembong,Kebumen,Prembom,kolowinagun dan Karanganyar.(catatan Dr iwan,sangat sulit memeroleh koleksi postal histori dari daerah ini, saya hanya memeproleh resi kiriman tercatat dari Salam saja,bila ada yang memilikinya harap berkean memperlihatkannya kepada saya,terima kasih)

Detasmen patrol Belanda dengn akekuatan 1 peleton sampai 1 kompi dengan pusatnya di Zmagelang,yang dijaga oleh satu battalion uinfantri belanda dengan pernjataan lengkap.Kadang-kadang mereka mengadakan suatu gerakan pembersihan baser-besaran terutama jika mereka mengetahui letak suatu kompleks grilya TNI,komandan patrol Belanda dipimpin oleh Let.Kolonel van Zeuten, yang serin turt dengan pasukannya ke gunung-gunung.

Kota magelang sudah dibumi hanguskan oleh TNI pada agressi kedua desember 1948 sampai tentara Belanda masuk kota Magelang,Magelan dari dulunya adalah garnizunyang besar,penuh dengan banguna militer,tetapi kini 80% sudah hancur,kecuali nenerapa bangunan militer,kantor perusahan air minum(waterleideng) dan PTT serta listrik,sebagian besar penduduk telah mengungsi ikut tentara ke lereng-lereng gunung Sumbing dan merapi,serta merapi_merbabu.Ynag tinggal didalam kota hanya penduduk tionghoa dan penduduk Indonesia termasuk pegaswai negeri  yang kurang yakin akan perlunya mereka bergabung dengan organisasi grilya. Mereka itu selanjutnya terus diawasi oleh KDM dan ternyata bahwa kebanyakan tetap bersimpati kepada RI,sedangkan orang Tionghoa segera mendirikan Poh An Tui yang dipersenjatai oleh Belanda.Tentara KNIL sangat giat berpatroli dan sering malakukan aksi pembersihan,tindakanmereka terhadap rakyat amat keras,mereka main tembak dan bakar saja jika mereka menjumpai sedikit saja perlawanan di kampong-kampung.Patroli dan aksi pembersihan belanda bagi rakyat tetap berate tindkana sewenang-wenang.(lihatlah foto pak yani saat begrilya dengan brigades kuda putihnya)

(1)Sukarno and Hatta remain in custody on Bangka.

(2) Sadar _Ontwaken magazine,Mei 1949-The chinese overseas magazined lead by Thio In Lok ,every one month. intersting info about Pao An Tui.

In the unconscious has been described by colleagues Soegardo about PAT (Pao’s tui) which summarily describes that PAT is only logical that there is, for defending the rights of the Chinese nation has. Among the many questions surrounding the establishment of PAT, it is our attention, that all fees that amount is not small shouldered by the Chinese community itself, so that by the time the organization has never sounded kesahnya complaints about financially, could be the water as the Chinese community and the PAT as a fish . But the situation at that time was really sad karewna kwmungkinan PAT dissolution exists, financial kiarena not suffice. If PAT is dissolved, menunjukn that Chinese society is still too weak in the union to mengalang an organization to defend human rights. No one has objected the PAT in Indonesia, which defended the rights of Chinese people as no other person able to membelanya.Tidak there was a broad outlook will Indonesiapun with this prizip meolak. (Parent Iwan spoke about how the leadership of Dr. Poh An Tui city Padang, Chinese dilingkungankampung maintain and defend the legendary Chinese moans of other tribes, such as Tanah Kongsi burning efforts by spraying petrol dikalikecil, Dr. Iwan still remember the night told to mengungsi home Ntjek Ko Lai because he wanted dibakar. Small-time record of dr iwan

Didalam sadar pernah diuaraikan oleh rekan Soegardo tentang PAT(Pao an tui) yang ringkasnya melukiskan bahwa sudah sewajarnya PAT itu ada, untuk membela hak-has azasi dari bangsa Tionghoa.

Diantara banyak soal sekitar pendirian PAT ,adalah sangat menarik perhatian kita,bahwa segala biaya yang jumlahnya tidak sedikit dipikul oleh masyarakat Tionghoa sendiri,sehingga pada waktu organisasi itu tidak pernah kedengaran keluh-kesahnya soal finasial ,bisa merupakan air sebagai masyarakat Tionghoa dan PAT sebagai ikannya.

Tetapi keadaan pada waktu itu sungguh menyedihkan karewna kwmungkinan dibubarkannya PAT itu ada, kiarena keuangan tidak mencukupkan. Jika PAT dibubarkan ,menunjukn bahwa masyarakat Tionghoa masih terlampau lemah dalam persatuannya untuk mengalang suatu organisasi guna membela hak azasi.

 Tak ada seorangpun yang keberatan adanya PAT di Indonesia ini,yang membela hak azasi bangsa Tionghoa karena tidak ada lain orang yang mampu membelanya.

Tidak ada seorang Indonesiapun dengan pandangan luas akan meolak prinzip ini.

(Orang Tua Dr Iwan bercerita bagaimana pimpinan Poh An Tui kota Padang,dilingkungankampung Tionghoa menjaga dan membela kaum Tionghoa daris erangan suku lain,seperti upaya membakar Tanah Kongsi dengan menyiramkan bensi dikalikecil, Dr iwan Masih ingat malam-maolam disuruh mengungsi ke rumah Ntjek Ko Lai karena katanya Kali Kecil mau dibakar.-catatan dr iwan)

May,1st,1949

1 May 1949 afternoon, the Dutch launched a commando raid on the village Sruni, Sawangan, Kalijaya, Wudoropayung, Kemnaguaan, and Tembono, many people lose their lives and property.

Pada tanggal 1 mei 1949 sore, Belanda melancarkan komando raid atas desa Sruni,Sawangan,Kalijaya,Wudoropayung, Kemnaguaan, dan Tembono, banyak penduduk yang kehilangan jiwa  dan harta bendanya.

May,3rd.1949

Pada tanggal 3 mei patrol Belanda dari Gombong mengadakan pengroyokan di Prapat dan menangkap 20 orang pemuda.


May, 3rd.1949
  On 3 May the Dutch patrol of Gombong pengroyokan held in Prapat and catch 20 young men.
May
, 4th.1949
On this day, when the Dutch army patrol mkenembak three young men dead and the village Kruwet Merawan 26 people, two trus was shot dead and one wounded luka.Demikianlah circumstances surrounding the post-occupation and villages diwasi patrol the Netherlands, people suffering from afflictions due 1001 macamk accused of helping bergrilya republic and joined the army and the guerrillas have melanjt sebagainya.Penyusunan reign, prepared as a base for some tahunpun grilya war when diperlukan.Serangan night, ambushes, peruskan road, machine-gun fire and so tealh become a habit for people.
In the meantime General sudirman sick and need to rest in Magelang, shortly afterwards he wafat.Bapak and mother living in Plengkung Sudirman, not far from the mother tingga temapt ahmad yani, only bebrapa saj house, they bertetangga.Pak yani mewndapat duty to escort the bodies of to Yogyakarta to the tomb pahklawan Semaki.

 

MAY,5th.1949

THE BATTLE AT FORT HURABA

1) On May 5, 1949 at around 04.00.Wib Dutch Army from Pijor koling held siege attack of four majors, assisted by 2 members of Mobile Brigade road Bookmarks Tapanuli named MAKALEO and Syamsul Bahri, the Dutch attack was captured FORT HURABA, Troops MBK Tapanuli in Fort Huraba Tolang and retreated to his native troops led brigade-B CAPTAIN ROBINSON Hutapea back to Kampung Tolang

2) Arriving in the village of MAS Tolang KADIRAN collect all the existing forces and ordered the attack on replies to the Dutch troops who have occupied FORT HURABA, Battle happen again with the help of troops firing mortars KADIRAN MAS can be expelled from FORT HURABA and at 16.30.Wib FORT HURABA can the reclaim and Dutch troops retreated into the field of battle FORT Sidempuan HURABA losses in the troops led by MAS members MBK KADIRAN 10 people were killed, 12 people from the Forces Brigade – B were killed and losses Weapons.

3) After the Dutch troops retreated from FORT HURABA Dutch troops never again attack the FORT HURABA, only MAS KADIRAN never received a letter from the Dutch in Padang Sidempuan Army to surrender and give up when the going gets Position, but the letter was returned by the MAS KADIRAN delivered by a woman trader named MARIAM the contents of the letter reads “WE DO NOT WANT TO MEYERAH ..!!! PLEASE COME TO FORT HURABA IF TRUE MASTER – MASTER want to colonize. WE THANK-BEANS BEANS WITH OUR “

4) With the CEACH FIRE in September 1949 the MAS KADIRAN A commander of the Battle Command Battle Fortress Fortress Huraba submit to Aiptu USMAN Huraba Danki – A MBK Tapanuli and Mas Kadiran Penyabungan left to take care of everything in case of delivery of the purposes of sovereignty and Weigh received by Dutch Army.

r. PUTTING POLICE CHIEF POSITION NORTH SUMATRA

Penyabungan city is the capital of South Tapanuli, after the city of Padang Sidempuan in the Dutch Army controlled, as the Civil Administration / Regent is KING LUBIS lord, is the king Oloan police chief and commander of troops is a MAJOR Bejo. For the Chief Constable of North Sumatra occurred Kepakuman because at Sibolga and Dutch troops occupied Sidempuan P. DARWIN’S FATHER KARIM Kapala as North Sumatra Police went to Paya Kumbu, then proposed by MAS KARIM DARWIN’S FATHER KADIRAN to lead the police in North Sumatra.

s. POLICE TRAINING IN FIRST CHRISTMAS

With the CEACH FIRE / truce, and no longer Dutch attacks as head of the MAS KADIRAN MBK Tapanuli DARWIN’S FATHER KARIM propose to add members to MBK Tapanuli and practice it, the proposal to be approved later KADIRAN MAS Mas Kadiran choose Youth-Youth of the Guerrilla Merapi 60 people and of the Brigade – B led MAJOR Bejo as many as 50 people. The next 110 Youth Education gets sent keNataluntuk Police and other exercises and as Chief of Police Education and Training. North Sumatra Police chief Adjunct Senior Commissioner DARWIN KARIM lift Iptu Ibn as Chief of Police Education and Training at Christmas.

t. Mobile Brigade residency Tapanuli

ASKED TO BE ORGANIC army

MAS KADIRAN summoned FATHER SAID UMAR Sumatra Police chief in Bonjol, Mr. Umar Said asks you about the status of the Mas Kadiran Tapanuli MBK “WHAT IS ORGANIC Mobile Brigade SIGN IN OR REMAIN IN POLICE Army ‘Mas Kadiran then replied” IF WE ARE STILL IN NEED WORKERS IN POLICE THEN WE WILL CONTINUE TO BE A MEMBER OF POLICE BECAUSE WE ARE STRIVING FOR INDEPENDENCE OF THE POLICE IS “thus Sumatra Police chief Mr Umar Said That set MBK Tapanuli remain in the Police and the rank was raised to MAS KADIRAN KLS POLICE COMMISSIONER-II with Position COMMANDERS BIG CAR Brigade – I SUMUT – ACEH, after inauguration the next day please Mas Kadiran Prayer Restu to Mr. Said Omar to return to Penyabungan and when he got in Penyabungan reports to the Chief Constable of North Sumatra Mr. Darwin Karim.

May 7th.1949.

(a) May, 7th.1949
  Dutch posts in Pituruh has dipencilkan by TNI troops fired mortars and from here north kearag, several Dutch dropping his supply of air to air umbrella heading the remote separately, saying it was not enough power to destroy postersebut

 

(b)“Roem-Royem” agreement: Dutch agree to restore the Republic of Indonesia government, to hold talks according to the UN Security Council resolution of January 28, and to work towards a settlement based on the Renville agreement.

Based on Aneta information Jakarta said the Republic Radio “Voice of Sumatra” the PDRI government  about Van Royen-Roem Agreement. The PDRI goverenment accept the Roem-Royen agreement on  such codition(atas syarat-syarat) :

a) Pasoekan Republik harus diperkenankan tetap menduduki posisi yang ada ditempatnya sekarang.

b)Tentara Belanda haruslah dengan perlahan-lahan ditarik mundur dari posisinya sekarang ini.

c)Pengembalian Pemrintahan Republik ke Djokja haruslah dengan tidak bersyarat(tanpa syarat)

d)Souvereinieteit (Kedaulatan)Republik atas Jawa,Sumatra,madura serta pulau-pulau sekitarnya,harus diakui oleh Belanda menurut perjanjian Linggarjati.

May,15th.1949

Sejak tanggal 15 Mei 1949,

 pemerintahan ini mempunyai suatu alat kepolisian dengan nama Polisi Pemerintahan Militer (PPM) yang terbentuk dari penggabungan Polisi Negara dan CPM. Dalam tiap-tiap komando distrik militer (KDM) dibentuk detasemen yang menangani bagian kriminal, dokumentasi, keuangan, dan perlengkapan. Pimpinan dalam daerah ini dipegang oleh KDM, sedangkan komandan detasemen ialah pegawai polisi atau anggota CPM dengan pangkat paling tinggi.

Demokrasi Parlementer
Sesuai Dengan perjanjian KMB, Indonesia diharuskan mengganti sistem ketatanegaraan nya menjadi bentuk federal yang terdiri dari negara-negara bagian maka Republik Indonesia pun berdiri dan UUD 1945 dianggap tidak berlaku lagi karena tidak sesuai dengan prinsip negara federal.

Wilayah RIS sendiri terdiri atas Negara Republik Indonesia, Negara Indoneisa Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, daerah Jawa Tengah, Daerah Bangka, Belitung, Riau, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, dan daerah Istimewa Kalimantan Barat.

May,16th.1949.

The Postally Used Lettersheet postblad warkatpos ,from Batavia(Jakarta) to Semarang.with Wilhelmina stamps 10 sen.

 

May,25th.1949

General Spoor, commander of the Dutch in Indonesia, resigns. He dies of a heart attack on May 25.

May,29th.1949

 

The First Flight cover from amsterdam to Paramaribo

via Makassar celebes  in 29 May 1949

 

May,31th.1949.

(1)On May,31th.1949,

Panittia status Tapanoeli telah mengadakan suatu rapat di Taroetoeng yang dihadiri oleh lebih kurang 200 orang yang mewakili seluruh masyarakat demikian”Aneka”.

Diantara para hadirin juga terdapat beberapa orang terkemuka yang berhaluan Republik.

Setelah diadakan suatu perdebatan yang panjang lebar,maka rapat mengambil suatu resolusi ,dimana disetujui status ketatanegaraan untuk tapanuli.

Dalam suatu rapat di Balige,yang dihadiri oleh lebih kurang 700 orang, telah disetujui tujuan panitia status Tapanoeli. Pembentukan suatu Dewan Perwakilan Tapanoeli telah diperbincangkan dengan teliti,bahkan telah disertai dengan perayaan,demikian Aneta. Selanuutjnya juga di Sibolga telah diadakan rapat untuk memperbincangkan hal ini.Untuk pekerjaaan pembangunan kembali telah dibentuk suatu panitia yang diberinama “Pembangunan Bersama Saerah Tapanoeli”

(2) Postally used Posttas stationer card 5 sen send from bogor to Jatinegara,Prison  Bukit duri, a letter to the custodian at Bukit Duri prison with their officias stamped:” de factory Gevangenen kamp meester cornelis(very rare and only one ever seen-Dr Iwan note)

the letter :

Bogor 01/31/49

greetings and Happy

Thank God we say to the Divine Presence, this is blown over the first of our mouths, I arrived home safely.

Mas (elder brother) was ketir scenery and atmosphere, very different from what dahulu.Apa-aspired to in the fumble prisoners will all but I am not surprised.

While this is in addition to working on something, just stay home writing maaaf. Bogor air (air) was dinggin once.

Sofyan bung in Bogor is still working. What are the kurasai. only then can I be glad when there is no longer prisoners in Bukit Duri. Mas all these signs of suhardja letter, tell the brothers. Sorry for the other brothers

Bogor 31/1.49

salam dan Bahagia

Alhamdulilah kami ucapkan kepada hadirat Ilahi, atas inilah yang terhembus pertama-tama dari mulut kami,dengan selamat saya tiba dirumah.

Mas(elder brother) memang ketir pemandangan dan suasana ,amatlah berbeda dengan dahulu.Apa-apa yang dicita-citakan dalam tawanan meleset semua akan tetapi saya tidak heran.

Sementara ini selain mengerjakan sesuatu,hanya tinggal dirumah menulis maaaf. Bogor udaranya (hawa) terasa dinggin sekali.

bung Sofyan ada di Bogor masih  bekerja. Sedang apa yang kurasai. saya barulah dapat bersenang hati bila tak ada tawanan lagi di Bukit Duri. Mas semua inilah tanda surat dari suhardja,katakan kepada saudara-saudara. Kasihan pada saudara-saudara yang lain.

June 1949

June,7th,1949

the rare change of adress dancer 2 cen added overprint Indonesia federaal stampF 1.-,postally used via airmail from Malili(rare area) to Semarang ,

June,10th.1949

(1)Postally used circulair letter from the chineseoversees  Medical Doctor,Dental health and aphothekeer organiztions ,alaydrus street ,Central jacarta to the member with federal usa printing stamps 1 and 2 cent.

 

(2)Menurut keterangan Sultan Djokja ,pada hari ini lebih kurang seratus orang pembesar Republik dan orang partikelir beserta keluarga,oleh Belanda telah diangkut dari Magelang ke Djokja. Sebagai alasan orang-orang itu dianggap berbahaya untuk keamanan dan ketertiban  umum serta mereka mendapat pangilan pemerintah Repoeblik,sedangkan hal tersebut ternyata tidak benar.Hal ini telah dilaporkan kepada ketua delegasi Republik,supaya dengan perantaraan PBB diajukan protes.

Keterangan Sultan yang kedua ,mengenai soal pelemparan granat tangan dihalaman tempat kediaman Iboe Soekarno.Sultan menerangkan ,bahwa difihak orang Belanda ingin memperlihatkan kepada dunia ketridak sanggupan pemerintah republik untuk mempertahankan keamana dan ketertiban,jika telah dikembalikan ke Djokja dan bahwa kejadian itu dibesar-besarkan. Kabar yang mengatakan bersumber dari pihak Republik,bahwa granat tangan itu dilempar oleh pihak FDR dan bukanlah oleh PKI,menurut Sultan pihak resmi Republik sama sekali tidak tahu dan sampai sekarang rtidak ada bukti bahwa orang Indonesia yang telah melemparkanya. Akhirnyaditerangkan oleh Sultan bahwa sampai pada waktu Pemerintak Republik dikembalikan,maka tentara Belanda bertanggung Jawab atas keamanan penduduk di Djokja.

Sultan Jogja menerangkan dalam konperensi pers di Djokja sekembalinya dari kunjungan ke Jakarta dan Bangka ,bahwa kunjungan tersebut memberikan kepuasan. Mungkin dalam minggu ini akan diumumkan, kapan berlangsungnya penyerahan kekuasaan di Djokja oleh Belanda kepada republik.Kembalinya Presiden Soekarno dan Drs Moh Hatta beserta pemimpin rfepubli lainnya, sangat bisa terjadi dua atau tiga hari steelah terjadi penyerahan kedaulatan tersebut,hal ini juga tergantung kepada  keresidenan Djokja.

KETERANG Dr SOEKIMAN, Ketua Masjumi dr Soekimanpun telah memberi satu uraian yang panjang lebar tentang kunjungan Hatta ke Aceh. dikatakannya rombongan Hatta sangat menyesal karena sudah tidak dapat bertemu muka dengan Mr Sjafroeddin,akan tetapi ini tidaklah mengakibatkan hal yang tidak enak. Dr Soekiman menegaskan bahwa seluruh Aceh ada menyokong kesepakatan  van Royen-Roem.Sebelumnya Hatta datang di Aceh,pihak PNI sangat menentang persetujuan itu, akan tetapi pendirian ini telah berubah setelah Mr Ali Sastroamidjojo memberikan keterangan selengkapnya.  Dr Soekiman menceritakan juga, bahwa pada waktu sebelumnya rombongan pemimpin republik datang, lapangan terbang Longah di Aceh telah ditembaki dengan sanpan mesin dan dibom dari udara oleh pasukan Belanda.Tapi pihak militer belanda yang berkuasa menyangkal dengan keras keterangan tersbut diatas.

Pembantu Mimbar Oemoem di Djokja memberikan informasi dari Dr Halim,seorang anggota Badan Pekerja KNI(Komite nasional Indoensia), ia menerangkan bahwa setelah Pemerintah Republik nanti kembali ke Djokja, pada pokoknya ia setuju sekali dengan adanya kabinet parlementer , karena lebih demokratis dari kabinet Presidentiel. Tetapi menilik suasana pada waktu ini, justru dalam waktu peralihan ,figur-figur seperti Bung Karno dan Bung Hatta yang tidak terikat dalam salah satu patai atau golongan , masih diperlukan untuk dapat mengatasi segala pertentangan partai dan golongan sekalipun mereka itu  sebagai manusia juga tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Dr Halim setuju sekali bila diadakan resuffle kabinet buat menganti beberapa orang yang dipandang kurang kuat.

INTERVIEW WITH THE RESULTS dr.j.h. van Royen by BMDiah leader Merdeka newspaper published in the Daily Panarangan:

a. Apabilakah conceivably pemrintah Republican masters to come back? The answer: The Return of the Republic to Djokja is preceded by two terms: the evacuation of civilians and the achievement of a formula to hold a “Cease fuire order” which is being discussed by the two sub-commission for it, and I hope by the end of this week reached a command to stop fighting . Then with the Dutch troops will be withdrawn segrara mundur.Ini at least take a week and I beraharap at the end of this week reached a command to stop fighting.

b. The Conference will be held Bilakan bunda.Jawabannya table: Selaks as possible, I hope that after the Republic back and aprlemennya approve the agreement was made, it will be taken as a date destination July 15 to hold a Round table conference.

c.Bagaimanakah may hold an agency representative to welcome kedaulatn.Jika right for freedom and limited state of mind this people? only in Dutch-controlled area for those who want to follow the lead of the Netherlands while the class of the republic can not speak? he replied: I think the will of the people and independence of thought has already been firmly expressed desire for independence that would not indicate that there is a real will of the people? not the greatness of the popularity of President soekarno it as fact will of the people? However, regarding the matter of election of some form of state or constitutional legendary esuatu Indomnesia area had to be done together under international supervision. If the Dutch troops had withdrawn from the areas occupied by itself for both parties, for the followers of the Republic there is no reason to say that they are oppressed to express their opinions and for those who think differently should be gaining independence cukup.Pemilihan so this should be done under international supervision. In this case the limits of something where the sound was to be done pemunggutan also in harmony with a healthy mind. Self-determination sendir it properly recognized, but also in this great little area must ditemntukan first, for example by a constituent assembly.

d) if the master trust in the current Republican leaders opposed to host negotiations? answer: I sunguh put their trust in them. in connection with this question, the chairman of the Dutch delegation was advancing petanyaan replies: “Are People Indonesia will put their trust in them, also Kapau transfer of sovereignty has been done, we Jawan: Stay at least to their confidence in the Indonesian People depend on their results in the fight for independence by way talks with the host delegation led (headed), also with the wisdom of his leadership in running the master Lovink ini.Apabila approvals done in the land can be implemented with the help of masters and kepercayaabn Indonesia into larger nation against the Dutch government’s intention, then their position will be stronger and higher also harhat and their degrees in the eyes of the people, the more the days after the transfer of sovereignty.

FACTS ABOUT MR Roem RETURNS TO THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF DJOKJA.Dalam a question and answer between the editor in chief harin Indonesia Merdeka with delegation chairman Mr.Moh.Roem, he stated that the Government return to Djokja Rrepublik within the next week is not yet possible, but can be expected to occur in this June as well. As is known by the sound of a communique slah United Nations Commission for Indonesia, the return of republican government may hope will happen daslam mid-June and the day that the Sultan of Yogyakarta ditentukan.Saat not been able to take over the government leadership seluruj Jogja around the 20th of June.

To the question whether the delay in the return of government to Djokja RFepublik caused difficulties djumpai about cease fire, Mr. Roem replied, delayed because of problems of refugees and the withdrawal of Dutch troops.

(Source of info: Panarangan Newspaper, Padang, 16 june 19 549)

 

 

HASIL WAWANCARA DENGAN dr.j.h. van Royen oleh  B.M.Diah pemimpin surat kabar Merdeka yang dimuat dalam harian Panarangan:

a. Apabilakah menurut pikiran tuan pemrintah Republik Dapat kembali? Jawabannya: Kembalinya Republik ke Djokja adalah didahului oleh dua syarat: evakuasi orang sipil dan kedua tercapainya suatu formula untuk mengadakan “Cease fuire order” yang sedang dibicarakan oleh kedua sub-komisi untuk itu,dan saya berharap pada akhir minggu ini tercapai bentuk perintah menghentikan pertempuran. Kemudian dengan segrara pasukan belanda akan ditarik mundur.Ini sekurang-kurangnya memakan waktu satu minggu dan saya beraharap pada akhir minggu ini tercapai bentuk perintah menghentikan pertempuran.

b. Bilakan akan diadakan Konperensi meja bunda.Jawabannya : Selaks-lekasnya,saya harap sesudah Republik kembali dan aprlemennya menyetujui persetujuan yang dibuat, maka akan diambil sebagai tanggal tujuan 15 Juli untuk mengadakan konperensi meja Bundar.

c.Bagaimanakah mungkin mengadakan suatu badan yang representatif untuk menyambut kedaulatan.Jika hak kemerdekaan dan menyatakan pikiran rakyat itu terbatas?hanya pada daerah yang dikuasai Belanda bagi mereka yang mau mengikuti pimpinan Belanda sedangkan golongan republik tidak dapat bersuara?jawabnya : Menurut hemat saya kehendak rakyat itu dan kemerdekaan menyatakan pikiran itu sudah tegas bukankah  keinginan untuk kemerdekaan itu menunjukkan bahwa ada kehendak rakyat yang nyata? bukankah kebesaran popularitas Presiden soekarno itu sebagai kenyataan kehendak rakyat? Akan tetapi mengenai soal pemilihan sesuatu bentuk negara atau ketatanegaraan daris esuatu daerah Indomnesia memang harus dilakukan bersama dibawah pengawasan Internasional. Apabila tentara belanda sudah ditarik dari daerah yang diduduki dengan sendirinya bagi kedua belah pihak,bagi pengikut Republik tidak ada alasan mengatakan bahwa mereka ditindas untuk menyatakan pendapatnya dan bagi mereka yang berpikiran  lain haruslah mendapat kemerdekaan cukup.Pemilihan demikian ini harus dilakukan dibawah pengawasan Internasional. Dalam hal ini batas-batas sesuatu tempat dimana dilakukan pemunggutan suara itu haruslah pula selaras dengan pikiran yang sehat. Hak menentukan nasib sendir itu benar diakui,tetapi juga dalam hal ini besar kecil daerah itu harus ditemntukan lebih dahulu,umpamanya oleh konstituante.

d) apakah tuan menaruh kepercayaan pada pemimpin Republik yang sekarang lawan tuan berunding?jawabannya: Saya sunguh menaruh kepercayaan kepada mereka. berhubung dengan pertanyaan ini,ketua delegasi belanda itu memajukan petanyaan balasan:”Apakah Rakyat Indonesia akan menaruh kepercayaan kepada mereka,juga kapau penyerahan kedaulatan  sudah dilakukan, jawan kita : Tetap tidaknya kepercayaan Rakyat Indonesia kepada mereka tergantung kepada hasil mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan dengan jalan berunding dengan delegasi yang tuan pimpin(ketuai),Juga dengan kebijaksanaan tuan Lovink dalam menjalankan pimpinannya dinegeri ini.Apabila persetujuan yang diperbuat dapat dilaksanakan dengan penuh bantuan tuan-tuan dan kepercayaabn bangsa Indonesia menjadi lebih besar terhadap maksud pemerintah Belanda,maka kedudukan mereka akan lebih kuat  dan lebih tinggi pula harhat dan derajat mereka dimata rakyat,lebih-lebih dimasa sesudah penyerahan kedaulatan.

KETERANGAN MR ROEM TENTANG PENGEMBALIAN PEMERINTAHAN REPUBLIK KE DJOKJA.Dalam suatu tanya jawab antara pemimpin redaksi harin Merdekan denga ketua delegasi Indonesia Mr.Moh.Roem, beliau menyatakan bahwa pengembalian Pemerintah Rrepublik ke Djokja  dalam minggu depan ini belum mungkin , tapi bisa diharap akan terjadi dalam bulan Juni ini juga. Seperti diketahui menurut bunyi slah satu komunike Komisi PBB untuk Indonesia,pengembalian pemerintahan republik dapat diharap akan terjadi dalam pertengahan bulan Juni dan harinya tidak ditentukan.Saat itu Sultan Jogja sudah dapat mengambil alih pimpinan pemerintahan seluruj Jogja sekitar tanggal 20 juni.

Atas pertanyaan apakah tertundanya pengembalian pemerintahan Republik ke Djokja disebabkan kesukaran yang djumpai soal cease fire, Mr Roem menjawab, tertunda karena adanya soal pengungsi dan penarikan tentara Belanda.

(sumber info: Panarangan Newspaper,Padang,16 june 1949)

 

June,13th.1949

Mr.Mohammad Roem visit “Sekolah RakyaT”(people school” at Dukuh (two photo)

 

June,14th.1949

Mr van Maarseveen had pointed as the Dutch menistry of oversees area(menteri usrusa n saerah seberang lautan) , and the menistry will visit Indonesia in order the get the general situation, and Mr van Schaik as the Dutch menistry of internal affair(menteri dalam Negeri)

June,16th.1949

(1)The Postal used letetr from Chinese oversead Medical doctor,Dentish and Aphother organization with NICA USA stamps 2 sen dan 1 sen.

(2)The Federal state PTT official letter to Mr Soewil first Class officer PTT Padang from the Chief of PTTT 4th area (Sumatra) C.den Haan about mr Soewil moving to Laboehan Bilik Est sumatra.

(3)PANARAGAN NEWS PAPER from PADANG

Information from Panarangan newspaper from Padang West Sumatra Wensday,June,15th.1949.,:

(1)Round Table Conference at Den Haag May be Agust 1st 1949.

(2)The PDRI(Pemrintah Daroerat Rep8ublik Indonesia) accept the Roem-Royen Agreement with condition(dengan syatat)

(3) Dutch must “Mengakui Kedaulatan” the sovereign of Republic Indonesia State (NRI) on Java,sumatra,Madura and the island around it

(4)The Federalis of Sumatra want to meet Mr Sjafroeddin: Warta Indonesia newspaper had recievd informations that the Sumatra Federalis leaders want to meet the leader of PDRI(Pemerintah Daroerat Repoeblik Indonesia) ,Mr Sjafroeddin Prawiranegara.The Main speking about the status of Aceh and Nias to the Sumatra Federal state and the  status of Sumatra in relationship commjunication with another area in Indonesia.

.

June,19th,1949

(1) The very rare Est Sumatra Stae(Negara sumatra Timur) Merriage act(Surat Kawin Negraa Sumatra Timur Bahagian agama ,with the emblem of NST.)

 

(2)June, 11th.1949
Postally used cover from cds batavia centrum to Jogja, with 10 cent wilh  wilhelmina stamp.the included love letter:

My thoughts.

At a time when dusk blind chickens, mountains visible in the sky golden yellow, signifying the king’s almost night and day.

There was no view except from the sky that surround the house hatiku.Dibelakang porters and field, faint eye could see that look just tegals verdant. The city that became the center of my life. The first time I began to see the natural beauty authorized.

… City of Jakarta, a city that permai.Hati Nica-flirt seduce the news Lien family circumstances disini.Kebetulan dik at that time I was playing around at home like Ni and we were sitting diserambi muka.Sekonyang suddenly there came a letter carrying postbode addressed to Ms. Ni and saw the letter before I can know that the letter from Dik Lien. After we settle for words and we chatted to go home, feeling that it received a letter from a friend or sis comes home famili.After  stepped into the room really was a letter located on the table. Whose letter from hell?

I know the last new letter from you and the inner I  understand. with news and discussion of the letter was as if a fortune alighted dibadanku, well, apparently dik Lien wrote kemari.Aku count (say) many thanks for your kindness that the brothers want to waste the time to write letters and will not forget us family here, hopefully saj onwards. Have younger brother received a letter from dik Seger, they all have in Semarang open. Hanyas my family who still live in Yogyakarta, the same mother and my sister is in salatiga, only the father who still  living in mobile jogya.We  always thinking about it why they can not go back as soon as possible bersama.Mungkin dik Lien had received a letter from Supartinah salatiga. Perhaps they were still there long, since waiting for the arrival of the father of Jogya.Kami herein have not been to school only temporarily akat take privatlessen pending in August is coming up and we had to comply with the Federal government, because there was no school here, but not why the sister Republic of study and participate remember in my soul like a son of Indonesia. Lien dik certainly not going to open the school.Wah kasiahan deh if  remember the  kid in Yogyakarta patiently educating school, It will soon be restored, by itself you can study  with tenang as usual.

seringkah (always) dik Lien met with Sud. He was still with you. Does he always tells me its after my peaving .How  close to him to convey greetings.

Well so enough news from me, worship me for RAMA (father ), tante (aunt ) and Mukarta Mbak, Mas Slamet and thank you …… unforgetable my nationality salut for you , MERDEKA!

 

 

 

 

June,21th.1949

the rare postcard from Onderneming(Plantation) Dolok Oeloe  Deli-Batavia Rubber Maatshapij(Factory) with  Ned Indie 5 cent stamps CDS Pematang Sianatar 21.6.49.

 

 

(b) The photo of presdient Soekarno and  VIce Presiden Hatta  press conference with American jourlanist at Bangka Island  which they were “Diasingkan” (four photos)

 

 

June 24th.1949.

 

Dutch troops begin evacuating Yogya

June,25th 1949

First flight cover from Amsterdam to Paramarino via Makassar,send cover from makssar with DEI Nica stamps

 

First fligh cover send from Pangkal Pinang  via Batavia to shanghai

 

 

 

 

 

June,27th,1949

Delivery of truce negotiations and Sovereignty of the Republic of Indonesia

On June 27, 1949 Principles of Agreement “Rum Royen” announced the contents of which include the peghentian tenbak firing from both sides. On August 1, 1949 signed the joint agreement “Termination Shoot Shoot” from both sides. Implementation is disseminated through radio announcements, the overall wire TNI in the archipelago. Meanwhile, from the dutch H. Y. Lovink act as Deputy Supreme Crown of the Netherlands in Jakarta, delivered throughout the Netherlands Army. Cessation of gunfire followed and supervised by UNCI and after poko agreement is implemented then continue the Round Table Conference in The Hague.

At Edinburgh on August 3, 1949 announced the termination shootout by the power of the Dutch military, with emphasis on instruction / command termination Shoot Shoot it in the form of pamphlets that circulated from the airplane because the position of the TNI in the pockets of guerrillas.

This leaflet was signed by the Military Governor of South Sumatra Dr. A. K. Gani, which reads as follows: “THE ORDER OF SUPREME COMMANDER TTKD TNI. AUTHORITY GIVEN KON.SUM.KOL. Hidayat, THEN SOUTH SUMATRA TO ALL ORDERS AND UNITY TNI AGENCY OF THE ARMED STRUGGLE OF SHOOTS AND SHOOT STOPPING HOSTILITY AND REMAIN place EACH DATED 03 AUGUST 1949 FROM 24.00 HOURS. INDONESIA TIME COMMAND TTK HBS Dr. A.K. Gani “.

The original wire is directly delivered by the Military Governor of South Sumatra to the Government Resident of the Emergency Civil Affairs Sub Commander Territorial Edinburgh and Edinburgh.

As a continuation of the wire termination shootout by the Military Governor of South Sumatra was issued on the instruction-instruction as follows:

1. Notice to the commander-the commander of Force (Battalion, Company, Section) regarding the determination of the TNI hangout for each unit of concentration.

2. To be held talks between Vice TBA Introduction of Van Schendel and Lieutenant Colonel A. G. W. Navis with the Local Joint Committee consisting of Colonel Abunjani, Regent M. Kamil and major Brori Mansyur.

Fire Ceas order not to breach the ceasefire by each of the warring parties and based on the results of the meeting Estuary Tembesi October 27, 1949 between Indonesia and the Netherlands under the coordination UNCI / Three Nations Commission agreed that all troops should leave and empty pockets . To that end, representatives of the Local Joint Committee TNI Major Brori Mansyur and from the Dutch Lieutenant Wolterbeck use the facility held a meeting Dutch BO Motor / meetings with the leaders of the Front Tungkal Area, which was attended, among others, Lieutenant Young A. Fattah Leside, Cadet Sergeant Major Madhan. AR, Hasan Buimin Sergeant Major, Sergeant Major Sergeant Arwansyah Syamsi with bodyguards, in the first week of November 1949 in the Trenches Deli (Tungkal Ilir) deliver instruction and manage technical implementation of TNI forces evacuations in place of concentration Merlung Battalion joined the staff of Gatot Kaca and co- colleagues from the Front Sengeti Area. While waiting for the next settlement, supply and logistical aid sent periodically to the Tungkal Ulu by the Dutch facility administered by the Joint Committee staff.

Evacuation is obvious disappointment for the troops Tungkal Area, let alone the countryside except the city of Kuala Tungkal, merupaka intact areas of the Republic of Indonesia by people who Republikien, but by realizing greater importance in the struggle. There is no other alternative, but to follow evacuation instructions, with a heavy heart and tears during a farewell to the people who like fish and water unite in the struggle for Sports and grief of this beloved Republic of Indonesia.

Perundingan Genjatan Senjata dan Penyerahan Kedaulatan Republik Indonesia

Pada tanggal 27 Juni 1949 Pokok-pokok Persetujuan “Rum Royen” diumumkan yang isinya antara lain mengenai peghentian tenbak menembak dari kedua belah pihak. Pada tanggal 1 Agustus 1949 ditanda tangani persetujuan bersama “Penghentian Tembak Menembak” dari kedua belah pihak. Pengumuman pelaksanaannya disebarkan melalui radio, kawat keseluruhan jajaran TNI di Nusantara. Sedangkan dari pihak belanda H. Y. Lovink bertindak sebagai Wakil Tertinggi Mahkota Belanda di Jakarta, menyampaikan keseluruh Tentara Belanda. Penghentian tembak menembak ini diikuti dan diawasi oleh UNCI dan setelah poko persetujuan ini dilaksanakan barulah dilanjutkan Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Di Jambi pada tanggal 3 Agustus 1949 diumumkan penghentian tembak menembak oleh KUasa Militer Belanda, dengan memperbanyak intruksi/Perintah Penghentian Tembak Menembak itu dalam bentuk surat selebaran yang disebarkan dari pesawat udara karena kedudukan TNI berada di kantong-kantong gerilya.

Selebaran ini ditandatangani oleh Gubernur Militer Sumatera Selatan Dr. A. K. Gani, yang berbunyi sebagai berikut: “ATAS PERINTAH PANGLIMA TERTINGGI TNI TTKD. KUASA DIBERIKAN KON.SUM.KOL. HIDAYAT, MAKA SUMATERA SELATAN MEMERINTAHKAN KEPADA SEMUA KESATUAN TNI SERTA BADAN PERJUANGAN RAKYAT YANG BERSENJATA MENGHENTIKAN TEMBAK MENEMBAK DAN PERMUSUHAN SERTA TETAP DITEMPAT MASING-MASING MULAI TANGGAL 03 AGUSTUS 1949 JAM 24.00. WAKTU INDONESIA TTK PERINTAH HBS Dr. A.K. GANI”.

Asli kawat ini langsung disampaikan oleh Gubernur Militer Sumatera Selatan kepada Pemerintah Sipil Darurat Residen RI Jambi dan Komandan Sub Teritorial Jambi.

Sebagai kelanjutan dari kawat penghentian tembak menembak oleh Gubernur Militer Sumatera Selatan tersebut dikeluarkan pada intruksi-intruksi sebagai berikut:

1. Pemberitahuan kepada Komanda-komandan Pasukan (Batalyon, Kompi, Seksi) TNI tentang penentuan tempat berkumpul masing-masing kesatuan konsentrasi.

2. Supaya diadakan Perundingan Pendahuluan antara Wakil TBA yang terdiri dari Van Schendel dan Letnan Kolonel A. G. W. Navis dengan Local Joint Commitee yang terdiri dari Kolonel Abunjani, Bupati M. Kamil dan mayor Brori Mansyur.

Ceas Fire agar jangan sampai terjadi pelanggaran gencatan senjata tersebut oleh masing-masing pihak yang berperang dan berdasarkan hasil rapat Muara Tembesi 27 Oktober 1949 antara RI dan Belanda di bawah koordinasi UNCI/Komisi Tiga Negara disetujui bahwa semua pasukan TNI harus meninggalkan dan mengosongkan kantong-kantong. Untuk itu, utusan Local Joint Committee dari TNI Mayor Brori Mansyur dan dari pihak Belanda Letnan Satu Wolterbeck mempergunakan fasilitas Motor BO Belanda mengadakan rapat/pertemuan dengan Pimpinan Front Tungkal Area yang dihadiri antara lain Letnan Muda A. Fattah Leside, Sersan mayor Kadet Madhan. AR, Sersan Mayor Buimin Hasan, Sersan Mayor Arwansyah dengan pengawal Sersan Dua Syamsi, pada minggu pertama November 1949 di Parit Deli (Tungkal Ilir) menyampaikan intruksi dan mengatur tekhnis Pelaksanaan Evakuasi Pasukan TNI ketempat konsentrasi di Merlung bergabung dengan staf Batalyon Gatot Kaca dan rekan-rekan dari Front Sengeti Area. Selama menunggu penyelesaian selanjutnya, bantuan suplay dan logistik dikirim secara periodic ke Tungkal Ulu oleh fasilitas Belanda yang diatur oleh petugas Joint Committee.

Evakuasi tersebut jelas menimbulkan kekecewaan bagi pasukan Tungkal Area, apalagi daerah pedalaman kecuali kota Kuala Tungkal, utuh merupaka daerah Republik Indonesia dengan rakyatnya yang Republikien, tetapi dengan menyadari kepentingan yang lebih besar dalam perjuangan. Tidak ada alternatif lain, selain mematuhi intruksi evakuasi tersebut, dengan berat hati dan tetesan air mata sewaktu terjadi perpisahan dengan rakyat yang manunggal seperti ikan dan air dalam sukan maupun dukanya perjuangan menegakkan Republik Indonesia tercinta ini.

 

 

 

 

June, 29th.1949

Indonesian troops enter Yogya.from south sector lead by Let.col soeharto(later presiden Indonesia) and north Sector lead by Col.Djatikusumo, look the picture of them with Sri Paku Alam.

 

 

 

June,30th.1949.

The Postally used private Banjarmasin “Depot Masa “book store  cover,send from cds Banjarmasin to Bing Sin ‘s Book store Surabaya-simpang..

July 1949

The photo of high dutch commisaris nigh  Lovink ‘sreception in june 1949,the chiel of Repoeblik Indonesia delegation Mr.Moh Roem “hadir’ (two photos)

July, 1st.1949

Jawa Pos (Djawa Post) newspaper publishes first issue in Surabaya.

July,3rd.1949

the picture of Sultan Yogja with the leader of military grilya at Kepatihan

 

 

 

July,4th.1949

(1)the rare official free stamps cover from cds Djambi 4.7.50 to Batavia(very arre cover from Djambi because in 1949 until July under PDRI state,and after PDRI gave the autority to NRI Jogya,Djambi became federal state until the soeverinity to RIS december.27th.1949(only five month under federal state)

(2) The Batavia’s Chinese overseas Medical doctor,dentist and aphothekeer organization circulair letter with smelt 3 sen stamp  to the member Dr Tung sin Nio (the first lady doctor from Medical Faculty of Indonesia University)

July,5th.1949

(a)Sjafruddin Prawiranegara, the leader of PDRI cs ready back to  Yogya “dijemput” by Dr Leimena and Moh Natsir and before depature Moh.Natsir speaking(pidato) ,also Sjafruddin Prawiranegara and other realted pictures(five  photos )

 

 

 

(b) the meeting between  Dutch delegation and Indonesian delegation  supervied by United Nation at Yogja on this day.

July 6th,1949

(a) President Soekarno arrived at Yogja this day, also another menistry Ali sastroatmidjojo,Haji Agus salim.(two photosZ)

(b)Republican government returns to Yogya. Sultan Hamengkubuwono IX receives Sukarno and Hatta at the Kraton.

July,7th.1949

(a)Sjafruddin Prawiranegara arrive at Kemyoan airport from suamtra(six photos)

 

(b) Sjafruddin Prawiranegara arrived at Yogja( five photos) and  meeting with president soekarno(three photos)

 

 

July,8th.1949

(1)Tanggal 8 juli 1949,didesa Krejo Kecamatan Ponjong, daerah Gunung Kendeng, saya(Rosihan anwar) dan Letkol Soeharto(kelak jadi presiden) bertemu presiden Soekarno  dan Wakil Presiden Hatta  untuk meratakan jalan kearah dimulainya KMB(konperensi meja Bundar)  di den Haag(napak tilas KMB,kompas,28 januari 2010)

(2)Panglima Besar General sudirman arrived at Yogja freom gureilla  area, “disambut” welcome by the chief of PDRI Syafruddin prawiranegraa (two photos)

 

Let.col.Suharto(later presiden RI) behind General sudirman.

(3) Postally used Book store “Kamadjoean” Semarang’s private cover, send from Semarang to Surabia. 

July,12th.1949

Postally used  Postal stationer  briefkaart_Kartoepos stationer 5 sen, send from stairgt Stamped TEMANGGOENG  to Semarang (rare post mark).

11 Juli 1949

Tugu Koto Kociak: I dibangun 11 Juli 1949 setinggi 2 meter. Tahun 1952 dipugar dengan bangunan setinggi 4 meter; AMD XXI dipugar dengan landaan 10 meter dan tingggi 7 meter.
Kaum Adat diwakili MTKAAM, bersama partai-partai politik juga mengadakan rapat mendukung perjuangan PDRI tanggal 25 Maret 1949 di Koto Tinggi:
MTKAAM diwakili
t. Simaradjo dan Dt. Basa Nan Kuniang
Perti diwakili : H. Sirajuddin Abbas, Dt Bandaro dan Hasan Zaini
PKI diwakili : Bachtarudin
Pesindo diwakili : Baharuddin
Maasyumi diwakili : Ilyas Yakub, H.Udin Rahmani dan H. Dien Yatim
PSII diwakili : Harun Yunus dan Darajad Daud
GPII diwakili : Ilyas Dt. Majo Indo.

(kolektor sejarah web blog)

 

July ,13th.1949

(a)Power is transferred back from the emergency PDRI government under Prawiranegara to the Republican government in Yogya under Sukarno.Dutch-created states hold conference, support joining the Republic.

(b) After transferred of Power fro PDRI, begin the first NRI Cabinet meeting(bersidang) at Yogjakarta.( one photo)

 

 

(a)The Dutch delegation  lead by DR. Van Royen arrived at Maguwo airtport Yogja, welcome by the Indonesian delegiati n leader Mr.Moh Roem (two photoa)  and at night for the distinguist guest ,presiden Soekarno made the reception(one photos)

 

 

 

 

 

 

August 1949

Menjelang adanya perintah penghentian tembak menembak (cease fire) antar pasukan R.I. Dan Belanda di bulan Agustus 1949, pasukan-pasukan Belanda sudah mulai menurun nafsu menyerbu dan menyerangnya, begitu pula satuan tentera Belanda yang berada di Palupuh tidak aktif lagi mengadakan patroli-patroli.

Tapi masih dalam suasana siap siaga dalam beberapa minggu di Pasir Lawas (kira-kira 3 kilometer dari Palupuh) telah dapat disiapkan pembangunan sebuah tugu peringatan perjuangan Front Palupuh, yang diresmikan pendiriannya pada tanggal 17 Agustus 1949.

Pada tugu ini dilukiskan lambang Mobbrig (roda bergigi), lambang TNI (bintang segi lima) dan bambu beruncing bersilang melambangkan perjuangan rakyat. Peresmian tugu ini dilakukan oleh Kepala Kepolisian Propinsi Sumatera Tengah (Bapak Suleiman Effendi) dan dihadiri oleh pasukan-pasukan bersenjata dan rakyat yang berada di sekitar Front Palupuh (Sektor II DPA).

 

(Adrin Kahar)

 

 

August,3rd.1949

 

Bovenkarspel – Java 3.8.1949 rein blokstempel : Enkhuizen – Amsterdam E

 

 Belanda di bulan Agustus 1949,

 pasukan-pasukan Belanda sudah mulai menurun nafsu menyerbu dan menyerangnya, begitu pula satuan tentera Belanda yang berada di Palupuh tidak aktif lagi mengadakan patroli-patroli.

 

Tapi masih dalam suasana siap siaga dalam beberapa minggu di Pasir Lawas (kira-kira 3 kilometer dari Palupuh)

 

telah dapat disiapkan pembangunan sebuah tugu peringatan perjuangan Front Palupuh, yang diresmikan pendiriannya

 pada tanggal 17 Agustus 1949.

 

Pada tugu ini dilukiskan lambang Mobbrig (roda bergigi), lambang TNI (bintang segi lima) dan bambu beruncing bersilang melambangkan perjuangan rakyat.

 

 Peresmian tugu ini dilakukan oleh Kepala Kepolisian Propinsi Sumatera Tengah (Bapak Suleiman Effendi) dan dihadiri oleh pasukan-pasukan bersenjata dan rakyat yang berada di sekitar Front Palupuh (Sektor II DPA).

 

Sesudah pasukan Belanda me-ninggalkan Palupuh dan beberapa minggu sebelum kembali memasuki kota Bukittinggi di awal Desember 1949, markas Mobbrig/Sektor II DPA pindah ke Pasar Palupuh.

Kembali ke Bukittinggi.

Selama markas berada di Palupuh, pasukan-pasukan dihimpun dan mendapat penataran / latihan khusus dalam rangka mempersiapkan diri untuk kembali masuk kota atau daerah-daerah yang akan ditinggalkan oleh pasukan-pasukan Belanda.

 

Source

http://aswilblog.wordpress.com/2010/03/22/sekilas-sejarah-berdirinya-brimob-daerah-sumbar/

 

 

 

Republic troops retake Surakarta.

The rarest Indonesian revolutionary stamps was Surakarta Military Stamp,

issued during august 1949 for a military service in the Surakarta(Solo) area after the Dutch had taken over nearly all Republican areans on.Java,

500 copies were printed,of which about 25 exist today.Mr Vrijdag have one on cover appear to be unique.light karang-Pandan 15….,on home made cover to surabaia,envelope made from a PT Surakarta official circulare about collection oftaxes(the illustration very bad,but I try to repaired with modern digital technologic.This the only one I ever seen until now)

 

 

 

 

 

This rare stamps without gum .design by Djoko Koentoro,info from dai Nippon club catalogue,look below

 

Dr Iwan ever seen  five collection,

one

used off cover from Dai Nippon catalogue

 

 

And three

 from Indonesian collections harijanto Surabaya,Ariesta jogya,and Mr Endy stamps trader in Jakarta.

 

Also block three from Suwito harsoono collections,at least block eight ex collections lakmana suryadarma-thung Kimtek and now belonging to Jakarta collectors trader Erick.

 

(I donnot have this rare stamps because too many fake one,and I want tke used on cover,still hunting until now-Dr Iwan note)

The Military Surakrta stamps information from V.Esbensen Catalogue 1980:

Surakarta Military stamp issued during August 1949 for a military postal services in Surakarta(Solo) area after the Dutch had taken over nearly all republican areas on Java.500 copies were printed,of which 25 exist today(added block eight ex suraydarma ,Tung Kim Tek now Eric collection and bloc three ex Suwito collection,total 36 exist).Revenue stamps(I ever seen) and a postal card(I never seen) exist today.The following cover(look above) appears to be unique,only one evers seen until now.

 

In Esbensen catalogue only one used  send from Karang Pandan to soerabaja on home made cover of  PTT Surakarta official circulair about  collections of Taxes

 

 

 

In July 2012,

New info from my friend via facebook,he found two block eight Soerakarta Military Stamps in mint unperforrated plate block 0150 and 0473 , same with Mr Eric collection are these genuine or fake still in research, thus same with Ir Eric collections of ex General suryadarma collections. please comment from the senior philatelist

 

 

 

 

 

August,4th.1949

The Rare  food distribution zegel label , for used in the Ombilin coal mine store Sawahloento West Sumatra.

August 7th.1949

Darul Islam movement formally breaks with the Republic of Indonesia.

 

Darul Islam Flag

Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI)yang artinya Rumah Islam adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 (12 Sjawal 1368) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di di desa Cisampah, kecamatan Ciawiligar, kawedanan Cisayong Tasikmalaya, Jawa Barat.

Gerakan ini bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam”, lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa “Negara berdasarkan Islam” dan “Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits”. Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk memproduk undang-undang yang berlandaskan syari’at Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Alqur’an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan “hukum kafir”, sesuai dalam Qur’aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 145

 

Proklamasi NII

PROKLAMASI
Berdirinja NEGARA ISLAM INDONESIA

Bismillahirrahmanirrahim Asjhadoe anla ilaha illallah wa asjhadoe anna Moehammadar Rasoeloellah
Kami, Oemmat Islam Bangsa Indonesia MENJATAKAN:
Berdirinja ,,NEGARA ISLAM INDONESIA”
Maka hoekoem jang berlakoe atas Negara Islam Indonesia itoe, ialah: HOEKOEM ISLAM
Allahoe Akbar! Allahoe Akbar! Allahoe Akbar!

Atas nama Oemmat Islam Bangsa Indonesia
Imam NEGARA ISLAM INDONESIA
Ttd
(S M KARTOSOEWIRJO)
MADINAH-INDONESIA, 12 Sjawal 1368 / 7 Agoestoes 1949

Tanggal 7 Agustus 1949

secara resmi Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) yang berlandaskan kanun azasi 

 

 

 

read  znkther NII proclamation  version from kempen 1955 at next page

 

 

 

 

 

 

Apa yang dinamakan dengan Proklamasi Negara Islam Indonesia adalah sebagai berikut

 

PROKLAMASI

Bedirinya

NEGARA ISLAM INDONESIA

نيغا الإسلام في أندونيسيا

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA DAN MAHA ASIH

اسم الله عز وجل ومحبة

Kami Umat Islam Bangsa Indonesia  Nebyatakan

Berdirinya

NEGARA ISLAM INDONESIA

Maka Hukum yang berlaku atas Negara Islam *Indonesia itu, ialah :

HUKUM ISLAM

ALLAHU AKBAR!    ALLAHU AKBAR!  ALLAHU AKBAR !

 

Atas nama Umat Islam Bangsa Indonesia

IMAM NEGARA ISLAM INDONESIA

 Tertanda

S.M.Kartosuwirjo

 

Medinah Indonesia, 12 sjawal 1368/7 Agustus 1949

 

Penjelasan Singkat

1.Alhamdullilah, ,maka Allah telah berkenan Mencurahkan KurniaNYA yang mahabesar , atas nama umat Islam , ialah NEGARA KURNIA ALLAH, yang meliputi seluruh Indonesia.

 2.Negara Kurnia Allah itu adalah “NEGARA ISLAM INDONESIA” atau dengan kata-kata lain “AD-DAULAT-UL-ISLAMIYAH” atau dengan singkatnya yang sering dipakai orang “ D.I.”

Selanjutnya hanya dipakai satu istilah resmi

NEGARA ISLAM INDONESIA”

3.Sejak bulan September 1945 ,ketika turunya Belanda  ke/ di Indonesia khususnya ke /di Pulau Jawa, kemudian dari itu Proklamasi berdirinya Negara  Republik  Indonesia tutup, maka Revolusi Nasional yang mulai pada 17 Agustus 1945 merupakan PERANG, maka sejarah masa itu adalah INDONESIA DIDALAM KEADAAN PERANG.

 

4.NEGARA ISLAM INDONESIA tumbuh dimana Perang ditengah-tengah REVOLUSI Nasional yang pada akhir kemudian, setelah Naskah Renville dan Umat Islam Bangsa Indonesia bangun serta  bangkit melawan keganasan Penjajah dan Perbudakan yang dilakukan oleh Belanda , beralih sifat dan wujudnya menjadilah REVOLUSI ISLAM atau PERANG SUCI.

5.Isja Allah, Perang Suci atau Revolusi Ilsam itu akan berjalan terus .

(kempen 1955)

 

August,9th.1949

The rare Money Order (binnenlanden Postwissel) send from pontianak in city with smelt 121/2 sen stamps.

August, 11th.1949

Ceasefire on Java.

August 12th 1949

Postally used federal state postal stationer smelt 2 sen send from Pajakumbuh with federal postal Satmped CDS Republik Indonesia stamped which the  rep Indonesia clean off(dibersihkan) to Van Dorp book store Batavia centrum(jakarta pusat)(This special  card send from Mr W.D my senior  phillatelist friend’s farther Dr Adnan  W.D, the medical doctor in Payakumbuh where my father and grandfather live during Dai Nippon Occupation,my sister Elina born there in 1947-Dr iwan Notes)

August, 15th.1949

a)Ceasefire on Sumatra.Hamengkubuwono IX of Yogya coordinates handovers from Dutch to Republic.Dutch begin releasing 12,000 prisoners.

b) in this day Rosihan anwar,senior reporter, by Skymaster airoplane depature from Jakarta and arriev schipol airport in august 17th 1949.

c)postally used cover from batavia centrum with ovpt Indonesia stamps to semarang

 

August,17th,1949.

In this day the Indonesia KMB delegation arrive schipol airpot and staright to Kurhaus. Prime menister Moh Hatta made anniversary of Indonesia Independece Proclamation reseption, at the reseption Rosihan anwar seen Sultan hamid from pomntianak, Anak Agung Gde Agung ZPrime menister of NIT(negara Indonesia Timur) they were the BFO leader,also Dutch employeed.

 

The pamphlet in 17 august 1949 four year Indonesian Independent  proclamations

 

 

the 4th anniversary of Indonesian independence – August 17, 1949

The Dutch economy was very dependent upon the wealth coming from its southeast Asian colony —
and the Dutch were in no

 

Crowds in Djakarta celebrating the 4th anniversary of Indonesian independence – August 17, 1949

 

 

Achmed Sukarno challenging his Indonesian countrymen to grand acts of patriotism

 

 

 

 

August,19th.1949

the official free stamps cover from Resident Ommelanden batavia Meestercornelis(jatinegara) to Batavia centrum(Jakarta pusat),rare postally used cover from jambi,because  Jambi still fight with Dutch army until june 1949.(provenanance Dr Iwan At Jakarta in 2011)

 

(b) After Presiden soekarno and vice Prsediedent Moh.Hatta back to Yogja, The PDRI  Sjafruddi PrawiraNearaa hasd gave back the NRI Gouvernment ’s  Mandat to them. and on august,20th.1948, the instruction of Vive Prime menistry for Sumatra at Kutaradja for vice the the central Gouvernment, with the president instruction ,the vice Prime menistry will helped by the Dewan pembantu and Penasehat(advisor) which consist The Gouvernment comisaris(Komisaris Pemerintah) for north sumatra,Central sumatra and south sumatra and Panglima Tentara and Territorial Sumatra

 

August,20th.1949

The Advocate cover send registered  from  Pontianak  to same  city Potianak with wilhelmina stamp,overprint indonesia and smelt numeric stamp rate 35 sen . this time Pontianak as the Dewan Kalimantan Barat State,lead by Sultan Hamid II.

Provenance Dr Iwan  at Pontianak In 1992

 

August,21th.1949

 

 

( Berg en Terblijt ) Valkenburg – Medan Ned. Indie 21.9.1949

Militair tarief

 

 

August 23 th.1949

 

1)Round Table conference begins in the Hague. Hatta head delegation for the Republic of Indonesia, Sultan of Pontianak heads delegation from the Dutch-created states.

2)Postal Used cover send from Bangkalan CDS 23.8.49 to Sorabaia CDS  24.8.49 (rare cover send during KMB Round Table conference.)

 

3) Special Post Mark Ronde Tafel conference s’gravenhage 1949 send from s’grafeluke zaal 23.8.49 to Althier.

4)Bagaimana jalannya KMB? Tiga delegasi yang berunding Belanda,Republik Indonesia,Golongan Federal yang dihimpun dalam Bijzonder Fedral Overleg(BFO) .Dalam praktik Republik dan BFO menyatu bila menghadapi Belanda, beberapa Komisi dibentuk :Komisi politik :  disana Bung Hatta domina, Ekonomi ,disana DR Sumitro Djojohadikusumo menyangkal kebenaran angka-angka utang yang diajukan Belanda, Komisi Pertahanan,dimana Republik diwakili oleh DR J.Leimena dan Kolonel TB Simatupang serta Komisi Kebudayaan dima Mr ali Sastroamijoyo berperan.

Hasil KMB, Belanda tidak bersedia menyerahkan Papua (Irian) Barat  kepada Republik Indonesia Seikat.Penyelesaiaannya ditangguhkan untuk masas satu tahun , RIS harus mengoper hutang Belanda yang telah dibuatnya dalm memrangi NRI 4.100 Juta Gulden,sedangkan menurut hitungan Sumitro justru Belanda yang berutang kepada Indonesia 500 juta gulden.di bidang pertahanan  Belanda mau membikin tentara KNIL sebagai intisari tentara RIS, ini ditolak dengan tegas oleh Leimena dan TB Simatupang akhirnya Belanda setuju TNI kekuatan pokok tentara RIS.Belanda tetap tidak mau mengakui proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Sukarno-Hatta, Belanda hanya mengakui penyerahan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949 sebagai bermulanya negara merdeka berdaulat berbentuk Federal yaitu RIS.

 

 

World Recognition and Indonesia’s Sovereignty

 

The Round Table conference was opened in the Hague on August 23, 1949, under the auspices of the UN. It was
concluded on November 2 with an agreement that Holland was to recognize the sovereignty of the Republic of Indonesia.

August,23th.1949

 

DI/TII Jawa Tengah muncul berawal dari adanya Majelis Islam yang dipimpin oleh Amir Fatah.

Amir Fatah yang merupakan komandan Laskar Hizbullah yang berdiri sejak 1946 menggabungkan diri dengan TNI battalion 52 dan berdomisili di Brebes-Tegal.

 

Dia mendapatkan pengikut yang banyak dengan cara menggabungkan laskar-laskar untuk masuk ke dalam TNI. Setelah mendapatkan pengikut yang banyak maka pada tanggal 23 Agustus 1949 di desa Pengarasan, Tegal, ia memproklamasikan berdirinya Darul Islam (DI). Pasukannya di berinama Tentara Islam Indonesia (TII). Ia menyatakan gerakannya bergabung dengan Gerakan DI/TII Jawa Barat pimpinan Kartosuwiryo.

 

     

 

 

Di Kebumen juga terdapat gerakan yang bernama Angkatan Umat Islam yang dipimpin Mohammad Mahfud Abdurrahman (Kyai Somolangu). Gerakan tersebut juga bermaksud membentuk Negara Islam Indonesia dan bergabung dengan Kartosuwiryo.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

August 27th.1949

 

 

 

Operasi militer untuk menumpas gerakan DI/TII dimulai pada tanggal 27 Agustus 1949. Operasi ini menggunakan taktik ”pagar betis” yang dilakukan dengan menggunakan tenaga rakyat berjumlah ratusan ribu untuk mengepung gunung tempat gerombolan bersembunyi. Tujuan taktik ini adalah untuk mempersempit ruang gerak DI/TII. Selain itu digunakan juga Operasi tempur Bharatayudha dengan sasaran menuju basis pertahanan DI/TII.

 

 

 

September 1949

Upaya damai dilakukan pemerintah RI melalui Moh. Natsir (pemimpin Masyumi) melalui surat tetapi tidak berhasil. Bahkan upaya untuk membentuk komite yang dipimpin oleh Moh. Natsir pada bulan September 1949 tetapi upaya tersebutpun gagal mengajak Kartosuwiryo untuk kembali ke pangkuan RI.

Sept.5th.1949

On the 5th of September 1949 talks held in Bangko  Regents Office, the delegation of the Local Joint Committee escorted the heavily armed military section with a red and white flag.

Negotiations went lancer with the results as follows:

1. The concentration of military forces

a. Troops belonging to the battalion “Gatot Kaca” gathered at the Port Merlung and Trade, as a liaison officer Lieutenant Junior ditnjuk A. Hadi

b. Troops belonging to the Battalion “Cindur Mato” gathered in Rantau Ikil and Land Grows, as Liaison Officer was appointed Second Lieutenant M. Nawawi.

c. Troops belonging to the Battalion “Gajah Mada” gathered at the Bangko as Liaison Officer was appointed Lieutenant Suhaimi.

 

 

2. Pemberitahun

a. Notification to the concentration and position in the cease-fire Battalion Commander Sub territory handed over to Edinburgh via couriers.

b. All will be summoned to the Battalion Commander Tembesi Estuary and will be given instructions by Major Brori Mansyur Local Joint Committee as Members of Indonesia Jambi area.

c. Prior to October 10, 1949, the Dutch Army had to be withdrawn from towns outside the city of Edinburgh, and was replaced by TNI troops.

d. Dutch assistance was sought in the transfer of members of the TNI from the pockets of concentration Guerrilla place.

e. Wasted Ayang troops will occupy the Muara Tebo.

f. Forces BT, BB, CPM Team, Police Squad’s time to move to the Air samapai thunder where Dutch troops will leave the Muara Bungo so that these forces immediately occupied the Muara Bungo.

g. Regarding Troops Battalion Gatot Kaca, Major Brori Mansyur held the first talks between the envoys battalion Gatot Kaca Captain (N) Soerjono with leaders of the Dutch Army Detachment, Kuala Tungkal tensions. Major Brori Mansyur accompanied by Major Z. Rivai directly intervened to negotiate with Chief of Staff Captain Wolterbeck Regiment in the Trenches Deli Dutch Kuala Tungkal.

After a full explanation is given, then the TNI in Kuala Tungkal willing to concentrate on Tungkal Ulu, namely TNI CPM Squad led by Sergeant Major A. Murad Alwi, Navy forces under the command of Sergeant Major T. Arwansyah, while the police led by Inspector Mahyuddin remain in Kuala Tungkal

September,8th,1949

Departemen van Gezonheid(Health) roundschrijfen(round letter) about the International certificate of Pooken(cacar or variolla) vaccinatie(vactination). send to all health office in Indonesia federal state send b y the secratary of Healt department Dr G.Sieburg:

1.Inspectuer v.gezonheid Oost-java Suarbaya, Batavia,Semarang,Padang and sabang.

2.Residentie artsen(Medical doctor) banjarmasin,Samarinda,pontianak,Pangkalpinang,and tanjungpinang.

3.Menistry of Healt Negara te Pasoendan(Pasundan state)(the menistry was my friend father Dr Kornel singawinata,look his picture in December ,27th.1949).

3.Health and Social departemen of Negara Sumatera Selatan.Palembang.(Osut sumatra State)

4. Menistry of heakt Negara Indonesia Timur NIT(east Indonesia State) at Makasssar.

5. menistry of Healt Negara sumatra timur(East sumatra State) at Medan

6, the chief of Health departement at batavia

7.Directir of Pasteur Insttitue at bandung

8. The Seaport Medical doctor at Tandjoeng Priok,Soerabaja,Semarang,Makasa,belawan.

with the variolla certicate form.

 

September,28th.1949

September,28th.1949

 

28.9.48, Erstflugbrief KLM Batavia-Bangkok-Shanghai mit Buntfrankatur[ Brief]

 

 

Rotterdam – Leeuwarden 28.9.1949

a/b SS Volendam – Holland America Line

 

Send on the boat(paquebot) during the road to DEI

September.29th,1949

 

 

 

 

The Dutch KNIL RVA 42th army’s Officer ceremony at Aloen Aloen Madiun in September,29th.1949

 

 

 

 

The Dutch KNIL RVA 42th army’s Officer ceremony at Aloen Aloen Madiun in September,29th.1949

 

October 1949

 

October,16th.1949

 

INDONESIA. 16.10.1949. Envelope to M.V. TABIAN at PORT SAID with mixed franking of Netherlands 30c. Wilhelmina and 80 sen Indonesia tied by MEDAN datestamp. Obverse also bears Egyptian censor cachet and strip.

 

 

 

 

 

 

October,18th.1949

 

 

The Secretary of Round Table Conference delegation of BFO  sent Dienst Airmail latter  from CDS S’gravenhage 18.10.1949 to Batavia

October,20th.1949

The postally used cover from Amboina to Batavia with building stamps

 

Connecting to 1949 recognition by Dutch, the reactions in the field was not always easy for the new Republic of Indonesia. One of them was insurgency from  some ex-Dutch formed army, KNIL (Koninklijk Nederland-Indisch Leger, The Dutch East Indies Army). Many KNIL members were from Eastern people from Sulawesi and Moluccas that generally had closer relationships with Dutch because their more privileges in economy, politics and education during the Dutch colonialism due to their faith, mixed blood and became closely similar habits. Knowing that the new formed Republic of Indonesia would reduce their status than they had before, the insurgency begun by some ex-KNIL members and eastern politician leaders. That ex-KNIL and eastern politician leaders rebel became serious threat to central government in Jakarta with the movement called RMS (Republik Maluku Selatan; Republic of the South Moluccas).

During the eradicating of the RMS immunity, Lieu. Col. Slamet Riyadi and Colonel Alexander Evert Kawilarang who in the front line commanding the troops were inspired and amazed by effectiveness and combat ability (especially in men’s sniping) of ex-KNIL members that also helped by KST (Korps Speciale Troepen) during insurgency. They then inspired to build a similar force for Indonesia. However, at that time, neither of the Indonesian commandants had any experience or skill in special operations. (However, Lieutenant Colonel Slamet Riyadi would not see his dream realized due to his death in a battle against the troops of the RMS).

Not long after, with the use of military intelligence, Colonel Kawilarang located and met with Captain Major Rokus Bernardus Visser – a former member of the Dutch Special Forces who had remained in independent Indonesia, settled in West Java, married an Indonesian woman, and was known locally as Mohamad Idjon Djanbi. He was the first recruit for the Indonesian special forces, as well as its first commandant. He later re-positioned to become Major after his request to be at least one rank higher than any his trainee. Due to him, the unit adopted a Red Beret similar to that of the Dutch Special Forces, which is still in use by the present Kopassus.

 

Col. A. E. Kawilarang, Lieu. Col. Slamet Riyadi and staffs arrived in Ambon, 1950

 

Brig. Gen. Slamet Riyadi & Col. Kawilarang & Maj. M. Idjon Djanbi

October,22th.1949

(1) the Death certifiacte of chinese oversead ,who pass away in poor (dalam keadaan miskin) n the Krangan evacuation cap semarang, legaluized by pengurus pengungsi Tionghoa semarang(Semarang tionghoa refuugee administrator)

 

November 1949

November 2

The Hague Agreement is the result of the Round Table Conference: “Republik Indonesia Serikat” is supposed to have the crown of the Netherlands as a symbolic head, Sukarno as President, and Hatta as Vice-President. It consists of 15 Dutch-created states plus the original Republic. Sovereigny is to be transferred by December 30. Dutch investments are protected, and the new government is responsible for the billion-dollar Netherlands Indies government debt. The Dutch keep Irian Jaya.

 

 

 

The Round Table conference was opened in the Hague on August 23, 1949, under the auspices of the UN. It was concluded

on November 2nd 1949

with an agreement that Holland was to recognize the sovereignty of the Republic of Indonesia

Nov.29th,1949

The rare posatlly used change of adress 2 sen dacer stationer card send from Palembang to malang,one stamp (1 sen) off.

December 1949

 

Top of Form

Can anyone tell something about this “mission”?

Comments to the webmaster
The “Mission Militer Belanda” or “Dutch Military Mission” is an institution founded
end of 1949 in the period in which the Netherlands negotiated with Indonesia on the transfer of sovereignty.

 For various reasons did the Netherlands after the transfer of sovereignty has any authorityexercise in Indonesia (protection compatriots, protect Dutch companies but also support of the Dutch contribution to the Union with the VSI (United States of Indonesia).

 

It was hoped in this way any influence to continue uitoefenen.Indonesie rejected all requests made off except a final offer of the Netherlands through a Dutch Military Mission to the establishment of the Indonesian armed forces to assist with advice, training, materials and documentation.

 

A kind of “consultant agency” as the Americans later in Vietnam hadden.Deze mission would help to set up including the Indonesian Navy and Army (obviously hoped Netherlands over there to sell and there are certainly when naval vessels and 30 years later tanks transferred).

 

 

 

 

the mission was established in December 1949 and had in some places like Jakarta (headquarters), Bandung (military construction), Surabaya (marine construction), Semarang etc subdivisions as local liason worked with the Indonesian Defence.

 

After the breakup of the Union on 10August 1954 the mission was canceled.

 

 After the restoration of diplomatic relations late 70 `thereyears, the function performed by the military attaché.

 

Attached is a Dutch army order of the existence of the mission is shown with the uniform emblem.
JPGvdM

 

 

 

 

 

 

 

5 Desember 1949

Sesudah pasukan Belanda meninggalkan Palupuh dan beberapa minggu sebelum kembali memasuki kota Bukittinggi di awal Desember 1949, markas Mobbrig/Sektor II DPA pindah ke Pasar Palupuh.

Kembali ke Bukittinggi.

Selama markas berada di Palupuh, pasukan-pasukan dihimpun dan mendapat penataran / latihan khusus dalam rangka mempersiapkan diri untuk kembali masuk kota atau daerah-daerah yang akan ditinggalkan oleh pasukan-pasukan Belanda.

 

Sesuai dengan perundingan pihak R.I. Dengan pihak Belanda, maka pada tgl. 5 Desember 1949 seorang Inspektur Polisi Belanda didampingi oleh seorang “Hoofd-agent” beserta dua orang sopir polisi Belanda membawa satu truk dan satu pick-up datang ke Palupuh dari Bukittinggi.

(Adrian kahar)

 

Tgl. 5 Desember 1949 menjelang sore, satu jeep dengan tulisan Mobiele Brigade, diatasnya berada Inspektur Polisi I Amir Mahmud dan Inspektur Polisi II Mandagi K. Situmorang diiringi oleh sebuah pick-up dan sebuah truck berisi pasukan Mobbrig memasuki kota Bukittinggi lewat Jirek, pasar ternak, Aur Tajungkang, jalan Landbouw terus ke Tarok. Sore itu juga dilakukan upacara penaikan bendera Merah Putih di Markas Tarok yang dihadiri oleh Komandan Mobbrig bersama Komandan Brigade Banteng Sub. Territorium IX (Let. Kol. Dahlan Jambek).

 

 

Dalam harian Haluan, 18 Maret 1982, terberita bahwa monumen perjuangan perlawanan rakyat bersama Mobbrig yang terletak di desa Palupuh Rimbopanjang Sumbar dalam waktu dekat akan dipugar. Bahwa pemugaran yang diprakarsai oleh Kapolri Dr. Awaluddin Djamin tersebut telah disepakati oleh seluruh lapisan masyarakat, ninik mamak dan pemuka-pemuka masyarakat, semoga akan terwujud dalam waktu dekat sebagai pelengkap dari tulisan-tulisan sejarah Front Palupuh yang telah terdapat dalam beberapa buku.

Adrin Kahar (Haluan Padang, 5 April 1982)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7 Desember 1949

 

Kedatangan mereka ini adalah untuk menjemput 33 orang anggota Mobbrig yang akan bertugas sebagai pasukan keamanan di Bukittinggi di saat-saat pasukan Belanda akan meninggalkan Bukittinggi di tanggal 7 Desember 1949.

 

Penulis berasa beruntung sekali terpilih untuk menjadi anggota pasukan 33 ini. Karena penulis sendiri tidak mempunyai pangkat kepolisian (maklum hanya seorang anggota TP yang menggabung) maka oleh pimpinan diberi pangkat Agen Polisi I terhitung mulai 1 Desember 1949.

 

(sdrian Kahar)

 

Tgl 7 Desember 1949,

 jam 11.25

 sirene pertama berbunyi, suatu tanda bahwa tentera Belanda akan segera meninggalkan kota. Sirene kedua bernunyi, pasukan-pasukan R.I. Mulai memasuki Bukittinggi dari berbagai jurusan, sedangkan satuan Mobbrig masuk dari arah Tarok terus ke Birugo (kompleks polisi) dan kemudian membentuk satuan-satuan patroli.

 

Setelah penyerahan kota Bukittinggi, Padang Panjang dan lain-lainnya dari pihak tentera Belanda kepada pihak R.I. terakhir Padang secara resmi diserahkan pada 27 Desember 1949. Dalam rangka timbang terima masalah keamanan dari Belanda ke pihak Republik Indonesia di Padang, kesatuan Mobbrig dari Bukittinggi mendapat kepercayaan pula bersama dengan kesatuan-kesatuan angkatan lainnya untuk bertugas.

 

Dalam harian Haluan, 18 Maret 1982, terberita bahwa monumen perjuangan perlawanan rakyat bersama Mobbrig yang terletak di desa Palupuh Rimbopanjang Sumbar dalam waktu dekat akan dipugar. Bahwa pemugaran yang diprakarsai oleh Kapolri Dr. Awaluddin Djamin tersebut telah disepakati oleh seluruh lapisan masyarakat, ninik mamak dan pemuka-pemuka masyarakat, semoga akan terwujud dalam waktu dekat sebagai pelengkap dari tulisan-tulisan sejarah Front Palupuh yang telah terdapat dalam beberapa buku.

Adrin Kahar (Haluan Padang, 5 April 1982)

 Sumber

http://aswilblog.wordpress.com/2008/10/04/mengenang-front-palupuh-dengan-mobbrig-nya/

 

Tanggal 7 desember 1949,

 kota bukittingi sudah dipulihkan pada Republiken(orang republik) . Drang-barang saya yang ditinggalkan di pedalaman sudah dijemput kembali  oleh isteri saya diantaranya prangko simpanan saya yang dikumpulkan tahun 1942 dan seterusnya sudah distempel(dicap).

Karena saudara ada di Emma Haven(pelabuhan Teluk Bayur ) , apakah ada orang Euro yang menanyakan(membeli) prangko tersebut, sekiranya ada (mungkin) ada yang senang (menyukakannya) boleh saya kirimkan pada saudara, hasilnya 1/3 buat saudara  dan 2/3 buat saya, atau ka;lau mungkin tukarkan dengan kain untuk pantalon(celana) jadi juga.

 Maklumlah dari prangko yang sudah dioverdruk(cetak tindih) bermacam-macam selama pendudukan Jepang dari 1 c sampai 1,2, dan 5 gulden.

Prangko pendudukan jepang  yang dibikin(dibuat)  indonesia , prangko Jepang yang dipakai di Indonesia,serta prangko republik 1c,2c ,21/2c,3c, 5c,10c,15c ,30c,40c,50c, rp.1,rp.2.rp.3,50(sukarno)  

seluruhnya belum dicap(distempel).

Selain itu prangko tersebut diatas ada 100 buah prangko yang berasal dari euro lama yaitu Bayern,belgia,Bosnia-Germany-Findland-Franch,Swiss,Nederland dan Russia bermacam-macam rupa(bentuk) dan belum pernah dicap(stempel) dan adapula yang sudah dicap. Berilah kabar (kepada) saya dengan lekas(cepat0 ,supaya lekas pulah dikirimkan. Demikianlah supaya saudara maklum,salam saya Djamoen.

PS. hal ini jangan diberi tahukan hendaknya (kepada) kawan-kawan(teman) kita, malu kita !!!!

english translate:

On 7 December 1949, the city has been restored bukittingi the Republicans (the republic). Drang my things left in the interior has been picked up again by my wife whom I collected stamps deposits in 1942 and beyond has been stamped (branded). Because you are in Emma Haven (Bay harbor Bayur), is there anyone who asks Euro (bought) such stamps, if there is (probably) there is a happy (menyukakannya) May I send it to brothers, the result is 1 / 3 for the brothers and 2 / 3 for me, or ka; lau may change with the cloth for trousers (pants) so well. It’s known from stamps that have been dioverdruk (print overlapping) vary during the Japanese occupation from 1 c to 1.2, and 5 guilders. Japanese occupation stamps are made ​​(made) Indonesian, Japanese stamps used in Indonesia, as well as stamps of the republic 1c, 2c, 21/2c, 3c, 5c, 10c, 15c, 30c, 40c, 50c, Rp.1, Rp.2. Rp.3, 50 (Sukarno) has not been entirely stamped (stamped). Besides the above there are 100 postage stamps fruit that comes from the old euro namely Bavaria, Belgium, Bosnia-Germany-Findland-Franch, Switzerland, Netherlands, Russia and many kinds of creatures (form) and have not been stamped (stamp) and those that are already stamped. Give the news (to) me with a quick (cepat0 so quickly pulah sent. So that you understand, my greetings Djamoen.

PS. This should not be announcing should (to) my friends (friends) we, ashamed of us!!

 

 

 

December,13th.1949

The unique letter sheet(postblad warkatpos) postal stationer smelt 10 sen send from  Bukittinggi to Mr Soewil the chief of Emma Haven Post Office(Teluk Bayur), with interesting letter

December,14th.1949

Simpelveld – Medan 14.12.1949

 

 

 

 

 

 

Airmail postally used Christmas card send from simpelbveld  to Dutch Soldier  Major at Medan in 14.12.49

 

 

December,16th.1949

Pada tanggal 16 Desember 1949

di Yogyakarta Ir. Soekrano dipilih sebagai Presiden RIS, Moh. Hatta menjadi Perdana Menteri, dan Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX sebagai Koordinator Keamanan yang memegang kekuasaan tertinggi atas kepolisian dan institusi kemiliteran, sedangkan sebagai wakilnya diangkat Kepala Kepolisian Negara R.S. Soekanto yang menangani tanggung jawab kepolisian

December,17th.1949

The rare postally used change of adress 2 cwnt dancer stationer card add smelt 1 sen stamps (rare 3 sen) send from  from surabaya in city.

December 19th.1949

Universitas Gadjah Mada founded at Yogya.

December.20th, 1949

Menurut informasi yang belum dapat dibuktikan, di Kantor Pos Pusat Jogyakarta di jual prangko cetak wina muali dari tanggal 15 Desember 1949, dan dinyatakan  dapat digunakan sampai tanggal 1 agustus 1950, dan prangko cetak Wina UPU juga dijual  kantor pos Jogyakarta  mulai 1 december 1949 sampai  1 Maret 1950 dan dinyatakan berlaku sampai 1 juli 1950. (sampai saat ini belum pernah ditemukan prangko in9i digunakan diatas sampul dengan stempel pos yang asli, banyak koleksi CTO yang plasu beredar, baca artikel misteri prangko cetak wina di web blog ini hhtp://www.Driwancybermuseum.wordpress.com dan juga di blog lain hhtp://www.iwansuwandy.wordpress.com)

Prangko cetak wina edisi pertama dengan ejaan lama Repoeblik,dipesan oleh PTT NRI yang waktu itu dipimpin oleh Mas Suharto, prangko ini tak sempat dipergunakan karena Class kedua 8-20 Desember 1948, january 1949 Mas Suharto dijemput tentara NICA yang kemudian hilang dan jazadnya tidak diketemukan, lihat foto profil  almarhum  dan foto keluarga.

 

 

Prangko cetak wina dengan ejaan baru Republik dipesan oleh pimpinan PTT NRI 1949-1951 R.Soekardan,juga mngalama hal yang sama ,prangko di terima 12 Desember 1949 ,sebelum penyerahan kedaulan dari Belanda dan NRI jadi bagian dari RIS  sehingga perako republik Indonesia certak wina dari percetakan USA juga tak daat diedarkan, bersamaan dengan cetak tindih RIS diatas seluruh prangko Indonesia, yang mulai diedarkan April 1950 ternyata cetak wina terlambat lagi sehingga tak sempat diedarkan terburu  RIS diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, demikianlah nasih prangko cetak wina yang cukup tragis itu,lihatlah fot profil R.Soekardan dibawah ini :

 

 

 

 

According to information that has not been proven, at the Central Post Office on the sale of stamps printed Jogyakarta Vienna halted from December 15, 1949, and could otherwise be used until the 1st of August 1950, and print prango Vienna UPU also sold at post offices Jogyakarta from 1 december 1949 to 1 March 1950 and declared valid until 1 July 1950. more info from my friend Mr Hartkamp

Dear Mr Suwandy,
 
How ever I have seen hundreds of canceled envelopes  (more as thousand) and thousands of cancelled Vienna printing stamps, I have never seen a real cancellation before 13 December 1949.
 
After this date I have several envelopes and stamps with are officially used, mostly CTO, but sometimes it seems to be officially used.
 
I have a document (Surat pernjataan) of the P.T.T. witch proves that on 13 Desember these Vienna printings are received at the head office of Jogjakarta.
 
Underneath a part of the text of this document.
 
I do not know what the ‘PR’ and the ‘t.l.n.’ means in: No. 3 / PR / t.l.n. , do you know?
 
 
No. 3 / Pr / t.l.n. Surat pernjataan.——————–( Proces verbal ).-  1.      Pada hari ini tanggal 13 Desember 1949, oleh kami jang bertan-da tangan dibawah ini, Moedjiman komis dan Sahoewin klerk, jang ditundjukoleh dd. (dienstdoende) Kepala Seksi Urusan Uang Anak Seksi IV dalam R VI hoofdstuk VI ma-
sih disebut: Beheerder der Post & Zegelwaarden dari Djawatan P.T.T. (Pos, Telegrap dan
Telepon) Republik Indonesia di Jogjakarta, untuk menerima dan membuka 3 (tiga) bungkusan bersegel dalam keadaan baik dengan perantaraan Sekretariaat kantor Kementeriean Luar Negeri Jogjakarta. Alamat jang tertempel pada salah satu bungkusan ditudjukan pada: “ Republic of Indonesia Office 30 Raffles. PlaceSinggapore / Malayu ” dan alamat jang tertulis dengan potolot merah: “ Stamp    ToRepublic of Indonesia Jogjakarta ”. Setelah bungkusan² tsb. (tersebut) kami buka terdapat 17 ( tudju belas ) buah paket semua tertutup rapih dengan lim pelekat.
Isinja kami periksa dan hitung dihadapan Tuan R. (Raden) Soehardjo Komis dan selaku saksi, jang ikut bertanda tangan dibawah ini, terdapat, bahwa isi² itu————— terdiri dari perangko² tjetakan: “ Staatsdruckerei WienIII di New York dan E.A. Wright Banknote Company of Philadelhia U.S.A. sbb. (sebagai berikat):

(until now has never been found in9i stamps used on the cover with the postmark of the original, many of which plasu outstanding collection CTO, read articles Vienna mystery print stamps on this blog website hhtp: / / http://www.Driwancybermuseum.wordpress.com and also on the blog other hhtp: / / www.iwansuwandy.wordpress.com)

 

 

 

 

New info from Budi about Wien Printing stamps to me

Salam dok,

Menyambung tulisan dokter tentang “Mistery Prangko Indonesia cetak Wina” bersama ini saya kirimkan gambar2 proof prangko tersebut yang sangat langka di bandingkan dengan prangkonyamudah2 an dokter dapat memberikan ulasannya

Proof prangko tersebut saya dapatkan dari keturunan JH Stolow sewaktu saya pergi ke Amerika di tahun 2006 yang memprakasai penerbitan prangko2 tersebut, dalam jumlah yang boleh di katakan lengkap untuk Color proof Miniature sheet dan puluhan Die proof saya menggantinya sekitar US$ 1.100 ,saya kira cukup murah di banding nilai historisnya

Salam,

Budi Rachmanto

December ,24th.1949

Presiden RIS Bung Karno tiba di jakarta dari Jogya

RIS President Sukarno arrived in Jakarta from Yogyakarta

(a)  foto prsedien RIS Bung Karno dan isteri Bu Fatmawati  serta  putranya Guntur  di lapangan terbang  Maguwo Jogya (saat ini Adisucipto) saat akan berangkat ke Jakarta  diantar oleh president NRI Mr Asaat (dibelakang) dan  Letkol Suharto (terakhir presiden Ri,almarhum)  sebagai komandan  WK IIII Jogyakarta.

 

photograph president RIS Bu Bung Karno and Fatmawati wife and son at the airport Maguwo Guntur Yogyakarta (currently Adisucipto) when leaving for Jakarta escorted by Mr. Asaat NRI president (behind) and Lt. Col. Suharto (the last president of the Ri, deceased) as iiii WK commander of Yogyakarta.

 

28 December 1949
Sukarno returns in Jakarta

 
 
 

 

(a)Foto presiden RIS Bung Karno kembali tiba di Jakarta ,didepan lapangan terbang Kemayoran(saat ini kompleks Pekan Raya Jakarta)

(b) 

 

Photo of Bung Karno RIS president arrived back in Jakarta, Kemayoran airport in front of (the current complex Jakarta Fair)

(c) Foto Perpisahan wakil President Moh Hatta dengan Rakyat Djokja,Mr Asaad sedang mengucapkan selamat jalan kepada beliau.

the picture of farawel party with Djogja people with vice presiden RIS Moh.Hatta, Mr Asaad say goodbey to him.

December,23th.1949

The RIS PTT Bukittinggi announcement about the Telephone fee tarief,with legalizied  the chief of Telefon office Republic Indonesia(RI)

 

December 27th.1949

Dutch formally transfer sovereignty to “Republik Indonesia Serikat” (Republic of United States of Indonesia).

On December 27, 1949

the Dutch East Indies ceased to exist. It now became the sovereign Federal Republic of Indonesia witha federal constitution.

The constitution, inter alia, provided for a parliamentary system in which the cabinet was responsible to Parliament. The question of sovereignty over Irian Jaya, formerly West New Guinea, was suspended for further negotiations between Indonesia and the Netherlands.

This issue remained a perpetual source of conflict between the two countries for more than 13 years

27 Desember 1949

1)Upacara Serah terima tanggung jawab Pemerintah dari Pemerintah Belanda diwakili Dr HJ Lovink  kepada Indonesia diwakili  oleh Menteri Pertahanan Hemangkubuwono,Menteri Negara Mr Roem,Menteri Dalam Negeri Ide Anak Agung Gde Agung dan Menteri Sosial Mr Kosasih Purwanegera dan  Pemerintah Belanda mengakui Kedaulatan  RI.

Ceremonial handover of responsibility from the Government of the Netherlands Government was represented Dr. HJ Lovink to Indonesia was represented by Minister of Defense Hemangkubuwono, Minister of State Mr. Roem, Minister of the Interior Ideas Anak Agung Gde Agung and Social Services Minister Mr Kosasih Purwanegera and the Dutch Government recognizes sovereignty of Indonesia

(1) foto penandatanganan protokol serah terima tanggung jawab pemerintahan yang mewakili Republik Indonesia serikat Sultan Hemangku Buwono IX (Menteri Pertahanan) dan disebealh kirinya peguasa Belanda AHJ Lovink di Istana Merdeka(sebelumnya istana Rijswijk)

photo signing protocol handover of responsibility of government representing the Republic of Indonesia union Hemangku Lane IX Sultan (Defense Minister) and his left Dutch Crown representing  AHJ Lovink at Merdeka Palace (formerly the palace Rijswijk

(2) foto pidato Wakil Tinggi Mahkota Belanda Dr H.J.Lovink setelah penanda tanganan serah terima  pemerintahan dan pengakuan kedaulan RI di Istana Merdeka.

 

High Representative’s speech photos Dutch Crown Dr HJLovink after the signing of the handover of government and recognition kedaulan RI at Merdeka Palace

(3)Setelah penandatanganan serah terima dari Pemerinath Belanda kepad RI dan pengakuan kedaulatan RI, dilangsungkan upacara penurunan bendera Belanda merah putih biru dan penaikan bendera Republik Indonesia serikat Merah Putih dihalaman Istana Merdeka Jakarta .

After the signing of the handover of the Dutch goverment to  RI and recognition of the sovereignty of Indonesia, held a ceremony decline Dutch flag red white and blue union flag-raising Red and White Republic of Indonesia Istana Merdeka Jakarta yard

(a) foto penurunan bendera belanda(Dutch Flag decline picture)

 

 

 

(b) foto penaikan bendera RI(RI flag raising pictures)

 

(c) Penghormatan upacara penurunan dan penaikan bendera oleh Sultan Hemangku Buwono IX

 

Respect for flag-raising ceremony and a decrease by Sultan Hamengkubuwono IX

(d)Penghormatan bendera pada upacara penurunan dan penaikan bendera oleh ispektur upacara  oleh Kapten AD Poniman (pernah menjadi Panglima Siliwangi dan terakhir Jendral,Menteri Pertahan dan keamanan RI, saya pernah main tennis dengan beliau saat ia menjadi panglima Komando Daerah Militer 17 agustus  Sumatera barat tahun 1959- Catatan Dr Iwan ),pasukan tiga peleton dengan komandannya Letnan G.H. Mantik.

 

Respect for the flag on the flag-raising ceremony and a decrease by ispektur ceremony by Captain AD Poniman (last-General, Minister defend  and security of RI, I never played tennis with him when he became commander of the Military Regional Command West Sumatra August 17, 1959 – Note Dr. Iwan), with three army peleton ,chief letnan GH Mantik.

(e) Foto Rakyat Jakarta yang menyaksikan upacara penurunan dan penaikan bendera

 

Photo of Jakarta People who witnessed the decline and the flag-raising ceremony

Transfer of power at bandung

 

2) Sampul Peringatan  Pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (Republik Indonesia sovereign State) dengan  mengunakan sampul stasioner hinda belanda  ratu Wilhelmina  12 1/2 sen dengan cetak tindih  sepuluh sen, stempel pos CDS batavia  21.12.49

 

Warning cover of recognition of Indonesian sovereignty States (the Republic of Indonesia sovereign STAE) by using the cover of Dutch queen Wilhelmina stationary hinda 12 1 / 2 cents to ten cents a print overlap, CDS postmark batavia 21:12:49

3) Sampul peringatan pengakuan kedaulatan   RIS 27 Dec 1949 dengan prangko seri bangunan 45 sen dan 50 sen  dengan stempel pos 27.12.49 dikirim kepada Mr Clyde J.Sarzin USA(mungkin  sampul ini CTO, ditemukan oleh Dr iwan Suwandy  di Bangkok tahun 1994). New Information related to Mr Clyde J .Sarzin from my friend Mr Hartkamp ,please read below:

.
Mr. Clyde J. Sarzin (21-05-1915 / 23-11-1987) was a well known stamp dealer!
 

Maybe you find it interesting to know that the cover underneath is certainly CTO.
Mr. Clyde J. Sarzin (21-05-1915 / 23-11-1987) was a well known stamp dealer!
 
 
 
An other answer:
 
The cancelation on this cover is only partly visible.
 
The complete text:
 
VERMELD OP UW
POSTSTUKKEN
NAAM en ADRES
AFZENDER
 
This cancellation is used in ‘s-Gravenhage in the years 1947 to 1951. In Holland a lot of firms changed their names and crossed out the name of Netherlands Indie after 27-12-1949.
Because the written information on this card concerns the payment of a contribution for the subscription of the New Year I suppose that this cancellation is of the beginning of 1950. After a while the firms changed the imprints of their printed matter, so it is not likely that the cancelation is of beginning of 1951.

 

 

The cover of the recognition of sovereignty warning RIS Dec. 27, 1949 with 45 cents postage stamp series buildings and 50 cents with a postmark 27/12/49 sent to Mr. Clyde J. Sarzin USA (maybe the cover is CTO, invented by Dr. Iwan Suwandy in Bangkok in 1994)

4)Kementerian Penerangan mengumumkan,bahwa sejak penyerahan kedaulatan,maka Ibukota RIS ialah Djakarta( ejaan baru Jakarta).

Ministry of Information announced that since the handover of sovereignty, the capital city of  RIS is Djakarta (new spelling Jakarta

5) Pada hari ini juga dilaksanakan beberapa serah terima aset negara,sayang informasinya belum ditemukan. Hanya ada satu foto dari keluarga besar almarhum Osman Singawinata, berupa foto serah terima aset kesehatan dari pihak Belanda kepada pihak Indonesia diwakili oleh Let.Kol. TNI AU Dr Kornel Singawinata,ayah alm Oesman Singawinata, ex menteri kesehatan negara Federal Pasundan disaksikan oleh Bung Karno . Terima kasih atas perkenannya untuk menampilkan gambar yang bersejarah ini kepada isteri bapak Oesman Singawinata(Bu Retno),Disamping itu juga ada foto KOrnel Singawinata dengan Sultan Hemangkubuwono IX.

 

On this day also held several handover of state assets, unfortunately the information has not been found. There is only one photo of a large family of the late Osman Singawinata, a picture of health asset handover of the Dutch to the Indonesian side was represented by Dr. Kornel Singawinata, Osman Singawinata late father, former state health minister of the Federal Pasundan witnessed by Bung Karno. Thank you for your good pleasure to display these historic images to the wife of in memoriam Mr. Oesman Singawinata( Mrs Retno), beside that also the picture of Kornel singawinata with Sultan Hemangkubuwono IX

 

6)Undang Undang Darurat N0.1 Tahun 1949  ditetapkan di Jogjakarta pada tanggal 27 Desember 1949  tentang akan diumumkannya undang-undang federal melalui Radio  dan penyiaran dalam surat kabar harian,ditanda tanganni oleh Presiden Repulbik Indonesia serikat sukarno, Menteri Pertahanan Hemangku Buwono  IX dan Acting Menteri Kehakiman Muhammad Rum .

 

N0.1 Emergency Act 1949 set out in Jogjakarta on 27 December 1949 concerning the publication of legislation going through the federal Radio and broadcasting in a daily newspaper, signed by President tanganni union Repulbik Indonesia Sukarno, Defense Minister Hemangku Buwono IX and Acting Minister of Justice Muhammad Rum.

 

 

 

Desember 1949, Letkol Achmad Yani ( Jend. Achmad Yani ) saat berkunjung ke Temanggung, menemui para pejuang di pertigaan Jl S. Parman – Jl R. Suprapto – Jl Diponegoro ( sekarang )

 

 

 

 ” Tentara masuk Kota “

Para pejuang  berhasil menguasai kota Temanggung, nampak  iring-iringan truck dan kendaraan lapis baja di Jl S. Parman ( sekarang ), kendaraan itu  mereka rebut dari tangan Belanda tahun 1949 

 

 

 

 

 

 ” Tentara masuk Kota “

Para pejuang memasuki kota Parakan, di Jl Diponegoro ( sekarang ) masyarakat menyambut gembira dan mengelu-elukan para pejuang yang kembali medan pertempuran 1949.

 

 

 

 

 ” Bung Karno “

Di Alun-alun kota saat membakar semangat perjuangan masyarakat Temanggung tahun 1951

 

 

 

” Bung Karno “

Didampingi Bupati R. Soemarsono Notowidagdo saat mengunjungi Temanggung tahun 1951

 

 

 

” Saksi Sejarah ”

 Di jembatan kali Progo Kranggan Temanggung ini sekitar 1.600 pejuang dibantai oleh Belanda tahun 1948 – 1950

 

 

 ” Saksi Sejarah “

Ex Gedung IVG di Jl Setiabudi  ( sekarang ) Temanggung, di tempat ini para pejuang ditahan sebelum dieksekusi di jembatan Progo, kini gedung ini telah rata dengan tanah

 

 

 

 ” Saksi Sejarah “

Jembatan Jengkiling yang diruntuhkan dengan bom oleh para pejuang untuk menghambat pergerakan Belanda, sekarang telah digantikan jembatan baru

 

 

 

” Saksi Sejarah “

Stasiun Kereta Api Temanggung tempat para pejuang berangkat dan kembali dari front pertempuran, sekarang menjadi Gedung Juang ’45

 

 

 

 

 

 Bupati Temanggung dari masa ke masa

 

 

1.RADEN TUMENGGUNG ARIO DJOJO NEGORO 1834-1848

 

2.RADEN ADIPATI ARIO HOLAND SOEMODILOGO 1848-1878

 

3.RADEN TUMENGGUNG HOLAND SOEMODIRDJO 1878-1882

 

 4.RADEN TUMENGGUNG TJOKROATMODJO 1882-1906

 

5.RADEN MAS ADIPATI ARIO TJOKROADIKOESOEMO 1906-1923

 

6.RADEN MAS ADIPATI ARIO TJOKROSOETOMO GSGGSt 1923-1943

 

7.RADEN TUMENGGUNG SINGGIH HADIPOERO 1943-1945

 

8.RADEN TUMENGGUNG MAKTAL DIPODIRDJO 1945

 

9.RADEN SOETIGWO 1945-1949

 

10.RADEN SOEMARSONO NOTOWIDAGDO 1949-1953

 

11.MAS KARTONO 1953-1957

 

12.RADEN SOEDARSO 1957-1960

 

13.RADEN SAID MANGOENSOEDIRO 1960

 

14.RADEN NGABEHI SENO PRODJOROEMOKSO 1960-1964

 

15.MASJCHUN SOFWAN, SH 1964-1978

 

 16.Drs. H. JACUB 1978-1983

 

17.Drs. H. SRI SOEBAGJO 1983-1993

 

18.Drs. H. SARDJONO SH. CN 1993-2003

 

19.Drs. TOTOK ARY PRABOWO 2003-2006

 

20.Drs. MUHAMMAD IRFAN 2005-2008 (WABUP 2003-2006)

 

21.Drs. HASYIM AFANDI 2008-2013

 

 Ir. BUDIARTO, MT ( WAKIL BUPATI ) 2008-2013

 

The Dutch version

On December 27, 1949

the Dutch East Indies ceased to exist. It now became the sovereign Federal Republic of Indonesia with
a federal constitution. The constitution, inter alia, provided for a parliamentary system in which the cabinet was responsible to Parliament. The question of sovereignty over Irian Jaya, formerly West New Guinea, was suspended for further negotiations between Indonesia and the Netherlands. This issue remained a perpetual source of conflict between the two countries for more than 13 years

December,27th.1949

In the book Independence in Minangkabau written by Raden Mulkan Hidayat et al, noted that the city of Padang was last handed the Dutch government of the Republic of Indonesia (RIS). Exactly December 27, 1949 in the Dutch Army Headquarters page or Office Padang City Hall now.

Present at the handover, dr. Rasidin, Major A. Talib, Lieutenant Colonel Dahlan Djambek, and Mr. Abubakar Djaar.
  Submission of Padang City Resident Hoofd Tijdelijk bestuur (HTB) van Straten to Pd. Military Governor of Central Sumatra Mr. M. Nasrun the terrain Plein van Rome or Field Imam Bonjol now.
Newspapers bow Sunday, March 4, 1993 to load writings Kahar Adrin to review a little about the field Plein van Rome (Field Romans) who had named the field Alanglaweh (the village around the field is named Alanglaweh).

Dalam buku Kemerdekaan RI di Minangkabau yang ditulis oleh Mulkan Raden Hidayat dkk, disebutkan bahwa Padang adalah kota terakhir diserahkan Belanda pada pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS). Tepatnya 27 Desember 1949 di halaman Markas Tentara Belanda atau Kantor Balai Kota Padang sekarang.

Hadir dalam penyerahan itu,dr. Rasidin, Mayor A. Thalib, Letnan Kolonel Dahlan Djambek, dan Mr. Abubakar Djaar.

 Penyerahan Kota Padang dari Residen Hoofd Tijdelijk Bestuur (HTB) van Straten ke Pd. Gubernur Militer Sumatera Tengah Mr. M. Nasrun di tanah lapang Plein van Rome atau Lapangan Imam Bonjol sekarang.

 

Koran Haluan Minggu, 4 Maret 1993 memuat tulisan Adrin Kahar yang mengulas sedikit tentang lapangan Plein van Rome (Lapangan Roma) yang sempat dinamai lapangan Alanglaweh (lingkungan kampung di sekitar lapangan tersebut bernama Alanglaweh).

Sumber

http://aswilnazir.com/2009/10/14/dari-plein-van-rome-hingga-lapangan-imam-bonjol/

 

Top of Form

dr. So Rasidin Appointed Mayor of Padang (2)
Category: Articles – Read: 560 times
 
By: Erison A.W.
December 27, 1949,
Padang City handed the Dutch in the Dutch Army Headquarters page (Office of Padang City Hall), which was attended by dr. Rasidin, Major A. Talib, Lieutenant Colonel Dahlan Djambek, and Mr. Abubakar Djaar.
Submission of a massive well done on the field Plein van Rome (Field Imam Bonjol) by Resident Hoofd Tijdelijk bestuur (HTB) van Straten to the Military Governor of Central Sumatra, Mr. M. Nasrun that gets power from the Vice Chairman of the National Preparatory Committee (VAT), Anak Agung Gde Agung.
That’s when thousands of pairs of eyes of the people watching the Saka Merah Putih was raised without fear. Padang directly under the RIS, no longer under Dutch rule. But merging back with the Indonesian city of Padang is still awaiting provision of VAT. Make Padang while under the supervision of the Military Governor of Central Sumatra and raised dr. Padang Mayor Rasidin be assigned to take over control of the city.
Completed acquisition of power, dr. Rasidin announced the removal of the curfew. He broadcast emergency war (SOB) in the city of Padang is no longer valid. As a result of the broadcast, dr. Rasidin visited by Captain Holt to deliver a message from Colonel Van Erp, that they are not ready for the sudden change. The reason, they are still at large army with weapons.
Firmly dr. Rasidin replied, he could not and would not attract the widespread announcement. It is up to the Dutch army to show discipline. And by necessity, Captain Holt called again and said the mayor of Padang, Dutch troops will then forbidden to leave the barracks.
Thanks to the cooperation of the Netherlands, police, and military leaders, and kententraman order in the city of Padang and surrounding areas grow well. Because the situation is good and safe, the Dutch began to allow its troops gradually-ansur in limited numbers, with no weapons and uniform out of the barracks and mingle with the public.
At the time of parting with the Dutch at home Ons Genoegen ball (in Pasa Tower), Mr. M. Nasrun and dr. Rasidin invited. Dutch metal springs of surrender Cendra rupiah carved masks (masks) in ancient times warlords. While Mr. M. Nasrun and dr. Rasidin rewarded the Dutch form of tiger skin that has been processed into the mat with his head as if to pounce on its prey. (From various sources)

 

dr. Rasidin Diangkat Jadi Walikota Padang (2)
Kategori:
Artikel – Dibaca: 560 kali

 

Oleh: Erison A.W.

27 Desember 1949

 

27 Desember 1949,

Kota Padang diserahkan pihak Belanda di halaman Markas Tentara Belanda (Kantor Balaikota Padang), yang dihadiri  dr. Rasidin, Mayor A. Thalib, Letnan Kolonel Dahlan Djambek, dan Mr. Abubakar Djaar.

Penyerahan besar-besaran juga dilakukan di tanah lapang Plein van Rome (Lapangan Imam Bonjol) oleh Residen Hoofd Tijdelijk Bestuur (HTB) van Straten ke Gubernur Militer Sumatera Tengah, Mr. M. Nasrun yang mendapat kuasa dari Wakil Ketua Panitia Persiapan Nasional (PPN), Anak Agung Gde Agung.

Saat itulah ribuan pasang mata rakyat menyaksikan Sang Saka Merah Putih dikibarkan tanpa rasa ketakutan. Padang langsung di bawah kekuasaan RIS, tidak lagi di bawah kekuasaan Belanda. Tapi penggabungan kembali Kota Padang dengan Republik Indonesia masih menunggu ketetapan dari PPN. Buat sementara Padang di bawah pengawasan Gubernur Militer Sumatera Tengah dan mengangkat dr. Rasidin jadi Walikota Padang yang ditugaskan mengambil alih kekuasaan atas kota.

Selesai pengambil alihan kekuasaan, dr. Rasidin mengumumkan penghapusan jam malam. Ia menyiarkan keadaan darurat perang (SOB) dalam Kota Padang tidak berlaku lagi. Akibat siaran tersebut, dr. Rasidin didatangi Kapten Holt untuk menyampaikan pesan dari Kolonel Van Erp, bahwa mereka belum siap menghadapi perubahan yang mendadak tersebut. Alasannya, tentara mereka masih bebas berkeliaran dengan senjata lengkap.

Dengan tegas dr. Rasidin menjawab, ia tidak dapat dan tidak bersedia menarik pengumuman yang sudah tersebar luas. Terserah kepada Belanda untuk menunjukan kedisiplinan tentaranya. Dan dengan keterpaksaan, Kapten Holt menelepon lagi walikota Padang dan mengatakan, kalau begitu tentara Belanda akan dilarang keluar tangsi.

Berkat kerjasama Belanda, polisi, dan pemimpin TNI, ketertiban dan kententraman di Kota Padang dan daerah sekitarnya tumbuh baik. Karena situasi sudah baik dan aman, Belanda mulai mengizinkan tentaranya berangsur-ansur dalam jumlah terbatas, tanpa senjata dan uniform keluar dari tangsi dan berbaur dengan masyarakat.

Pada waktu perpisahan dengan pihak Belanda di rumah bola Ons Genoegen (di Pasa Gadang), Mr. M. Nasrun dan dr. Rasidin diundang. Belanda menyerahkan cendra mata logam sebesar mata uang rupiah yang berukiran masker (topeng) panglima perang di zaman kuno. Sedangkan Mr. M. Nasrun dan dr. Rasidin menghadiahkan pihak Belanda berupa kulit harimau yang sudah diolah menjadi tikar dengan kepala seperti hendak menerkam mangsanya. (dari berbagai sumber)

Sumber

http://www.kliksumbar.com/beritam-599-dr-rasidin-diangkat-jadi-walikota-padang-2.html

Sesudah selesai perang Kemerdekaan dan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, maka Komando Divisi Banteng ini diciutkan dengan mengirim pasukan-pasukannya ke luar Sumatera Tengah seperti ke Pontianak, Ambon, Aceh dan Jawa Barat.

 Pengalaman yang sangat menyedihkan dialami oleh Batalyon “Pagar Ruyung” yang sesudah bertugas di Ambon, lima dari delapan kompinya dipindahkan ke Jawa Barat. Pasukannya dilebur ke dalam Divisi Siliwangi dan hubungan dengan induk pasukannya Divisi Banteng diputus.

 

Terjadi berbagai hal sehingga ada yang meninggal dunia dan ditahan. Komando Divisi Banteng makin lama makin diciutkan, sehingga akhirnya tinggal satu Brigade yang masih memakai nama Brigade Banteng.

Silahkan melihat Poster Dewan Banteng  milik Dr Iwan dibawah ini

 

Plakat  Penerangan Tentara Divisi Dewan Banteng

Dipisi oentoek Regimen oentok Batalion oentowk Kampeni oentoek Seksi oentoek Brigade

Tiap-Tiap oesaha itoe samboeng bersamboeng toepang menoepang oesaha bahagian besar ditoejoekan kepada penjelenggaraan bahagian kebawahnya !

Penerangan Tentara

Divisi Banteng

 

 

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

Sesudah Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia Serikat hasil dari KMB 27 Desember 1949,

sebagaimana halnya dengan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Soekarno yang sibuk menertibkan struktur pemerintannya, demikian juga yang terjadi diwadah tentara nasional dipimpin KASAD I, yang mengkoordinir kegiatannya di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) selalu mengadakam reorganisasi dan rasionalisasi anggota-anggotanya.

Atas tuntutan anggota-anggota dari Kesatuan Gerilyawan Sulawesi Selatan (KGSS), Letkol Abdul Qahhar mengusulkan kepada pemerintah agar laskar pejuang kemerdekaan Sulawesi menjadi Brigade Hasanuddin. Tetapi karena pemerintah dipengaruhi dan ditekan oleh pihak tertentu yang telah dikuasai dan didominasi oleh bekas KNIL, usulan tersebut tidak diperhatikan bahkan tidak dilayani dengan baik.

Sesuai dengan keputusan KMB

 pada tanggal 27 Desember 1949,

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

pemerintahan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada bangsa Indonesia. Sebagai akibatnya negara Indonesia yang pada awalnya sesuai dengan UUD 1945 sebagai negara kesatuan, telah berakhir dan berubah menjadi Negara Federal yang bernama Republik Indonesia Serikat (R.I.S)  yang merupakan federasi negara-negara BFO dan RI-Yogyakarta.

Sikap Abdul Qahhar Mudzakkar terhadap hasil KMB beliau tulis dalam buku kecil “Konsep Negara demokrasi Indonesia – Koreksi Pemikiran Politik Pemerintahan Soekarno”

 halaman 16 : 

” ….. tindakan khianat golongan Soekarno menjalankan politik kompromi, mengadakan perundingan dengan pihak Belanda pada masa meluas dan memuncaknya semangat perlawanan rakyat diseluruh kepulauan Indonesia, yang dipatahkan sekaligus dengan perjanjian Linggarjati tahun 1947,

Perjanjian Renville tahun 1948, yang pada akhirnya dihancur leburkan dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, yang menghasilkan pemberian kedaulatan hadiah Belanda dengan syarat “tanpa Irian Barat”, yang mempunyai rentetan akibat-akibat buruk seperti yang kita lihat sekarang,

 

 

 

 Maka S.M. Kartosoewirjo seorang politicie berkwalitet tinggi, dan seorang Pemimpin Ulung Islam Revolusioner di Jawa Barat, bangkit mempelopori golongan Pejuang Islam revolusioner Indonesia menentang dan memberi perlawanan tegas kepada pemerintahan R.I Soekarno, serta mengumumkan proklamasi berdirinya Negara  Islam Indonesia pada tarich 12 Syawal 1368 H/ 7 Agustus 1949.

Proklamasi S.M Kartosoewirjo itu diikuti dan didukung oleh golongan Pejuang Islam Revolusioner di Sulawesi, di Aceh dan di kepulauan Indonesia lainnya, dari barat sampai timur Indonesia”.

Akibat adanya KMB dengan segala keputusannya,

tidak hanya mempengaruhi pemerintahan sipil saja, tetapi juga berpengaruh pada permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam masalah pertahanan (tentara) negara. Terpaksa harus diadakan peleburan, wadah pejuang-pejuang Republik Indonesia bergabung menjadi satu dengan aparat warisan Belanda KNIL secara mudah tanpa persyaratan dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Sementara (APRIS) atau APRI yang kemudian pada akhirnya APRI/S berubah menjadi TNI.

Abdul Qahhar Mudzakkar termasuk kelompok yang tidak setuju dengan KMB bersama-sama Jenderal Soedirman

. Ia tidak menyetujui berlanjutny dominasi ekonomi penjajah; karena itu ketika diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB), ia memerintahkan kepada anggota pasukannya untuk bergerak sebagai protes ketidak setujuan mereka.

 Peristiwa tersebut yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Masamba Affair, yaitu suatu peristiwa yang telah membuktikan kepada dunia bawah wilayah Indonesia bagian Timur tidak sebagaimana menurut keter

 

 

 

December,29th.1949

1)Sampul postal history yang dikirim dari Tanjung Pandan Belitung CDS 29.12.1949 ke Padang  ,mengunakan prangko ratu Wihelmina 10 sen dan 17 1/2 sen dan cetak tindih Indonesia  pada prangko  Wilhelmina 15 sen, (koleksi ini sangat langka karena merupakan pemakaian terakhir prangko Hindia Belanda setelah pengakuan Kedaulatan RI saat RIS, siapa yang menemukan pemakaian prangko sejenis setelah tanggal ini harap berkenan memberikan informasi liwat comment,terima kasih dari Dr Iwan suwandy)

 

The cover postal history sent from Tanjung Pandan Belitung CDS 29.12.1949 to Padang, using stamps queen Wihelmina 10 cents and 17 1 / 2 cents, and print on overlapping Indonesia Wilhelmina stamps 15 cents, (this collection is very rare because it is the last use of the Dutch East Indies stamps after the recognition of sovereignty of the Republic of Indonesia as RIS, who discovered the use of similar stamps after  this date please deign to give information through the following comment, thank you from Dr. Iwan suwandy)

 

2) Post Telegraaf en Telefoodienst (PTT) advies van betaligen bewijs ,post rekening van de pandhuis dienst ,ter uitbetaling door het kantoor der posterijen te Tarutung 2000 gld in cijfers , aan de beheerder van het panduis te Tarutung , 29 December.otherside voor de comntrol van ommestaande hantekening postastamped Taroetone CDS 29.12.50, recived CDS Siboga 12.7.1951

 

Tanda Penerimaaan Pos Telegraph dan Telefoodienst (PTT) , pasca bayar dengan layanan pegadaian untuk pembayaran oleh kantor Kantor Pos pada tahun 2000 GLD Tarutung dalam angka, manajer dari Jawatan Pengadaian untuk Tarutung, 29 December. pada lembaran dibaliknya berupa kontrol  dari contah tanda tangan dengan stempel pos  Taroetoeng 29.12.50 CDS, CDS diterima  Siboga 1951/07/12

(Hal ini karena terputusnya hubungan antara Tarutung  ke Sibolga akibat dihadang oleh pasukan Mayor Bedjo dari tentara NRI, mayor B edjo yang buta huruf ini sangat legendarais dan dijadikan tema film Indonesia Nagabonar -catatan Dr Iwan )

 

 

Postal Telegraph and Telefoodienst (PTT) betaligenbewijs advice, postal service on behalf of the pawnshop, for payment by the office of the Post Office in 2000 gld Tarutung in figures, the manager of the panduis to Tarutung, 29 December.otherside for comntrol of handsigned ,postastamped Taroetoeng   29.12.50 CDS, CDS recived Siboga 12/07/1951(very late amost one years because the transportation by road from Tarutung to Sibolga were broken due to Mayor Bedjo ,NRI local Tapanuli Army stop and cutting the line,the legend Mayor Bedjo cuoldnnot read and writting, he beacame the base of the Film Story, Nagabonar-Dr Iwan Note)

 

 

 

 

 

Perjuangan Kuala Tungkal Jambi

Sesudah tanggal 29 Desember 1949 dengan berhasilnya KMB dan sekaligus penyerahan Kedaulatan Republik Indonesia, pasukan Front Tungkal Area yang dipimpin oleh Letnan Muda A. Fattah Leside mendarat di Kota Kuala Tungkal mengambil alih tanggungjawab terhadap Koata Kuala Tungkal yang ditinggalkan Belanda. Dalam suatu upacara penaikan bendera merah putih di Lapangan Sepak Bola yang saat ini menjadi Terminal Kota. Bertindak selaku Inspektur Upacara Act. Kolonel Abunjani KOmandan STD/Garuda Putih Anggota Joint Committee yang sengaja dating dari Jambi. Selesai upacara diadakan do’a syukuran dan makan bersama yang diselenggarakan oleh Kepala Warga India di Kuala Tungkal Muhiddin.

Pemboman bekas markas pertahanan Tentara RI Bataliyon Gatot Kaca pimpinan Mayor Z. Riva’i oleh Belanda di Merlung. (LUKISAN)

Demikianlah riwayat perjuaangan ini dibuat untuk dapat diketahui oleh generasi penerus yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Sengaja riwayat perjuangan Barisan Selempang Merah dan TNI-AD, TNI-AL, dan TNI-AU, serta rakyat dan POLRI ini dibuat untuk kenang-kenangan bagi yang tinggal, kalau nanti para pelaku perjuangan sudah tidak ada lagi di bumi persada ini.

Riwayat perjuangan ini disadur dari catatan Sdr. Madhan. AR (mantan Wkl. Komandan Pertempuran Sektor 1023 Front Tungkal Area), catatan Patih Masdar selaku Camat Tungkal Ilir dan dari beberapa para pejuang yang masih hidup.

December, 28th.1949

Sukarno is returned to Jakarta.

 

Kisah Mangil dan Kawan-kawan
Salah satu hasil dari KMB adalah berpindahnya kembali ibukota Negara ke Jakarta, dari sebelumnya berada di Yogyakarta. Pada tanggal 28 Desember 1949, Presdien RIS, Soekarno, kembali ke Jakarta dengan kawalan ketat pasukan pengawal presiden.

Di dalam rombongan itu turut dibawa Bendera Pusaka yang dikibarkan tepat setelah pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati Soekarno menjelang proklamasi.

Rombongan presiden beserta Bendera Pusaka itu dibawa dengan pengawalan pasukan yang dipimpin oleh Ajun Inspektur Polisi (AIP) Mangil Martowijoyo.

Anak buah Mangil (anggota polisi Pasukan Pengawal Presiden) yang mengawal rombongan itu adalah Rasmad, Didi Kardi, Sudiyo, Prihatin, Ali Slamet, R. Ramelan, Oding Suhendar, Sudiman, Suharjo, Sukanda, Mohammad Enoh, Ebat, Sumaria Miharja, Karnadi, dan Tupon.

 

December,31th.1949

1)Hari ini adalah hari terakhir pengumpulan pasukan Tentara Nasional Indonesia Divisi Siliwangi ( Jawa Barat) berdasarkan surat perintah  Divisi Siliwangi no 162/49  tanggal  10.12.1949 ,ditanda tangani oleh staf  kwartier Panglima  Divisi IV Siliwangi Kolonel  Sadikin, lihat fotkopi surat tersebut dibawah ini:

 

 

 

 

Today is the last day of the collection of the Indonesian National Army troops Siliwangi Division (West Java) based on a warrant Siliwangi Division No. 162/49 dated 10.12.1949, signed by the staff of Commander of Division IV kwartier Siliwangi Colonel Sadikin, fotkopi see the letter below

Look the profile illustration of Colonel TNI Sadikin

 

 

Foto tentara nasional Indonesia diatas truk saat kembali ke Ibukota RI Jakarta serta foto Tentara Nasional Indonesia setelah tiba di Ibukota Jakarta.

 

 

Indonesia photo above the national army trucks returning to the capital of Indonesia Jakarta and the Indonesian National Army photo after arriving in the capital Jakart

 

 

The pictures of Let.colonel Ahmad Yani

Thre pictures of Let.colonel Ahmad yani whenpenyerahan Magelang from dutch
(1) Ahmad Yanu say kat speech in order to surrender the city Mgelang

 

 

 

 

(2) (b) When Ahmad Yani signed the handover of  Magelang. From Let.Col.Van Zaiten

 

 

 

 

(3) Mr. Yani received  town of Magelang from lieutenant colonel Van Zanten

 

Foto2 perpindahan anggota KNIL ke TNI

Uploaded with ImageShack.us
Nasution menyambut ex KNIL masuk TNI

Uploaded with ImageShack.us
Pelantikan ex KNIL menjadi anggota TNI

Uploaded with ImageShack.us
Pelantikan ex KNIL menjadi anggota TNI

Uploaded with ImageShack.us
Penyerahan peralatan KNIL ke TNI

Uploaded with ImageShack.us
Upacara Penurunan bendera Belanda di Markas KNIL di Bandung

Uploaded with ImageShack.us
Serah terima markas KNIL di Cimahi kepada TNI

Uploaded with ImageShack.us
Pesta Perpisahan perwira KNIL dan TNI

Uploaded with ImageShack.us
Pesta perpisahan perwira KNIL dan TNI

Uploaded with ImageShack.us
Surat Keputusan Pembubaran KNIL dari Ratu Belanda 20 Juli 1950

 


Uploaded with
ImageShack.us
Pesta Perpisahan perwira KNIL dan TNI

 

2)Postal used  home made postcard send from Malang to RVD selling and art division  at Jakarta with smelt numeric diffinitive  stamps 2 and 3 sen without RIS overprint , CDS Malang 31.12.49,the letter asking free magazine”Natura” in Indonesian Language.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3) Official free stamp homemade cover sent from  Semarang CDS 31.12.49 to Djogja cds 9.1.50, handwritten back(kembali) return to sender with note soedah pindah roemah ke Jakarta(have house moved to Jakarta)

 

 

 

 

 

5.The Unique Postal History From Dutch in 1949(date not clear)

Kartu Pos dari KIVTLV(Koninklijk Instituut Voor De Taal Land en Volkunde Den Haag ) yang telah mencoret Van Ned. Indie (dari Hindia Belanda)  sehingga mereka sudah mengakui kedaulatan RI dan Hindia Belanda sudah berakhir , dikirimkan kepada L.Ch.Damais Amsterdam untuk membayar kontribusi F.15.- sebagai anggota institue tersebut.(Kartu Pos ini sangat bersejarah karena badan yang terhormat ini dari negeri Belanda telah mengakui kedaulatan Republik Indonesia,sayang tanggal pengirman tidak jelas karena  karena distempel sistem roller. Apabila kolektor memiliki koleksi sejenis harap memberikan informasi liwat komentar,terima kasih dari Dr Iwan Suwandy)

 

 

Postcards from KIVTLV (Koninklijk Instituut Voor De Taal Land en Volkunde Hague) which has been crossed out Ned Van. Indie (from the Dutch East Indies), so they had to admit kedaulatan Affairs and the Dutch East Indies was over, sent to Amsterdam to pay a contribution L.Ch.Damais F.15 .- as a member of the Institute. (Postcards of this very historic because this honorable body of  Netherlands State has recognized the sovereignty of the Republic of Indonesia, unfortunately the sender  date is not clear because as stamped roller system. If the collector has a similar collection please provide the information through the following comments, thanks from Dr. Iwan Suwandy)My Friend Mr Hartkamp send an informations related to the postal history above:

The cancelation on this cover is only partly visible.
 
The complete text:
 
VERMELD OP UW
POSTSTUKKEN
NAAM en ADRES
AFZENDER
 
This cancellation is used in ‘s-Gravenhage in the years 1947 to 1951. In Holland a lot of firms changed their names and crossed out the name of Netherlands Indie after 27-12-1949.
Because the written information on this card concerns the payment of a contribution for the subscription of the New Year I suppose that this cancellation is of the beginning of 1950. After a while the firms changed the imprints of their printed matter, so it is not likely that the cancelation is of beginning of 1951

 

 

 

 

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA 1950 (BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1950

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

RIS 1950 .

1.1950 (Jan-August)

1)Letnan Kolonel H. Daan Jahja lahir di Padang Panjang, 5 Januari 1925. Beliau seorang yang sederhana tapi sangatlah tegas dalam bertindak dan berjiwa kepemimpinan.
Pada umur 23 tahun, beliau menjadi Panglima Divisi Siliwangi, Jawa Barat. Beliau juga pernah menjabat jadi Gubernur Militer(Gubmil) Jakarta pada tahun 1950, yang pada waktu itu usia beliau masih 25 tahun dan pangkatnya Letnan Kolonel TNI.
Dalam tugasnya ketika menjabat jadi Gubmil Jakarta, beliau menghadapi banyak masalah dalam masyarakat, seperti aksi Kapten Westerling yang mau merebut kekuasaan negara karena tidak menerima kenyataan penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Indonesia tanggal 27 Desember 1949.

Aksi Westerling ditumpas.
Selain itu, pada awal 1950, Jakarta menghadapi berbagai masalah administratif dalam proses pembalikkan pemerintahan Jakarta kepada pola Indonesia, bukan Belanda. Daan Jahja sebagai administrator berhasil melaksanakan proses pengindonesiaan.
Pada usia 23 tahun, beliau sudah menjadi redaktur pimpinan surat kabar nasional, beliau membawahkan 40 orang wartawan yang dimana beberapa dari mereka lebih tua dari beliau.
Letkol H.Daan Jahja wafat pada tanggal 20 Juni 1985 tepat pada saat Idul Fitri 1405 sepulang beliau dari Masjid Sunda Kelapa setelah melaksanakan sholat Idul Fitri.

Lieutenant Colonel H. Daan John was born in Padang Panjang, January 5, 1925.

He is a simple but very firmly in the act and spirited leadership.
At the age of 23 years, he became Commander of the Siliwangi Division, West Java. He also served become Military Governor (Gubmil) Jakarta in 1950, which at that time he was 25 years of age and rank of Lieutenant Colonel

In his role as serving so Gubmil Jakarta, he faces many problems in society, such as Captain Westerling action that would seize state power because it did not accept the handover of sovereignty by the Netherlands to Indonesia on December 27, 1949. Westerling crushed action.

In addition, in early 1950,

Jakarta faces a variety of administrative problems in the process of reversal to the pattern of governance Jakarta Indonesia, not Dutch. Daan Jahja as an administrator to successfully implement pengindonesiaan process

1950

Film Indonesia 1950

.sumber

rumahfilm web blog

Pada masa revolusi kemerdekaan ini seorang pemuda yang bernama Usmar

Ismail (kelak akan menjadi tokoh penting Perfilman Nasional) ikut dalam

peperangan ia kemudian ditawan pihak Belanda. Setelah diketahui latar

belakangya oleh pihak Belanda maka ia dipekerjakan pada perusahaan film

Belanda sebagai asisten sutradara. Pada perusahaan film tersebut ia

sempat menyutradarai film “tjitra”.

 

 

Hubungan Perfilman Lokal & Pergerakan Nasional pada zaman kolonial

 

Film lokal, terutama pada masa Hindia Belanda dan awal berdirinya

Republik ini, ditujukan untuk masyarakat kelas bawah, sementara kaum

pergerakan Nasional adalah orang-orang terpelajar yang berasal dari

kalangan atas. Sepertinya mereka hidup di dalam dunia yang berbeda.

Dimata kaum terpelajar film lokal dinilai tidak bermutu, baik dari segi

teknis pembuatan maupun cerita. Namun bukan berarti tidak ada

persentuhan sama sekali antara dua dunia ini. Beberapa orang film juga

ada yang sepaham dengan pikiran2 kaum pergerakan nasional ini. Seperti

Saeroen (“sutradara” film “Terang Boelan”) yang dulunya adalah seorang

wartawan pernah menulis di koran “Pemandangan” dengan nama samaran

Kampret. Dia menuliskan suatu kali ia memimpikan berdirinya negara

“Republik Indonesia Serikat” dengan Perdana Menteri: M.H Thamrin,

Menteri Pekerjaan Umum: Abikusno Tjokrosujoso, Menteri Pengajaran: Ki

Hajar Dewantoro, Menteri Penerangan: Parada Haraha. Akibatnya koran

“Pemandangan” dibreidel Pemerintah Belanda.

 

Kemudian ada seorang terpelajar yang bernama A.K Gani yang bermain

dalam film “Asmara Moerni”, namun akibat dari perbuatan A.K Gani ini, ia

dikecam oleh kalangan terpelajar/ pergerakan nasional lainnya. Setelah

penampilannya di film tersebut A.K Gani tidak pernah muncul lagi di

dunia perfilman

“Lahirnya” Film Nasional

 

Usmar Ismail yang sempat bekerja untuk perusahaan film Belanda

akhirnya keluar dari perusahaan tersebut karena ketidak-cocokannya

dengan sistem yang diterapkan. Ia pun mendirikan perusahaan film sendiri

yang bernama Perfini (Perusahaan Film Indonesia). Produksi pertama film

ini adalah “Darah & Do’a” atau “The Long March of Siliwangi” yang

perekamannya dimulai pada 30 Maret 1950. Film ini mengisahkan tentang

perjalanan jauh serombongan tentara bersama para pengungsi, di dalamnya

terjadi saling tertarik hati antar komando tentara dengan salah satu

pengungsi wanita Indo-Belanda, wanita dari kalangan musuh yang sedang

diperangi, ceritanya digarap oleh Sitor Situmorang. Oleh Usmar Ismail

dijelmakan dengan menggunakan pemain baru sama sekali, tidak menggunakan

pemain profesional, rupanya ia anti “Star System”. 12 tahun sesudah

produksi film “Darah & Do’a” tepatnya pada 11 oktober 1962 konferensi

kerja Dewan Film Nasional dengan organisasi perfilman menetapkan hari

shooting pertama film tersebut yaitu 30 Maret 1950 sebagai Hari Film

Indonesia.

 

Ketetapan tersebut sempat mendapat perlawanan dari golongan kiri

yang sangat agresif dalam menghadapi pihak yang dianggap sebagai

lawan-lawannya. Pada 1964 golongan kiri membentuk PAPFIAS (penulis

menemukan dua versi arti dari PAPFIAS: yang pertama Panitia Aksi

Pemboikotan Film Imperialis Amerika Serikat, yang kedua Panitia Aksi

Pengganyangan Film Imperialis Amerika Serikat.) Golongan kiri melakukan

serangan-serangan kepada film Usmar Ismail yang dianggap tidak

nasionalis atau kontra-revolusioner. PKI dan golongan kiri pun tidak

mengakui tanggal 30 Maret 1950 sebagai Hari Film Nasional, tapi menuntut

30 April 1964 yang dijadikan sebagai Hari Film Nasional, saat berdirinya

PAPFIAS. Pada 1966 terjadi peristiwa Gestapu, golongan komunis yang

dianggap sebagai biang keladi peristiwa ini dihabisi. Artinya wacana

penggantian tanggal hari film nasional ikut lenyap dan tanggal 30 Maret

1950 tetap diakui sebagai hari lahirnya Flm Nasional sampai saat ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dunia perfilman 1950

Pertama,

 

 

Fifi Young appears in Singapore in 1950 (The Straits Times 21 Nov, p.5)

usaha seperti ini mungkin diarahkan demi menambah relevansi film pada penonton orang lokal dan kelas rendah yang ingin melihat sisi-sisi kebudayaan mereka sendiri di layar.

 Hal ini tentu saja berkaitan dengan permintaan sosial yang tumbuh pada masa itu untuk memotret kebudayaan ‘Indonesia’ yang lebih menyatu walau diambil dari berbagai sumber lokal dan internasional yang bermacam-macam.

Meski demikian, harus juga diingat bahwa karena film-film ini merupakan film-film lokal pertama yang dibuat yang mencoba menggambarkan kebudayaan lokal, tidak ada acuan tentang bagaimana seharusnya kebudayaan Hindia Belanda digambarkan di dalam film.

 

Hal ini barangkali benar, mengingat bahwa banyak produser Tionghoa seperti Wong bersaudara adalah imigran generasi pertama dari Cina yang harus mengonstruksi apa yang mereka lihat sebagai kebudayaan ‘asli’ Hindia Belanda yang berdasar gambaran pokok dan reduktif dari kelompok kebudayaan lokal yang telah terkenal.

 Namun, apa pun alasannya, sebagai perintis pembuatan film di Hindia Belanda, produser Tionghoa menyumbang besar dalam pembentukan apa yang disebut Cohen (2006) ‘kebudayaan Indische yang unik’. Dalam perkembangan selanjutnya, gambaran ‘superbudaya’ yang unik dan tunggal inilah yang sangat diintegrasikan ke dalam gerakan protonasionalis pada tahun 1940-an.

1930

Pada tahun  1930-an, film-film Hindia Belanda telah sangat dihargai di kawasan Selat Malaka, seperti Singapura dan Malaya (sekarang Malaysia), dan bahkan di  China.

1937

Film seperti Terang Boelan (1937) sangat dihargai di kawasan karena kualitasnya yang tinggi yang hampir dapat menyamai film-film yang dibuat oleh Hollywood. Di sini, Nio berpendapat bahwa pemutaran film-film Hindia Belanda di luar Hindia Belanda memamerkan keindahan dan karekteristik kepulauan Indonesia yang membantu membentuk persepsi internasional akan Hindia Belanda dan orang-orangnya (1941: 18).

Dampak psikologis dari pengakuan internasional ini, menurut Nio, adalah munculnya rasa kebanggaandi antara orang-orang Hindia Belanda yang pada masa ini, mulai memahami diri mereka sebagai bagian lebih besar dan lebih menyatu dari ‘Indonesia’.
Hal itu melalui kemampuan pembuat film Tionghoa dalammengombinasikan yang lokal dan kosmopolitan, orang-orang Hindia Belanda mampu tidak hanya melihat diri mereka di layar, namun juga merasa berpartisipasi dalam lingkungan regional yang lebih besar dan modernitas gaya Barat.

1940

Meskipun demikian, sangat ironis bahwa justru karena pandangan dan koneksi kosmopolitan inilah yang membuat produser Tionghoa dianggap ‘berbahaya’ terhadap ideologi etno-nasionalis yang sedang berkembang di negara Indonesia yang  tumbuh sejak tahun 1940-an dan seterusnya.

 

Produser Film Tionghoa sebagai Mediator BudayaKosmopolitan


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam sepanjang sejarah Indonesia pasca-penjajahan, persepsi etnis Tionghoa sebagai ‘orang asing’ membuat mereka dipandang sebagai ‘essential others’ (‘orang luar’) dalam negara dan bangsa Indonesia. Identitas nasional Indonesia sangatlah dikaitkan dengan  kepribumian (indigeneity).

 Oleh karena itu, Tionghoa Indonesia jarang dilihat sebagai perantara aktif dalam proses penciptaan bangsa. Karen Strassler berargumen bahwa paradigma ini berarti etnis ‘Tionghoa’ selalu diperlakukan sebagai kelompok yang ‘lain’, berbeda dari komunitas asli lokal (2009: 398).
Apalagi, kosmopolitanisme mereka lebih banyak sangat dilihat sebagai bukti dari ‘ke-asing-an’ mereka daripada menjadi aset bagi bangsa Indonesia. Namun, akademisi sekarang ini semakin mempertanyakan bagaimana identitas dan pandangan trans-lokal dibesarkan dan disebarkan oleh aktor-aktor kosmopolitan yang integral dalam proses pembangunan nasionalisme dan pembayangan nasional (Robbins, 1998; Sidel, 2003; Cheah, 2007). Di Hindia Belanda yang terjajah, namun bertindak sebagai pusat yang kosmopolitan dan multikultural, kosmopolitanisme etnis Tionghoa berarti bahwa mereka berada di posisi untuk ‘melokalisasi’ tren trans-lokal yang telah membantu subjek lokal untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam membayangkan diri mereka sendiri.
Benar bahwa karena kapasitas mereka sebagai perantara kebudayaan, pembuat film Tionghoa seperti Wong bersaudara (yang bermigrasi ke Hindia Belanda dari Shanghai setelah ia dewasa) dan The bersaudara (yang dilahirkan di Hindia Belanda, namun sempat belajar di Shanghai) memainkan peran istimewa yang unik dalam penciptaan kebudayaan nasional di atas layar. Posisi mereka sebagai migran generasi pertama di Hindia Belanda membuat mereka memiliki kebebasan yang lebih dalam mengonstruksi gambaran visual tentang Hindia Belanda dan orang-orangnya. Sebagai pendatang baru di Hindia Belanda yang membawa serta teknologi dan modal asing, pembuat film Tionghoa memiliki akses yang lebih besar ke arus kebudayaan internasional dan regional daripada kebanyakan orang di Hindia Belanda.
Dalam hal pengaruh sinematik sendiri, jelas terlihat bahwa film seperti film musikal pulau macam
Terang Boelan (1937) dan film bela diri Tie Pat Kai Kawin (1935) yang dibuat oleh produser film Tionghoa sangat up-to-date (mutakhir) dengan gaya film-film asing seperti Hollywood dan Shanghai.
Meski keterhubungan transnasional ini menguntungkan karena memberikan pembuat film Tionghoa pengetahuan akan teknologi modern dan pengaruh kebudayaan dari luar yang bisa mereka masukkan ke dalam film, hal ini juga menjadi kutukan mereka karena inilah yang jadi alasan orang-orang Hindia Belanda non-Tionghoa untuk curiga terhadap keragaman mereka (multiple belongings). Hal ini secara khusus juga mengingat persepsi historis yang panjang di antara ‘pribumi’ Hindia Belanda bahwa orang Tionghoa sebagai ‘oriental yang asing’ dan sebagai oportunis ekonomi yang ditempatkan di luar masyarakat asli (lihat Coppel, 1983; Reid dan Chirot, 1997).
Sesungguhnya, imigran Tionghoa dan ‘orang asing’ di Asia Tenggara telah menjadi subjek dari banyak penelitian yang mengeksplorasi posisi sulit mereka sebagai pedagang budaya dan modal yang tidak memiliki akar di lokasi baru mereka (lihat Riemenschnitter dan Madsen, 2009; Cheah, 2007; Tu, 1994).
Meskipun demikian, ‘tidak mengakarnya’ Tionghoa berarti bahwa sebagian besar kosmopolitan Tionghoa tidak pernah mencapai perasaan keterikatan di mana pun mereka pergi. Ong (2006) berpendapat bahwa hal itu memberi mereka sifat adaptif yang lebih besar untuk berhadapan dengan situasi sosialpolitik yang terus berubah. Hal ini tentunya benar dalam kasus dengan pembuat film Tionghoa. Mudahnya adaptasi mereka barangkali sepenting kemampuan mereka untuk mengombinasikan pengaruh kebudayaan yang beragam. Mereka juga sangat adaptif pada perubahan politik dan sosial yang terjadi di Hindia Belanda saat itu. Sebagai contoh, di akhir tahun 1930-an dan awal 1940-an, produser Tionghoa, seperti The Teng Chun dan Ang Hock Liem mulai bekerja sama secara lebih intensif dengan aktor dan rekan ‘pribumi’, seperti Andjar Asmara dan Dr. A.K. Gani (salah satu penandatangan deklarasi ‘Sumpah  Pemuda’ yang bersejarah di tahun 1928) dalam film seperti
Asmara Moerni (1940) dan Panggilan Darah (1941). Walaupun Biran (2009) berpendapat bahwa kerja sama semacam ini merupakan sebuah cara pemasaran belaka yang ditujukan untuk memberi industri film perasaan asosiasi dengan pergerakan kemerdekaan yang semakin populer, menurut kami, hal ini merupakan bukti nyata bahwa produser-produser Tionghoa telah melakukan usaha nyata untuk memopulerkan film lokal dan membuat film Indonesia relevan dengan situasi politik nasional waktu itu.

Tanpa memperhatikan akar dan asal mereka, barangkali sumbangan terbesar pembuat film Tionghoa pada kebudayaan nasional Indonesia (baik di layar maupun di luar layar sinema) adalah bahwa melalui film-film mereka, orang-orang Hindia Belanda memiliki acuan gambaran dengan mana mereka membayangkan diri mereka sebagai masyarakat, warga, dan pada akhirnya, bangsa Indonesia. Penggambaran Hindia Belanda dalam film-film yang dibuat oleh Tionghoa—meski tidak sempurna atau tidak akurat—merefleksikan penafsiran atas masyarakat dan lingkungannya yang mengungkapkan banyak hal tentang kenyataan hidup dan aspirasi umum masa itu. Dalam hal ini, pembuat film Tionghoa tidak berbeda dengan para penulis Tionghoa yang mengarang dalam bahasa Melayu Tionghoa (walaupun sekarang telah hilang, bahasa ini dianggap sebagai bentuk awal bahasa Indonesia) yang menurut Claudine Salmon (1981) dan Dede Oetomo (1991) menyumbangkan banyak hal pada pembentukan imajinasi kebudayaan nasional melalui penafsiran sastra populer terhadap masyarakat Hindia Belanda.
Sebagai imigran dan kosmopolitan yang dipengaruhi oleh arus kebudayaan regional, pembuat film Tionghoa melukis gambaran tentang ‘Indonesia’ yang tidak dibatasi oleh etnisitas, afiliasi politik, atau obsesi terhadap nasionalisme
yang berdasar pada kepribumian. ‘Indonesia’ yang dilihat oleh film-film yang dibuat oleh pembuat film Tionghoa adalah satu gambaran keseluruhan yang kolektif yang dicirikan oleh perbedaan ragam kebudayaan. Gambaran ini dan
sebagian besar merupakan gambaran ‘Indonesia’ yang tersusun atas campuran(mélange) dari berbagai orang dan kebudayaan, sifat dan identitas gabungan yang dibayangkan sebagai bagian dari jaringan regional dan global yang saling terhubung. Meskipun demikian, ironis bahwa pandangan kosmopolitanlah yang membuat produser film Tionghoa berbahaya bagi ideologi etno-nasionalis bangsa Indonesia baru yang sedang berkembang dari tahun 1940-an dan seterusnya. Saat masyarakat Hindia Belanda sedang berusaha mendefinisikan mereka sebagai bangsa yang bebas dari penindasan penjajahan, barangkali citraan Indonesia yang kosmopolitan dan akomodatif terlalu dekat dengan
hal-hal asing yang diasosiasikan dengan kekuatan penjajah. Sesungguhnya,semenjak tahun 1942, akhir dari penjajahan Belanda di Hindia Belanda yang diikuti oleh kedatangan tentara Jepang membawa perubahan dramatis dalam bidang sosial, politik, dan ideologi yang membawa dampak pada industri film nasional Indonesia selamanya.
Setelah kekuatan Jepang menutup banyak bisnis Tionghoa dan melarang operasi banyak perusahaan film swasta, pembuat film Tionghoa dikeluarkan dari industri film yang sangat dikontrol. Apalagi, lewat organisasi yang sangat terpusat, seperti Keimin Bunka Sidhosho (‘Kantor Seni Pusat’), tentara Jepang mengajar orang-orang ‘pribumi’, seperti Usmar Ismail, seni dan organisasi pembuatan film yang secara stilistik berbeda dengan bagaimana produser Tionghoa melakukan bisnisnya (Biran, 2009; Sen, 1994; Pané, 1953). Perbedaan mencoloknya adalah di bawah Jepang, kendali biaya dan  maksimalisasi keuntungan bukanlah tujuan utama. Selanjutnya, lebih dari sekadar mengajarkan teknik pembuatan film, Jepang juga mengajari pembuat film lokal bagaimana menggunakan film untuk tujuan politik (lihat Kurasawa, 1987). Lebih penting lagi, bagaimanapun, perhatian Jepang pada etnonasionalisme memperkuat sentimen yang telah ada di antara mereka yang terlibat dalam gerakan nasionalis.
Pribuminisasi industri film memberi pembuat film ‘pribumi’ rasa kepemilikan dan kebanggaan bahwa film yang benar-benar Indonesia adalah film-film yang mencerminkan ‘karakter nasional’ dan juga mengandung nilai moral dan budaya ‘pribumi’. Seperti yang dikatakan Said, meski Jepang hanya memproduksi beberapa film propaganda selama pendudukan mereka, hal yang banyak berubah adalah sikap pembuat film ‘pribumi’ terhadap film dan pembuatan film ‘yang sangat berbeda dengan di masa lalu’ (1991: 36).
Sejak saat itu, persepsi umum tentang bagaimana ‘bangsa’ Indonesia harus digambarkan secara sinematik telah berubah secara sangat dramatis. Naratif hibrida dan kosmopolitan dan citraan dari film-film pra-Jepang dilihat sebagai film-film yang terlalu dipengaruhi Barat, tidak mendidik, dan ‘tidak asli’. Pada tahun 1954, Usmar Ismail menjelaskan mengapa perubahan paradigma ini terjadi:
“Hawa baru yang sebenarnya, baik mengenai isi maupun proses pembuatan film, datang pada waktu pendudukan Jepang. […] Barulah pada masa Jepang orang   sadar akan fungsi film sebagai alat kommunikasi sosial. Satu hal lagi yang patut dicatat ialah lebih terjaganya bahasa, hingga dalam hal ini tampak bahwa film mulai tumbuh dan mendekatkan diri kepada kesadaran perasaan kebangsaan”. (Ismail, 1983: 55–56)

Semangat baru untuk menangkap esensi ‘asli’ keindonesiaan menjadi sebuah obsesi para pembuat film muda seperti Ismail yang menganggap film-film buatan Tionghoa dan Belanda bisa ‘dilupakan begitu saja’ (1954: 53). Di bawah fokus pembuatan etno-nasionalisme baru dalam pembuatan film ini, pembuat film Tionghoa juga menjadi dianggap sebagai orang asing dan orang luar yang tidak memahami ‘nilai-nilai nasional’ dan oleh karena itu hanya dapat membuat film-film komersial yang eksploitatif.
Di era pasca-kemerdekaan ketika Jepang telah kalah, produser film Tionghoa tiba-tiba melihat diri mereka berada di luar industri film nasional yang baru yang didominasi oleh pembuat film ‘pribumi’ Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik. Dalam film-film seperti
Darah dan Doa (1950), Indonesia yang digambarkan di layar sangat berbeda dengan film-film yang dibuat Tionghoa seperti Kris Mataram. Indonesia tidak lagi terlihat sebagai tempat yang hibrida dan kosmopolitan. Indonesia dalam Darah dan Doa adalah satu tempat di mana warganya melihat ke dalam menghadap proyek nasionalisme yang terwujud dalam perjuangan fisik dan ideologis militer.
Dari tahun 1950-an ke depan, meski sebagian besar pembuat film Tionghoa menghidupkan kembali perusahaan film mereka pada tahun 1950-an, mereka menjadi pemain yang terpinggirkan di industri film dan berada di belakang layar sebagai investor (lihat Sen, 1994). Setelah itu, warisan pembuat film Tionghoa di era pra-kemerdekaan menjadi terlupakan dan terdistori, visi mereka tentang Indonesia digantikan dengan pandangan yang lebih dekat dengan ideologi nasionalis pemerintahan Orde Baru khususnya. Penghilangan sejarah seperti ini juga berarti bahwa pembuat film Tionghoa telah dirampok dari hak mereka sebagai pencipta konsepsi visual pertama atas ‘Indonesia’ yang mendasari citraan kebudayaan nasional di layar setelahnya.

Kesimpulan
Dalam tulisan ini, kami telah mencoba mengungkapkan sisi lain sejarah produksi film di Indonesia yang biasanya dideskripsikan sebagai pranasionalis dan komersial, dan karena itu tidak dihargai. Kami mulai dari antologi sejarah film Indonesia yang ditulis oleh Misbach Yusa Biran tahun 2009 yang percaya bahwa film-film yang dibuat sebelum tahun 1950-an tidak dapat dilihat sebagai film yang ‘benar-benar Indonesia’ (2009: 45). Dalam menanggapi penonjolan ini, kami berargumentasi bahwa posisi ini merupakan indikasi dari bias etno-nasionalisme yang tersebar luas yang menghasilkan historiografi sempit terhadap film Indonesia. Kami telah menunjukkan bahwa konsekuensi dari bias ini berarti film-film pra-kemerdekaan yang dibuat oleh pembuat film Tionghoa sebagian besar diberi label sebagai bukan film Indonesia. Dengan berjalannya waktu, warisan pembuat film Tionghoa awal seperti Wong bersaudara dan The Teng Chun menjadi hilang, kenangan akan mereka dibayang-bayangi oleh nama-nama terkenal pembuat film ‘pribumi’ dan nasionalis seperti Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik yang selama pemerintahan Orde Baru menjadi dikenal sebagai ‘bapak’ film Indonesia.
Kami telah bersikap kritis terhadap kecenderungan umum sejarawan film Indonesia yang menghilangkan sumbangan penting pembuat film Tionghoa yang tidak hanya merintis pembuatan film panjang di Indonesia, tetapi juga mengonstruksi gambaran awal alam, orang-orang, dan kebudayaan lokal Indonesia di atas layar.
Hal ini adalah usaha penelitian permulaan ke arah ini—sayangnya, film-film aslinya sendiri sudah tidak bisa didapatkan demi kepentingan analisis isi yang lebih dalam. Sangat bisa dimengerti bahwa film-film pra-kemerdekaan yang dibuat oleh pembuat film Tionghoa menyajikan gambaran awal tentang kebudayaan Hindia Belanda umum. Film, lebih dari medium lain, menyediakan peranti untuk merepresentasikan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang tersusun atas berbagai campuran kebudayaan yang telah berkumpul bersama dalam proses acculturatie. Film-film ini barangkali tidak merepresentasikan kenyataan sehari-hari yang dialami dan dihidupi subjek terjajah, namun film-film ini memberikan perasaan sebagai ‘Indonesia’ yang dirasakan oleh banyak orang: multietnik, masyarakat unik yang dibayangkan sebagai bagian dari jaringan kebudayaan regional dan global, dan turut serta dalam lingkup modernitas Barat.

Tulisan ini ditujukan sebagai permulaan dari usaha pemeriksaan kembali secara lebih menyeluruh sejarah film subaltern Indonesia yang banyak dilupakan dan disalahpahami. Sesungguhnya, seperti yang telah kami diskusikan sebelumnya, sebagian besar tulisan tentang sejarah sinema Indonesia cenderung memulai dari kronologi film  Indonesia dengan produksi film Darah dan Doa dari Usmar Ismail di tahun 1950, seolah-olah industri film lokal tidak memiliki makna sebelum titik ini. Kami mengajukan sebuah perubahan paradigma dalam historiografi film Indonesia, di mana pembuatan  film di kepulauan Indonesia (dari kedatangan teknologi film di awal tahun 1900 hingga sekarang) dilihat sebagai garis panjang berbagai tahap yang saling berhubungan dan membentuk kontinuitas sejarah. Di sini, kami berargumen bahwa sangat penting untuk melihat sumbangan penting pembuat film, aktor,  dan pekerja film etnis Tionghoa—seperti juga etnis lain, terutama para Indo— dalam membentuk film Indonesia seperti yang kita kenal sekarang, baik secara teknik maupun stilistik14. Meski benar bahwa Indonesia yang tervisualisasi dalam film-film pra-kemerdekaan berbeda dengan penggambaran Indonesia di film-film pasca-kemerdekaan, kami berpendapat bahwa perbedaan ini tidak berarti bahwa salah satu merupakan representasi yang lebih benar daripada yang lain. Justru, perbedaan ini hanyalah sebuah titik yang menunjukkan berbagai cara bagaimana ‘Indonesia’ dibayangkan oleh berbagai perantara kebudayaan yang berbeda-beda, perantara yang hidup, dan bekerja di periode waktu yang berbeda dan berada di bawah ideologi dan situasi sosial-politik yang berbeda. Ketika dilihat dari sudut ini, definisi apa yang disebut sebagai film Indonesia ‘yang sebenarnya’ kemudian tidak hanya terbatas pada definisi nasionalis yang terbatas.

 

Melalui sejarahnya yang riuh-rendah, cara-cara bagaimana Indonesia di-bayangkan dan didefinisikan telah menjadi tema dari berbagai perdebatan dan bisa berubah karena ideologi politik yang sedang berkuasa.

Film sering menjadi ajang kontestasi ideologi tentang apa itu Indonesia dan bagaimana ia direpresentasikan. Sen (1983; 1985) merintis pemulihan sejarah film subaltern, yakni film Indonesia pada tahun 1950-an dan 1960-an dengan menceritakan kembali kisah dan warisan LEKRA dan pembuat film kiri yang dibisukan dan dihapuskan ketika Orde Baru naik ke tampuk kekuasaan.

 Demikian pula, kami telah berargumentasi bahwa fakta sejarah film di periode sebelum kemerdekaan perlu ditimbang. Tulisan ini menantang gagasan simplistis dan esensialitas etnis Tionghoa dalam pembentukan Indonesia modern.

Pemeriksaan kembali sejarah seperti ini tepat pada waktunya, terutama mengingat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, pembuat film Tionghoa mulai ‘muncul’ kembali di film Indonesia, memproduksi film-film yang telah memaksa peneliti untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan tentang sejarah etnis Tionghoa dalam masa Indonesia modern15.

 Kami berharap bahwa penelitian ke depan dalam arah ini dapat menerangkan lebih jauh lagi, bukan hanya pada bagaimana Indonesia divisualisasikan dalam film, tetapi juga perantara yang memainkan peran penting dalam industri film di Indonesia.

Thomas Barker baru saja meraih gelar Doktor dari  National University of Singapore dengan disertasi yang menganalisa budaya ekonomi film Indonesia kontemporer. Kini bermukim di Brisbane, Australia,  dan bekerja sebagai peneliti independen

Charlotte Setijadi-Dunn adalah kandiday Ph.D dari School of Social Sciences (Anthropology) at La Trobe University in Melbourne, Australia.Disertasinya mengulas form keseharian dari kostruksi identitas pada pemuda keturunan Tionghoa di era pasca-Suharto; khususnya yang berkaitan dengan memori historis, ruang sosial, dan produksi kultural.

Bahan Pustaka


Abdullah, T., H. M. J. Biran, dkk. 1993. Film Indonesia Bagian I (1900–1950). Jakarta, Dewan Film Nasional.
Ardan, S.M. 1997. Dari gambar idoep ke Sinepleks. Jakarta: GPBSI.
Arief, Sarief M. 2010.
Politik Film di Hindia Belanda, Yogyakarta: Mahatari.
Biran, Misbach Yusa. 2009.
Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa. Jakarta: Komunitas Bambu.
— 2009b.
Peran Pemuda Dalam Kebangkitan Film Indonesia. Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga.
Chairil, Nova. 2010. 
at both sides of the national cinema.The Jakarta Post, 28 April. <http://www.thejakartapost.com/news/2010/04/28/looking-both-sides-national-cinema.html&gt;.
Chandra, Elizabeth. 2009. ‘The Lord of Romance: Njoo Cheong Seng and Chinese-Malay Literature in 1940s.’ Makalah ang dipresentasikan dalam Asian Studies Conference Japan, Sophia University, Tokyo.
Cheah, Pheng. 2007.
Inhuman Conditions: On Cosmopolitanism and Human Rights. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.
Cohen, Matthew. 2006.
The Komedie Stamboel: Popular Theatre in Colonial Indonesia, 1891–1903. Athens: Ohio University Press.
Coppel, Charles. 1983.
Indonesian Chinese in Crisis. Oxford: Oxford University Press.
de Klerk, Nico. 2008.  Transport of Audiences”: Making Cinema ‘National.’ Dalam
Early Cinema and the ‘National’ disunting oleh R. Abel,  G. Bertellini dan R. King, hlm. 109–117. New Barnet, John Libbey.
Deocampo, Nick. 2007.
Cine: Spanish influences on early cinema in the Philippines. Manila: Anvil.
Depari, Eduard. 1990. ‘Eurasian Faces in Indonesian Films.’ Dalam
IndonesianFilm Festival 1990, disunting oleh Salim Said, hlm. 77–79. Jakarta: Foreign Relations Division Indonesian Film Festival Permanent Committee.
Geertz, Hildred. 1963.
Indonesian Cultures and Communities, disunting oleh Ruth T. McVey. Berkeley: University of California Press.
Gunning, Tom. 2008. ‘Early cinema as global cinema: the encyclopedia ambition.’ Dalam
Early Cinema and the ‘National’ disunting oleh R. Abel, G. Bertellini, dan R. King, hlm. 11-16. New Barnet, John Libbey.
Hansen, Miriam Bratu. 1995. ‘America, Paris, and the Alps: Kracauer (and Benjamin) on Cinema and Modernity.’ Dalam
Cinema and the Invention of Modern Life, disunting oleh Leo Charney dan Vanessa R. Schwartz, hlm. 306–402. Berkeley: University of California Press.
Heider, Karl G. 1994. ‘National Cinema, National Culture: The Indonesian Case.’ Dalam
Colonialism and Nationalism in Asian Cinema, disunting oleh Wimal Dissanayake, hlm. 162–173. Bloomington: Indiana University Press.
Ismail, Usmar. 1954. ‘Sari Soal dalam Film-film Indonesia.’
Star News 3.5 (25September, 1954): 30-31.
Kristianto, J.B. 2007.
Katalog Film Indonesia 1926–2007. Jakarta: Nalar.
Kurasawa, Aiko. 1987. ‘Propaganda Media on Java under the Japanese 1942–1945.’ Indonesia 44: 59-107.
Nio, Joe Lan. 1941. ‘Pembangunan Industri Film Hindia.’ Koloniale Studies.
Oetomo, Dede. 1991. ‘The Chinese of Indonesia and the Development of the Indonesian Language.’ Indonesia. 51: 53–66.
O’Malley, W.J. 1980. “Second Thoughts on Indonesian Nationalism.” Dalam
Indonesia: The Making of a Nation. Disunting oleh J.A.C. Mackie, hlm. 601-14. Canberra: Research School of Pacific Studies, The Australian
National University.
Ong, Aihwa. 2006. ‘Flexible Citizenship Among Chinese Cosmopolitans.’ Dalam
Cosmopolitics: Thinking and Feeling Beyond the Nation, disunting oleh Pheng Cheah dan Bruce Robbins, hlm. 134–64. Minneapolis: University of Minnesota Press.
Pané, Armijn. 1953.
Film Tjerita di Indonesia: Perkembangannja sebagai Alat Masjarakat.Indonesia 4.1 2: 5-112.
Reid, Anthony dan Chirot, Daniel. 1997.
Essential Outsiders: Chinese and Jews in the Modern Transformation of Southeast Asia and Central Europe. Seattle: University of Washington Press.
Riemenschnitter, Andrea and Madsen, Deborah L. 2009.
Diasporic Histories: Cultural Archives of Chinese Transnationalism. Hong Kong: Hong Kong University Press.
Robbins, Bruce. 1998. ‘Comparative Cosmopolitanisms.’ Dalam
Cosmopolitics: Thinking and Feeling Beyond the Nation, disunting oleh Pheng Cheah dan Bruce Robbins, hlm. 246–64. Minneapolis: University of Minnesota
Press.
Said, Salim. 1991.
Shadows on the Silver Screen: A Social History of Indonesian Film. Jakarta: The Lontar Foundation.
Salmon, Claudine. 1981.
Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: A Provisional Annotated Bibliography.  Paris: Editions de la Maison des Sciences de l’Homme.
Sani, Asrul. 1997.
Surat-Surat Kepercayaan, disunting oleh Ajip Rosidi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sen, Krishna. 1983. ‘Indonesian Film History: In Search of a Perspective.’
The   Australian Journal of Film Theory. 15/16: 113–131.
— 1985. ‘Hidden From History: Aspects of Indonesian Cinema 1955–65’,
Review of Indonesian and Malaysian Affairs, 19.2: 1–55.
— 1994.
Indonesian Cinema: Framing the New Order. London: Zed Books.
— 2006. ‘’Chinese’ Indonesians in National Cinema.’ dalam
Inter-Asia Cultural Studies, 7.1: 171–84.
Setijadi-Dunn, Charlotte. 2009. ‘Filming Ambiguity: To be ‘Chinese’ through the eyes of young Chinese Indonesian filmmakers’, dalam The International Journal of Humanities, 6.10: 19–27.
— 2009b. ‘Filming Ambiguity: Young Chinese Indonesian filmmakers examine questions of Chineseness’, dalam
Inside Indonesia, 95.
Sidel, John. 2003. ‘Liberalism, Communism, Islam: Transnational Motors of ‘Nationalist’ Struggles in Southeast Asia.’
International Institute for Asian Studies Newsletter, 32.23.
Siegel, James T. 1997.
Fetish, Recognition, Revolution. Princeton: Princeton University Press.

Strassler, Karen. 2009. ‘Cosmopolitan Visions: Ethnic Chinese and the  Photographic Imagining of Indonesia in the Late Colonial and Early Postcolonial Periods.’ The Journal of Asian Studies, 67.2: 395–432.
Suryadinata, Leo. 1992. Pribumi Indonesians, the Chinese Minority, and China. Ann Arbor: The University of Michigan Press.

Tan, Sooi Beng. 1989. From Popular to “Traditional” Theater: The Dynamics of Change in Bangsawan of Malaysia. Ethnomusicology. 33.2: 229–274.
Tu, Wei Ming. 1994. The Living Tree: The changing meaning of being Chinese today. Palo Alto: Stanford University Press.
van der Heide, William. 2002.
Malaysian Cinema, Asian film: Border crossings and national cultures. Amsterdam: University of Amsterdam Press.
van Doorn, Jacques. 1987.  ‘A Divided Society: Segmentation and Mediation in Late-Colonial Indonesia.’ Dalam
Indonesian Politics: A Reader, disunting oleh Christine Doran, hlm. 5–40. Townsville: James Cook University.
Wilmott, Donald. 1960. The Chinese of Semarang: A Changing Minority Community in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press.

Film Acuan
Asmara Moerni, 1941, sutradara: Rd Ariffien, Union Film.
Darah dan Doa, 1950, sutradara: Usmar Ismail, Perfini.
Impian di Bali, 1939, sutradara: tidak diketahui, Djawa Film.
54 Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita?
Kris Mataram, 1940, sutradara: Njoo Cheong Seng, Oriental Film.
Loetoeng Kasaroeng, 1926, sutradara: L Heuveldorp, Java Film Company.
Panggilan Darah, 1941, sutradara: Suska, Oriental Film.
Rentjong Atjeh, 1940, sutradara: The Teng Chun, The Java Industrial Film.
Si Tjonat, 1929, sutradara: Nelson Wong, Batavia Motion Picture.
Terang Boelan, 1937, sutradara: Albert Balink, ANIF.
Tie Pat Kai Kawin, 1935, sutradara: The Teng Chun, Java Industrial Film.
The Jungle Princess, 1936, sutradara: Wilhelm Thiele, Paramount Pictures.
Zoebaidah, 1940, sutradara: Njoo Cheong Seng, Oriental Film.
Sumber Figur
Figur 1: Koleksi Sinematek
Figur 2: Koleksi Sinematek
Figur 3: Koleksi Sinematek
Figur 4: Koleksi Sinematek & Biran (2009: hlm. 308)
Figur 5: Biran (2009: hlm. 253)
Figur 6: The Straits Times, 21 November 1950, Katinka

Catatan Akhir
1 Film-film dokumenter telah dibuat sebelum masa ini, oleh orang-orang Belanda dengan tujuan untuk mendokumentasikan negeri jajahannya, terutama untuk konsumsi di negeri Belanda. Lihat de Klerk (2008).
2 Tionghoa ‘Totok’ secara umum dilihat sebagai etnis Tionghoa yang masih memiliki ikatan kuat dengan China daratan—baik ikatan keluarga, rekan kerja (collegial), politik, maupun kebudayaan—dan masih menjunjung  tinggi tradisi China. Sementara Tionghoa ‘peranakan’ di sisi lain, secara umum dilihat telah mengembangkan kebudayaan unik mereka sendiri di Hindia Belanda dan tidak berorientasi, baik secara politik maupun kebudayaan pada China daratan. Untuk pembahasan lebih lanjut tentangperbedaan ini, lihat Charles Coppel (1983), Leo Suryadinata (1992), dan Donald Willmott (1960).
3 Sani (1997), kutipan asli: ‘Bahwa produser-produser film di Indonesia adalah semata-mata mereka yang hanya memikirkan kantong dan tidak menimbang atau bermaksud untuk mendirikan sesuatu yang patut diberi harga tinggi, tidak usah disangsikan lagi. Boleh dikatakan: semua mereka adalah orang Tionghoa.’
4 Meski sebagian besar orang Tionghoa adalah peranakan, yaitu Tionghoa yang telah berasimilasi, ada beberapa Tionghoa totok yang bekerja di bidang ini. Kami menggunakan etnis Tionghoa untuk menyebut dua kelompok Tionghoa ini.
5 Istilah ‘the Indies’ (Hindia Belanda) akan digunakan untuk mengacu pada wilayah Hindia Belanda sebelum kemerdekaan yang sekarang disebut Indonesia, setelah merdeka.
6 Sementara kami hanya melihat pada film-film pra-kemerdekaan di tulisan ini, gagasan film kosmopolitan memberikan dasar teoretis yang subur untuk melihat karya-karya film yang kemudian, untuk merekam jejak banyak koneksi trans-nasional yang selama ini tidak dianggap sebagai bagian dari film nasional.
7 Komedie berasal dari genre ‘Komedie’ teater dan vaudeville yang populer di Eropa. Stamboel mengacu pada Istanbul dan penggunaan cerita-cerita Arab, khususnya 1010 Malam.
8 Gagasan serupa tentang pluralitas kehidupan politik dan sosial Indonesia sebelum kemerdekaan dan maka sebuah kritik terhadap visi homogen nasionalisme ‘pribumi’ dapat dilihat dalam van Doorn (1987) dan O’Malley (1980).
9 Kutipan asli bahasa Indonesia: ‘bermatjam-matjam sumber internasional dan interasiatic jang dipergunakan.’ (Pané, 1953:


10 Kutipan asli bahasa Indonesia: ‘Dengan pendek, tonil dapat dikatakan merupakan acculturatie antara tehnik serta susunan tonil dan opera Eropah sekitar tahun 1900, dengan tehnik serta susunan tonil Melaju jang sudah ada dan jang mengambil pengaruh India dan Persia. Perpaduan keduanja itu disesuaikan oleh peranakan Eropah itu dengan publik umum di Indonesia zaman itu’ (Pané: 1953:


11 Nio Joe Lan (1941) mengatakan bahwa film-film pra-kemerdekaan memainkan peran yang sangat berharga, bukan hanya dalam popularisasi, namun juga perkembangan bahasa Melayu/Indonesia. Nio berpendapat bahwa melalui dialog-dialog film yang semakin maju, bahasa Melayu melewati transformasi linguistik yang pada akhirnya menyumbang pada struktur kosakata dan tata bahasa dari bahasa Indonesia modern. (hlm. 19).
12 Kutipan asli bahasa Indonesia: ‘Akhir ceritera didapat kesimpulan yang adil, bahwa tidak ada kesalahan antara kekolotan dan kemodernan’
13 Seperti yang telah diharapkan, wajah-wajah Eurasian (‘Indo’) terus menimbulkan kontroversi di antara para pendukung film nasional yang melihat penampilan mereka tidak pantas. Untuk pendapat seperti ini, lihat Depari (1990).
14 Kasus ini tidak unik pada Hindia Belanda, namun juga terjadi di bagianlain Asia Tenggara.Di Filipina,  Deocampo(2007) menunjukkan pengaruh penjajahan Spanyol pada pembentukan kebudayaan populer Filipina. Di Malaysia, Tionghoa peranakan juga memainkan peranan penting dalam memopulerkan musik keroncong (lihat Tan 1989).
15 Untuk pembahasan lebih lanjut tentang ‘kemunculan kembali’ pembuat film dan film Tionghoa di sinema Indonesia pasca-Soeharto, lihat Sen (2006) dan Setijadi-Dunn (2009; 2009b). Lihat juga Khoo (dalam buku ini) yang berfokus pada analisis film-film Edwin, seorang sutradara muda Indonesia beretnis Tionghoa.

“Tulisan ini adalah terjemahan dari Imagining ‘Indonesia’: Ethnic Chinese film producers in pre-independence cinemayang dimuat di  jurnal   Asian Cinema Vol. 21, No. 2, Fall/Winter 2012.  Versi Bahasa Indonesianya diterbitkan di buku “Mau Dibawa Kemana Sinema Kita: Beberapa Wacana seputar Film Indonesia” oleh Penerbit Salemba, Binus Publishing, dan Asian Cinema pada tahun 2011. Tulisan ini diterbitkan ulang dengan izin dari penerbitnya. Keterangan seputar buku ini bisa dibaca di: http://penerbitsalemba.com/v2/product/view/793

 

January 1950

1.Mutati staat Berherder kantor Pos Padang January 1950,Mr Soewil glr dt Bandaro.

 

Early January 1950

Pembenahan Organisasi dalam Sistem yang Berubah
Berubahnya bentuk Negara Indonesia dari kesatuan ke federal mempengaruhi perubahan struktur dan organisasi kepolisian Negara.

Kepolisian yang sejak masa revolusi didesain sebagai kepolisian yang sentralistik dan integratif mendadak berubah menjadi kepolisian federal.

Perubahan ini mengakibatkan reorganisasi dalam tubuh kepolisian RIS dimana terjadi banyak tumpang tindih kewenangan karena perubahan ke bentuk negara federal.

Permasalahan bertambah karena negara- negara bagian dalam RIS memiliki alat-alat kepolisian sendiri—yang sudah ada sejak Negara bagian itu dibentuk oleh Belanda— dengan nama Polisi Negara.

Sedangkan daerah bagian pada umumnya menggunakan tenaga polisi dari pemerintah federal yang diperbantukan pada masing-masing daerah itu.

Polisi RIS sendiri bernaung dibawah Jawatan kepolisian Indonesia dan kemudian menerima peleburan dari kepolisian-kepolsian yang menyatakan diri bergabung dengan Jawatan kepolisian Indonesia Pusat.

Adanya dualisme kepolisian ini memunculkan persepsi bahwa keberadaan mereka tidak dalam satu atap dan masing-masing beridiri sendiri tanpa adanya koordinasi yang jelas.

Hal ini membuat R.S. Soekanto kesulitan untuk melakukan upaya menentukan status, fungsi, dan peranan kepolisian secara jelas.

Meski banyak rintangan dan kesulitan yang menghadang, usaha-usaha untuk membangun Jawatan kepolisian RIS yang sesuai dengan keppres No. 22 tahun 1950 terus dilakukan.

Kebayoran Meeting  asking Djakarta Federal state to became Republic Indodensia government.(Rapat raksaas di kebajoran menuntut supaya Pemerinatahan federal di Djakarta diganti dengan Pemerintahan republik Indonesia.

 

Foto the first Jakarta Major sjamsurizal

 

Foto Lurah didaerah Djakrta Raya di kelurahan Utan Kayu.

.

January ,1st.1950

Dutch military interrogation of TNI -Indonesians suspected sympathies after a purge. Good intelligence is important for effective interviewing soldiers contra-guerrilla./Nederlandse TNI -Indonesians suspected sympathies after a purge. Good intelligence is important for an effective counter-guerrilla. 01/01/1950

Evacuation TNI . Recording Captain Schuringa.
Date{1946-1950}

Kopeng (Salatiga sector). This TNI soldier was captured during a purge in the vicinity of Kopeng. He belonged to the connection of the TNI
Date{1946-1950}

 

ada yg tau itu bawa senjata apa.? ato alat untuk apa..? ternyata dentusbol sudah ada sejak dulu ya Kok ya miripan sama besi tombak pagar rumah ? Mungkin beliau berdua ini dapet nyabut dari mana, asalkan seukuran senapan laras panjang, en dipake buat latihan baris-berbaris bawa senjata (foto sblmnya juga ada yg pake bedil2an kayu,kan?). Hitung2 persiapan mbawa rifle beneran nantinya.

Yang mantep Bapak2 baju item yg berdiri paling kiri tuh….Senjatanya cangkul…
Keder juga tu serdadu NICA,.. kalo masuk jarak ‘tembak’..kepalanya bakal dicangkul…..
Yang belakang paling kanan juga….liat yg nyangkut di pinggangnya…palu kecil…. Mampus tuh Belanda diketok, kalo terjadi CQB….

All & all, mereka tinggi sekali semangatnya….ga kira bawa alat apa aja, asalkan gabung buat berlatih & berjuang…

Whalaah.. Masih inget pak, dulu dapat mainan ini senengnya bukan main. Dulu belum ada Airsoft, main tembak2an dengan teman2 sekampung. Ada yang buat bedil2an dari pelepah batang pisang.
Nice old memories, memang

 

Introduction Bung article Assaat as Acting President on 1-1-50: Word of welcome insisted bebrapa thing is,
(10 reactions to the handover of sovereignty
(2) Amended the new psychological
(3) For the RI should be given special status
(4) Security and peace must be restored
(5) Come together to bring up and lead the nation

Artikel Perkenalan Bung Assaat sebagai Acting Presiden pada 1-1-50:Kata sambutan yang bersi bebrapa hal yaitu,

(10 reaksi terhadap penyerahan kedaulatan

(2) Perobahan baru psikologis

(3) Untuk sementara RI perlu diberikan kedudukan istimewa

(4) Keamanan dan ketentraman harus dikembalikan

(5) Marilah bersama-sama membangung dan memimpin bangsa

 

The Betjak in Surabaya January 1st 1950

 

 

 

Kediri in January 1st 1949

 

 

Fieast in reiner boulevard Surabya in January,1st.1949

January,1st.1950

The APRA Action at Bandung lead by Westerling

Raymond Westerling APRA

 

Raymond Westerling

 

Born

August 31, 1919(1919-08-31)
Istanbul, Ottoman Empire (now Turkey)

Died

November 26, 1987(1987-11-26) (aged 68)
Purmerend, The Netherlands

 

Raymond Pierre Paul Westerling (31 August 1919 – 26 November 1987), nicknamed the Turk, was a Dutch military officer. He waged a bloody occupation campaign in Sulawesi during the Indonesian National Revolution after the Second World War, and staged a coup d’état ‎ ‎ in Bandung and Jakarta in January 1950

 

Raymond Pierre Paul Westerling (31 Agustus 1919 – 26 November 1987), dijuluki si Turki, adalah seorang perwira militer Belanda. Dia melancarkan kampanye pendudukan berdarah di Sulawesi selama Revolusi Nasional Indonesia setelah Perang Dunia Kedua, dan melancarkan kudeta di Bandung dan Jakarta pada bulan Januari 1950
 

Westerling lahir di Istanbul, Kekaisaran Ottoman, sebagai anak dari seorang ayah Belanda dan ibu Yunani. Selama Perang Dunia Kedua, Westerling akan bergabung dengan Kerajaan Hindia Belanda Tentara dan menerima pelatihan di Inggris. Setelah Perang, Westerling akan dikirim ke Hindia Belanda untuk menekan Republik Indonesia. Pada bulan November 1946, pemerintahan Belanda soutern Sulawesi sedang terhalang oleh gerilyawan Republik lokal yang terlatih di Jawa. Sebagai Kapten Depot Pasukan Khusus (DST), Westerling diperintahkan sukses meskipun kampanye kontra pemberontakan berdarah untuk menenangkan Sulawesi Selatan [1] KST terdiri sebagian besar tentara pribumi dan merupakan satuan elit KNIL., Dan tak kenal lelah dalam mereka metode menaklukkan penduduk.

Dari Desember 1946 sampai Februari 1947 [2], pasukan Westerling yang akan memanfaatkan taktik teror yang menyebabkan kematian sedikitnya 10.000 orang Indonesia dan penipisan pasukan Republik di wilayah itu. [3] Westerling dituduh menggunakan teknik teror sewenang-wenang termasuk publik eksekusi, yang disalin oleh anti-Republik. Sebanyak 3.000 milisi Republik dan pendukung mereka tewas dalam beberapa minggu. [4] Sebaliknya, Westerling mempertahankan dalam otobiografinya yang hanya 600 kematian terjadi selama masa kampanyenya, menuduh Republik melebih-lebihkan angka [5].
Setelah kemerdekaan Indonesia 1949, Westerling diperintahkan kekuatan, Angkatan Perang Ratu Adil (APRA, Legio Ratu Adil) dari Resimen Pasukan Khusus kosong (salah satu penerus dari DSF), dan tentara KNIL. Dia berkolaborasi dengan Federalist Sultan Hamid II dalam pementasan kudeta pada bulan Januari 1950 untuk menggulingkan pemerintahan Sukarno [6]. Buruk direncanakan, kudeta itu gagal dan Westerling harus melarikan diri ke Singapura. [7]

Meskipun pemerintah Indonesia ingin mencoba Westerling pada kejahatan perang [8], Westerling tidak pernah diadili atas tuduhan ini. Dia pindah ke Belanda, di mana dia meninggal di Purmerend pada tahun 1987

Westerling was born in Istanbul, Ottoman Empire, as a child from a Dutch father and a Greek mother. During the Second World War, Westerling would join the Royal Netherlands East Indies Army and receive his training in England. After the War, Westerling would be sent to the Dutch East Indies to suppress the Indonesian Republicans. By November 1946, the Dutch governance of soutern Sulawesi was being hindered by local Republican guerillas trained in Java. As a Captain of the Special Forces Depot (DST), Westerling commanded a successful albeit bloody counter insurgency campaign to pacify South Sulawesi.[1] The KST consisted mostly of indigenous soldiers and was an elite unit of the KNIL, and were relentless in their methods of subjugating the population.

From December 1946 to February 1947[2], Westerling’s forces would utilize terror tactics which led to the deaths of at least 10,000 Indonesians and the decimation of the Republican forces in the region.[3] Westerling was accused of using arbitrary terror techniques including public execution, which were copied by other anti-Republicans. As many as 3,000 Republican militia and their supporters were killed in a few weeks.[4] In contrast, Westerling maintains in his autobiography that only 600 deaths occurred during the duration of his campaign, accusing the Republicans of exaggerating the figures.[5]

After the 1949 Indonesian independence, Westerling commanded a force, the Angkatan Perang Ratu Adil (APRA, Legion of Ratu Adil) of deserted Regiment Special Forces (one of successors of the DSF), and KNIL soldiers. He collaborated with the Federalist Sultan Hamid II in staging a coup d’état in January 1950 to overthrow the Sukarno government.[6] Poorly planned, the coup failed and Westerling had to flee to Singapore.[7]

Although the Indonesian government wanted to try Westerling on war crimes[8], Westerling never had to stand trial for these allegations. He moved to the Netherlands, where he died in Purmerend in 1987.

 

 

Sultan Hamid II

The APRA Coup and Unitarianism

On December 17, 1949,

Hamid II was appointed by Sukarno to the RUSI Cabinet but held no portfolio. This Cabinet was headed by Prime Minister Mohammad Hatta and included 11 Republicans and five Federalists. This federal government was short-lived due to conflicting differences between the Republicans and the Federalists as well as growing popular support for a unitary state.[4]

Hamid II would subsequently conspire with the former KNIL Captain Raymond Westerling to organize an anti-Republican coup in Bandung and Jakarta. Westerling’s Angkatan Perang Ratu Adil (APRA, Legion of Ratu Adil) comprised elements of the KNIL, the Regiment Special Forces, the Royal Netherlands Army and several Dutch nationals including two police inspectors.

January,3th.1950

 

3 January 1950

Australian Minister for External Affairs Percy C. Spender
at Merdeka Palace after RTC agreement

 

3 January 1950
State Dinner forMinister Spender

January,3rd.1950

 

The Federal Postcard stationer smelt 5 sen briefcard kartoepos van de afzender  send from Purwokerto CDS 3.1.50 to Natura Magazine Djakarta, the letter that the sender tead at Sin Po newspaper  abaout new Magazine Natura free edition , asking that free magazine

January,13th.1950

 

Postally  used Postcard Statione  smelt 5 cent van de send from CDS Semarang 13.2.50 to Bogor

January,14th.1950

 

Fragment CDS Batavia centrum 14.1.50 W1,the weselpost(money order) Postal stamped  of central Batavia(Jakarta) still used during RIS this day,RIS did not have special postmark(Dr iwan note)

January,15th.1950

(a) undang-undang darurat no 1 tahun 1950 tentang penyelenggaraan tugas pemerintahan bagi Negara Djawa Timur oleh RIS, untuk daerah Negara Djawa Timur ditetapkan Komisaris Pemerintah.ditanda tangani oleh Presiden republik Indonesia Soekarno, Perdana Menteri RIS Moh.Hatta dan Menteri dalam Negeri RIS Ide Anak Agung Gde Agung.

 

 

 

January, 16th.1950

(1) Majalah rajat Republik Indonesia Serikat no .28 tahun kedua.

 

Inside the magazine :

1) Poster, MATA DUNIA MEMANDAN INDONESIA (THE WORLD EYE LOOKING INDONESIA)

 

2)PROMOTION lABEL.SABUN TJAP TANGAN,BLUEBAND MARGARINE,LIFE BUOY SOAP

 

3) article.about Pasundan State and East Timur state(Pemandangan dalam newgeri Pasundan dan Negara Djawa Timur)

January,19th.1950

PTT have meeting with TNI at Postoffice Pasar Baru Jakarta, Mr Wongsonegoro joined this meeting (3 pictures)

 

 

 

Januari,21th.1950

(a)Peleburan Bekas Anggota KNIL kedalam Angkatan Bersenjata RIS(APRIS) dan pelaksanaan perseujuan Komperensi Meja Bundar(KMB) dalam bidang militer

(b)On January,20th.1950, Aceh DPR member  were elected.

(c) Lettersheet stationer(postblad-warkatpos) smelt 10 cent send fromk jakarta CDS Djkarta 25.1.50 to the KPM office Djakrta, about information that the KPM(Royat dutch ship) employee was sick and now in CBZ hospital(now RSCM)

 

January,23th.1950

Kunjungan pertama Presiden Indonesia keluar negeri

Dalam menghadapi situasi keamanan yang belum stabil, sangat diperlukan sebuah kepolisian yang sentralistik di bidang kebijaksanaan teknis maupun administrasi. Melalaui Penetapan Perdana Menteri No. 3 tanggal 27 Januari 1950 pimpinan kepolisian diserahkan kepada Menteri pertahanan dengan maksud memusatkan pimpinan kepolisian dan ketentaraan dalam satu atap.

Sementara itu, dualisme antara polisi RIS dengan polisi Negara-negara bagian yang menyangkut soal status, tugas, dan organisasi berusaha dihilangkan. Berdasarkan penetapan Perdana Menteri RIS No. 1/PM/1950 dibentuk Komisi kepolisian dengan tugas utama menyususn dalam waktu singkat rencana UU Kepolisian yang mengatur organisasi, tugas, dan kewajibannya serta hubungan Jawatan Kepolisian RIS dengan kepolisian Negara- negara bagian sesuai dengan UUD RIS .

.

 

January,23th.1950

(1)Bung Karno Visit India

(2)The Cabinet meeting postponed because Bandung was attack by Westerling APRA troops.

(3) The Diploma Of Middle School MULO , Djkarta 23 Jan 1950 issued by DEP. O.K. and W -official stamped.

 

January 23th.1950

Menumpas Kaum Separatis
Selama masa Republik Indonesia Serikat berdiri, banyak terjadi gerkan separatis yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Negara bagian buatan belanda. Mereka ber-tentangan dengan kelompok yang menghendaki terciptanya bentuk Negara kesatuan. Gerakan-gerakan ini pada gilirannya mengancam keutuhan bangsa, oleh karena itu kepolisian Indonesia turut menyumbang tenaga untuk menumpasnya demi keutuhan bangsa dan Negara Indonesia.

Beberapa gerakan tersebut diantaranya ialah:

Angkatan Perang Ratu Adil
APRA dibentuk Pada akhir 1949 dipimpin oleh seorang perwira KNIL yang bernama Raymond Westerling. Anggotanya terdiri dari serdadu Belanda yang melakukan desersi dan para anggota KNIL yang frustrasi dengan masa depan mereka lantaran Indonesia dan Belanda mencapai kesepakatan politik. Westerling juga bekerjasama dengan tokoh-tokoh Negara Pasundan yang hendak mempertahankan eksistensi Negara itu. Sebenarnya, gerakan APRA adalah bagian dari skenario yang disusun Sultan Hamid II, seorang menteri Negara dalam Kabinet RIS, untuk menyerang sidang kabinet dan membunuh tokoh-tokoh nasional seperti Menteri Pertahanan Sri Sultan HB IX, Sekjen Kementerian Pertahanan Ali Budiarjo, dan Kepala Staf Angkatan Perang T.B. Simatupang. Namun upaya ini, berhasil digagalkan karena telah tercium oleh aparat intelijen.

Pemberontakan ini dimulai dengan serangan pasukan APRA di kota bandung pada

dinihari tanggal 23 Januari 1950.

Serangan-serangan yang dilakukan sangat membabi-buta, mereka menembaki siapa saja yang mereka temukan di jalan, terutama para anggota TNI dan kepolisian.

Hari itu juga bantuan dari Jakarta segera datang. Dengan dukungan dari pasukan Mobbrig yang dikomandani oleh Komisaris Polisi tingkat II Sucipto Yudodiharjo. Datangnya bala bantuan itu membuat pasukan APRA mundur dan terpaksa meninggalkan bandung. Tokoh-tokoh yang terlibat pun segera ditangkap.

Bersamaan dengan munculnya pembeontakan APRA, di Jakarta terjadi kekacauan yang diakibat kan oleh ulah gerombolan bersenjata Mat Item yang ternyata ada hubungan dengan APRA. Namun gerombolan ini dapat ditumpas dengan cepat oleh Komandan Mobbrig Pusat Mohamad Jasin yang melakukan penggerebekan ke basis-basis kekuatan germbolan Mat Item dan membangun pos-pos pertahanan di daerah pinggiran Jakarta seperti Ciputat, Ciledug, Cengkareng, Cilincing, Cipinang, Pulogadung, Kramatjati, dan Kedunghalang.

Dutch Capt. Westerling attempts assassination and coup in Bandung; some members of Dutch-created Pasundan government are involved

On 23 January 1950, APRA overwhelmed the small RUSI garrison and occupied parts of Bandung until they were driven away by reinforcements under Major General Engels.[1]

 

 

 

 

On 23 January 1950,

APRA overwhelmed the small RUSI garrison and occupied parts of Bandung until they were driven away by reinforcements under Major General Engels.[1]

On 26 January 1950,

elements of Westerling’s forces infiltrated Jakarta as part of a coup d’état to overthrow the RUSI Cabinet. They also planned to assassinate several prominent Republican figures including the Defense Minister Sultan Hamengkubuwono IX and Secretary-General Ali Budiardjo. However, they were intercepted and forced to flee by Indonesian military forces.

Meanwhile, Westerling was forced to flee to Singapore and APRA had ceased to function by February 1950.[1]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ex captain westerling flee to Singapore  ,fly to schipol Amsterdam met his wife Thiessen in August,24th.1950

 

 

 

 

and then to  in Bruxel Belgie in summer 1950

 

 

January,24th.1950

The member of Aceh province ‘s DPR were “diresmikan” by Gouvernur Tgk M.Daud Beureuh at Kutaraja. after the meeting, annouced that all gouvernment commisaris at sumatra were dismissed(diberhwntikan), and “diangkat” again to be Gouvernur of South Sumtara and Middle sumatra . but except (kecuali) Nort Sumatra Gouvernment comissaris SMAmin  because North sumatra Province divided into two part, and will pointed another gouvernur. In 1950 Mr.SM Amin was pointed to be the “PANITIA PELEBURAN NEGARA SUMATREA TIMUR”  by Internak affair menistry.

 

 

January,26th.1950

On 26 January 1950, elements of Westerling’s forces infiltrated Jakarta as part of a coup d’état to overthrow the RUSI Cabinet. They also planned to assassinate several prominent Republican figures including the Defense Minister Sultan Hamengkubuwono IX ,look his picture during meeting with Let.Col. AU Dr Kornel Singawinata, Ali Budiardjo and Let.Col.AD Daan Jahya discusing about that situation.

 

and Secretary-General Ali Budiardjo. However, they were intercepted and forced to flee by Indonesian military forces.Therefore, the above situation held a curfew from 22:00 to 5:00 hours. Pengrebekan area of rice fields, fighting the TNI-APRA, also performed at the office telephone pengrebekan weapon so it can be seized and 20 people were arrested

January,27th.1950

The first payment of RIS officials starting from the DKA(Railways officers ?

 

 

 

 

 

 

 

 

January,28th.1950

Undang-Undang Darurat No. 4/1950 (Lembaran Negara No. 5/1950), maka yang dapat diterima menjadi anggota APRIS adalah warga negara RIS bekas anggota Angkatan Perang RI (TNI) dan warga negara RIS bekas anggota angkatan perang yang disusun oleh atau di bawah kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda atau NICA,
Menurut Nugroho Notosusanto (1985) usaha peleburan tersebut, didasarkan kepada kebijaksanaan Perdana Menteri Mohammad Hatta yang berkeinginan menstransformasikan TNI yang lahir sebagai tantara nasional, tentara rakyat, tentara revolusi, menjadi suatu tentara profesional menurut model Barat. Untuk itu dipekerjakan suatu Nederlands Militaire Missie (NMM) atau Misi Militer Belanda sebagai pelatih prajurit-prajurit TNI. Kebijaksanaan tersebut sudah barang tentu tidak populer di kalangan TNI dan menimbulkan masalah psikologis.

Ditinjau dari segi politik militer peleburan itu merupakan suatu kemenangan, tetapi akibat psikologis bagi TNI adalah berat. TNI dipaksa menerima sebagai kawan orang-orang yang selama pe¬rang kemerdekaan menjadi lawan mereka.

Sementara itu di kalangan TNI sendiri banyak anggota-anggotanya yang harus dikembalikan ke masyarakat, sebab dianggap tidak memenuhi syarat-syarat untuk tetap menjadi anggota angkatan perang.
Di Kalimantan Selatan, benturan-benturan juga terjadi ketika diadakannya usaha-usaha pembentukan TNI dan peleburannya ke dalam APRIS. Sebagai realisasi diri pelaksanaan Undang-Undang Darurat No. 4/1950, maka pada tanggal 28 Januari 1950 Komandan Teritorium VI, yaitu Letnan Kolonel Sukanda Bratamenggala menerima bekas KNIL sebanyak 125 orang.

Dalam tulisan Dhany Justian (1972) disebutkan, Letnan Kolonel Sukanda Bratamenggala telah menerima bekas KNIL berupa 1 kompi infantri dari bawah pimpinan Letnan Satu Sualang dan 1 kompi bantuan dari bawah pimpinan Letnan Kotton.
Sebagian anggota KNIL yang masuk dalam APRIS itu dijadikan pelatih dan komandan pasukan, dan mereka rata-rata dinaikan pangkatnya, sedangkan sebagian besar mantan pejuang gerilya yang masuk APRIS hanya berpangkat rendah dan prajurit biasa.

Selain itu, utusan militer dari Pusat yang didatangkan ke Kalimantan Selatan dengan tujuan untuk menyempurnakan Divisi Lambung Mangkurat menjadi kesatuan yang modern telah menimbulkan ketegangan-ketegangan pada anggota divisi yang nota bene mantan anggota gerilya. Mereka harus menjalani pemeriksaan kesehatan untuk dilihat siapa-siapa yang tetap menjadi tentara republik dan siapa yang harus dikembalikan atau didemobilisasikan ke masyarakat.

Sebagaimana dinyatakan Hassan Basry (2003) bagi mereka yang dikembalikan ke masyarakat atau yang tidak memenuhi syarat sebagai anggota APRIS, kepadanya diberikan pesangon berupa uang sebesar Rp 50,- dan selembar kain sepanjang 1,3 meter.
Persoalannya tidak hanya itu, setelah menjalani penyaringan mereka harus melaksanakan aturan-aturan militer yang ketat yang diberikan oleh pejabat-pejabat militer mantan anggota KNIL dari Jawa yang mereka pandang telah meremehkan dan merendahkan martabat mereka.
Dan lebih celaka lagi, menurut mereka, jabatan militer dan sipil yang terpenting terus diduduki oleh orang yang mereka pandang pernah bekerjasama dengan Belanda (NICA) atau diberikan kepada orang-orang dari luar daerah.

Sementara itu, ada usaha-usaha untuk memisahkan mantan pimpinan gerilyawan dengan anak buahnya, misalnya dengan mengirim Kolonel H. Hassan Basry ke Kairo, Mesir dengan tugas belajar di Universitas Al-Azhar dan tinggallah bekas-bekas anak buah sebagai anak ayam kehilangan induknya


Masuknya bekas KNIL ke dalam APRIS, menimbulkan beberapa masalah besar bagi intern APRIS pada umumnya, dan bagi pasukan TNI yang nota bene mantan pejuang kemerdekaan, seperti mantan pasukan MN 1001/MTKI dan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan, atau mantan pejuang gerilya lainnya.

Mereka dipaksa untuk menerima KNIL sebagai mitra atau teman sekerja, sedangkan pada masa perang kemerdekaan KNIL adalah musuh mereka.

 

Masalah tersebut di atas juga terungkap dalam tulisan Kodam X/Lam (1970) dan tulisan Dhany Justian (1972) sebagai berikut:

Pasukan MTK/Tengkorak Putih dan MTKI/MN 1001 yang ketika didrop ke Kalimantan adalah TRI berpendapat bahwa mere¬ka sudah menjadi Tentara Republik Indonesia yang resmi sehingga merasa tidak perlu lagi masuk ke dalam TNI.

Badan -badan Perjuangan tersebut di atas bekerja sama dengan tokoh-tokoh ALRI Divisi IV/PK, dan di samping itu banyak tokoh-tokoh tidak dapat menerima penggabungan KNIL ke da¬lam TNI tersebut, disebabkan mereka masih beranggapan bahwa bekerjasama dengan KNIL sama dengan bekerjasama dengan musuh yang dulu membunuhi rakyat.
Adanya demobilisasi seperti dikemukakan sebelumnya, tidaklah mengecewakan, jika tidak dibarengi dengan laku lajak (over acting) Tentara Republik yang dahulunya bekas KNIL (Ideham dkk, ed., 2003) dan sikapnya meremehkan prestasi daerah dalan perjuangan kemerdekaan (Dijk, 1983).

Di samping itu, kekecewaan muncul karena per¬soalan pribadi dari beberapa tokoh menyangkut perbedaan kedudukan, fasilitas, prioritas dan sebagainya.

Tidak mengherankan memang dalam masa peralihan tersebut ada sebagian anggota Divisi Lambung Mangkurat maupun para demobilisan tidak sanggup menghadapi kenyataan dan ingin meneruskan hidup yang avonturis.

 

Akibatnya timbul berbagai ekses dan konflik, seperti konflik mental, batin dan fisik yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk, misalnya meneruskan cara hidup serobotan, penggedoran, penculikan, pemerasan, dan perbuatan-perbuatan lainnya yang dipandang mengganggu ketenteraman umum.

Aksi-aksi mereka terus berlanjut sampai munculnya Gerombolan Suriansyah (Tan Malaka) dan Kesatuan Rakyat Indonesia yang Tertindas (KRIyT, KRJTT) yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar (Ibnu Hajar), seorang mantan pejuang gerilya, yang karena tindakannya itu maka ia diberi stigma (noda, cacat) oleh Pemerintah Pusat sebagai “pemberontak”.

Mengutip Ensiklopedia bebas Wikipedia (
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Hadjar), disebutkan:
“Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagianDI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950.
Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hadjar ini pemerintah menempuh upaya damai melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada saat itu pemerintahRepublik Indonesia masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan petualangannya secara baik-baik, sehingga ia menyerahkan diri dengan kekuatan pasukan beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan pemberontakannya.
Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya untuk masuk Negara Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan.
Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu Hadjar.

Pada akhir tahun 1959

pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar sendiri dapat ditangkap.

Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hadjar dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar”.

 

Dari tulisan Wikipedia itu sudah jelas sekali terlihat bahwa stigma pemberontak yang dikenakan kepada mereka itu menunjukkan bahwa selama ini persoalan Ibnu Hadjar dan kawan-kawan yang membentuk KRIyT dipandang dalam perspektif Pemerintah Pusat.
Permasalahannya adalah apakah tepat jika persoalan itu hanya dilihat dari sudut pandang Pemerintah Pusat? Bagaimana jika persoalan Ibnu Hadjar dipandang dalam perspektif daerah, sosial budaya setempat, dirinya sendiri, atau menurut pandangan para demobilisan dan mantan pejuang gerilya? Apa yang melatar belakangi Ibnu Hadjar dan pengikutnya bertindak demikian yang oleh Pemerintah Pusat dipandang mengganggu ketenteraman umum? Ibnu Hadjar adalah seorang pejuang kemerdekaan, semua orang mengakuinya. Faktanya memang demikian. Namun, apakah karena ia berseberangan ideologi atau politik dengan Pemerintah Pusat maka ia kemudian divonis sebagai pemberontak? Hal inilah yang menjadi persoalan serius. Pendek kata, banyak hal sebenarnya yang dapat digali dari seorang Ibnu Hadjar, tanpa harus terjebak pada persoalan apakah beliau seorang pemberontak atau tidak.

Bagaimana menurut anda?

source0.000000 0.000000

 

http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2012/01/14/ibnu-hadjar-dan-stigma-pemberontak/

 

 

 

0.000000 0.000000

 

January,29th.1950

Jendral Soedirman wafat(Soedirman passed away)

The Official letter for everybody who send honor to General Soedirman passed away from the ministry of Defense Colonel T.B.Simatupang

 

3 February 1950
From: Chief of Staff of the armed War PGS
To: Chief of Police of New York Office
Highlights: Acknowledgments
This 1.With this, me on behalf of all members of the Armed war and family of the late General sudirman, say a thousand thanks for your majesty statement bemoan the death of the father of Mr. War force.
2.Semoga charity worth Paduka Tuan received a reply from the Almighty.
Pgs.Kepala staff of the Armed Forces
Colonel T. B. Simatupang

The original letter:

3 Pebruari 1950

Dari:Pgs Kepala Staf angkatan Perang

Kepada:Kepala Kantor Besar Polisi Djakarta

Pokok:Ucapan Terima Kasih

1.Dengan ini saya atas nama seluruh  anggota Angkatan perang dan keluarga Almarhum Jendral Sudirman,mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas pernyataan turut berdukacita paduka Tuan dengan wafatnya bapak angkatan Perang.

2.Semoga amal Paduka Tuan mendapat balasan setimpal dari Yang Mahaesa.

Pgs.Kepala staf Angkatan Perang

Kolonel T.B.Simatupang

January ,30th.1950

the Federal Indonesia  fee revenue (loonzegel) nomial 25 gld used without overprint(off document)

 

 

February ,1950

Dr Adnan Kapau Gani dari Desember 1948 sampai Februari 1950 menjabat Gubernur Militer Daerah Sumatera bagian Selatan.

Hamid II had confessed to his involvement in the botched Jakarta coup and to planning an abortive second attack on Parliament scheduled for

February 15th.1950.

Due to the presence of RUSI troops, the attack was aborted. The role of the Pasundan government in the coup led to its dissolution by February 10, further undermining the federal structure. By late March 1950, Hamid’s West Kalimantan was one of the four remaining federal states in the United States of Indonesia.[1]

Hamid’s role in the coup led to increased agitation in West Kalimantan for its integration into the Republic of Indonesia. Following a fact-finding mission by the Government Commission, the RUSI House of Representatives voted overwhelmingly by a margin of 50 to one votes to merge West Kalimantan into the Republic of Indonesia.[5] Following clashes with demobilized KNIL troops in Makassar and the attempted secession of an Ambonese Republic of South Moluccas, the federal United States of Indonesia was dissolved on 17 August 1950, turning Indonesia into a unitary state dominated by the central government in Jakarta.[5]

February,2nd.1950

Presiden Sukarno came back to Jakarta from his visit to India.

February,7th,1950

Lembaran negara tentang  Penyelengaranan  tugas pemerintahan di Pemerintah negara Sumatera selatan

 

 

February,9th.1950

The rare  flag and waves  stamp used on cover send intern  Jogja city(may be CTO)

 

 

Perforated copies are probably proof since they didnot appear in used condition. This unperforated stamps remained on sale after the transfer of souverinity in Decemebr,27th.1949 , but 10% of its face value in term of the RIS currency,which was initially at par with the durch guilder, this rule appears to have disregarded in Atjeh and Sumatra,where copies were used at full value on money order during 1950.

February,10th.1950

Due to the presence of RUSI troops, the Westerling APRA troops ‘s attack was aborted. The role of the Pasundan government in the coup led to its dissolution by February 10, further undermining the federal structure

February,12th.1950

Return to sender Official Balai harta peninggalan Semarang free stamp homemade cover send cds Semarang 12.2.50 to Sergenat MNajor Omagma Denpasar bali CDS.14.2.50 .

 

 

 

 

 

February,15th.1950

(1)an abortive second attack  by Westerling with  APRA  army on Parliament scheduled for February 15, but didnot succeed and Westerling was forced to flee to Singapore and

APRA had ceased to function by February 1950.

(2) Pembubaran Parlemen dan Senat RIS

(3) The rare letter sheet (postblad warkat pos) with local indonesia flag and ocean stamp.

February,16th.1950

Sidang DPRS(Dewan Perwakilan Rakyat Sementara) RIS diruang atas hotel Des Indes.look the related picture:

(a) President Sukarno arrived and went to the meeting room

 

(b) the first RIS Cabinet in the  meeting room

 

(c)after the meeting, President sukarno take a picture with the menistry of the first RIS cabinet .

 

February,17th.1950

Inaugurated RIS Parlement Member by  Presiden Soekarno.

February,18th.1950

The very rare postally used local postcard with  Indonesia flag and ocean  2 x 100 sen.

February,21th.1950

Mr Sartono dipilih menjadi ketua senat RIS

 

The Pasundan  State Bookstore “Moestika” Tjitjoeroeg (Pasundan) card(drukwerrk) send from  Tjitjoeroeg west java (still used the name of Pasundan stae) to surabaya,promotional book selling.with RIS overprint on smelt  1 sen and without ovpt RIs smelt 4 sen(Rare Pasundan state cover during RIS)

Pasundan government dissolves itself

February, 22th.1950

Westerling leaves Indonesia via Singapore using a forged Netherlands passport

February,23th.1950

INIRO-rubber isntituut postal stationer card  5 sen send from  CDS Bogor 23.2.50  to Semarang

 

February,24th 1950

Verbal Process, Delivery / acceptance Pemrintahan Surabaya based on determination of the Regional Military Komado suarabaja date 16 February 1950, at Surabaya 24 februarui 1950, which gave the Resident State Surabaya East Java Boediman R. Rahardjo, who received Reisden Surabaya Indonesia repubnlik S. Pamoedji

 

 

 

Process verbal, Penyerahan/penerimaan Pemrintahan Surabaya berdasarkan penetapan Komado Militer Daerah suarabaja tgl 16 februari 1950 , di surabaya 24 februarui 1950, yang menyerahkan  Residen surabaya Negara Djawa TImur R.Boediman Rahardjo, yang menerima Reisden Surabaya repubnlik Indonesia S.Pamoedji.

 

illustrasi serah terima Modjokerto dari bealnda kepada Tentara nasional Indonesia.(two pictures).

 

February,28th.1950

28 Febr. 1950 pergi ke sebuah perusahaan KNIL lengkap Banjarmasin, dibentuk oleh tentara dari Inf. XIII dari angkatan bersenjata RIS ( Republik Indonesia Serikat). Upacara berlangsung di Tanahlapang Merdeka (Taman Swart). ELT. Knoll (Woerden), Angkatan Darat dilatih kembali dan terorganisir perusahaan ini, mengucapkan selamat kepada mantan sersan KNIL Slamat (Jawa), sekarang komandan pleton Letnan-dengan TRIS (Tentara Republik Indonesia Serikat), dengan posisi barunya.

 

   

 

 

 

 

 

 

March 1950

March,1st.1950

Postal Used Cover fro CDS Djkarta 1.3.50 to Bukittinggi (west sumatra) used building stamp 15 sen without overfprint. by airmail.

 

March,6th.1950

An excerpt of a list of Heads of Government Decree RIS Padang and surrounding areas on the granting of money damages based on per diem, as well as payment of the difference in cost lodging in the hotel and daily money to the employee who had been to us, as of 1 April 1950

Petikan daftar Ketetapan  Kepala Pemerintahan RIS Padang dan sekitarnya tentang pemberian uang ganti kerugian berdasarkan uang harian, begitu juga pembayaran selisih  ongkos penginapan di hotel dan wang harian tersebut kepada pegawai yang diperbantukan kepada kita,terhitung 1 april 1950.

March 8.3.1950

 

 

Postal zstamped CDS Buitenzorg changed to BOGOR on Income Tax .

March 9th,1950.

(1)Negara Sumatra Selatan, Negara Madura, and Jawa Timur dissolve themselves into the Republic.

(2) POSTALLY USED POSTALSTATIONER SMELT 5 SEN FROM Taman Siswa student  MEDAN NEGARA SUMATRA TIMUR ,cds MEDAN 9.3.50.

 

 

 

 

 

 

March,11th.1950

 

The Goverment annoucement(Pengumuman pemerintah) 11-3-50 with acting President RIS Assaat.

(1) In accordance with the will of the people, by now have been officially endorsed pengabungan some areas of East Java, Pasundan, Madura, Central Java, fields and Sabang to the republic the Republic of Indonesia denganrasa Indonesia.Pemerintah accept responsibility for it and thus pengabunggan menoper all the rights powers and obligations of these areas.

(2) All regulations and laws applicable in the area are combined, it remains valid, as long as not contrary to the rules and laws of the Republic of Indonesia.

(3) Bureau and government agencies have to walk on, occasionally goverment  wheel should not be stopped.

pegawai Republik Indonesia non-cooperatoten yang belum bekerja supaya segera mendaftarkan diri kepada kepala daerah (Residen atau bupati) yang terdekat,agar dapt disesuaikan penempatnnya kembali.” Hd=”(4) All the employees continue working dlam lapanganntya each> employee non-cooperatoten Republic of Indonesia that has not worked to immediately enroll the head region (Resident or regents) are nearby, so that DAPT penempatannya adjusted return.

(4) All the employees continue working dlam lapanganntya each employee non-cooperatoten Republic of Indonesia that has not worked to immediately enroll the head region (Resident or regents) are nearby, so that DAPT penempatannya adjusted return.

(5) the Governor of the republic of Indonesia, to run the government and take actions as a representative and on behalf of the republic of Indonesia Pemewrintah Center regarding matters that are not included Pemerintha RIS affairs or matters that do not include duties atay intansi service that is maintained directly by the Central Government Republic of Indonesia cq related  ministers or ministries.

(6) The Government of the Republic of Indonesia believes that each person will feel as duty unrtuk assist the government of the Republic of Indonesia preformance efforts to maintain security and public peace and abstain from tindakan who  violate actions against  the law.

(7) Instructions to government officials will soon follow.

CABINET PROGRAM RIS

(1) holding hands in order to transfer power across the nation Indonesia Indonesia happen carefully, seek KNIL reorganization and the formation of armies and the return of Dutch Army RIS kenegrinya preformance time as soon as possible.

(2) holding public tranquility, order preformance the shortest possible time guaranteed validity and enforceability of basic democratic rights were human rights and freedom

(3) Provide preparation for a legal basis, the way how people express his will according to the principles of the constitution of RIS and holding elections for a constituent

(4) Trying to improve people’s economic situation, financial circumstances, transportation, housing and health, made preparations for social security and employment back into the community, held a regulation on minimum wages, government control over economic activity so that activity terujud to the prosperity of the people entirely.

(5) Improving the college in accordance with the purposes of the Indonesian people and awaken national cultural center, intensify the eradication of illiteracy among the public.

6) Menyelesaikan West Irian question in this year also by peaceful

7) Running a foreign policy that strengthens the position of the RIS in the international world by strengthening the ideals of world peace and nation-bangsa.Memperkuat persaudaraan nexus moral, political and economic anaaaaaatra southeast Asian countries, political Running preformance Union in order that the Union is useful for RIS RIS.Berusaha interest to become a member of the United Nations (UN

(1) Sesuai dengan kehendak rakjat,dengan resmi sekarang telah disahkan pengabunggan beberapa daerah yaitu Djawa Timur,Pasundan,madura,djawa tengah,padang dan sabang kepada republik Indonesia.Pemerintah Republik Indonesia denganrasa tanggung jawab menerima pengabunggan itu dan dengan demikian menoper segala hak kekuasaan dan kewajiban daerah-daerah tersebut.

(2) Semua peraturan dan undang-undang yang berlaku didaerah yang digabungkan itu,tetap berlaku,selama tidak bertentangan dengan peraturan dan undang-undang Republik Indonesia.

(3) Jawatan dan Instansi pemerintah harus berjalan terus,roda pemerintahabn sekali-kali tidak boleh terhenti.

(4) Segenap pegawai melanjutkan pekerjaan dlam lapanganntya masing-masing>pegawai Republik Indonesia non-cooperatoten yang belum bekerja supaya segera mendaftarkan diri kepada kepala daerah (Residen atau bupati) yang terdekat,agar dapat disesuaikan penempatnnya kembali.

(5) Gubernur republik Indonesia,menjalankan pemerintahan dan mengambil tindakan-tindakan sebagai wakil dan atas nama Pemewrintah Pusat republik Indonesia mengenai soal-soal yang tidak termasuk urusan Pemerintha RIS atau soal-soal yang tidak termasuk tugas jawatan atay intansi yang diurus langsung oleh Pemerintah Pusat Republik Indonesia c.q. Menteri atau kementerian yang bersamngkutan.

(6) Pemerintah Republik Indonesia yakin, bahwa tiap-tiap orang akan merasa sebagai kewajibannya unrtuk membantu usaha pemerintah Republik Indonesia dalm menjaga keamanan dan ketentraman umum dan menjauhkan diri dari tinfdakan yang menyalahi hukum.

(7) Instruksi kepada para pejabat pemerintahan akan segera menyusul.

 

PROGRAM KABINET RIS

(1) Menyelengarakan supaya pemindahan kekuasaan ketangan bangsa Indonesia diseluruh Indonesia terjadi  dengan saksama,mengusahakan reorganisasi KNIL dan pembentukan angkatan perang RIS dan pengembalian Tentara Belanda kenegrinya dalm waktu yang selekas-lekasnya.

(2) Menyelengarakan ketentraman umum,supaya dalm waktu yang sesingkat-singkatnya terjamin berlakunya hak demokrasi dan terlaksananya dasar hak manusia dan kemerdekaannya

(3) Mengadakan persiapan untuk dasar hukum,cara bagaiman rakyat menyatakan kemauannya menurut azas-azas Undang-undang dasar RIS dan menyelengarakan pemilihan umum untuk konstituante

(4) Berusaha memperbaiki keadaan ekonomi rakyat,keadaan keuangan,perhubungan ,perumahan dan kesehatan,mengadakan persiapan untuk jaminan sosial dan penempatan tenaga kembali kedalam masyarakat ,mengadakan peraturan tentang upah minimum,pengawasan Pemerintah atas kegiatan ekonomi agar kegiatan itu terujud kepada kemakmuran rakyat seluruhnya.

(5) Menyempurnakan perguruan tinggi sesuai dengan keperluan masyarakat Indonesia dan membangunkan pusat kebudayaan nasional ,mempergiat pemberantasan buta huruf dikalangan masyarakat.

6) Menyeledsaikan soal Irian barat dalam setahun ini juga dengan jalan damai

7) Menjalankan politik luar negeri yang memperkuat kedudukan RIS dalam dunia internasional dengan memperkuat cita-cita perdamaian dunia dan peresaudaraan bangsa-bangsa.Memeprkuat perhubungan moril,politik dan ekonomi anaaaaaatra negara-negara Asia tenggara,Menjalankan politik dalm Uni agar supaya Uni ini berguna bagi kepentingan RIS.Berusaha supaya RIS menjadi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa(PBB).

SUMATRA cursory STORY

After the first Aggression, 1947, consists of three provinces, North Sumatra: Aceh, Sumatra and Tapanuli East, Central Sumatra: West Sumatra (Minangkabau), Riau and Jambi, South Sumatra, Palembang, Bengkulu and Lampung. Aggression second after 1948, consisted of four provinces, the capital of Aceh with Kotaraja, Tapanuli / South East Sumatran capital of Sibolga premises, the usual capital of central Sumatra Bukittinggi, Sumatra south as unbelievable (for a while with the state dikurabngi Abdul Malik) with Benkulen capital.

Therefore eastern Sumatra, in the interim become a “State of East Sumatra,” which in walinegarai by Mansjur, then for a while anyway province Tapanuli / South East Sumatra thus use the term nam, Melihjat pent8ingnya position of East Sumatra, also saw a wide area dsn population supposing Negra Sumatran east entrance had dispersed and the Republic, there is likely Tmur Sumatra is a province alone or changing the name of the province of East Sumatran Tapanuli. Sekanjutbnya there are also voices that people prefer to enter the province of Jambi, South Sumatra, it is understood a nd will probably happen menginggat nexus of economics and ethnology jambi nearby residents and the residents sebau Sriwijaya Palembang

Indonesia East sumatra  National Police In 1950

a. MBB – I SUMUT-ACEH AND MBB – I West SumatraKEEPING IN SUMUT SecurityOn the orders of the head of Branch Police Bureau to Sumatra and North Sumatra Police chief MBB-I-Aceh and North Sumatra in order to restore the sovereignty of the Republic of Indonesia in North Sumatra with the following security division, MBB-I-Aceh in North Sumatra around Medan, Deli Serdang, Langkat Simalungun and Tapanuli while MBB-II West Sumatra, in the Asahan and Labuhan Batu. For the MBB-I North Sumatra – Aceh was Jl.Putri Green Headquarters in Medan Sumatra while the MBB-II in Rantau Prapat.b. Mobile Brigade BIG name change

ACEH, SUMATRA TO COORDINATING

AND INSPECTOR Mobile Brigade

SUMUT-ACEH

1) The Chief of Police signed Letter nopol.: 04, dated July 9, 1951 and the Chief of Police of the No.26 / 1952 XIII dated May 6, 1952 Mobile Brigade in the Reorganization, the Reorganization is on explain to the Central level, the Head of the Mobile Brigade Inspection Bureau State Police at the provincial level, Brigade and Car Inspector Coordinator at the Mobile Brigade Residency Rayon Technical Leader remain the Police Chief Residency.

2) Based on the State Police Chief Warrant and Warrant Chief of Police Mobile Brigade of the Great North Sumatra – Sumatra-Aceh I renamed the Mobile Brigade Inspector Coordinator and North Sumatra-Aceh, in this case the Police Chief of North Sumatra in the meeting appoint a Chief Coordinator Mas Kadiran Inspector Mobile Brigade and North Sumatra-Aceh, but Mas Kadiran humbly declined the nomination. Mas Kadiran propose Mr. M. Nurdin just appointed as the Chief Coordinator and the Inspector-Mobile Brigade of Aceh and North Sumatra as Vice Kadiran Mas, Mas Kadiran advice received and approved at the meeting then out the Decree of the appointment of M. Nurdin as the Commander and Deputy Commander Mas Kadiran As Coordinator and Inspector Mobile Briigade North Sumatra – Aceh.

3) Coordinating Mobile Brigade Inspector of North Sumatra-Aceh have the power of 8 Company and each resident:

a. Headquarters Brigade Inspector Coordinator based in North Sumatra-Aceh, Medan Jl. Princess Green

b. 5129 Company Based in Medan

c. 5132 Company Based in Binjai

d. Company Based in P. Siantar 514

e. 5140 Company Based in Sibolga

f. 5134 Company Based in T. High

g. 5164 Company Based in B. Aceh

h. 5272 Company Based in T. Hall

i. 5378 Company Based in Makorins Mobrig Sumatra – Aceh.

Assign KADIRAN MAS IN IN SULAWESI AND KALIMANTAN (uprising DI / TII)

SUMATRA SEPINTAS CERITA

Sesudah Agresi pertama 1947,terdiri dari tiga propinsi ,Sumatera utara:aceh,sumatra Timur dan Tapanuli, sumatera Tengah: Sumatra barat(minangkabau),Riau dan jambi, Sumatera selatan,palembang,bengkulu dan lampung. setelah Agresi kedua 1948, terdiri dari 4 propinsi, Aceh dengan ibukota Kotaraja,Tapanuli/sumatra Timur Selatan denga ibukota Sibolga, Sumatra tengah seperti biasa ibukota Bukittinggi, Sumatra selatan seperti baisa (buat sementara dikurabngi dengan daerah negara Abdul Malik) dengan ibukota Benkulen.

Oleh karena Sumatra timur,buat sementara dijadikan “Negara Sumatra Timur” yang di walinegarai oleh Mansjur,maka buat sementara pula propinsi tapanuli/Sumatra Timur selatan memakai istilah nam demikian, Melihjat pent8ingnya kedudukan Sumatera Timur,juga melihat lebar daerah dsn jumlah penduduknya andai kata Negra sumatra timur sudah bubar dan masuk Republik,ada kemungkinan besar Sumatera Tmur merupakan propinsi tersendiri atau berobah nama yaitu propinsi sumatra Timur Tapanuli. Sekanjutbnya ada juga terdengar suara-suara bahwa penduduk Jambi lebih suka masuk propinsi Sumatera Selatan, hal ini dimengerti dn mungkin akan terjadi menginggat perhubungan ekonomi dan etnologi penduduk jambi dekat dan sebau dengan penduduk sriwijaya palembang.

STATE CREATION Van Mook.

Sumatra is also not left out of employment ahsil van Mook, on 12 July 1947 Van Mook has set the establishment of the Council of farts, belitung Council, and Council Raiu the islands = islands located in the Strait of Malacca, on the eastern island of Sumatra carelessness proved by van Mook wearing the name of the term “Board of Riau,” while in that time vasteland Riau (Riau mainland) with ibunegeri Pakanbaru included in the Riau archipelago republic that lies just in the malacca straits with the mother country that dimasas P8inang cape Dutch called “Riau eilandengroep” consists of pulaau Sambu, Bliton, Linga, Singkep, which was directly under keuasaan Republic.

In addition to these Board-Small Dewan , east dipesisir established anyway: “The State of East Sumatra,” although the north and the south east of Sumatra is still dominated by Republican State namum also used the term eastern Sumatra. The term “southern Sumatra” means termnasuk Bengkulu, Lampung and Palembang. (Essay Noto Sutardjo)

NEGARA CIPTAAN VAN MOOK.

Juga Sumatra tidak tertinggal dari hasil pekerjaaan van Mook, pada tanggal 12 juli 1947 van Mook telah menetapkan pembentukan Dewan bangka,Dewan belitung,dan Dewan Raiu yaitu pulau=pulau yang terletak di Selat Malaka ,disisi timur pulau sumatra>Kecerobohan van Mook ini ternyata dengan dipakainya nama istilah “Dewan Riau” sedangkan dalam waktu itu vasteland Riau(Riau daratan) dengan ibunegeri Pakanbaru termasuk dalam daerah republik hanya kepulauan Riau yang terletak di selat malaka dengan ibu negeri tanjung P8inang yang dimasas Belanda disebut “eilandengroep Riau” terdiri dari pulaau sambu,Bliton,Linga,singkep,yang tak langsung berada dibawah keuasaan Republik.

Disamping Dewan-Dewab kwcil ini, dipesisir timur didirikan pula :”Negara Sumatra Timur” walaupun bagian Utara dan selatan Sumatera timur masih dikuasai Republik namum dipakai juga istilah Negara sumatra timur. Istilah “Sumatra selatan” berarti termnasuk Bengkulu,Lampung dan palembang .(karangan Noto Sutardjo)

March, 13th.1950

Rupiah is devalued by one-half.known as Sjafruddin Scissor,left change  with the new Rupiah, and right side change with obligation .

 

March,19th.1950

Penguntingan Uang(devaluasi 50%) famous as the sjafroeddin scissor , the money cutting to two half pieces, the left can exchanghage in one day to the new RIS money,

 

and the right one change to Ocbligations except small money and NRI Money other type must cutting like Japanense and DEI javasche bank paper money.

 

The rare Indonesian Bisect Papermoney 1950″

March 15, 2011 by uniquecollection

MUSEUM DUNIA MAYA PERTAMA DI INDONESIA

DALAM PROSES UNTUK MENDAPATKAN SERTIFIKAT MURI

PENDIRI DAN PENEMU IDE

THE FOUNDER

Dr IWAN SUWANDY, MHA

 

WELCOME TO THE MAIN HALL OF FREEDOM

SELAMAT DATANG DI GEDUNG UTAMA “MERDEKA

Showroom :
The Driwan Masterpiece Uniquecollection Cybermuseum

(Museum Duniamaya koleksi unik masterpiece Dr Iwan)

SHOWCASE :
THE RARE INDONESIAN BISECT PAPERMONEY 1950

FRAME ONE :
INTRODUCTION
1.IN 1950, DUE TO TOO MANY DIFERENCES PAPERMONEY CIRCULATED IN INDONESIA, the Menistry of Finance had made a sensational and unique order to b1sect all kind of money , Dai Nippon occupation Indonesia banknote, and Javaschebank Banknote up the one Gld.becaus ethe bisect by sciccors ,all indonesian call gunting sjafruddin(Sjafruddin’s scisssor) and if the devaluation they also said the money were cutting(Uang digunting).
The republic Indonesia ORI Papermoney didnot bisect.likethe rare 70 Rp below

2. the rightside of the bisect money still could used in one day and cgange with the newr Rupiah with Sukarno profile. and the left side changed with the obligations, all the money of the bank will bisected.
3. The rare bisect papermoey were the right side because all of this cutting papermoney were changed with the new currencies, but the left one still exist because many didnot want to cvhange with the obligations

. but the hight javasche bank papermoney from 200 gld until 1000 gulden still difficult to find.
4.I will show my rare bisect collections,especially the left one of the rare papermoney, if the collectors have the same collections please report via comment.
Jakarta April 2011
Dr Iwan suwandy.

FRAME TWO: DR IWAN COLLECTIONS
1. nica Java sche bank 20 gld red

2. Javasche bank coon 200 gld

 

 

3.Javaschebank coon 500 gld


4.Javsche Bank Wayang papermoney
1. the left of small curencies

</a

2. the left of high nominal

 

 


 


5.Nica javasche bank high curriencies

 

 

FRAME THREE:
NATIONAL COLLECTIONS

FRAME FOUR:
THE HISTORY OF INDONESIAN BISECT PAPERMONEY 1950
Gunting Sjafruddin

 

versi 1.

.Pemerintahan RIS baru saja berdiri, tetapi jumlah uang yang beredar sudah mencapai angka 3,9 milyar rupiah. Jumlah tersebut dianggap berlebihan karena pemerintah mentargetkan uang beredar hanya sekitar 2,5 milyar rupiah atau sekitar 6 kali lipat dari posisi tahun 1938. Oleh karena itu pemerintah RIS harus mengambil tindakan mengurangi jumlah uang beredar sampai setengah dari jumlah yang ada.

Karena pada waktu itu pemerintah belum mampu mencari sumber pembiayaan dari pasar, maka menteri keuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara memilih tindakan pembersihan uang yang drastis, dengan sekali pukul menghasilkan dua keuntungan :
1. Langsung mengurangi jumlah uang beredar
2. Menghasilkan pinjaman sekitar 1,5 milyar rupiah

Tindakan pembersihan uang yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. PU/1 pada tanggal 19 Maret 1950 ini dikenal sebagai Gunting Sjafruddin (Safruddin cut), karena dilakukan dengan cara menggunting uang menjadi 2 bagian. Kita lihat iklan yang terdapat pada mingguan Sedar tertanggal 10 November 1950 (diambil dari Jurnal Rupiah asuhan pak Adi Pratomo).

Uang kertas yang terkena gunting adalah pecahan 5 gulden ke atas yang pada waktu itu masih dipergunakan oleh masyarakat, sedangkan uang Jepang (JIM), ORI dan ORIDA tidak terkena aturan tersebut. Mari kita lihat jenis2 uang yang terkena gunting Sjafruddin yaitu :

1. Semua pecahan seri JP Coen, mulai dari 5 gulden sampai dengan 1000 gulden

2. Semua pecahan seri wayang mulai dari 5 gulden sampai dengan 1000 gulden

3. Seri NICA pecahan 5 sampai dengan 500 gulden

4. Seri Federal 1946 pecahan 5 violet, 10 hijau dan 25 merah

Uang-uang kertas yang digunting dibedakan menjadi 2 bagian yaitu kiri dan kanan.

Bagian KIRI :

Tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula. Dalam jangka waktu yang telah ditentukan (22 Maret sd 16 April 1950), bagian kiri uang dapat ditukar dengan uang baru yang diterbitkan oleh De Javasche Bank berupa pecahan 1/2, 1 dan 2,5 gulden. Ketiga pecahan baru tersebut dikenal sebagai seri Federal III tahun 1948. Sebelumnya pecahan di bawah 5 gulden bukan diterbitkan oleh DJB melainkan oleh pemerintah Hindia Belanda (seri munbiljet).Bagian kiri dapat ditukar dengan uang baru bernilai 1/2 dari nominal semula

Seri Federal III 1948 merupakan seri yang diterbitkan sebagai pengganti bagian kiri uang yang dipotong. Tidak lama kemudian untuk mengisi kekosongan, dikeluarkan seri Federal I 1946 pecahan lainnya (5 coklat, 10 ungu, 25 hijau, 50, 100, 500 dan 1000 gulden) Jadi sebenarnya seri Federal I 1946 terdiri dari 2 jenis yang diedarkan pada saat yang berbeda :
Pecahan 5 violet, 10 hijau dan 25 merah yang terkena gunting Sjafruddin dan pecahan-pecahan lainnya yang diedarkan belakangan dan tidak terkena gunting. Tidak heran pecahan yang terkena gunting lebih sulit ditemukan dalam keadaan utuh dan tentunya berharga lebih mahal.

Bagian KANAN :

 

 

Bagian ini dapat ditukarkan dengan obligasi pemerintah senilai 1/2 dari harga uang semula. Obligasi ini berjangka waktu 40 tahun dengan bunga 3% pertahun. Walaupun dapat ditukarkan, tetapi masyarakat pada waktu itu banyak yang masih belum mengerti sehingga bagian kanan uang hanya disimpan di bawah bantal. Hal inilah yang menyebabkan mengapa banyak bagian kanan yang masih tersisa sampai saat ini.Bagian kanan ditukarkan obligasi dengan nilai 1/2 nominal.

Obligasi pemerintah ini dikeluarkan dalam nominal 100, 500 dan 1000 rupiah, didalamnya terdapat Petikan Keputusan Menteri Keuangan tanggal 19 maret 1950 No. PU/2. Serta 43 buah kupon yang dapat digunting serta ditukarkan di semua kantor De Javasche Bank.

Obligasi pemerintah dengan nominal 100, 500 dan 1000 rupiah

 

Keputusan Menteri Keuangan No. PU/2 tanggal 19 Maret 1950,(Mr Sjafruddin Prawiranegara)

 

Kupon tahunan sebanyak 43 lembar dengan tingkat suku bunga 3%

 

Tiap kupon memiliki tanggal, tahun dan nilai nominal, untuk obligasi 100 rupiah tiap kupon bernilai R 3.- (3 rupiah), R 15.- untuk obligasi 500 rupiah dan R 30.- untuk obligasi 1000 rupiah. Selain itu setiap kupon memiliki nomor urut dari 1 sampai dengan 43. Nomor urut 1 artinya kupon tersebut dapat ditukarkan di kantor DJB pada tanggal 1 September 1951, nomor urut 2 dapat ditukarkan pada tanggal 1 September 1952 dan seterusnya sampai dengan nomor urut 43 pada 1 September tahun 1993. Tetapi siapa sih yang kerajinan setiap tahun menukarkan kupon2 tersebut? Rata-rata obligasi yang ada hanya terpakai 2-10 lembar kupon saja, bahkan ada yang masih utuh belum terpakai sama sekali.

Contoh kupon obligasi 1000 rupiah, tiap kupon bernilai R 30.- (30 rupiah). Perhatikan tanggal, tahun dan nomor urut di bagian kiri atas.

Akibat adanya kebijaksanaan ini sangat banyak uang-uang kertas DJB yang terkena imbasnya, sampai saat inipun seringkali kita menemukan uang2 kertas DJB pecahan besar hanya setengah sisinya saja. Tentu hal ini sangat mengurangi nilai uang tersebut, tetapi bagaimanapun juga kebijaksanaan gunting Sjafruddin merupakan bagian dari sejarah negara kita. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Mari kita berharap semoga kejadian seperti ini tidak pernah terulang kembali.

versi 2.
Gunting Syafruddin

Pada tanggal 19 Maret 1950,

sanering pertama kali dikenal dengan nama “gunting syafrudin” dimana uang kertas betul-betul digunting menjadi dua secara fisik dan nilainya. Dia memerintahkan agar seluruh ‘uang merah’ NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie) dan uang De Javasche Bank/DJB (bentukan penjajah belanda yang kemudian berubah nama menjadi BI/Bank Indonesia) yang bernilai rp 5 ke atas digunting menjadi dua bagian.

Gunting Sjafruddin adalah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Syafruddin Prawiranegara, Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta II, yang mulai berlaku pada jam 20.00 tanggal 10 Maret 1950.

Menurut kebijakan itu, “uang merah” (uang NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas digunting menjadi dua. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula sampai tanggal 9 Agustus pukul 18.00.

Mulai 22 Maret sampai 16 April, bagian kiri itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di bank dan tempat-tempat yang telah ditunjuk. Lebih dari tanggal tersebut, maka bagian kiri itu tidak berlaku lagi alias dibuang.

Guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula, dan akan dibayar 40 tahun kemudian dengan bunga 3% setahun. “Gunting Sjafruddin” itu juga berlaku bagi simpanan di bank. Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan, demikian pula uang ORI (Oeang Republik Indonesia).

Kebijakan ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi negara yang saat itu sedang terpuruk yaitu utang menumpuk, inflasi tinggi dan harga melambung. Dengan politik pengebirian uang tersebut, bermaksud menjadi solusi jalan pintas untuk menekan inflasi, menurunkan harga barang dan mengisi kas pemerintah untuk membayar utang yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 milyar.

Pada tanggal 25 Agustus 1959

terjadi sanering kedua yaitu uang pecahan Rp 1000 (dijuluki Gajah) menjadi Rp 100, dan Rp 500 (dijuluki Macan) menjadi Rp 50. Deposito lebih dari Rp 25.000 dibekukan. 1 US $ = Rp 45. Setelah itu terus menerus terjadi penurunan nilai rupiah sehingga akhirnya pada Bulan Desember 1965, 1 US $ = Rp 35.000.

Seperti juga ‘gunting Syafrudin’, politik pengebirian uang yang dilakukan soekarno membuat masyarakat menjadi panik. Apalagi diumumkan secara diam-diam, sementara televisi belum muncul dan hanya diumumkan melalui RRI (Radio Republik Indonesia).

Karena dilakukan hari Sabtu, koran-koran baru memuatnya Senin. Dikabarkan banyak orang menjadi gila karena uang mereka nilainya hilang 50 persen. Yang paling menyedihkan mereka yang baru saja melakukan jual beli tiba-tiba mendapati nilai uangnya hilang separuh.

Pada tanggal 13 Desember 1965

dilakukan Sanering yang ketiga yaitu terjadi penurunan drastis dari nilai Rp 1.000 (uang lama) menjadi Rp 1 (uang baru). Sukarno melakukan sanering akibat laju inflasi tidak terkendali (650 persen). Harga-harga kebutuhan pokok naik setiap hari sementara pendapatan per kapita hanya 80 dolar us.

Sebelum sanering, pada bulan november 1965 harga bensin naik dari rp 4/liter menjadi rp 250/ liter (naik 62,5 kali). Nilai rupiah anjlok tinggal 1/75 (seper tujuh puluh lima) dari angka rp 160/ us$ menjadi Rp 120,000 /us$.

Setelah sanering ternyata bukan terjadi penurunan harga malah harga jadi pada naik. Pada tanggal 21 Januari 1966 harga bensin naik dari rp 250/liter menjadi rp 500/ liter & harga minyak tanah naik dari rp 100/ltr menjadi rp 200/ltr (naik 2 kali).

Sesudah itu tanpa henti terjadi depresiasi nilai rupiah sehingga ketika terjadi krisis moneter di Asia pada tahun 1997 nilai 1 us $ menjadi rp 5.500 dan puncaknya adalah mulai April 1998 sampai menjelang pernyataan lengsernya suharto maka nilai 1 us $ menjadi rp 17.200.

Lalu apakah kebijakan politik pengebirian nilai fiat money (uang kertas) ini bakal terulang lagi? Sebenarnya pengebirian nilai fiat money ini terjadi secara halus dan perlahan tapi pasti, buktinya bisa dilihat dari kenaikkan harga barang dari tahun ke tahun, yang sesungguhnya adalah pengurangan nilai fiat money. Padahal harga barang itu tetap, tapi karena nilai fiat money yang kita pegang angkanya makin banyak tapi daya belinya makin turun.

Fiat Money itu Angkanya Makin Banyak, Daya Belinya Makin Turun,tetapi saat gunting sjafruddin diawal 1950-an,
orang yang punya rupiah jutaan belum banyak. tetapi Kakek saya sangat terpukul karena uangnya seluruhnya ditaruh di bank sehingga uangnya jadi tinggal separuh.

 

March,21th.1950

Pemerintah RIS mengangkat R.Soewirjo menjadi Walikota ibukota Federal,Djakarta, dan bekas Walikota Mr.Sastromulyo diangkat menjadi Kepala Bagian Agraria Kementerian Dalam Negeri.

 

March,23th.1950

Perintah pengalihan kedaulatan. Pada tanggal 23 Maret pergi ke Bat Subang. Hanya II untuk melawan ribuan pasukan TRIS .

Pada upacara pengalihan itu harus hadir: Kol. JHMULE Oh!, Kol. De Vries, Mayor Korintus (mantan Bat WIT..) Indon sisi dan gubernur militer Jawa Barat, Letnan Kolonel Sadikin col. Sudewo. KA 140. Batalion dipindahkan belajar untuk menentukan berwenang.
Tanggal
{1946-1950}

 

Legalized of Notariat netherland revenue sheet by  the high comssiariat (Komisaris agung RIS) with hand written revenue F1.- ,

also menister of justive revenue of netherland (only one high comissariat RIS revenue ever seen in the world,)

March,25th.1950

a)the resultant (report) of First Menistry conference of Nederland -Indonesa Unie  Jakarta 20 Maat-1 april 1950.

 

The list of RIS menistry during the conference: leader odf delegatie Moh Hatta, Defense menistry Hemangkubuwono,Menistry of finance Mr Sjafruddin Prawiranegara, Menister van Welvaar Ir Djuanda, Menister of PU-Verkewer,Energi,opbouw en waterstaat Ir Laoh, Menteri negara Dr Suparmo and Komisaris tinggi(hooge Commisariat van RIS) Mr Mohammad Roem.

and list of Netherland.

b) Postally used letter sheet stationer Posblad warkat pos 10 sen add 2x building stamp rp.15, and 2x smelt 5 sen stamp (rate 50 sen) express from cds Parakan 25.3.50 to Bogor.

 

March,26th.1950

Ministerial Conference in the framework of the Dutch Union In

Konperensi Tingkat Menteri dalam rangka Uni Indonesia Belanda

 

March,29th.1950

R. Suwirjo swearing as Djakarta mayor by the Minister of Home Affairs

 

Penyumpahan R.Suwirjo sebagai Walikota Djakarta oleh Menteri dalam Negeri.

 

dan foto kantor walikota Jakarta di jalan medan merdeka 9 Jakarta.

 

March,30th.1950

Postally Used Postal  stationer card  5 sen send from CDS Bojonegoro 30.3.50 to Djakarta CDS 3.4.50

Pada tanggal 30 Maret 1950,

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

bekas serdadu-serdadu penjajah Belanda (KNIL) Sulawesi di bawah pimpinan kapten Andi Azis diterima secara resmi sebagai Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).

pada tanggal 30 Maret 1950

A.H Nasution sebagai penguasa MBAD telah menerima dan meresmikan bekas batalyon KNIL di Makassar dibawah pimpinan kapten Andi Azis menjadi bagian APRI/S.

 

March, 31th.1950

Garuda Airlines is founded (originally as a joint venture with KLM)

Late March 1950

By late March 1950,

Sultan Hamid’s West Kalimantan was one of the four remaining federal states in the United States of Indonesia.[1]

Hamid’s role in the coup led to increased agitation in West Kalimantan

for its integration into the Republic of Indonesia. Following a fact-finding mission by the Government Commission, the RUSI House of Representatives voted overwhelmingly by a margin of 50 to one votes to merge West Kalimantan into the Republic of Indonesia.

 

April 1950

April,1st.1950

Pada tanggal 1 April 1950

di Muara Enim adalah (W Sumatera) oleh dua perusahaan KNIL Ned.Tr.Cdt. Z Sumatera, Letnan Kolonel JHJ Brendgen untuk Terr.Cdt. Z Sumatera TRIS , Luit.Kolonel Bangang Utoyo ditransfer. Plechtigehid ini diakhiri dengan parade.

a)Serah terima kekuasaan Gubernur R.A.A. Hilman Djajadiningrat pada Kementerian dalam Negeri dan Pada Walikota Djakarta

b) Daftar Gaji Walikota Padang Dr Rasidin.(Padang Major salary fee)April-Des 1950

 

April,2nd.1950

Ketua Panitia Pemilihan Umum RI menyatakan Djakarta sebagai daerah pemilihan RI

April,3th.1950

Postally used Postcard stationer 5 sen send from Bandung CDS 3.4.50 to Bogor,the earliest postal services after Westerling APRA movement. from the capital of Pasundan State.

April,4th.1950

Sultan of Pontianak is arrested for connections with the Westerling plot. RUSI takes over West Kalimantan state.

 

April,5th.1950

Ketika pada tanggal 5 April 1950

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

di Makasar – Sulawesi Selatan,

terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para bekas serdadu KNIL di bawah pimpinan A. Azis yang baru beberapa hari diresmikan sebagai APRIS.

Maka dengan alasan pemebrontakan tersebut komandan tertinggi tentara/MBAD menempuh jalan dan cara untuk mengirim ekspedisi pasukannya dari Jawa ke Sulawesi.

Mereka yang dikirim itu sebagian besar terdiri dari tentara-tentara yang terlibat dalam pemberontakan di Madiun.

Setelah pemberontakan A.Azis yang berlangsung tidak lama dapat diselesaikan, selanjutnya komandan tentara bekas KNIL menyia-nyiakan bahkan memusuhi patriot pejuang kemerdekaan Sulawesi yang tergabung dalam kesatuan KGSS.

Dominasi bekas KNIL di tubuh tentara nasional MBAD pasca wafatnya Panglima Besar Jenderal Soedirman telah menggeser peran Letkol Abdul Qahhar Mudzakkar di Sulawesi khususnya, umumnya di Indonesia Timur dimana beliau sebagai Koordinator Kesatuan Gerilyawan Seberang (KGS) yang meliputi Kalimantan, Bali, Kepulauan Nusatenggara, Sulawesi dan Kepulauan Maluku.

 

 

 

. Kisah Abdul Qahhar merupakan bahan thesis, disertasi maupun rujukan untuk membuat suatu tulisan. Akan tetapi terhadap peristiwa pergolakan dan pemikirannya, tidak seorangpun diantara cendikiawan sekuler, yang berkeinginan menggali sejarah perjuangannya secara utuh dan jujur. Tidak satupun diantara mereka yang berusaha mencoba melihat dari sisi lain, bahwa Abdul Qahhar Mudzakkar adalah korban kelicikan, ketidak adilan serta korban dari akal busuk dan pengkhianatan kaki tangan kolonial Belanda.

Barangkali wajar jika sampai terjadi, penulisan sejarah mengenai perjuangan Abdul Qahhar dalam revolusi kemerdekaan Indonesia dimanipulasikan. Karena pada masa sejarah kehidupan Abdul Qahhar, ada juga seorang jenderal yang sangat berkuasa sempat mengeluh mengenai penulisan sejarah perjuangan yang tidak benar: “ Kolonel Supolo, kepala Humas MPRS menguraikan debatnya dengan kolonel Drs. Nugroho pada waktu melengkapi museum ABRI, dimana peran saya tidak ikut digambarkan. Bahkan dalam hal peran di MPRS selaku ketuanya tidak dihadirkan, walaupun ke-empat wakil ketuanya ditampilkan. Katanya kepala pusat sejarah ABRI ini, berterus terang bahwa ia terpaksa berbuat demikian “atas perintah”. (lihat di Nasution, Memenuhi panggilan tugas, jilid 8 )

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dalam menyusun kabinet pemerintahan R.I pertama, negara belum memiliki kelengkapan tentara. Pembentukan kesatuan pertahanan bersenjata bermula dari BKR (Badan Keamanan Rakyat) kemudian berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), kemudian menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia), setelah itu menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia/Serikat (APRI/S) dan pada akhirnya berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dalam situasi kesatuan angkatan perang republik secara resmi belum berdiri, situasi ini merupakan suatu kesempatan yang baik bagi bekas serdadu-serdadu KNIL atau Het KNIL ( Het Koninklijk Nederland Indische Leger) yaitu organisasi kesatuan serdadu kerajaan Belanda untuk memanfaatkan. Apalagi dengan KMB yang diakhiri oleh istilah penyerahan kedaulatan, para bekas KNIL dapat secara aman meng”infiltrasi secara resmi” kedalam tubuh kesatuan tentara republik Indonesia. Barangkali menurut anggapan para bekas KNIL, TNI lebih cenderung merupakan singkatan dari Tentara Nederland Indonesia, oleh karena itu wadah tentara nasional harus lebi mengutamakan kepentingan bekas serdadu-serdadu kolonial Belanda Het KNIL.

Situasi Indonesia yang baru saja merdeka, yang juga diidukung oleh hasil dari keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), pada akirnya berasil mengumpulkan pejuang dan pengkhianat bangsa untuk bersama-sama berada dalam satu wadah. Kebersamaan mereka itu tidak hanya saja didalam pemerintahan sipil saja, akan tetapi juga terutama terjadi dalam instansi yang sangat penting yaitu pada angkatan bersenjata.

Pusat kesatuan tentara Indonesia pada waktu itu membawahi lima devisi, diantaranya teritorial Jawa Barat – divisi Siliwangi komandannya A.H Nasution, teritorial Jawa Tengah – divisi Diponegoro komandannya Gatot Subroto, teritorial Jawa Timur – divisi Brawijaya komandannya Sungkono dan dua teritorial lainnya di Sumatera  komandannya adalah Simbolon dan Kawilarang. Dengan membaca nama-nama komandan divisi tersebut, secara jelas dapat diketahui bahwa wadah tentara nasional pada waktu itu telah di dominasi oleh perwira-perwira berlatar belakang pendidikan akademi militer (yang didirikan oleh penjajah Belanda).  Sedangkan kekuatan pertahanan untuk wilayah Indonesia bagian timur; dikoordinir oleh Kesatuan Gerilyawan Seberang (KGS) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Abdul Qahhar Mudzakkar. Wilayah kekuatan pertahanan dan penyerangan KGS meliputi Kalimantan, Bali, Kepulauan Nusatenggara, Sulawesi dan Kepulauan Maluku.

Setelah Jenderal Sudirman, Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia pergi selama-lamanya, bekas serdadu-serdadu penjajah Belanda yang pada awalnya telah menggeser dan melumpuhkan komandan-komandan Laskar di Jawa Barat ( pada umumnya berlatar belakang Kiai/Ulama), selanjutnya berhasil merebut posisi  yang sangat menentukan di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD). Bekas KNIL di MBAD itu, kemudian merasa bebas menggeser para patriot pejuang kemerdekaan. Dan tampil sebagai orang yang paling berjasa dalam dunia kemiliteran di Indonesia.

Let.Kol. Abdul Qahhar, seorang yang pada masa revolusi kemerdekaan bertugas langsung dibawah komando Panglima Besar Jenderal Sudirman, serta tidak melalui pendidikan militer penjajah Belanda. Pada akhirnya, setelah Indonesia mendapat kedaulatan hadiah Belanda (KMB), ia kemudian menjadi korban dari penghianat-penghianat bangsa yang berkumpul dalam wadah tentara nasional. Awalnya ia ditekan karena MBAD telah dikuasai dan didominasi bekas KNIL,“sebagai seorang perwira dari Angkatan Perang tidak dipercayai oleh pimpinan Angkatan Perang sehingga menjadi perwira “nganggur” dan perwira tidak mempunyai “tanggung jawab” (- salinan surat Abdul Qahhar Mudzakkar)

Pada tanggal 5 April 1950,

 

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

 

 

dengan alasan untuk mempertahankan kekuasaan negara boneka Belanda Negara Indonesia Timur N.I.T, komando Andi Azis yang baru diterima menjadi APRI/S melakukan pemberontakan. Dengan alasan itu Nasution mengirim ekspedisi pasukan ke Sulawesi dimana anggota ekspedisinya terdiri dari tentara komunis Jawa ( yang terlibat pemberontakan Madiun 48).

Pasukan ekspedisi yang tergabung dalam batalyon Worang ini, tidak dapat mendarat di Sulawesi, karena mendapat ancaman dari bekas serdadu KNIL yang baru bergabung dalam APRI/S. Justru pemberontakan Andi Azis berhasil dilumpuhkan oleh anggota-anggota KGSS yang sejak awal sudah berada di Sulawesi dan menjaga keamanan rakyat Sulawesi dengan semangat dan disiplin yang tinggi.

Pada tanggal 1 Juli 1950 telah terjadi perdebatan sengit antara Kawilarang (Komandan TT-VII) dengan Abdul Qahhar sebagai Staf MBAD dalam penyelesaian masalah dengan anggota KGSS. Perdebatan itu berujung dengan sikap dan tindakan Abdul Qahhar yang mencabut sendiri tanda pangkat Letnan Kolonel TNI-nya dihadapan Kawilarang sebagai wujud pembelaan kepada KGSS, setelah Kawilarang dengan sewenang-wenang mengeluarkan keputusan untuk melucuti dan membubarkan KGSS. Dan selanjutnya sejak tanggal 2 Juli 1950 Abdul Qahhar Mudzakkar menghilang dan menggabungkan diri dengan teman-teman seperjuangannya dalam organisasi KGSS.

Mengenai peristiwa ini dalam buku Al-Chaidar ” Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia”, dituliskan :

 

Referensi :

Profil Abdul Qahhar Mudzakkar : Patriot Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia dan Syahid NII/TII, Erli Aqamuz (Siti Maesaroh), Yayasan Al-Abrar, Rotterdam-Holland, 2001.

http://serbasejarah.wordpress.com/2010/08/27/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot-pejuang-islam/

 

(1) Sultan Hamid was fired from State Menistery

(2)Evidence from arrested co-conspirators led to the incarceration of sultan  Hamid II on April 5

 

 

(3) Peristiwan Andi Azis

Gerakan Andi Azis
Pemberontakan Andi Azis bermula ketika misi keamanan dari pemerintah RIS ke Sulawesi Selatan dihalang-halangi oleh pasukan Andi Azis. Misi ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusuhan antara golongan yang menghendaki peleburan NIT ke RI dengan golongan yang tetap mempertahankan NIT sebagai Negara bagian tersendiri (dipimpin oleh Soumokil). Andi Azis, seorang perwira KNIL yang loyal kepada Soumokil, dihasut untuk melancarkan pemberontakan di Makassar. Maka pada tanggal 5 April 1950 Andi Azis dengan dibantu oleh prajurit KNIL menyerang dan menawan Panglima Teritorium Indonesia Timur Letkol. Mokoginta, selain mereka juga menyerbu pasukan TNI yang berada di sekitar Makassar.

Pemerintah kemudian memberi ultimatum kepada Andi Azis agar menyerahkan diri dalam waktu 4×24 jam. Ia sebenarnya hendak mematuhi ultimatum ini, namun atas desakan Soumokil ia urung memenuhinya. Presiden lantas menyatakan Andi Azis adalah pemberontak yang mesti segera ditumpas. Dalam menumpas pemberontakan ini, Kesatuan Mobbrig mengirim dua kompi pasukan.

 

Pelabuhan Makassar diduduki Pasukan batalyon Worang

 

 

27 Oktober 2010

 

Factor penyebab pemberontakan andi azis

 

1.Menuntut agar pasukan KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan Negara Indonesia timur

2.Menentang masuknya APRIS dari TNI

3.Mempertahan tetap berdirinya Negara Indonesia timur

Karena tindakan andi azis tersebut pemerintah Pusat bertindak tegas,pada tanggal 8 april 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam 2 x 24 jam Andi azis harus melapor diri ke Jakarta untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.pasukannya hasrus dikonsinyasi dan senjata dikembalikan dan semua tawanan harus dilepaskan.

Kedatangan pasukan Worang  dan kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh let.kol. Kawilarang pada tanggal 20 april 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu battalion dianatranya Brigade Mataram yang dipimpin Let Kol Suharto.

Kapten andi azis dihadapkan ke pengadilan militer djokja untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dan dihukum 15 tahun penjara.

 

 

Satuan II Pelopor

Sejarah

 

Pada awal tahun 1950

pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin Kapten Raymond Westerling menyerbu kota Bandung. Untuk menghadapinya, empat kompi Mobrig gabungan dari jawa timur dan Jawa Barat dikirim untuk menumpasnya yang kemudian diorganikkan. Mobrig bersama pasukan TNI juga dikerahkan pada April 1950 ketika Andi Azis beserta pengikutnya dinyatakan sebagai pemberontak di Sulawesi Selatan. Kemudian ketika Dr. Soumokil memproklamirkan berdirinya RMS pada 23 April 1950, kompi-kompi tempur Mobrig kembali ditugasi menumpasnya.

 

Capten Andi Azis document in dutch language

Communiqué, door de regering van Oost-Indonesië, ter instelling van een avondklok op 5 april 1950 vanwege het optreden van APRIS commandant, kapitein Andi Abdul Azis, die rebelleerde in Makassar, Sulawesi. Pamflet, rozerood met zwarte letters, verschenen als bijlage van de Oost-Indië Bode (Makassar), 5-4-1950.

 

 

 

 

 

Close up

 

 

 

 

(4)

 

Postal Identity Card (C7) issued by the Help Postal Office CDS Sidoardjo 5.4.1950  with smelt 10 sen and building 15 sen stamps without overprint RIS(rate 25 sen)

Close up

 

April,7th.1950

RIS govermnet send ultimatum to Andi Azis in 2 x 24  hours ,he must  came to Jakarta.

April,8th.1950

Express postally used cover send from Rengasdengklok to Jogja,the sender Rahardjo, Corps Pelajar siliwangi,with buliding stamps 3×20 sen (rate 60 sen),rare stip three black 20 sen building stamp.

April,9th.1950

Warta OPST issued by OPS secretariat ,Nasional Building Padang Panjang.

April,13th.1950

(1)Presiden sukarno” berhasrat” to change the  lapangan Gambir to be “Lapangan Merdeka”(now Monas0 also to change the street name  around it, in the center with statue 70 m like Eifel tower in Paris.

(2) Timbang teria kelurahan dilakukan secara serentak di jakarta untuk menghilangkan dualisme.

(3) Prseiden sukarno said Andi azis as the rebellion

 

Sejarah terbentuknya TNI/AD di Sulawesi Selatan khususnya kota Makasar cukup unik.

Di awal tahun 1950

hanya terdapat sekitar satu kompi CPM dan 20 perwira “Komisi Militer”, yaitu tim yang ditugasi untuk membentuk satuan-satuan TNI di Indonesia Timur.     Selebihnya adalah kesatuan-kesatuan bekas lasykar yang dulu pernah bergerilya dengan anggota yang tidak banyak.     Karena jumlahnya yang kecil itu maka meskipun sudah melewati masa perjanjian KMB,  yang berperan sebagai “alat negara” di Indonesia Timur masih   pasukan KNIL dan KL.   Tentara bekas KNIL ini sering berulah melakukan pembangkangan terhadap kepemimpinan Kolonel Kawilarang yang telah ditunjuk oleh pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) untuk menjadi Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur (TTIT), berkedudukan di Makasar.       Panglima tentara Belanda di Indonesia Timur, Kolonel Schotborgh, tidak pernah mau bekerjasama dengan pihak APRIS untuk membantu proses pembubaran KNIL dan pemulangan KL sesuai perjanjian KMB.     Dia juga membiarkan  Jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT), Dr. Soumokil, menanamkan pengaruhnya pada para anggota KNIL.

 

Pada akhir Maret 1950, Komisi Militer memasukkan Kapten Andi Azis,seorang mantan perwira KNIL, menjadi anggota APRIS, tetapi Dr. Soumokil berhasil mempengaruhi Kapten Andi Azis untuk menolak kedatangan pasukan-pasukan TNI dari luar Sulawesi Selatan.     Pasukan Andi Azis mengarahkan meriam pada kapal “Waikelo” dan “Bontekoe” yang membawa Batalyon

Worang, sehingga membatalkan pendaratan di Makasar dan memaksa kapal kembali ke Balikpapan.

Untuk membantu memadamkan pemberontakan Andi Azis itu, Markas besar APRIS di Jakarta mengirim dua batalyon Brigade Garuda Mataram dari Divisi Diponegoro, Jawa Tengah, satu Batalyon Andi Mattalata dari Brigade Seberang, dan empat batalyon Brigade Suprapto Sukowati dari Divisi Brawijaya, Jawa Timur.

Ditambahkan juga dua batalyon cadangan masing-masing satu batalyon dari Divisi Brawijaya dan Divisi Siliwangi.

Sebelum pasukan bala bantuan itu sampai di Makasar, Batalyon Worang telah mendarat di Jeneponto lalu bergerak cepat ke Makasar dan berhasil mematahkan perlawanan pasukan Kapten Andi Azis, lalu memaksa mereka kembali masuk ke barak.

 

April ,14th, 1950

Dongala road tanjung Priok used Natrium lamps.

 

 

 

April,16th.1950

 

Mandat Bajaran Dari Oeang Kas Poero mangkoenegaran KEPADA ABDI DALAM , dan tanda penyerahan  oleh M.Ng.Sastromarwoto,pengagang kapanowon Reksowahono Mankoenegaraan

 

April,18th.1950

RUSI forces retake control of Ujung Pandang.”Benteng” program is started to support “pribumi” (native, meaning non-Chinese) businesses. Program lasts until 1957.

April,19th.1950

(1)By April 19, Hamid II had confessed to his involvement in the botched Jakarta coup and to planning an abortive second attack on Parliament scheduled for February 15

(2) Postal Used Postal statiner card 5 sen ,send fro m CDS Republica stamped with NRI off, 19.4.50 to Padang

 

April,25th.1950

Dr. Soumokil melarikan diri ke Ambon dengan menggunakan pesawat Bomber B-25 bantuan dari Kolonel Schotborgh, kemudian memproklamasikan Republik Maluku Selatan (RMS) pada tanggal 25 April 1950.

TNI melancarkan operasi militer ke Maluku dan dengan cepat merebut kembali pulau-pulau di Maluku Selatan serta memblokade pelabuhan Ambon dengan korvet-korvet TNI-AL sebelum kemudian TNI melakukan sea-borne ke Ambon dan menguasai ibu-kota provinsi Maluku tersebut. Penguasaan kembali Ambon oleh TNI memupus harapan para serdadu KNIL baik yang aktif maupun 3000 orang yang didemobilisasi karena tidak bersedia direorganaisasikan ke dalam satuan-satuan APRIS.

Pada tanggal 15 Mei dan 5 Agustus 1950,

pasukan KNIL di Makasar memberontak lagi dan berhasil dikembalikan masuk ke dalam tangsi oleh TNI setelah bertempur selama empat hari.    350 rumah hancur dan ratusan penduduk sipil menjadi korban dalam pertempuran tersebut.

 

 

Republic of South Maluku proclaimed at Ambon.

Peristiwa RMS(Repoeblik Maloekoe Selatan)

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan RMS dipimpin oleh Dr. Soumokil, seorang mantan Jaksa Agung NIT, yang menghendaki didirikannya Republik Maluku Selatan pada bulan

April 1950.

Para pendukung RMS kemudian melakukan terror serta mengintimidasi rakyat Maluku yang setia kepada Proklamasi 17 Agustus 1945 agar mendukung berdirinya RMS. Operasi penumpasan pemberontakan ini juga melibatkan kesatuan- kesatuan Mobbrig seperti Kompi 5157, 5154, dan 5160 pada tahun 1952. Selanjutnya operasi tersebut dipekuat lagi dengan pengerahan Kompi 5121, 5148, dan 5487. Pasukan Mobbrig ini dipimpin oleh Komisaris Polisi V.E. Karamoy hingga tahun 1956.

 

some ex-Dutch formed army, KNIL (Koninklijk Nederland-Indisch Leger, The Dutch East Indies Army). Many KNIL members were from Eastern people from Sulawesi and Moluccas that generally had closer relationships with Dutch because their more privileges in economy, politics and education during the Dutch colonialism due to their faith, mixed blood and became closely similar habits. Knowing that the new formed Republic of Indonesia would reduce their status than they had before, the insurgency begun by some ex-KNIL members and eastern politician leaders. That ex-KNIL and eastern politician leaders rebel became serious threat to central government in Jakarta with the movement called RMS (Republik Maluku Selatan; Republic of the South Moluccas).

During the eradicating of the RMS immunity, Lieu. Col. Slamet Riyadi and Colonel Alexander Evert Kawilarang who in the front line commanding the troops were inspired and amazed by effectiveness and combat ability (especially in men’s sniping) of ex-KNIL members that also helped by KST (Korps Speciale Troepen) during insurgency. They then inspired to build a similar force for Indonesia. However, at that time, neither of the Indonesian commandants had any experience or skill in special operations. (However, Lieutenant Colonel Slamet Riyadi would not see his dream realized due to his death in a battle against the troops of the RMS).

Not long after, with the use of military intelligence, Colonel Kawilarang located and met with Captain Major Rokus Bernardus Visser – a former member of the Dutch Special Forces who had remained in independent Indonesia, settled in West Java, married an Indonesian woman, and was known locally as Mohamad Idjon Djanbi. He was the first recruit for the Indonesian special forces, as well as its first commandant. He later re-positioned to become Major after his request to be at least one rank higher than any his trainee. Due to him, the unit adopted a Red Beret similar to that of the Dutch Special Forces, which is still in use by the present Kopassus.

 

Col. A. E. Kawilarang, Lieu. Col. Slamet Riyadi and staffs arrived in Ambon, 1950

 

Brig. Gen. Slamet Riyadi & Col. Kawilarang & Maj. M. Idjon Djanbi

April,25th.1950

The Meeting in RIS Prime menistry Secretary Jakarta  between  RI-RIS-NIT,

 

May 1950

East Indonesia/Negara Indonesia Timur agress to dissolve itself into the Republic of Indonesia on August 17, 1950.

May,2nd.1950

Additional gazette No.18 RIS Minister of Health about the provision. Drugs, drugs listed are copied to various health facilities, among others, the RIS (see list attached): Chief of Bureau Kesehatn Region and New York City, Semarang, Surabaya, Bandung, macassar and Bandjarmasin. Drug supplies headquarters Rijswijk road no 20 Canberra, Chairman of eradicating malaria, leprosy institutions, roads Eijkman, djakarta.lembaga eykman Djakarta, Lembaga djakrta eat people, Tjatjat Building and Health Sciences Bandung.Lembaga pasteur institute of Engineering Bandung.Dinas Displacement Blood, highway Orange 69 Djakarta.A cting doctors, leaders of the General Hospital Djakart Center, Semarang, Surabaya.Dokter Leader Mental Hospitals “Tjilendek” Bogor, Sources Porong, Lawang, Doctors Port of Tanjung Priok, Head Quarantine Station “Onrust” with Mr. alamt Doornhang North Gambier In 20 New York, Office of State Procurement Purchasing, General People’s Bank, Merfah Cross Indonesia (PMI) Jalan Tanah Abang Djakrta.NERKAI School 8 West 62-Doketr Djakarta.Perkumpulan Doctors (Bond van Geneesheren) in New York c / o JJ Orange Wafelbakker highway 48. Surabaya c / o Health department Timur.Bandung Java, c / o The head of the health section, Commissariat RIS western Java, Medan.d / a Head of Health Section of the Ministry of Culture State of East Sumatra, Makassar, d / a health minister of East Indonesia State (NIT). Indonesian Doctors Association (IDI) d / a Dr.Djoened Pusponegoro, road Djokja 66.Djakarta.Perkumpulan Chinese Doctors, Dentists and Professional Association, the road Alaydrus 56.Djakrta.Perkumpulan Dentist, caretaker of the Menteng 21, Djakarta. Bond van Apothekers in Indonesia (BAI) secretariat, Ms. Kooiman, Samsoen Drug Houses, London Kota.Perkumpulan ahlimObad Pantjoran 32H (VERAPO-Vereneging de Aphotheker) c / o Home Medicines Panacea, Krekot 5 Djakarta. Mission Office Center (Central Bureau Moissie), Park van Heutsz 10 Djkarta, Consulate Zending, Dj. Raya van Heutsz 12 Djakrta, Apotolisch Vicariat Bandjarmasin, Dj.Rei de Han 36. Ondernemersbond van Indie (Indonesia Plantation Bereau) in Djakarta.koleksi this very high value to the health history of Indonesia.

(1)Tambahan lembaran negara RIS no.18 Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pemberian. Obat Bius,obat terdaftar yang ditembuskan kepada berbagai fasilitas kesehatan RIS antara lain(lihat daftar lampiran): Kepala Jawatan Kesehatn Daerah dan Kota Djakarta,Semarang,surabaya,bandung,makasar dan Bandjarmasin. Kantor pusat Persediaan Obat jalan rijswijk no 20 Djakarta, Pimpinan pemberantasan malaria, lembaga kusta,jalan eijkman ,djakarta.lembaga eykman Djakarta,Lembaga makan rakjat djakrta, Gedung Tjatjat dan lembaga pasteur Bandung.Lembaga Ilmu Kesehatan Teknik Bandung.Dinas Pemindahan Darah ,jalan raya Oranye 69 Djakarta.A cting dokter ,pemimpin Rumah sakit Umum Pusat Djakart,Semarang,Surabaya.Dokter Pemimpin Rumah sakit Jiwa”Tjilendek” Bogor,Sumber Porong,Lawang, Dokter Pelabuhan di tanjung Priok,Kepala stasiun Karantina “Onrust”dengan alamt Tuan Doornhang Gambir Utara Dalam 20 Djakarta,Kantor Pusat Pembelian Perbekalan Negara,Bank Rakyat Umum,Palang Merfah Indonesia(PMI) Jalan Sekolah 8 Djakrta.NERKAI Tanah Abang Barat 62 Djakarta.Perkumpulan Dokter-Doketr (Bond van Geneesheren) di Djakarta d/a J.J. Wafelbakker jalan raya Oranye 48 .di Surabaya  d/a jawatan Kesehatan Jawa Timur.Bandung, d/a Kepala bagian kesehatan dari ,Komisariat RIS Djawa barat,Medan.d/a Kepala Bagian Kesehatan dari Departemen Kebudayaan Negara Sumatera Timur, Makassar,d/a Menteri Kesehatan Negara Indonesia Timur(NIT). Perkumpulan Dokter Indonesia (IDI) d/a Dr.Djoened Pusponegoro,jalan Djokja 66.Djakarta.Perkumpulan Dokter Tionghoa,Dokter Gigi dan Ahli Dasar,jalan Alaydrus 56.Djakrta.Perkumpulan Dokter Gigi,pengurus besar Menteng 21,Djakarta. Bond van Apothekers in Indonesia(BAI) sekretariat ,Nona Kooiman,Rumah Obat Samsoen,Pantjoran 32H Djakarta Kota.Perkumpulan ahlimObad(VERAPO-Vereneging de Aphotheker) d/a Rumah Obat Panacea ,Krekot 5 Djakarta. Pusat Kantor Missi(Central Moissie Bureau),Taman van Heutsz 10 Djkarta, Konsulat Zending,Dj. Raya van Heutsz 12 Djakrta, Apotolisch Vicariat Bandjarmasin,Dj.Rei de Han 36. Ondernemersbond van Indie (Indonesia Plantation Bereau)di Djakarta.koleksi ini sangat tinggi nilainya untuk sejarah kesehatan Indonesia.

 

(2) Postally used Lengkeng Cigaret cover

 

SEND FROM cds  MALANG 2.5.50 with bigger RIS Flag stamp.

 

 

 

 

May,12th.1950

 

the rare smelt 10 sen bigger perforation 11 1/2 with the nomral perforation 12 1/2 without perforation  on postally used cover  from CDS Djakrta 12.6.50 to Solo, the bigger perforation 11 1/2 from RIS overprint smelt 10 sen stamps but the RIS off error(very rare stamps,please compare the perforations)

May,17th.1950

Postall6y used postcard statiobner 5 sen sent from CDS Garut. 17.5.1950, the postal services became normal after the Kartosuwiryo NII movement,he escaped to the jungle but the train still not normal.

May,19th.1950

Military governor announcement Forbidden”MOGOK”

 

May,18th.1950

Lembaran Negara RIS tentang Kesehatan,Perumahan,Makanan dan tarip

Penurunan tjukai temabakau.

Postally used lettersheet-postblad warkatpos 10 sen send from CDS Klaten 18.5.1950 to Jogyakarta .

May,20th.1950

(1)Picture postcard Willem Ruys KPM ship ,send via airmail from Djakarta to Den Haag Holland with building 25 sen stamps overprint RIS.

 

 

(2) Menistry of RI and RIS  third Conference have persetujuan :

(a) Djakarta -The capital

(b) Hatta-Vice President

(c) DPR consist Parlemen,BP KNIP,Senat and Dewan pertimbnagan agung.

May,22th.1950

The postally used cover from CDS Djakrta 22.5.50 to Jogjakarta,used building stamp 15 sen without overprint RIS,this love letter  with feast month greeting(selamat berpuasa)

 

 

May,25th.1950

(1)Postally used cover from CDS Bandoeng BKT.1 23.5.1950 to Djkarta Raya with RIS flag stamps

 

(2) MBAD(Army headquaters)  given to RIS’s  Minestry of Defend

May,28th.1950

The earliest postally used smelt 10 sen with RIS Overprint and 5 sen without overp[rint send  from Djakarta cds  28.5.50 to semarang,compare with the normal unoverprint 10 sen smelt.there is the different betwen the perforations.

 

 

 

 

June 1950

June, 4th.1950

Gerakan Wanita Indonesia Sedar or GERWIS is founded, a leftist organization for women (later GERWANI).

June,6th.1950

Menuju Polisi Negara Kesatuan


Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan di dalam kepolisian,

Pada tanggal 6 Juni 1950

tercapai suatu kesepakatan antara pemerintah RIS (yang juga mewakili pemerintah NIT dan NST) dengan pemerintah RI untuk menciptakan Jawatan Kepolisian di bawah satu pimpinan dengan nama Jawatan Kepolisian Indonesia.

Sebagai realisasinya, empat unsur kepolisian yang ada yaitu Kepolisian RIS, Kepolisian RI, Kepolisian NIT, dan Kepolisian NST dilebur menjadi satu dengan identitas sebagai Jawatan Kepolisian Indonesia.

 

 

June,7th.1950

The Vistt of India prime ministry Pandit Jawaharal Nehru to Indoneia

Kunjungan perdana menteri India Sri Pandit Jawharal Nehru

Esoknya, tanggal 7 Juni 1950,

Presiden RIS mengeluarkan Ketetapan No. 150 yang mengangkat R.S. Soekanto sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Indonesia dan R. Soemarto (sebelumnya Kepala Kepolisian RI) sebagai Kepala Muda Jawatan Kepolisian Indonesia. Tugas utama dari duet Soekanto-Soemarto adalah melaksanakan peleburan organisasi kepolisian yang ada menjadi Jawatan Kepolisian Indonesia. Sejak saat itulah Jawatan Kepolisian memasuki fase baru sebagai badan kepolisian Negara kesatuan Republik Indonesia

June,14th.1950

 

1950, 5 S und 10 S (gez. 11 1/2) with impr. „RIS” on local envelope from „BANDOENG 14.6.50” with Tax cancel and m/s „0,15″

June ,15th,1950

The RIS menistry of Justice letter about surat wasiat

June,19th.1950

Private Drukwerk(postalcard) send from cds Banudng 19.6.50 to Jakarta with overprint RIS on smelt 1 sen (rare stamp) and 2 sen(rate 3 sen)

 

June,26th.1950

Loonzegel(Wage revenue) 10gld  without overprint ,Federal revenue still used in this day,

 

 

June,30th.1950

Laporan Hasil-Hasil Pekerdjaan Panitya Bersama RIS-RI,dan Tinjauan Pemerintah Republik Indonesia ataas ususl-Usul Panitia bersama RIS dan RI.:

 

Close up

 

a) Konstitusi Sementaras Republik Indonesia

b) Usul-Usul Panitia Bersama RIS-RI Mengenai Rentjana Konstitusi Sementara Republik Indonesia

 

 

July 1950

 

The RMS proclamation in 1950

July,1th.1950

(1)Republic of Indonesia troops lead by Slamet rijadi begin putting down Republic of South Maluku. Fighting continues on Ambon and Buru until November.

 

 

 

 

 

 

 

Ignatius Slamet Rijadi

 

Ignatius Slamet Rijadi (EYD: Riyadi; lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Juli 1927 – meninggal di Ambon, Maluku, 4 November 1950 pada umur 23 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia.

Anak dari Idris Prawiropralebdo, seorang perwira anggota legiun Kasunanan Surakarta, ini sangat menonjol kecakapan dan keberaniannya, terutama setelah Jepang bertekuk lutut dan kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.

Kepahlawanan

Pada suatu peristiwa saat akan diadakannya peralihan kekuasaan di Solo oleh Jepang yang dipimpin oleh Sutjokan (Walikota) Watanabe yang merencanakan untuk mengembalikan kekuasaan sipil kepada kedua kerajaan yang berkedudukan di Surakarta, yaitu Kasunanan dan Praja Mangkunagaran, akan tetapi rakyat tidak puas. Para pemuda telah bertekad untuk mengadakan perebutan senjata dari tangan Jepang, maka rakyat mengutus Muljadi Djojomartono dan dikawal oleh pemuda Suadi untuk melakukan perundingan di markas Kempeitai (polisi militer Jepang) yang dijaga ketat. Tetapi sebelum utusan tersebut tiba di markas, seorang pemuda sudah berhasil menerobos kedalam markas dengan meloncati tembok dan membongkar atap markas Kempeitai, tercenganglah pihak Jepang, pemuda itu bernama Slamet Rijadi.

Karir militer

Pada tahun 1940, ia menyelesaikan pendidikan di HIS, ke Mulo Afd. B dan kemudian dilanjutkan ke Pendidikan Sekolah Pelayaran Tinggi, dan memperoleh ijasah navigasi laut dengan peringkat pertama dan mengikuti kursus tambahan dengan menjadi navigator pada kapal kayu yang berlayar antar pulau Nusantara. Setelah pasukan Jepang, mendarat di Indonesia melalui Merak, Indramayu dan dekat Rembang pada tanggal 1 Maret 1942 dengan kekuatan 100.000 orang, dan walaupun memperoleh perlawanan dari Hindia Belanda, tetapi dalam waktu singkat yaitu pada tanggal 5 dan 7 Maret 1942, kota Solo dan Yogjakarta jatuh ke tangan Jepang.

Slamet Rijadi merasa terpanggil membela ibu pertiwi, dan menjelang proklamasi 1945, ia mengobarkan pemberontakan dan melarikan sebuah kapal kayu milik Jepang, usaha Kempeitai untuk menangkapnya tidak pernah berhasil, bahkan setelah Jepang bertekuk lutut. Slamet Rijadi berhasil menggalang para pemuda, menghimpun kekuatan pejuang dari pemuda-pemuda terlatih eks Peta/Heiho/Kaigun dan merekrutnya dalam kekuatan setingkat Batalyon, yang dipersiapkan untuk mempelopori perebutan kekuasaan politik dan militer di kota Solo dari tangan Jepang (Slamet Rijadi diangkat sebagai Komandan Batalyon Resimen I Divisi X).

 

 

Pada tanggal 10 Juli 1950,

Letnan Kolonel Slamet Rijadi, berangkat dengan kapal Waikalo dan memimpin batalyon 352 untuk bergabung dengan pimpinan umum operasi – Panglima TT VII – Kolonel Kawilarang, dalam penugasan menumpas pemberontakan Kapten Andi Aziz di Makasar dan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipelopori oleh Dr. Soumokil dan kawan-kawan.

Dalam tugas inilah ia gugur muda dalam usia 23 tahun. Ia tertembak di depan benteng Victoria setelah berusaha merebutnya.

 

 

 

 

 

 

 

The delegation of rMS to Jakarta In 1950

 

Een delegatie van Molukse militairen tijdens een persconferentie na afloop van de demonstratie. V.l.n.r.: mej. L. Manuputty (secretaresse), sgt. D. Teurupun (lid van de Dewan Maluku Selatan tevens woordvoerder), sgt. A. Tomasoa (secretaris persconferentie), sgt. Z. Siwabessy (lid), sgt. H. Gaspersz (voorzitter tevens adviseur), sgt. M. Luhulima (lid), sgt. W. Lewakabessy (lid), smi. H. Tuanakotta (lid in burger gekleed). Persoon in wit overhemd op rug gezien is onbekend.

 

 

 

 

 

The domonstration anti RMS at Jakarta in 1950

 

 

 

 

Soumokil grilya at Ceram with RMS Military in 1950

 

 

J Manuhutu presidet RMS 1950

 

 

The Parade of RMS military in may.2nd 1950

 

 

Cabinet RMS in 1950

Het RMS-kabinet, aangetreden ter gelegenheid van de eerste vlaghijsing op de Esplanade. In het midden voor de rij ministers staat premier A. Wairisal. Naast hem 2 jongeren met de vlag. Ministers v.l.n.r.: eerste 3 mannen onbekend, vervolgens Soumokil (geheel wit), onbekend, Manuhutu (grijs), Alex Nanlohy (grijs met hoofddeksel).

 

 

July,1st.1950

the first day of PTT Wage (loon) payed,look the PTT  wage book owner Emoes Madoel, Pembvantu Pengantar Pos9Help Postman) issued by Kantor Besar Pos dan telegram 1-7.50, wage fee  Rp. 78.50 ,

 

look the chief of the Bigger Postal  and Telegram Office Djakarta Romli.

 

July,10th.1950

 

The Postal used OLH(openbaar Leeszaal Bibliotheek) Batavia,librabrian jakarta  Card cds  Djakrta 10.7.50 with smelt 3 sen overprint stamps send to Djakarta .the cost 10 cent per book.

July,18th.1950

A letter from Padang Notariat Hasan Qalby with RIS office stamped.

July, 20th.1950

a)The Netherlands Indies armed forces (KNIL) are officially disbanded.

As many as 300,000 Dutch citizens left Indonesia for the Netherlands during the early 1950s.

b) Free Stamp officla balai harta Peninggalan used cover from cds soerabaja 20.7.1950 to Surabaya, transfer to cds Djakarta 30.7.1950 recieve August 2th 1950 back to sender.

 

July,24th.1950

The State Printing office  RIS Djakarta postcard used cds Djakarta 24.67.50 send to Semarang.

 

July,20th.1950

The Change of Adress 4 sen card ,postally used airmail with add RIS flag stamps 15 sen send from Makassar to Semarang, the sender move from Jawatan Perairan Negeri (land waterstaat dienst,now PAM) to Dinas Pengairan NIT(Negara Indonesia Timur), (this very interesting and rare card related with NIT-east Indonesia state)

 

 

August 1950

August,5th 1950

Makamah Tentara Jkarta diresmikan oleh makamah Agung ,ketua Mr R.Santoso.

August,14th.1950

The 71th  DPR RIS meeting accept the Undang -Undang of (Negara kesatuan Republik Indonesia-NKRI) Unitary State

August,15th 1950

(1)Usaha Kembali kenegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dilancarkan dimana-mana.

Diberbagai daesrah  timbul gerakan tersebut.

(2)Presiden sukarno annouced the building of NKRI(Unitary Republik Indonesia )

angan

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

 

 

 

Setelah Mosi Integral M. Natsir


Akibat persetujuan KMB, tentang penyerahan kedaulatan maka bentuk negara Indonesia tidak lagi merupakan negara kesatuan sebagaimana yang dicita-citakan bangsa Indonesia, tetapi berbentuk federal yang kita kenal dengan nama Republik Indonesia Serikat (R.I.S).

Setelah kedaulatan oleh Belanda diserahkan, R.I.S yang belum mencapai umur satu tahun, telah banyak disibukan dengan berbagai persoalan; antara lain : serdadu-serdadu Belanda masih juga belum ditarik mundur dari Indonesia, dibeberapa daerah terjadi pergolakan dengan berbagai alasan dan sebab, dipusat terjadi kegoncangan kabinet, pecahnya dwi tunggal Soekarno-Hatta, masuknya PKI dalam kabinet dan lembaga-lembaga lainnya.

Dalam bukunya yang berjudul “Konsepsi Negara Demokrasi Indonesia” Abdul Qahhar Mudzakkar menyatakan ” karena Undang-undang Dasar 1945 tidak memiliki dasar negara yang kuat, yang dapat mempersatukan golongan suku bangsa Indonesia yang banyak, dengan agama dan kebudayaannya sendiri-sendiri, maka proklamasi 17 Agustus 1945 itu turut menjadi “catur persaingan ideologi” dari masing-masing golongan.

Untuk mencegah dan mengatasi timbulnya suatu keadaan yang tidak diharapkan, pada tanggal 3 April 1950 Moh. Natsir yang pada masa itu sebagai Ketua Umum Masyumi dalam sidang parlemen R.I.S secara gigih mengajukan mosi integral, yang dikenal dengan “Mosi Integral Natsir“.

Dalam mosi integral Natsir itu : mengajurkan kepada pemerintah supaya mengambil inisiatif penyelesaian soal-soal yang hangat sebagai akibat perkembangan politik dengan cara integral dan program tertentu. (Pidato Mosi Integral Natsir bisa dilihat disini

Sebagai kelanjutan “mosi integral”, diadakan perundingan antara delegasi R.I.S yang dipimpin oleh Prof. Soepomo dengan delegasi R.I yang dipimpin oleh Abdul Hakim dengan kesepakatan : ” Menyetujui dalam waktu sesingkatnya bersama-sama melaksanakan Negara kesatuan, sebagai jelmaan daripada Republik Indonesia, berdasar Proklamasi 17 Agustus 1945″.

 

 

 

Pada tanggal 15 Agustus 1950

diadakan rapat gabungan DPR dan Senat RIS menetapkan berakhirnya Republik Indonesia Serikat dan menandatangani piagam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan pada tanggal 17 Agustus 1950 Republik Indonesia secara resmi terbentuk kembali sebagai Negara Kesatuan RI.

Sementara itu di Sulawesi Selatan, sejak penyerahan kedaulatan dari Belanda (pasca KMB), terjadi pergolakan antara KGSS (Kesatuan Gerilyawan Sulawesi Selatan) dengan APRI/S yang didominasi oleh eks serdadu KNIL. Bulan Februari 1950 Staf APRIS yang terdiri dari Kolonel Simatupang, Kolonel A.H. Nasution, dan Kolonel Hidayat menolak mengakui 5 batalyon teritorial Hasanuddin, dimana anggotanya terdiri dari bekas gerilyawan patriot pejuang dari : Bali, kepulauan Nusatenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang pada masa revolusi dibawah KGS/Komando Gurp Seberang yang dipimpin oleh Abdul Qahhar Mudzakkar.

Pada saat pemerintah belum memberikan jawaban atas permintaan KGSS untuk diakui sebagai anggota TNI;

 

Pada tanggal 18 Agustus 1950

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

(setelah R.I.S menjadi NKRI), dua puluh dua organisasi yang terdiri dari partai politik dan organisasi masa di Sulawesi Selatan menyampaikan suatu resolusi kepada pemerintahan untuk tidak menggunakan kekerasan didalam mencari jalan penyelesaian dengan patriot pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam KGSS dibawah pimpinan Abdul Qahhar Mudzakkar.

 

 

Tetapi komandan-komandan TT-VII beserta stafnya yang berasal dari Menado, selalu berusaha menggagalkan setiap usaha menyelesaikan masalah tuntunan KGSS, sehingga ini menunjukan perwira TNI bekas KNIL menutup kesempatan untuk melakukan perundingan.

Moh Natsir (yang sejak bulan September 1950 sebagai perdana menteri pertama dari NKRI) pada tanggal 10 Oktober 1950, ia membentuk panitia antar departemen yang ditugaskan untuk menyelesaikan masalah gerilyawan di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Mr. Ma’moen Soemadipradja. Hasil perundingan antara Mr. Ma’moen dengan pihak gerilyawan disepakati bahwa semua gerilyawan akan diterima menjadi Korps Cadangan Nasional (CTN). Pada tanggal 13 November 1950 Kabinet Natsir mengeluarkan keputusan pemerintah bahwa para gerilyawan Sulawesi diterima sebagai anggota TNI.

 

 

August,17th.1950

17 August  1950

1)New constitution; the new Republic of Indonesia is made out of the original (now expanded) Republic, Sumatra Timur and East Indonesia/Negara Indonesia Timur. There is no more RUSI. Jakarta is the capital of the Republic. The Netherlands and Indonesia remain in a theoretical constitutional union, but Indonesia is fully independent.

2)Following clashes with demobilized KNIL troops in Makassar and the attempted secession of an Ambonese Republic of South Moluccas, the federal United States of Indonesia was dissolved on 17 August 1950, turning Indonesia into a unitary state dominated by the central government in Jakarta

3) PTT Pasar Baru jakarta have made the anniversary of Indonesian Independence day August ,17th.1950 in their office(two pictures)

 

 

4)Private Indonasian Independance anniversary card  send from CDS Medan 17.8.50 (may be CTO or fake) to Tebing Tinggi Deli.with RIS Eagle(garuda) stamps.

 

 

the same card from CDS Magelang 17.8.50

(5) Peringatan Ulang tahun Kemerdekaan ke 5 di istana Merdeka denga pidato presdien Sukarno berjudul “Jiwa Nasional kita Tetap mambaja”

Anniversary commemoration of Independence to 5 in the Merdeka palace premises presdien Sukarno’s speech titled “Our National Soul Stay mambaja

(6) pembentukan panitia pembelian gedung-gedung bersejarah guna membeli gedung bersejarah di jakarta,dengan ketua Dr R.rosmali.

formation of the committee purchase historic buildings in order to buy a historic building in Jakarta, with chairman Dr. R.rosmali.

(6) Pasar malam kenang-kenangan dibuka denganresmi dilapangan merdeka

The night market was opened denganresmi keepsake independent field

(7) Dr Iwan yang berumur 5 tahun menyaksikan upacara peringatan ulangtahun kemrdekaan RI di padang, guberbur berpidat berapi-api. dan DR iwan pindah rumah dari kali  kecil ke Jalan gereja no 1 ,rumah yang dibeklli dari orang belanda tuan van thein.(saat ini hotel ambacang yang sudah ambruk,lagi dibangun kembali)

Dr Iwan aged 5 years anniversary memorial ceremony in the desert kemrdekaan RI, guberbur berpidat fiery. and DR iwan move from small time to the Church Road no 1, house dibeklli of the Dutch master van Thein. (now the hotel Ambacang already collapsed, again rebuilt)

Republik Indonesia Serikat (United Republic of Indonesia)

United Republic of Indonesia, abbreviated as RIS, is a state federation that was established on 27 December 1949 as a result of an agreement the three parties in the Dutch-Indonesian Round Table Conference: the Republic of Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), and the Netherlands. It was subsequently dissolved on 17 August 1950 and replaced by the Republic of Indonesia by President Soekarno.

1950 Issue

 

P36 – 5 Rupiah
Issue Date: 17 August 1950
Serial Number: D/9 659754
Front: Portrait of founding father, Soekarno, at right
Back: Landscape of Indonesia at center, anti-forgery text in box at right
Watermark: Graphic print
Printer: Thomas De La Rue Co., Ltd
Signature: Mr. Sjafruddin Prawiranegara
Size: 134 x 64 mm

 

P37 – 10 Rupiah
Issue Date: 17 August 1950
Serial Number: E/8 418487
Front: Portrait of founding father, Soekarno, at right
Back: Rice paddy and palm trees at center, anti-forgery text in box at right
Watermark: Graphic print
Printer: Thomas De La Rue Co., Ltd
Signature: Mr. Sjafruddin Prawiranegara
Size: 134 x

 

B.The RIS collections used After Indonesia Became Unitary Republic Indonesia  ,in Indonesian language NKRI(Negara Kesatuan Republik Indonesia)

a. 1950(August-December)

1950

 

 

The Bagan for catching sea fish at ambon bay in 1950

 

 

 

Agustus,5th.1950

Republik Maluku Selatan (R.M.S.), 1950

A few months after the sovereignty agreement, the federal republic R.I.S. was disbanded and the unitary Republik Indonesia was set up with Jakarta on Java as the capital. The South Moluccan islands rejected this centralization, and on April 25, 1950, they declared the independent Republik Maluku Selatan (R.M.S. or Republic of the South Moluccas).

 

They fought a war for independence for several years. During this period stamps were overprinted with Republik Maluku Selatan, and although very rare, some are known genuinely used from the islands of Ambon and Saparoea. In addition, several series of R.M.S. stamps were ordered through J. & H. Stolow & Co. These were printed at the Austrian State Printer in Vienna. These are not known used.

 

The first set of Maluku Selatan (South Moluccas) is not listed in Scott but it is listed in other world catalogues. It did see postal use. Here is one value genuinely used on piece (on a postal money order cds AMBOINA 5.8,50):

 

The Unsued RMS overprint stamps  from tge cover of

Marcus Waelauruw seond book 2913

Buku kedua ini tentang prangko RMS

 

 

 

 

There is a “mystery” set of 3 map stamps with the old spelling “Repoeblik Maloekoe Selatan”. It is scarce. I probably have a duplicate set somewhere:

The First Anniversary / U.P.U. set is claimed to have been used locally. There are philatelic covers with the stamps cancelled with a genuine cancellation in the right time-frame

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

The first RI flag berkibar at ambon in 1950(two pictures)

 

 

 

 

1.September 1950

September, 1st. 1950

 

 

The Ex Dutch KNIL Miltary helper washed at Tanjoeng priok in September 1 st 1950

 

 

September,4th 1950

Postally used cover from  cds soerabaja 4.9.50 on RIS overprint smelt stamps 1 sen strip three.

 

(2)September,8th.1950

Return to sender official free stamps homemade cover from balai harta peninggalan semarang to Jatinegara, but not found with two postmarak ” return afzender onbeken” and  Onbekend. Veldpost Batavia.geen adreswijziging door geadreseeth .

 

 

 

 

 

 

September,29th.1950

Indonesian army Attacked RMS at Ambonlanding at tulehu ambon

 

 

 

 

 

 

 

 

The attck of RMS by APRI Indonesian army landing at Ambon in 1950

 

 

 

 

 

October 1950

October,1st.1950

 

 

 

The Dutch soldier back home from Tandjong Priok in October 1st 1950

 

October ,10th.1950

Postally used cover from soerabaja to Sidoardjo with RIS overprint smelt stamps 4 cen.(rare stamp)

 

October,11th.1950

The Registed postal used cover from Tondano to Djakarta with RIS overprint building 4o cent stamp.

 

October.18th.1950

October,18th.1950

 

 

Official letter from General secretary of Round Table conference delegation BFO to Batavia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

November 1950

No yet info

December 1950

December,8th.1950

Peraturan Panglima Tentara Dan Teritorium III Jawa barat

No.25

Menginggat

  1. a.     Stbl 1939 no 582
  2. b.     Peraturan Pemerintah no 7 /1950 dan Keputusan menteri Pertahanan No.357/MP050
  3. c.      Peraturan Gubernur Militer Jawa Barat No 6 tanggal  19-1-50 ,sebagaimana telah ditetapkan dan diubah dengan Peraturan Panglima tentara teritorium III Jawa barat No 16 tanggal 2-9-50

 

Menetapkan

Peraturan tentang organisasi yang terlarang sebagai berikut

 

 

Pasal 1

Dengan tidak mengurangi apa yang ditetapkan

Peraturan Gubernur Militer Jawa Barat No 6 tanggal  19-1-50 ,sebagaimana telah ditetapkan dan diubah dengan Peraturan Panglima tentara teritorium III Jawa barat No 16 tanggal 2-9-50, menunjuk oraganisasi /Gerombolan tersebut dibawah ini sebagai Perkumpulan terlarang

1.Negara Islam Indonesia Kartosuwirjo

2.Darul Islam Kartosuwirjo

3.Tentara Islam Indonesia(T.I.I.)

4.Angkatan Umat Islam (A.U.I)

5.Pasukan Surjakentjana

6.Samiadji

7.Pasukan Anglingdarma

8.Brigade Tjitarum

9.Divisi Bambu Runcing(B.R.)

10.Tentara Rakyat Indonesia

11.Pasukan Banteng Wulung

12.Ratu Adil Persatuan Indonesia(RAPI)

13.Angkatan Perang Ratu Adil(APRA)

14.Bataljon Arends atau Arena tau “White Eagle”

15.Republik Maluku Selatan (RMS)

16.Organisasi SP 88

17.Lain Lain Gerakan Dibawah tanah(aktivitas subversi)  seperti ABS-plan

Pasal 2

Instansi-Instansi Milter, Polisi dan Sipil berkewajiban  pengusutan dengan menunjukkan surat tugasnya, diberikan hak memasuki tempat dimanaAnggota-Anggota Perkumpulan Terlarang tersebut berada atau diduga berada, untuk mengadakan penangkapan, penahanan, pengeledahan, penyelidikan, pemeriksaan, pembeslahan(penyitaan), bilamana perlu dengan kekerasan.

 

Pasal 3

Penunjukkan ini mulai berlau pada tanggal diumumkannya buat Daerah Teritorium III Jawa Barat, kecuali daerah KMKB Jakarta Raya.

 

Ditetapkan di : Staf Kwartier

Pada tanggal : 8 Desember 1950

Jam : 10.00

 

Panglima tentara & Terittorium III Jawa barat

 

Tertanda

Kolone; Sadikin

 

 

 

Diumumkan melalui PERS dan Radio

Tanggal : 8-12-50

Jam : 13.00

Jurubicara Panglima Tentara dan Teritorium III Jawa barat

 

Kapten M.Nawai Alif

(Sumber Kempen 1955)

 

SEKITAR DARU ISLAM KARTOSUWIRYO

Jawa Barat , Dewasa  ini terdapat elemen-elemen atau  anasir  yang memisahkan diri dan sifatnya sangat destruktif dan didaerah tertentu memberikan pengaruh buruk kepada jalan kebidupan normal masyarakat sehari-hari, pengaruh buruk itu dapat kita nyatakan dengan bukti-bukti seperti  :

 

a.Karena perampokan,pembunuhan dan pembakaran kampong dan desa-desa , sebagian rakyat menjadi miskin , kehilangan mat pencaharian dan terlantar.

 

b.Pengerjaan Sawah dan lading menjadi kurang intensif  atau sama sekali menjdai tidak dikerjakan, sehinggamenyebabkan hasil pertanian menjadi banyak berkurang (merosotnya produksi Agraris)

 

 

c Keadaan daerah yang sangat dikacaukan menyebabkan adanya Urbanisasi atau Pemindahan / Pengungsian Rakyat dari Desa ke Kota dimana orang tersebut mengalami kekalahan Hidup dan menjadi terlantar.

 

Ketiga akibat ini saja bila kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, kelanjutannya yang terus-menerus adalah suatu pengaruh melemahkan pula kepada kehidupan Negara dan Bangsa pada umumnya, terutama akn banyak dirasakan didalam lapangan ekonomis, politis dan social.

 

Elemen-elemen destruktif  di  Jawa Barat khususnya ada terdapa5t beberapa jenis diantaranya :

 

1.Anasir Darul Islam Kartosuwiryo

2.Anasir infiltrant dan  Reaksioner Asing

3.Anasir bamboo Runcing

4.Anasir Brigade Tjitarum

5. dan lain-lain

Anasir destruktif tersebut diatas kini menjadi maslaha penyelesaian , yang sebelum kita menjalankan tindakan tegas, kita masih perlu mengetahui keadaan dan perkembangannya.

 

Untuk mengerti Gerakan daruk Islam yang dipimpin oleh Kartosuwirjo , maka kita harus meneliti ejarah perkemabngan sejarah gerakan tersebut.

Informasi yang didapat dari dokumen-dokumen Darul islam yang jatuh ketangan Pihak berwajib , dari laporan Daerah , serta dari hasil interview pihak yang mengetahui dan mengikuti dari dekat , khusnya kepada pribadi  dan aspirasi politik Kartosuwirjo sendiri.(Kempen 1955)

 

Dr Iwan Note

Informasi perkembangan Darul islam dapat dibaca pada bagian  sejarah Indonesia  sebelumnya  yang dimulai dari tahun 1948

 

Informasi Kiai Jusuf Taujiri tentang Kartosuwirjo

Menurut kesimpulan pendapat saya , meskipum u,mpamanya dapat bediri NII, tetapi Kartosuwirjo tidak memegang pimpinannya, pasti dia akan mengacau lagi, entah dalam bentuk apa.

Umpamanya terhadap hal ini saya dapat member bukti dengan peristiwa waktu ada cabinet Sjarifuddin dan dia diangkat menjadi menteri Muda Pertahanan  pengangkatan itu ditolaknya dan diterima bila dia sebagai menterinya.

(KEMPEN 1955)

Koleksi foto DI/TII

  1. 1.      Bendera NII yang dirampas oleh TNI
  2. 2.      Sajuti krepala Polisi DI yang ditangkap didaerah Tjiandjoer
  3. 3.      H.Gafur seorang Lurah NII yang ditangkap TNI di daewrah Garut.
  4. 4.      Ukat Komandan Pasukan G.S. 3  Giraspaty dari Darul Islam tertembak di Tjiandjoer.
  5. 5.      Emang alias satibi Komandan Polisi NII tertembak didaerah Tjiandjoer.

 

18 Desember 1950

 

Moyor Andi Matallatta  bertugas sebagai Komandan Batalyon di Pare-Pare, ia Mayor Andi Mattalatta mengharuskan semua anak buahnya untuk pandai berenang. Hal ini disebabkan karena dia mempunyai pengalaman pahit ketika memimpin Gerakan Operasi Militer (GOM) di Pulau Haruku, Maluku Selatan ketika menumpas gerombolan Republik Maluku Selatan (RMS). Prajurit yang tergabung dalam Batalyon 705 yang diberangkatkan 18 Desember 1950 banyak yang gugur bukan karena tertembak musuh, melainkan tenggelam ketika terjadi pendaratan pantai.

Republik Indonesia (Republic of Indonesia)

On 17 August 1950 the Unitary State of the Republic on Indonesia, as originally proclaimed, was restored. With the return of the unitary state, the President once again assumed the duties of Chief Executive and the Mandatary of the Provisional People’s Consultative Assembly. He is assisted by a Vice-President and a cabinet of his own choosing. The Executive is not responsible to the House of Representatives.

 

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA 1951 (BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1951

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

 

1951 Issue

  P38 – 1 Rupiah
Serial Number: DJ 045209
Front: Palm trees on a beach at left, terraced rice paddy on right, red and blue security fibers in center
Back: Mountain at center, anti-forgery text in box at lower center
Printer: Security Banknote Company
Size: 126 x 65 mm
  P39 – 2½ Rupiah
Serial Number: AM 592225
Front: Palm trees on a beach at right, oceanside cliffs at left, red and blue security fibers in center
Back:
Garuda Pancasila at center, anti-forgery text in box at right center
Printer: Security Banknote Company
Size: 125 x 65 mm

 

 1951

Penemuan Koleksi Langka tjonto prangko jang berlaku di Indonesia dengan stempel tinta violet tjonto (specimen) , oleh kepala kantor pos Bengkulu

Contoh Prangko yang berlaku di Indonesia tahun 1951 termasuk prangko RISprangko RIS Rp.2,-Rp.3.Rp.5 ,-Rp 10.- dan Rp.25. tak dijual diloket,prangko nominal tinggi saat itu langsung dipasang dan di stempel saat pengiriman surat berat atau pospaket.

Koleksi ini hanya baru satu  ditemukan dan dilaporkan, maaf illustrasi kurang jelas,ini disengaja agar tidak di buat palsunya,d an tetap dalam kondisi seperti yang ditemukan di Bengkulu , ini merupakn postal histori sangat langka dan membuktikan bahwa prangko cetak wina tak pernah dijual diloket kantor pos Indonesia,bagi yang memilikinya harap berkenan memberikan informasi liwat comment,terima kasih. Apabila perhimpunan filateli Indonesia atau asia ingin memamerkan koleksi yang sangat langka ini silahkan menghubungi Dr Iwan liwat comment-catatan Dr iwan suwandy)

 

(the RIS Sample Stamp circulated In Indonesia Until 1951, only one exist in the world,if the Phillatelic Exhibtion want to show this amizing and RRRR collections ,please asked the owner Dr Iwan suwandy via comment.Please donnot tag this collections without the owner permission)

 

The close up of specimem stamps will add only in Special Edition CD-ROM

 

The viena printing stamps not list at this official republic Indonesia stamps,and the viennna printing stamps also npot valid when send look the collections below

 

I would like to know if the round double circle stamp which the postage stamp and the Department Seal of the Viennese press issues of Indonesia are stamped a fantasy or a real stamp concerns

 

The second question is how the postage is calculated, both Viennese pressure seals were at that time (1959) no longer valid for postage

 

 

Dr Iwan Notes

The viena printing stamps not list at this official republic Indonesia stamps,and the viennna printing stamps also npot valid when send look the collections above

 

 

  

Indomesia Almium Coin 5 sen 1951

 

Indonesian Al,inium 50 cent  coin 1951

1951

 

Roeslan Muljohardjo ditetapkan sebagai Gubernur Sumatera Tengah dengan dengan tempat kedudukan Bukittinggi.

(alamanak *Indonesia 1952)

 

January 1951

Pada tahun 1951 Yogyakarta menyelenggarakan pemilu pertama dalam sejarah Indonesia.

Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota legislatif di Daerah Istimewa dan Kabupaten. Pemilu dilangsungkan dalam dua tahap, tidak secara langsung. Pemilih memilih electors yang kemudian electors memilih partai (Selo Sumardjan 1962, hal 101).

Komposisi DPRD didominasi dari Masyumi (18 kursi dari total 40 kursi), sisanya dibagi oleh enam parpol lainnya[2].

Tercatat dua parpol lokal yang mengikuti pemilu ini yaitu PPDI dan SSPP[2]. Sementara itu kekuasaan eksekutif tetap dijalankan oleh Dewan Pemerintah Daerah yang beranggotakan lima orang yang dipilih oleh dan dari DPRD sesuai dengan tingkatannya. Untuk tingkatan Daerah Istimewa, selain lima orang tersebut,

Dewan Pemerintah juga diisi oleh kedua raja (Sultan HB IX dan Sri Paduka PA VIII). Namun keduanya tidak bertanggung jawab kepada DPRD melainkan langsung kepada Presiden.

Source wiki

February 1951

Pasca kemerdekaan, Presiden Sukarno mengharuskan semua orang Belanda, orang Indo, prajurit KNIL (banyak di antaranya orang Maluku), dan simpatisan Belanda lainnya meninggalkan Indonesia.

Tahun 1951, sebanyak kira-kira 12.500 orang Maluku diusir ke Belanda. Orang-orang Maluku ini datang dengan menumpang13 armada kapal laut yang tiba di pelabuhan Rotterdam.

Foto: Arus kedatangan orang Maluku di Belanda, 1951

Ketika orang-orang Maluku tiba di Belanda, mereka mengira kedatangan itu hanya untuk sementara.

Mereka masih menganggap bahwa begitu situasi darurat berlalu, secepatnya mereka akan kembali lagi ke Indonesia. Apalagi ketika itu pihak Belanda menjanjikan mereka akan kembali bisa menetap di Indonesia.

Tidak heran, di masa itu masih banyak wanita Maluku yang tetap berkebaya. Mereka tidak merasa perlu menyesuaikan diri dengan kultur Belanda. Mereka mengajari anak-anaknya tetap berbahasa Indonesia. Bahasa Belanda perlu, tapi jangan sampai lupa bahasa ibu. Soalnya nanti mau kembali ke Indonesia. Jadi anak-anak mereka jangan sampai tidak bisa berbahasa Indonesia.

Selain itu, mereka juga masih percaya perjuangan RMS akan didukung Belanda. Dengan begitu mereka akan bisa kembali ke kampung halaman, berkumpul dengan sanak saudara di pulau Ambon. Dan punya republik merdeka yang berdiri sendiri. Begitulah mimpi mereka.

 

Foto: Presiden pertama RMS, J.H. Manuhutu

Tapi tunggu punya tunggu, dugaan itu keliru. Tidak ada tanda-tanda pemerintah Belanda membantu perjuangan RMS. Jelas-jelas Belanda menolak dukungannya pada RMS.

Boro-boro dibantu mendirikan negara RMS. Janji pemerintah Belanda, bahwa mereka akan dipindahkan kembali ke Indonesia, tidak menjadi kenyataan. Ini membuat orang-orang Maluku merasa “habis manis sepah dibuang”.

Bagaimana tidak? Sebagai prajurit KNIL, mereka merasa berjasa telah membantu Belanda semasa perang.

Tapi Mana Balasannya!?
Ketika tiba di Belanda, mereka ditempatkan di barak-barak kecil. Makanan dibagikan melalui dapur umum. Kondisi hidup dan tempat tinggal mereka, boleh dikatakan buruk dan primitif. Bahkan ada yang ditempatkan di kamp yang dulu digunakan Jerman untuk menampung orang Yahudi. Mereka menerima biaya hidup yang sangat kecil jumlahnya. Padahal tidak sedikit keluarga Maluku itu punya banyak anak. Tentu butuh biaya tidak sedikit.

Cerita tadi belum selesai. Tak lama kemudian, terdengar berita bahwa Belanda memecat semua prajurit KNIL asal Maluku yang baru tiba itu.

 

Foto: Brosur iklan lowongan kerja sebagai prajurit KNIL, tahun 1930-an

 

Ini dirasa keterlaluan. Sudah kehilangan segalanya di tanah air, hidup pas-pasan, dipecat lagi! Harapan mereka, pemerintah Belanda bersedia membantu mencarikan pekerjaan lain. Tapi uluran tangan yang diharapkan untuk menyalurkan mereka ke lapangan kerja, ternyata nihil.

Begitulah kondisi orang Maluku di awal kedatangan mereka ke Belanda ketika itu. Diusir dari tanah air. Tidak punya pilihan lain. Mau kembali ke kampung halaman, nampaknya hanyalah fatamorgana. Ingin punya negara sendiri, dengan mengharap bantuan Belanda, tapi Belanda kok lepas tangan. Malah ingkar janji. Biaya hidup yang diterima kok tidak cukup. Sudah begitu…dipecat dari KNIL, tanpa diberi pekerjaan lain. Mau cari bantuan ke mana di negeri yang asing ini? Ini membuat mereka frustrasi. Orang Maluku merasa perjuangannya selama ini untuk membantu Belanda, telah dikhianati!

Walentina Waluyanti
Nederland, 5 Oktober 2010

 

1951

The First Anniversary / U.P.U. set is claimed to have been used locally. There are philatelic covers with the stamps cancelled with a genuine cancellation in the right time-frame:

 

Here are a few examples of the U.P.U. stamps with genuine cancels:

 

 

 

Maluku Selatan stamps were also variously overprinted for private purposes:

 

 

Metropole Cinema Jakarta dismiss in 1951

 

Indonesian Asian games new dehli stamps

 

March 1951

Pada tahun 1951,

Kahar Muzakar bergabung dengan DI/TII

dalam mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) dan melakukan pemberontakan di Sulawesi Selatan.

 

Belanda. Korps Cadangan Tentara (CTN)


Pada tanggal 25 Maret 1951

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

 

, akhirnya tibalah hari yang lama dinanti-nantikan:  pembentukan resmi Persiapan Brigade Hasanuddin sebagai bagian dari Korps Cadangan Nasional Tentara Republik. Pada hari ini juga Abdul Qahhar Mudzakkar meninggalkan tempat persembunyiannya.

Suatu upacara khusus untuk menyambutnya diadakan di Maros: sebanyak lima sampai enam ribu orang telah berkumpul untuk menyaksikan dia bersama prajurit-prajuritnya memasuki kota pukul tujuh malam hari. Salawati Daud dan Abdul Qahhar Mudzakkar  sendiri yang bicara kepada pasukan.

Abdul Qahhar Mudzakkar dalam pidatonya, yang berlangsung kira-kira setengah jam, secara panjang lebar membicarakan tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepadanya bahwa ia terlalu ambisius, ia masuk hutan semata-mata untuk melanjutkan tujuannya, dan ia sengaja melarut-larutkan perundingan agar terjamin pengukuhan pangkatnya sebagai letnan kolonel.

Walaupun banyak orang yang percaya, dia dan Saleh Sjahban “haus pangkat dan kedudukan”,

disangkalnya tuduhan-tuduhan ini dengan mengemukakan, walaupun kenyataan membuktikan ia memiliki “kursi-kursi besar, meja-meja besar, dan telah menghadapi orang-orang penting “di masa lampau, semuanya ini bukanlah satu-satunya tujuan hidupnya. Saya dicurigai sangat mendambakan pangkat letnan kolonel, tetapi pangkat letnan kolonel ini yang didesakkan kepada saya”, ditegaskannya, sambil menambahkan, bila ada orang yang menginginkan mengambil alih pimpinan Brigade Hasanuddin, mereka dipersilakan maju ke depan dan melakukan keinginan itu; hanya saja dia tidak sudi menyerahkan tugas ini kepada mereka yang telah membakari rumah-rumah rakyat yang tidak berdosa.

Namun amat disayangkan adanya pembentukan Korps Cadangan Nasional pada bulan Maret sama sekali tidak berarti, pejuang-pejuang muslim Abdul Qahhar Mudzakkar telah menjadi prajurit biasa dari Tentara Republik.

Penggabungan resminya direncanakan pada bulan Agustus.

21 Juni 1951

 

Pada tanggal 21 Djuni 1951 oleh Panglima Tentara Teritorium I(Bukit barisan) diresmikan ,kewadjiban pemakaian lentjana”Bukit barisan” untuk anggota Angkatan darat Territorium I.

(Surat Kabar Penerangan,Koleksi Dr Iwan)

Dalam Reorganisasi TNI saat ini, Ahmad Husein mendapat kepercayaan memegang Komando Resimen 4 ( Resimen E.E.Banteng)  yang begabung dalam  Tentara dan teritorium I Bukit Barisan.

(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)

 

 

 

Tetapi antara

Maret dan Agustus 1951

terjadi serangkaian insiden yang mengakibatkan perpecahan baru lagi antara Tentara dan Abdul Qahhar Mudzakkar. Pertentangan baru ini pada akhirnya menuju keretakan terbuka dan tak terdamaikan.

Dalam minggu-minggu sebelum hari yang telah ditetapkan untuk integrasi resmi Korps Cadangan Nasional, pertentangan intern yang pertama di kalangan pengikut-pengikut Abdul Qahhar Mudzakkar terjadi ketika Andi Selle memihak Pemerintah dalam persoalan apakah integrasi Korps Cadangan Nasional Sulawesi Selatan akan dilakukan batalyon demi batalyon atau tidak.

Penggabungan Batalyon Bau Masseppe Andi Selle ke dalam Tentara sebagai Batalyon 719

pada 7 Agustus 1951

hanyalah memperbesar pertentangan antara Abdul Qahhar Mudzakkar dan Tentara, selanjutnya. Namun tidak seluruh Batalyon Bau Masseppe mengikuti komandannya, melainkan sebagian dari padanya dengan Hamid Gali dan Usman Balo sebagai pemimpin-pemimpin utamanya dan tetap setia kepada Abdul Qahhar Mudzakkar.

Setelah terjadi sedikit pertempuran dengan para pengikut Andi Selle mereka mengundurkan diri ke bagian lain Pare-pare dan membentuk batalyon baru, yang dipimpin Hamid Gali. Tidak pula hubungan-hubungan antara Kahar Muzakkar dan Andi Selle putus sama sekali, dan pada waktunya hubungan antara keduanya membaik lagi. Bahar Mattaliu menyebut Andi Selle sebagai salah satu sumber pokok senjata Abdul Qahhar Mudzakkar, dan benar-benar dikatakannya: “Ini berarti, bahan-bahan mentah terus dikirimkan Kahar kepada Andi Selle yang membayarya dengan pelor, senjata berat dan ringan, dan dengan pakaian seragam tentara”.

Dalam menghadapi perjuangan Abdul Qahhar Mudzakkar, Tentara Republik berusaha menghadapinya dengan melakukan serangkaian operasi militer. Terutama sekali pada tahun-tahun mula kerusuhan dengan mengajak kesatuan-kesatuan pejuang yang merasa tidak puas dengan Abdul Qahhar Mudzakkar untuk menyerah. Dan mengenai hal yang akhir ini, Tentara Republik mengambil sedikit keuntungan dari adanya perselisihan antar pejuang sendiri. Pertikaian ini bisa muncul karena sebagian ambisi dan dendam pribadi, sebagian lagi karena perbedaan ideologi mengenai jalan yang harus ditempuh dalam perlawanannya terhadap Pemerintah Republik.

Bertepatan waktunya dengan ketika Pemerintah menganjurkan penyelesaian “politik psikologis”, Abdul Qahhar Mudzakkar memperkuat posisinya. Dalam masa inilah dilakukan pembaharuan hubungan antara dia dan Kartosoewirjo. Hubungan pertama antara mereka telah dilakukan Agustus tahun sebelumnya, ketika Abdul Qahhar Mudzakkar masuk hutan. Pada waktu itu Abdul Qahhar Mudzakkar didesak melalui perantaraan Bukhari, ketika itu wakil ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), dan Abdullah Riau Soshby, salah seorang tampuk pimpinan Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat, untuk membentuk “Komandemen TII” untuk Sulawesi. Kartosoewirjo secara pribadi mengirimkan sepucuk surat kepada Abdul Qahhar Mudzakkar yang menawarkan kepadanya pimpinan Tentara Islam Indonesia di Sulawesi beberapa bulan kemudian.

 

 

 

 

.

Dilanjutkannya dengan menyatakan, dia ingin memulai suatu revolusi Islam

sejak 16 Agustus 1951,

dan segala sesuatunya telah direncanakan bersama komandan-komandan bawahan Saleh Sjahban dan Abdul Fatah, tetapi yang belakangan ini ternyata tidak teguh pendiriannya sehingga rencana itu gagal.

Dia dirintangi, katanya, oleh kekuatan yang lebih perkasa dengan pengaruh yang lebih besar dalam masyarakat, yaitu “kaum feodalis dan rakyat banyak”. Mengenai penduduk Islam di Sulawesi Selatan menurut pendapatnya “diperlukan waktu untuk menanamkan dan memupuk semangat Islam yang sejati dalam diri mereka”. Dalam sebuah surat jawaban pada 27 Februari, Kartosoewirjo mendesak Abdul Qahhar Mudzakkar melakukan segala upaya untuk menjadikan rakyat “bersemangat Islam” dan “bersemangat Negara Islam”, serta melanjutkan melakukan apa saja yang dianjurkan syariat Islam di masa perang.

Walaupun ada pengangkatannya sebagai panglima daerah Tentara Islam Indonesia Abdul Qahhar Mudzakkar untuk sementara tidak mau menggunakan nama ini bagi pasukan-pasukannya.

 

 

 

 

 

 

Secara resmi tawaran ini diterima Abdul Qahhar Mudzakkar

pada 20 Januari 1952.

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

 

Demikianlah ia menjadi panglima Divisi IV Tentara Islam Indonesia, yang juga disebut Divisi Hasanuddin. Syamsul Bachri diangkat menjadi Gubernur Militer Sulawesi Selatan. Dalam sepucuk surat tanggal yang tersebut di atas yang ditulis Abdul Qahhar Mudzakkar dalam menerima pengangkatannya, dinyatakan bahwa ia sendiri merasa berterima kasih dan menjunjung tinggi kepercayaan yang diperlihatkan Kartosoewirjo kepadanya dengan keputusan mengangkatnya menjadi panglima Tentara Islam Indonesia untuk Sulawesi.

Bersamaan dengan itu dinyatakannya, tak dapat sepenuhnya ia mengabdikan diri, karena berbagai keadaan yang mungkin merintanginya dalam setiap tindakan yang diambilnya sebagai panglima Tentara Islam.

Selanjutnya dikemukakannya, dari lima batalyon yang dipimpinnya beberapa di antaranya meliputi kelompok bukan Muslim yang dipengaruhi ide-ide Komunis

(1)Capt. Andi Aziz, formerly of KNIL, takes control of Makassar. Republic and pro-Dutch forces clash; East Indonesia government is shaken.Minahasa region separates itself from Negara Indonesia Timur and joins the Republic.

 

April 1951

April,10th.1951

postally used registered homemade cover with RIS overprint building stamps 25 sen,one stamp cutting.

OCTOBER 1951

October,24th. 950

Postally used cover from  panitia penyelesaian  urusahan pemulihan  jawa tengah semarah cover cds semarang  24,.1o.51 to pekalongan,return to sender witth therare building stamps overprint RIS 30 sen.\

 

 

1951

the  rare official Djawatan PTT Padangpandjang cover ,free stamps with official postal office handstamped.(not many cover ,like this found,Dr iwan note)

January 1951

January,23th.1951

RIS Priting Office CARD OVERPRINT BLOB INK TO COVER THE ris SEND FROM CDS jAKARTA 23,1.51.

 

 

September,14th.1951

Tentang adanya infiltrasi  anasir seperti Bosch(kleef) dan sebagainya, yang memimpin gerombolan APRA dan pelarian bekas KNIL serta golongan-golongan yang tidak puas, hal ini bukan hal rahasia lagi terutama bagi rakyat didekat gunung Garut khususnya.

Malah dalam penerangannya kepada rakyat yang dapat dikumpulkannya secara paksa, Kartosuwirjo dengan bangga dan sombong berkata terang-terangan dan mengakui adanya kerja sama , juga dengan pihak tertentu, “didalam’ dari mana Darul Islam dapat mempunyai banyak senjata dan peluru .

(kempen 1955)

 

Dari Keterangan-Keterangan  tersebut diatas dapat diambil kesimpulan

Kartosuwirjo adalah advonturir(Petualang) Politik yang selalu memimpikan Kekuasaan untuk diri sendiri. Dan gerakannya adalah hal yang disengajakan, meskipun tdiak dapat dibenarkan dan dilakukannya menurut kesempatan yang dicarikan.

Kesempatan yang dicarikan itu dapat terlihat dari usaha-usahanya, diantaranya pembentukan Barisan Sabilillah .

 

Sesudah proklamasi 17 Agustus 1945 perjuangannya masih disembunyikan dan ia bergerak dalam lapangan Ke Partaian.

Perjuangan Kepartaian ini diharapkan untuk meluaskan pengaruhnya, dan bila hal tersebut sudah tercapai kekuasaan Pimpinan yang konkrit akan dapat diperoleh pula.

Dengan jalan itu suatu Coup D’Etat dapat digerakannya dan diharapkan berhasil.

Tapi agaknya maksud ini dari Kartosuwirjo tidak dapat dijalankan.Tokoh Bung Karno yang kuat dan yang dapat mengikat simpati Rakyat pada umumnya dan fase Perjuangan Nasional masih menjadi perhatain Masyarakat Indonesia khususnya, mengagalkan aspirasi Politik lainnya.

Oleh karena ini usaha Coup d’Etat yang terkenal sebagai peristiwa 3 Juli 1946 gagal, apa yang dinamakan Madium Affair (1948) gagal dan maksud –maksud Kartosuwirjo pun tidak berhasil.

Dengan kegagalanya ini Kartosuwirjo tidak putus harapan. Jalan-jalan lain dipikirkannya dan kesempatan-kesempatan baru ditunggunya.

Ini ternyata dengan perkembangan yang dapat kita hubungkan dengan satu dengan lainnya.

 

Sesudah adanya agresi Kolonial Pertama  pada tanggal 27 Juli 1947 dan masa renville,  terutama sesudah Tentara Republik Indonesia Hidjarh ke Djokja sehingga di Jawa Barat adanya Kekoso9ngan Kekuasaan Republik Indonesia, Keadaan ini dipakai sebagai kesempatan oleh Kartosuwirjo untuk sedikit demi sedikit mempraktekan maksud-masudnya lagi ( Peristiwa Pengrumusan)

Hal-hal nyata kelihatan lagi sesudah pertahanan Rakyat di gunung Cepu ( Daerah Tasikmalaya) dapat didubrak oleh tentara Belanda. Seperti kita ketahui belanda hanya menguasaai kota dan sekitarnya saja dan daerah yang jauh masih dikuasai Pasukan Gerilja Republik Indonesia.

Masa Vacuum(Kekosongan) Pemerintahan Republik Indonesia ini dimanfaatkan  oleh Kartosuwirjo untuk menjadi dasar pelaksaan tujuannya dan sebagai  alasan untuk orang membenarkan tindakannya.

Pasa fase pertama ia masih berselubung dalam bentuk Majelis Islam, dimana Garis besar Perjuangan masih ditujukan untuk membantu Perjuangan republic Indonesia.

Lingkungan pengaruh Gerilja yang langsung  yang disebut D(daerah) I(pertama) tetapi kemudian mucul yang dilegalisir oleh Kartosuwirjo  dan kawan-kawan  dalam pengertia Darul Islam.

Mungkin ini peristiwa yang sama dengan munculnya dan timbulnya apa yang dinamakan “Ketata negaraan Islam” hasik konperensi Ketiga tanggal 1 Mai 1948 dimana Kartosuwirjo sudah mulai menampakan dirinya sebagai Imam.

Pada waktu Pendudukan belanda kita pernah mendengar adanya Proklamasi DI untuk Wilayah Jawa Barat.Mungkin hal ini adalah peristiwa diatas.

Pada mulanya Opini kebanyakan orang, Tindakan  Kartosuwirjo ditujukan untuk mengimbangi Negara Pasundan sehigga saat itu banyak sedikitnya orag menyetujuinya.

Tetapi kenyataannya terjadi lain. Kita tidak perlu heran hal ini bisa terjadi,  sebab dalam segala perundingan itu selain sifatnya terbatas  juga didlam lingkungan mereka yang sealiran ( segerombolan) denga Kartosuwirjo sendiri.

Pada umumnya mereka yang bergerak bergerilja ditempat-tempat yang tersebar, khususnya mereka yang menjadi Anak Buah tidak menegrti dan tidak tahu adanya kegiatan Politik ini.

Kemudian sesudah agresi Belakada Kedua 28 Desember 1948 yang mengakibat pusat Pemerintahan Republik di djoja diduduki belanda Presiden Sukarno dan lai-lain Pemimpin ditangkap dan diasingkan Ke Bangka.

Perkembangan Politik Kemudian menghasilkan perundinga Roem-Royen, dan dilakukan Peundingan KMB (Konperensi Meja Bundar  dimana dihasil Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia.

Hal tersebut diatas dipakai sebagai alsaan yang lebih kuat bagi Kartosuwirjo untuk meneruskan maksudnya dan mengelabui mata Masyarakat.

Telah disiapkannya apa yang dinamakan “Undang-Undang Dasar Darul Islam ” (Kanun Assay) yang tertanggal 28 Agustus 1948 dan kemudian dilakukan apa yang dinamakan Proklamasa NII Negara islam Indonesia tanggal 7 Agustus 1949

Tindakan yang memusuhi secara nyata terhadap Republic Indonesia  adalah dekat dan setelah Agresi Belanda Kedua dimana sebagian Rakyat Jawa barat Yang kembali dari Djokja dan Divisi Siliwangi mengadakan long March kembali ke Jawa barat

Ini terbukti dengan banyaknya terjadi penyerangan oleh DI-Kartosuwirjo terhadap mereka, secara kasar maupun  halus, yang dasarnya untuk menguasai senjatanya dan menghalang-halangi masuknya Korps Pemerintah republic Indonesia.

 

 

Major Utarja seorang perwira TNI dan pengawal-pengawalnya menjadi korban dari sifat permusuhan Darul Islam tersebut.

Bukan berita yang tidak benar bila kita mendengar adanya tindakan meracun dari Darul Islam terhadap khususnya pasukan TNI diatas.

Tetapi sokongan Masyarakat kepada Darul Islam  tidaklah sama dengan saat masa pendudukan Belanda, kini mereka ditinggalkan oleh rakyat dan dikutuknya.

Cara Darul Islam memungut uang ada berberapa rupa, yakni secara paksa dan ancaman atau suka rela yang dianggapnya sebagai tanda setia, pajak atau iuran.

Selain uang beras dan lainya juga dipungutnya dari rakyat, hal ini terpaksa diberikan karena takut dibunuh atau dibakar rumahnya.

Dan desa-desa yang banyak penghasilannya dan letaknya dekat gunung-gunung kedudukannya tidak aman, karena sering didatangi Gerembolan Darul Islam untuk menarik Pajak

 

 

 

contoh dibawah ini

 

 

 

A.PICTURES(NOT UPLOAD)

1.Foto Bendera Negara Islam Indonesia yang dirampas oleh TNI(Tentara nasional Indonesia)

2.Foto Sajuti, Kepala Pilisi Darul Islam Kartosuwirjo yang ditangka di daerah Tjiandjoer

(kempen 1955)

B.DOCUMENTS(NOT UPLOAD)

1..Karcis Infaq

KARTJIS INFAQ

Tanda Bukti kepada Pemerintahan Negra islam Indonesia

Berupa uang sebanyak Rp 25.- (Dua Puluh Lima Rupiah)

Gabuswetan, Tgl………..

Kepala Jawatan Keuangan

Ttd

Ilyas

 

Pemerasan Harta benda rakyat yang dilakukan oleh Gerembolan DI itu bukan hal yang disukai sekalipun pakai alasan untuk Djihad atau sebagai Bakti kepada Tuhan.Dan bagi Gerembolan itu sendiri malahn merupakan suatu sumber penghasilan yang tidak sedikit lumayan.

2.Usaha keluar  Negeri yang dilakukan yang dilkukan Komandan APNII(angkatan Perang Negara islam Indonesia) nyaris resmi dari Imam NII dan telah sampai kepada Presiden  Amerika Truman , Presiden Pakistan Ali Khan, Raja Arab Saudi dengan perantaraan Konsul Saudi Arabia di jkarta.

3.Komandan Batalion VIII(Thoriq Bin Zijad) ,II S.D.(Raden Rachmat Sungkawa) beserta Kapten Bosch dan Mayor I.G. Smith(Kedua perwira bangsa Belanda yang kini telah masuk Islam)  .

Ketiga Perwira TII(Tentara Islam Indonesia) ini sedang mengadakan operasi sekitar Sumedang Barat ,Purwakarta Selatan, Bandung Utara, Bandung Timur, bandung Barat , Kemudian berkontak rapat dengan Resimen VIIII “ Brigadir Hasanuddin” (Thabrani) di Cianjur Selatan dan Cianjur Timur.

 

 

Dari dokumen diatas kita dapat mengetahui kini akan adanya usaha-uasaha Kartosuwirjo untuk melegalisir Darul Islam sebagai mempunyai aspirasi kenegaraan kepada dunia dengan demikian dapt diharapkan setidak-tidaknya kemungkinan  pengakuan de factonya. Anasir Bosch –Smith

( Smith adalah nama samaran van Kleef)  yang merupakan Perwira belanda yang sudah masuk Islam , hal ini adalah tidak lain suatu permainan Komedi belaka dimana dulu pernah disandiwarakan oleh orang-sorang seperti Snouch Hurgronje.(Di Aceh) dan Van der Plaas.

Malahan pada hakekatnya semua itu merupakan mata rantai yang sambung menyambung dalam program politik Penjajahan. Dan haji Shimizu juga bukan suatu hal yang asing bagi kita.

Pokok tujuannya sama ialah dengan berkedok KeIslaman, menginggatsebagian besar masyarakat Indonesia menganut Agama Islam  untuk mengelabui Masyarakat untuk di jajah.

Anasir-anasir Infiltran dan Reaksioner Bosch-Smith beserta Angkatan Bersenjatanya yang terdiri dari Gerembolan Pelarian KNIL mempunyai dasar Perjuangan yang tidak lepas kepada sifat merusak , khususnya didalam satu garis dan mempunyai hubungan erat dengan Aksi dan rencana Raymond Westerling untuk menyabot Pemerintah Republik Indonesia  dan Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Kalau dahulunya itu maksudnya mau melumpuhkan dan mengacau potensi nasional sehingga Indonesia secara politis dan ekonomis berada dalam kedudukan lemah dan labil.

Dan keadaan demikian dapat kita hubungkan dengan kepentingan pihak luaran, khusunya kaum Kapitalis, yang mempunyai kepentingan penanaman modal dan lain-lainnya di Indonesia.

Suatu Negara yang kedudukannya lemah hidupnya selalu tergantung tergantung dan memerlukan bantuan dari bangsa lain.

Infiltrasi dan penetrai anasir Kolonial dengan cara berkedok itu , dimasa lampau yang sudah kita alami yang mempunya akibat bahwa Perjuangan Kemerdekaan Nasional (didalam lapangan politik) menjadi lemah dan kena sabotir.

 

 

 

 

 

Untuk memberikan bukti kepada  kenyataan ini kita sajikan sebagian penting dari berita “Antara” dari tanggal `14 september 1951 dengan tajuk “Van der Plaas di Jedah:

Backgrown

Selanjutnya diterangkannya, dalam masa Perang dunia Pertama , di Saudi Arabia bayak juga orang Indonesia yang bermukim .Merekan karena kebanyakan hidupnya terlantar , karena perhubungan antara keluarga atau family mereka di Indonesia terputus. Sebagai diketahui pada masa itu kaum Muslim tidak dapat naik haji(pilgrim), karena berbahaya.

Keadaan hidup kaum Muslimim bertambah buruk, karena di Saudi Arabia timbul perebutan kekuasaan antara Sjarief  Husein ( Raja Dulu) dengan Ibnu Sa’ud (Raja sekarang)

Ketika Perang dunia Pertama selesai maka Vice Consult Belanda di Jeddah yang bernama Van der Plaas nucul sebagai orang yang murqh hati dan penolong dari 162 orang Mukmin Indonesia yang sedang terlantar itu, sehingga mereka dapat kembali ketananh airnya, dimana mereka dengan segera mendapat surat keputusan (besluit) dari Bupata didaerah mereka masing-masing untuk menjadi Kiai.

Dalam tahun 1919

suasana politik di Indonesia sedang hangat, berbuhungan dengan gerakan Politik yang mengingginkan Kemerdekaan Indonesia.Dianatara pengerak Politik yang besar pengaruhnya ialah Serikat Islam  dibawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto dalam Volsraad(Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda)

Tetapi kemudian sejarah mengatakan kemunduran Api Perjuangan  Kemerdekaan .Disamping itu Tindakan Pemerintah dalam tahun  kemudiannya yang menetang gerakan Kebangsaan dan Kemerdekaan itu, seperti TBTO(tolak Bala Tawil Umur) ,Serikat Hejo, oragnisasi ini tidak berakar didalam masyarakat, karena sangat insidentil sebagai reaksi dan sangat lokal, yaitu hanya didaerah Garut saja.

Yang ternyata lebih tajam , ialah tusukan dari dalam Serikat Islam sendiri sehinggamenjadi pecah belah dan kurang potensinya.

Setelah itu jumlah Kiai yang patuh dan setia kepada yang berwajib dan yang pasif semakin banyak dari sebaliknya.

Deri Bagian berita diatas, kita dapat menegtahui bagaimana praktek Penjajah untuk menguasai rakyat jajahannya .Penghambatan aspirasi Nasional tidak saja dilakukan dari luar dengan perundang-undangan dan peraturan-peraturan seperti dengan apa yang dinamakan “Exhorbitante Rechten Governor General” dam Artike 153 Kitab Undang-undang(Wetboek) ,

tetapi juga dengan cara “uitholding” dengan memasukan kaki tangan dan anasir-anasirkolonial secara infiltrasi.Tindakan ini tidak lain dari Politik Devide et  Impera

(pecah –pecah dan kuasai ).

Memang dengan cara ini Kekuasaan Penjajah dapt dipertahankan dan ditegakkan.

Dengan mengadakan Pecahan kecil-kecil didalam masyarakat ataupun didalam suatu organisasi yang masing-masing memiliki thesis sendiri-sendiri dan satu dengan lainnya kontradiksi  prinsip ideologis, sosiologis tradisi maupun kultural , hal ini hanya bisa disatukan kembali oleh satu kekuasaan supra-thesis yang lazim kita sebut sebagai Pemerintaha Penjajahan.(kempen 1955)

Late 1951

Dr Adnan Kapau Gani pada akhir tahun 1951 sampai Februari 1952 berada di Holland sebagai anggota Delegasi RI pada perundingan Indonesia-Belanda dari hasil KMB, dan mengenai kedaulatan Irian Barat, tepatnya di kota Den Haag Dr. Adnan Kapau Ganiat the end of1951 until February 1952 in Holland as a member of the delegation of Indonesia on Indonesia-Dutch negotiations of the Round Table Conference, and the sovereignty of West Irian, precisely in the city of Den Haag.

Akhir tahun 1951

Peranan militer Let.Kol. Ahmad Husein  menjadi sangat penting ketika  MBAD(markas besar Angkatan Darat)  membentuk suatu Komando daerah Militer di Sumatera tengah  yang terlepas dati mTT I  dan langsung dibawah KASAD , Ahmad Husein dipercayakan sebagai Panglimanya.

Keadaan Negara saat ini menarik perhatiannya karena banyak rekan yang berdinas di Ibukota membicarakan masalah itu di Padang.Selain itu  ia harus mengikuti peran lain, seperti ke Maluku untuk menumpas RMS,Bandung Jawa barat ,Kalimantan,Aceh,Sulawesi Selatan yang berhubngan dengan Darul Islam(DI) .

Situasi Negara yang demikian gawat dapat dipahami melalui pengamatan  dari jauh itu.

(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA 1952 (BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1952

File:Ali Sastroamidjojo Suara Indonesia 2 Aug 1954 p1.jpg

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

Saya baru saja menemukan sebuah buku yang penuh dengan informasi leluhur Kita Bangsa Indoensia, terutama bagi etnis tionhoa yang ingin mengetahui kakek dan neneknya yang dulu menjabat jabatan penting dalam pemerintahan sperti Hakim,Bupati,Wedana dan sebagainya, dan juga semua perushaan yang reklamenya ada gambarnya lengkap denga alamatnya juga ada, lihatlah bbebarap conrtoh dibawah ini, bagi yang ingin mengetahui jati diri dari leluhurnya silahkan menghubunggi email iwansuwandy@gmail.com

Jangan lupa upload jati diri anda seperti kopi KTP,alamat lengkap nomor tilpon, ini penting karena banyak yang menipu saya setelah diberi info lngsung menghilang dari dunia maya tak tahu kemana perginya saya doakan agar mereka sadar telah meruikan seorang tua yang dengan suah payah mencarikan info untuk mereka.

Beberpa conto sebagai berikut

Etnis Tionghoa Yang menjabat dalam Pemerinatahn tahun 1952

Bagi yang telah  dicantumkan segra menghubunggi saya liwat emil dan mentransfer donasi jumlahnay terserah anda asal memai jika tidak tahu caranya isa juga mengirimkan dlam sampul kirim liwat pos Prangko lama,uang lama,kartu pos lama kealamat yang akan sya berikan sebagai donasi anda untuk biaya operasional dan menambh koleksi info museum keluarga museum leluhur kIta WANLI

Untuk Itu saya mengucapkan terima kasih banya
jakarta september 2015

Dr Iwan Suwndy,MHA

KOMBESPOL(Purn)

Konsulan informasi

SILAHKAN DIBACA INFO DIBAWAH INI YANG SAYA KETIK DALAM HURUF BESAR AGAR YANG KELUARGANYA TENTU AKAN SANGAT BANGGA DAN BILA MAU INFO SLI BERUPA SCAN INFO AKAN DAPAT DIPESAN KEPADA SAYA LIWAT EMAIL

 SIN NAN TJHIN , sUNGAI LIAT 12 MEI 1921, HAKIM BANGKA BELITUNG  1951

TJIA TJIN DJIN , PONTIANAK 8 NOPEMBER 1932, HAKIM PONTIANA 1951

TJIANG TJEK SONG, MAKASAR 4 MARET 1928, HAKIM MAKASAR 1951

TJIONG A TAK TJIREBON  13 DJUI 1930,BUPATI MUARA ENIM 1951

TJONG SOEN FOANG,BANGKA 1920,WEDANA LINGGA 1951

WONG VIE REN, MOHJOKERTO 6 AGUSTUS  1930, HAKIM DENPASAR 1951

SELURUHNY ADA 3820 ORANG TIONGHOA

HAL INI BERDASARKAN LAPORAN ATAS NAMA MENTERI KEHAKIMAN KEPALA BAGIAN “HUKUM TIONGHOA’ MR RAHARDJO.

KOPYAH(SONGKOK) GAMBAR MERK SONGKOK SINAR BULAN MILIK PERUSHAAN TAN HAN BING, JL GEMBONG IV/50 SURABAYA

REKLAME BUBUK OBAT LING CHI MEDICINE  IMPORTIR DARI  PERUSHAN DARI HONGKONG , MILIK LAU WONG HONG BERKEDUDUKN DI KANTOR OEI TAT HWAY DSBNYA JALAN  KALI BESAR BARAT  5 JAKARTA

 IKLAN 23 JUNI 1952 ISINYA ,LIE UI HIM , MENINGGAL DUNIA TANGGAL INI, BAGI YANG MEMILIKI TAGIHAN HARAP DIAJUKAN  SELAMBAT-LAMBATNYA 30 AGUSTUS 1952 WALI BAPA PADANG

IKLAN GAMBAR SEPERTI GAMBAR SAYAP BURUNG DAN OLEH RAGA, MILIKTENG  CHAO PIN ,PETAK SEMBILN NO 20 DJAKARTA

ADA RIBUAN INFORMASI TERKAIT ORANG TIONGHOA DAN ETNIS LAINYA SILAHKAN MENGAJUKAN PERMINTAAN EGRA KE EMAIL

iwnsuwandy@gmail.com

SYUKUR ALHAMDULLAH  AMIN…AMIN

SAYA MENEMUKAN SUATU KUMPULAN INFORMASI YANG LUAR BIASA SEHINGGA BAGI YANG MENCARI IDENTITAS NGKOTJO(KAKEKNYA) ATAU EYANGNYA SILAHKAN HUBUNGGI EMAIL TERSEBUT DIATAS,SOAL FEE SUDAH TERTERA DIATAS

TERIMA KAIH TERIMA KASIH

BACA INFO BERIKUT ,DAN MASIH BANYAK LAGI INFO YANG SAYA RASA BILA DIUPLOAD AKAN MEMBOSKAN AND, SEPERTI LPORAN DARI BERKAS SIDANG DPR TAHUN 19541-1955,LENGKAP SEMUA DALAM BEBRAPA BUNDEL DALAM KONDISI YANG MASIH PRIMA,JELAS BILA DISAN ATAU DIFOTO

 

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

 

1952

 

 

 

Pada tahun 1952, Andi Mattalatta memprakarsai pembangunan Stadion Mattoanging, Makassar yang dilengkapi gedung olahraga, kolam renang, serta fasilitas olahraga lainnya di Makassar

 

 

 

   

Apel Of RMS at Halsidere Netherland in 1952

 

Hartini Soekarno

 

Lahir di Ponorogo Jawa imur pada tanggal 20 September 1924 beragama Islam. Hartini menempuh pendidikan awal di HIS ( Holland Indlands School ) dan terakhir Kelas dua SMA yaitu pada tahun 1942. Wanita Karir di bidang Wiraswasta ini beralamat di Jalan Proklamasi No. 62 di Jakarta Pusat.  Enam belas tahun dalam suka maupun duka, Hartini setia mendampingi suaminya hingga wafat. Resmi menjadi istri Soekarno, setahun setelah pertemuannya yang pertama di Prambanan, Yogyakarta tahun 1952. Ketika itu ia sudah menjadi janda berusia 28 tahun. Dengan suaminya yang pertama, Suwondo, ia dikaruniai lima anak. Menikah dengan Soekarno, ia mendapat dua anak.  Biasa dipanggil Tien, ia anak kedua dari lima bersaudara. Ayahnya, Osan, pegawai kehutanan, mendidiknya secara tradisional. Tidak mengherankan bila Tien berpendidikan formal hanya hingga kelas dua SMA. Pendapatnya tentang istri cukup sederhana. Selain sebagai istri, kita juga adalah ibu, kawan, dan kekasih bagi suami.

Sebagai ibu, menurut Tien, bila suami sakit harus dilayani dengan cermat. Meminumkan obat, memijati, dan mengelusnya hingga terlena. Sebagai kawan, di mana dan kapan pun, patut mengimbangi pembicaraannya. Ia banyak membaca dan rajin mengumpulkan informasi, agar mampu menjadi kawan bicara yang baik dan bijak.

Awet muda dan tampak cantik dalam usia 60 tahun. Rahasia kecantikan Hartini, setiap bangun pagi ia segera minum segelas air putih dan olah raga ringan. Juga minum jamu ramuan sendiri berupa kunyit, daun asam, temu, asem kawak, daun beluntas, dan gula merah, yang direbusnya. Ia minum jamu dua kali sehari dan tidak makan yang amis, seperti ikan dan telur.

 

 

 

 

 

 

March 1952

 

Pada bulan Maret 1952

sesungguhnya pasukannya diberinya nama Tentara Kemerdekaan Rakyat (TKR). Baru pada 7 Agustus 1953, tepat empat tahun sesudah proklamasi Negara Islam Kartosoewirjo, Abdul Qahhar Mudzakkar mempermaklumkan bahwa daerah Sulawesi dan daerah-daerah sekitarnya (yaitu Indonesia Timur lainnya, termasuk Irian Barat) menyatakan bagian dari Negara Islam Indonesia. Bersamaan dengan ini ia menamakan pasukannya Tentara Islam Indonesia.

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

 

Kalau pada mulanya mereka hanya menyelematkan nasib gerilyawan pejuang kemerdekaan dari pengkhianatan yang dilakukan oleh komandan TNI bekas KNIL, membela hak-hak dan membela nasib saudara/kawan, terutama nasib para pejuang dari daerah-daerah

 

 

 

April 1952

 

DI/TII Jawa Tengah

muncul berawal dari adanya Majelis Islam yang dipimpin oleh Amir Fatah

 

 

Gerakan ini sebenarnya sudah dapat didesak oleh TNI akan tetapi pada tahun 1952, kembali menjadi kuat setelah adanya pemberontakan Batalion 423 dan 426 di Kudus dan Magelang yang menyatakan bergabung dengan mereka.

Guna menumpas pemberontakan tersebut maka pemerintah membentuk pasukan baru yang disebut Banteng Raiders dengan operasinya yang disebut Gerakan Benteng Negara (GBN). Pada 1954 dilakukan Operasi Guntur guna menghancurkan gerombolan sementara sisanya tercerai-berai.

Machinal translate

DI / TII Central Java appears originated from the Islamic Council  led by Amir Fatah   This movement is already going to be pressured by the military, but in 1952, returned to be strong after the uprising Battalion 423 and 426 in the Holy and Magelang stating join them. In order to quell the uprising, the government formed a new force called the Bull Raiders with operations called Fort State Movement (GBN). Operations conducted in 1954 in order to destroy the hordes of Guntur and the rest scattered

 

 

May 1952

SURAT van KLEEF(SMITH) KEPADA WESTERLING

Untuk membuka tabir  yang seakan-akan masih menutupi hal yang tertentu dari anasir Darul Islam Kartosuwirjo , maka dibawah ini dimuat intisari  isi surat dari Ch.van Kleef kepata Westerling.Surat ini jatuh ketangan yang berwajib Republik Indonesia didaerah Bodjonegoro saat kurir pembawanya tertangkap.

Belangrijk

Ergens in Indonesia Mei 1952

Aan:Kapitein R.WESTERLING

Bismillahirohmanirrohiem

Assalumu’alaikum wr.wb.

1.Alhamdullilah !  Alhamdullilah !

2.Hooggeachte Kapitein ; in verband met recente  gebeurtenissen ,betreffende  Uw persoon, alsook naar aanleiding van verschillende omstandigheden welke anwijzingen verschaffen omtrent Uw geestelijke overtuiging en de richting  waarin Uw streven uitgaat, acht de NII (Negara Islam Indonesia) het tijdstip gunstig om contact op te nemen met Uw en aangaande verschillende kwesties  van gedachten te wisselen

Machinal translate

Kapten terhormat, sehubungan dengan kejadian terakhir, pada orang, serta dalam menanggapi kondisi yang berbeda yang sikannya memperjelas keyakinan spiritual dan arah di mana tujuan Anda pergi, apakah NII (Negara Islam Indonesia) waktu yang tepat untuk menghubungi Anda dan berkaitan dengan berbagai isu pertukaran pandangan

Wij doendeze stap  eerstens om redenen van “herinnering” aan een zekere graad  van “bondgenooschap” in het nabije verleden, alsook  nar aanleiding van het feit  dat newstadtbladen een radio-oomroep  de laatste tijd dikwijls berichten omtrent Uw  Lanceeren , de uitgifte  van Uw “ memoires” , het rumoer rond Uw recente “ gevangenneming” en weder vrijlating” in Nederlands ,  en last but not least Uw mint of  meer oficieelen uitlantingen betreffende  Uw onveranderd besluit de RI(Republik Indonesia)  te bestrijden  tot haar ondergang.

Uit en under heben wij gemeend  te mogend  concluderen, , dat he schijnbaar Uw wensch is wederen op de voorgrond te treden en aan Uw  streven een begin van uivoering te geven.

 

 

Daar ons streven  en het uwe, namelijk :

Opruiming der Republik Indonesia en Uitroeiing met wortel en tak van het communisme in Indonesia

Parallel gaan , beschouwen we U automatische als bondgenoot en komt het ons gewescht voor, onze krachten te combineren  ter verwezenlijking van het gemeenschaplijke  doel, ten einde verzekerd te zijn van gusntige resultante.

Insja Allah Amin !

Daar de Taak

Contact met U tot, stand te brengen

Aan mijn is toegewezen , wit ik niet nalaten ter vermelden, dat het inderdaad ook reeds sedert lang mijn persoonilijke wenscht is , wederom contact me U op te nemen in het belang der Negara Islam Indonesia.

Machinal translate

Kami melakukan langkah ini terlebih dahulu karena alasan “pengingat” untuk tingkat tertentu “bondgenooschap” pada masa lalu, serta hasil badut fakta bahwa newstadtbladen suratkabar  sebuah oomroep radio akhir-akhir ini sering laporan Lance Eren Anda, penerbitan “memoair” Anda ,

Menangak kebisingan di sekitar Anda baru-baru ini” dan re-release” dalam bahasa Belanda, dan terakhir namun tidak sedikit mint atau lebih oficieelen uitlantingen pada berubah Anda memutuskan untuk berjuang sampai kehancurannya. RI (Republik Indonesia) Keluar dan mendapatkan yang berkuasa di bawah heben mogend menyimpulkan bahwa ia tampaknya keinginan Anda wederen di latar depan untuk bertindak dan untuk memberikan usaha  dari uivoering Karena usaha kami dan Anda, yaitu: Izin der Republik Indonesia dan Pembasmian oleh akar komunisme di Indonesia Secara parallel kami menganggap Anda sebagai sekutu dan otomatis datang gewescht kita untuk menggabungkan untuk mencapai  tujuan masyarakat , agar hasil gusntige. Tertanggung kekuatan kita, Insya Allah Amin! Bahwa untuk menghubungi Anda karena tugas , Saya  ditugaskan untuk  tidak gagal untuk menyebutkan bahwa memang sudah ada, sejak lama keinginan saya setelah Anda menghubungi saya

Persoonilijke  secara pribadi  untuk memasukkan kepentingan Negara Islam Indonesia.

 

 

 

 

3.

Het past mijn , U thans mijn naam beken te maken , namelijk : Ch. H. van Kleef . Ten einde U duidelijkheid te verschaffen omtrent mijn person, dien Ik Uw herrinering te verlevendingen en terug te gaan tot December 1949 .

Door tusschenkomt van Kolmust ( Sgt.Nefis) heb ik me op 12 December 1949 bij de APRA aangesloten en wel in het Tjileungsirsche  (Tjibinong Bogor). Omstreeks op de 15 December 1949 heb ik persoonenlijk met U kennis gemaakt ten huize van een Uwer ex-onderhebbenden te Djakarta(Garut Weg) .

Na de eerste Tjileungsir affaire ,was het Uw…mij te vaardingen naar het Tjipajungsche(Sumedang) ;dit it echter  met doorgeld war ik te Bandung.ingekwartierd ben ( Lembang weg Pastuer weg 21)

Met groep vermoelen  ben ik midden Januari vertrokken naar het Tjililinscche (vanuit Dennenlust),van waaruit wij op 21 Januari 1950  den Militair-succesvollen stoot uitgevoerd heben op Bandung .

Door sammenloop van omstndigheden ben ik den midden van 21 Januari 1950 afgesplitst van groep-Vermoelen aan te Bandung achtergebleven .

De tragiek van vernoemde groep zult U uit de nieuwsbladen- in groote trekken berustende op waarheid – vernomen hebben .

 

 De Geschidenis  van mijn verblijf naderhand in Bandung etc.wil ik U besparen.

Ook wensch ik te verdiepen in de oorzaken van het uiteen-vallen der  contacten  van de APRA .

In de loop van 1950 heb ik vruchtelooze pongingen aangewend wederom contact te verkrijgen met de APRA.

Daar het altijd mijn wensch geweest is, mij aan te sluiten bij de NII ofwel “ in de volksmond”  D.I. genoemd, zijn mijn stappen in de loop van februari 1951 kunnen voegen bij de Negara Islam Indonesia Alhamdullilah !

Ik hoop U middels het voorgende genoegzaam geinformeerd te hebben

Machinal translate

Ini cocok saya, Anda sekarang membuat  nama saya , yaitu: Ch. H. Van Kleef . Untuk memperjelas orang saya, kepada siapa saya verlevendingen herrinering Anda dan terus sampai Desember 1949. Kembali Anda kejelasan Oleh antara berasal dari Kolmust (Sgt.Nefis), saya bergabung dengan APRA pada tanggal 12 Desember 1949 atau dalam Tjileungsirsche (Tjibinong Bogor).

 

Sekitar 15 Desember 1949 saya benar-benar orang yang Anda berkenalan dengan rumah mantan Mu antara para pemangku kepentingan di Jakarta (jalan Garut ). Setelah urusan Tjileungsir pertama, itu adalah Anda …saya di panggil oleh  pengadilan untuk Tjipajungsche (Sumedang) saya, tapi ini bingung dengan uang dengan aku Bandung.ingekwartierd (jaln Lembang jalan Pastuer 21) Dengan kelompok vermoelen pertengahan Januari aku pergi ke Tjililinscche (dari Pine Lust), dari mana kita pada tahun 1950 yang berhasil  Eksekusi Pukulan serangan Militer pada tanggal 21 Januari  di Bandung. Dengan sammenloop dari omstndigheden saya membagi pertengahan 21 Januari 1950 kelompok-Vermoelen untuk mundur Bandung. telah mendengar Tragedi grup dengan nama Anda akan mengundurkan diri dari koran-imbang besar pada kebenaran .   Dari sejarah saya tinggal setelah etc.wil saya menyelamatkan Anda. Bandung Saya juga ingin menyelidiki penyebab disintegrasi kontak dari APRA. Dalam perjalanan tahun 1950, saya menggunakan kreasi  sia-sia lagi untuk mendapatkan kontak APRA. Seperti itu selalu menjadi keinginan saya, untuk bergabung dengan NII saya baik “populer” DI disebutkan langkah-langkah saya untuk bergabung dengan Negara Islam Indonesia Alhamdullilah! selama Februari 1951 Saya berharap untuk memiliki Anda dengan informasi  berikut yang cukup

 

 

6.

de NII durf

 

(Kempen 1955)

July,16th. 1952

Surat Perintah Angkatan Perang Negara Islam Indonesia

No. 060/W.I./32

tentang  Menyambut Hari Ulang Tahun ketiga Proklamasi Negara Islam Indonesia

sifat: penting /rahasia

Dari : Plm. W.I.APNII

Kepada : Yth.Komandan K.D./Resimen dilingkungan W.I.

Tarich : Tanggal 16 Juli 1952 jam 10.00

Bismillahirohmanirrohim

Assalam’ualaikum W.W.

  1. 1.     Alhamdullilah !….Allahu Akhbar !

Allahumma ! Iyaka nu’budu ,wa iya kannas ta’in, ichdinasjsjirathal musthaqiem….!

Bismillahi tawakkalna ‘Alla’llah  !

La Haula wala quwatta illa billah !

 2.Sjahdan ,dengan Pertolongan dan  Kurnia Illahy Rabby !

Kurang lebih selang sebulan pada selesainya melaksanakan tugas suci dengan berpuasa sebulan Ramadhon yang baru lalu , maka sebntar hari lagi akan tibalah genap tiga tahun Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia

 (Tanggal 7 Agustus 191952 /Dhuzul –waidah 1371)

 3.Berkenaan dengan lahirnya hari yang bersejarah , mulia dan Utama bagi Umat Islam Bangsa Indonesia, teristimewa Mujahiddin Kampanyon NIII perlu perlu dan patut “menyambut –merayakan” secara sesuai dengan tradisi dan  keadaan dimasa perang (fiel-waqtil-harby)

Perayaan ditiap-tiap daerah wajib dilakukan demikian rupa hingga diseluruh W.I. akan tumbuh gerakan  / sereangan merata yang keseumuanya merupakan dorongan mutlak atas hancurnya  ORI dan luhurnya Negara Republik Indonesia.

Insja  Allah Amin !!

4. Untuk tanda Syukur kita kepada  Dzat Wahidul-qahhar dalam hari peringatan tiga tahun daripada Proklamasi NIII

Bersama ini sirkular (Surat Edaran) dan program perayaan hendaknya diterima dengan baik.

Kemudian dengan ini kami perintahkan :

(1)           Hendaknya Sirkular plus lampirannya itu disiarkan kepada Komandan yang berkepentingan untuk sama-sama diteliti dan diperhatikan dengan baik

(2)         Melaksanakan segala program yang tercantum dalam lampiran Sirkuler tersebut dengan penuh bertanggung jawab , dari dank arena Allah semata-mata

(3)         Taktis dan tehnis pelaksanaan program tersebut diserahkan atas beleid  kebijaksanaan Komandan-komandan  TII / Pemimpin-pemimpin KD/RES, dan KK dan Binaanya. Yang bersangkutan.menginggat keadaan strategi dan situasi.

5. Selesai

Semoga Allah berkenan membenarkan dan melindungi kita sekalian dapat menyatakan “amal perbuatan yang nyata dalam melaksanakan tugas suci tersebut diatas ,Isja Allah Amin !!!

Joqtal aujahlib

Bismillahi….Allahu Akhbar !!

 

Wassalam

PLM W.I. APTII

Tertanda

(Agus Abdullah)

Tembusan 1.Pimpinan W. VII 2.Pimpinan W II dan W III 3. KSU KT APNII 4.Plm T.AONII 5.Alas

 

August,1st.1952

 

Dokumen

Tugas Militer Tentara Islam Indonesia

  1. 1.     Komandan tentara KD/Res  dan KK/Bn mengatur dan melaksanakan gerakan politik Militer, muali tanggal 1 sampai 31 Agustus 1952 terus menerus siang malam .
  2. 2.   Pada tnaggal 7 Agustus dan 17 Agustus 1952 wajib dilakukan gerakan /serangan besar-besaran dengan objek tersebut  anatar lain :

(1)           Serangan atas kota dan sekitarnya siang maupun malam

(2)         Penjegatan  besar-besaran atas hubungan lalulintas kendaraan bermotor dengan kemungkinan terjadi pertempuran dijalan-jalan.

 

(3)         Sabotase jalan / jembatan Kereta Api, kabel listrik, kabel telepon,  dan lain-lain yang dianggap penting menguntungkan NII, merugika musih /Orang Republik Indonesia(ORI)

(4)         Melakukan gerakan Mobilisasi besar-besaran (diutamakan setiap rombongan 1 bataljon) mengelilingi kecamatan-kecamatan ( harus terang-terangan)  dan tinggal dikampung/desa selama mobilisasi dengan tidak melupakan mengisi tempat-tempat tinggi/strategis.

(5)          Mengunakan mengerakan tenaga-tenaga terpendam di kota-kota

 

 

 

Dokumen

Tugas Polisi Dan Baris  Negara Islam Indonesia

Komandan KD/Res memerintahkan kepada K.K./Bn supaya Polisi dan Baris bergerak dinamis dan praktis  antara lain sebagai berikut :

(1)Sebagi dari pada tenaga Polisi dan Barismengikuti serangan Politik Militer bersama-sama Tentara

(2)Sebagian besar tenaga Polisi dan Baris melakukan sabotase dan perusakan jalan kereta api, jembatan ,membongkar jalan ,membongkar kabel telepon dan listrik, membongkar dan mensita harta karun dan rumah gadai dan sebagainya yang merugikan musuh dan menguntungkan NII.

(3)Sebagian besar tenaga Polis dan baris memperhebat dan memperbanyak penculikan, pembunhan atas pemimpin ORI  dan penkhianat dan pembakaran yang besar-besaran (membuat Lautan Api) atas setiap tempat keduduka Musuh/ORI , pengkhianat dan Kaki Tangannya.

 

(4) Melakukan Gerakan Bendera Merah-Putih Berbulan Bintang didaerah / tempat yang mungkin dilakukan.

 

Jaqtal Au Jahlib!

Bismillahi…Allahu Akbar !

Wassalam

Panglima W.I, APNII

Tertanda

(AGUS ABDULLAH)

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM PERAYAAN D.I.

Program perayaan DI yang pada hakekatnya adalah merupakan tindakan-tindakn kearah anarksime yang dikendalikan oleh perasan tidak puas dan nafsu akan kekuasaan.

Apa yang dinamakan program Perayaan DI itu pada kenyataannya bukan program insidentil atau momentum  saja, tetapi lebih bersifat permanent (tetap) dan dimulai sejak ada apa yang dinamakan “Proklamasi NII” serta dimana ada kesempatan terbuka.

Didalam banyak hal gerakan DI memang sudah dapat dilokalisir, sehingga tidak merajalela .Korban yang sudah jatuh karena kekejaman dan Rumah serta Harta Benda yang sudah musnah  disebabkan Bumi Hangus DI sudah banyak.

Malahan dibeberapa tempat merekapun merusak pula Mesjid karena dianggapnya didalam lingkungan tersebut terdapat orang-orang yang tidak menyetujui Gerakan Djahilyah DI Kartosuwirjo yang dianggap mereka benar  seba merupakan apa yang sering mereka gemborkan sebagai “ Djihad Fi Sabilah”

Kereta Api ditembak dan digulingkan mereka didaerah Warungbandrek pada bulan Juli 1952, atau juga perampokan penumpang bus didaerah Nagrek , harus tetap dibenarkan demikianlah pendapat dari Gerembolan Pengacau DI Kartosuwirjo.

Didesa-desa yang menjadi sasaran terutama adalah Kuwu atau Lurah  serta Anggotanya  dan Pagar Desa.

 

 

(kempen 1955)

1952

Kepala staf Angkatan Perang RI

 

Kolonel T.B.Simatupang

Dalam aksi politionsil kedua TB SImatupang memimpin Grilya di Jawa tengah  dan ketika perundingan KMB  ia duduk dalam komisi Milter sebagai wakil delegasi Republik Indonesia dan tahun 1952 ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI

Kepala Staf Angkatan Darat R.I

 

Kol A.H.Nasution

 

Kurs Rupiah tahun 1952

Rp. 1,- sama dengan satu Gulden Belanda,

dan satu US $ sama dengan Rp. 3,80

(Alamanak Indonesia 1952)

sekedar untuk meringankan beban serta menghargai jasa-jasa para pegawai kita yang sedang bertugas didaerah/tempat yang tidak/kurang aman oeh Jawatan telah dikeluarkan Surat Keliling PTT No.22 tahun 1952

(Dr Iwan)

 

April 1952

.  Pada bulan April 1952 Brigade Banteng diciutkan menjadi satu Resimen yang menjadi Resimen Infanteri 4 di dalam Komando Tentera Teritorium (TT) I Bukit Barisan (BB) di bawah Komando Panglimanya

 

Kolonel Simbolon.

Letkol. Ahmad  Husein diangkat kembali menjadi Komandan Resimen Infanteri 4 TT I Bukit Barisan  itu.Pemecahan Batalion-Batalion dan pembubaran Komando Divisi Banteng itu menimbulkan bibit-bibit dendam dari para Pejuang Kemerdekaan yang berperan dalam melawan Belanda yang bernaung di bawah panji-panji Divisi Banteng itu.

Pengurus Dewan Banteng terdiri dari 17 orang, yang terdiri dari 8 orang perwira aktif dan pensiunan, 2 orang dari Kepolisian dan 7 orang lainnya dari golongan sipil, ulama, pimpinan politik, dan pejabat.

Lengkapnya susunan Pengurus Dewan Banteng itu adalah : Ketua,Letkol, Ahmad Husein,Komandan Resimen Infanteri 4, Sekretaris Jenderal Mayor (Purn)Suleman, Kepala Biro Rekonstruksi Nasional Sumatera Tengah, sedangkan anggota-anggotanya adalah Kaharuddin Datuk Rangkayo Basa, Kepala Polisi Sumatera Tengah, Sutan Soeis, Kepala Polisi Kota Padang, Mayor Anwar Umar, komandan Batalion 142 Resimen 4. Kapten Nurmatias Komandan Batalyon 140, Resimen Infanteri 4. H. Darwis Taram Dt. Tumanggung, Bupati 50 Kota, Ali Luis Bupati d/p di Kantor Gubernur Sumatera Tengah, Syekh Ibrahim Musa Parabek Ulama, Datuk Simarajo, Ketua Adat (MTKAAM).

Kolonel (Purn) Ismael Lengah, Letkol (Purn) Hasan Basri (Riau), Saidina Ali Kepala Jawatan Sosial Kabupaten Kampar, Riau, Letnan Sebastian Perwira Distrik Militer 20 Indragiri, Riau, A. Abdulmanaf, Bupati Kabupaten Merangin, Jambi, Kapten Yusuf Nur, Akademi Militer, Jakarta dan Mayor Syuib, Wakil Asisten II Staf Umum Angkatan Darat di Jakarta.

Selain itu Dewan Banteng didukung oleh segenap Partai Politik, kecuali Partai Komunis Indonesia (PKI), juga didukung oleh segenap lapisan masyarakat seperti para pemuda, alim ulama, cadiak pandai, kaum adat sehingga waktu itu lahirlah semboyan,” timbul tenggelam bersama Dewan Banteng”.

Suasana demokrasi liberal di tahun 1950-an telah menimbulkan kekacauan dan pergolakan-pergolakan dengan kekerasan. (DEPLU,1955)

3 April 1952

Semenjak menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Wilopo-Prawoto (3 April 1952 – 30 Juli 1953), Sumitro merasakan adanya ketimpangan daerah. Terjadi pergolakan dalam dirinya sebagai politikus dan akademisi

(iluni

Juli 1952

 

Koleksi tanda tangan Kol Bambang Supeno

Kasak kusuk Kol Bambang  Supeno ini menyangkut issu : reorganiasi tentara, rencana KASAD,  AH Nasution mengikuti pendidikan/study banding ke luar negeri dan berimplikasi pada penggantiannya sebagai  KASAD, rencana Kol Bambang Sugeng menjadi atase militer di India, sinyalemen bahwa Kementerian Pertahanan menjadi “sarang PSI (Partai Sosialis Indonesia)”, dugaan terjadi korupsi dalam pembelian kapal “Tasikmalaya” yang tidak melibatkan Dephub dan AL, dan banyak lagi issu lain yang berkaitan dengan Perwira di Daerah.

Sepak terjang Kol Bambang Supeno ini membuat risau corps Angkatan Darat sehingga dilakukan beberapa pertemuan “kolegial” yang salah satunya dipimpin oleh Kolonel paling senior Gatot Soebroto. Pertemuan dihadiri lebih kurang 18 perwira dan hampir bulat menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan Kol Bambang Supeno menyalahi prosedur karena masalah tersebut tidak berproses melalui atasannya (KASAD) Kol AH Nasution, KASAP Gen May TB Simatupang dan Menhan Sri Sultan HB IX. Bambang Supeno langsung ke Presiden dan Parlemen.(Saat itu diduga Kol B Supeno dianggap sangat dekat dengan Partai Nasional Indonesia/PNI).

Atas sikap Kol B Supeno yang “mbalelo” itu KASAD Kol AH Nasution memberhentikan anak buahnya tersebut (ada yang menyebut skorsing).

Kol B Supeno yang punya juga pendukung di AD seperti Kol Suhud dll melakukan “perlawanan” dengan mengadukan masalah ini ke Presiden dan Parlemen.

Kolonel Bambang Supeno mestinya bernama Bambang Ekalaya, sebuah karakter dalam lakon Mahabarata. Pilih tanding dalam memanah hingga melampaui Arjuna, namun tak tak pernah bisa membubung tinggi karena dijegal panutannya sendiri, Durna. Hidup Supeno mirip seperti itu. Ia salah satu satu dari sedikit perwira intelektual di masa awal revolusi, tapi kelebihannya itu tak pernah bisa membawanya dalam puncak karir militer. Sebaliknya, dimana-mana ia terantuk.

Berbeda dengan perwira-perwira konseptor yang kebanyakan berpendidikan militer Belanda (TB Simatupang – KMA Bandung, Soewarto – CORO, AH Nasution – KMA Bandung, GPH Djatikusumo – CORO), Supeno (dan juga Achmad Sukendro) merintis jalur kemiliteran dari PETA. Ia mulai berdinas di Jawa Timur dan tak lama setelah pembentukan TKR karena pemikirannya yang menonjol ditarik sebagai staf di markas besar TKR di Yogyakarta.

Posisi tersebut tidaklah buruk, meski tak pegang pasukan, namun ia ikut merumuskan reorganisasi TKR/TNI, penempatan perwira komandan di daerah dan bahkan merumuskan doktrin. Ingat dengan Sapta Marga yang seolah menjadi way of life prajurit TNI hingga kini? Itulah buah karya Supeno yang penyusunannya dibantu oleh Ir Sakirman, Prof Purbacaraka dan Drs Moh Ali.

Tak cuma pintar, Supeno juga ngotot dan berani demi hal yang diyakininya. Saat KNIL dan TNI lebur menjadi APRIS, Belanda menyisipkan keharusan setiap perwira harus menjalani reeduksi lewat wadah SSKAD. Supeno saat itu menjadi perwira yang paling vokal mengkritiknya. Baginya, reedukasi bisa melunturkan patriotisme TNI. Karena itu, ia membuat lembaga tandingan, Chandradimuka dan mensyaratkan setiap perwira lulusan SSKAD ikut kursus Chandradimuka.

Namun agaknya, sikap seperti keminter plus ngotot seperti itu tak membuat tiap orang suka. Dua kali markas besar tentara berniat menjajalnya menjadi panglima di daerah, dan dua kali pula Supeno ditolak calon anak buahnya. Tahun 1948, bersamaan dengan pencanangan program rera yang ditetapkan PM Hatta, 3 divisi yang ada di wilayah Jawa Timur akan diciutkan menjadi hanya 1 Divisi. Divisi V Ronggolawe (Cepu), Divisi VI (Mojokerto) dan DivisiVII (Malang) dilebur.

Komandan-komandannya, Kol GPH Djatikusumo, Kol Soengkono dan Kol Imam Sujai akan ditarik ke Yogya. Adapun sebagai panglima di-plot Bambang Supeno. Tapi apa lacur, peleburan ini terkatung-katung. Djatikusumo tak ada persoalan, ia manut pulang ke Jogja, namun 2 divisi lainnya menolak dengan dalih macam-macam.

Sementara pada waktu bersamaan pecah peristiwa Madiun. Alih-alih kepepet, akhirnya pusat menunjuk Soengkono sebagai panglima Divisi I Jawa Timur.

(anusapati blog)

 

Sejak itulah sepanjang hari di bulan Juli 1952 Parlemen diramaikan dengan issu “pertempuran” Kementerian Pertahanan (Menhan,KASAP,KASAD) disatu pihak melawan sebagian besar anggota Parlemen yang dibela oleh media massa khususnya koran Merdeka. Pada tingkatan politik Kemhan kalah dalam opini karena melawan politisi dan opini sebagian media dan banyak selebaran gelap.

Dipihak tentara yg waktu itu panglimanya masih rata rata 30 tahun terasa tidak tahan lagi hadapi cercaan politis. Sampai sampai Kol Gatot Soebroto mengeluarkan kata kata ketus : “Mereka(maksudnya parlemen) atau kita (tentara) yang bubar!”

Memang dikalangan sebagian perwira ada kejengkelan atas DPRS yang lahir sebagai salah satu “produk” Konprensi Meja Bundar tersebutb.

Apalagi akhir2 ini sikap parlemen dipandang sudah terlalu jauh setelah adanya mosi tidak percaya dari Komisi (Panitya) Pertahanan DPR yang dimotori Baharuddin yang antara lain menyatakan : “Tidak percaya atas kebijaksanaan Menhan dalam menyelesaikan pertikaian yang ada dalam Angkatan Perang”

(Baratamedia web blog)

 

Memang persoalannya tidak sederhana, karena kelompok yang pro-rasionalisasi adalah kelompok perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, dan yang kontra-rasionalisasi adalah kelompok yang berasal dari tentara yang dilatih pada jaman Jepang.

Kedua kelompok itu mempunyai pendukung yang beragam walaupun perwira-perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, seperti Nasution , Simatupang, Hidayat, dan Kawilarang terlihat cukup dominan pada kelompok prorasionalisasi.

Perbedaan kedua kelompok militer ini menjadi terbuka ketika Kolonel Bambang Supeno, bekas Komandan Akademi Militer, berusaha menentang rencana rasionalisasi tentara yang dilancarkan oleh Nasution dan memperoleh dukungan Menteri Pertahanan. Bambang Supeno menulis surat kepada Seksi Pertahanan dan Keamanan di DPR yang isinya menentang kebijaksanaan atasannya mengenai rencana rasionalisasi.

Akibatnya, Kolonel Bambang Supeno diskors oleh KSAD. Surat Supeno segera menjadi perhatian DPR.

Pada tahap ini, konflik yang berkembang tidak lagi bersifat militer belaka namun merentang ke persoalan politik di parlemen. Reaksi parlemen atas surat Kolonel Bambang Supeno dimulai oleh Ketua Seksi Pertahanan sendiri, Zainul Baharuddin

SYAHDAN Menteri Pertahanan

 

 Sultan Hamengku Buwuno IX,

 

Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) Mayjen T.B. Simatupang,

 

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Kol. A.H. Nasution

 mengunjungi Presiden Soekarno di Istana Negara untuk membicarakan sikap Kol Bambang Supeno yang di depan publik telah mengecam pimpinan Kementerian Pertahanan dan TNI. Apa pasal? Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara baru Indonesia, setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) ialah apakah yang harus dilakukan dengan tentara. Jumlahnya sudah terlalu besar, antara 250 dan 300 ribu orang. Ditambah dengan 26.000 serdadu KNIL Nica-Belanda yang harus ditampung. Pada masa kabinet RIS di bawah PM Muhammad Hatta telah dimulai oleh Menteri Pertahanan Sultan Yogya bersama pimpinan tentara untuk mengadakan reorganisasi dan rasionalisasi.

Proses itu rumit.

 

Kabinet Hatta digantikan oleh

 

kabinet Muhammad Natsir,

 

 lalu kabinet Dr Sukiman Wirjosandjojo,

 

lalu kabinet Mr Wilopo,

proses reorganisasi mengurangi jumlah tentara masih tersendat-sendat. TNI waktu itu terdiri dari berbagai elemen. Ada yang berasal dari Tentara Pembela Tanah Air (Peta) zaman Jepang, ada yang dari TNI zaman revolusi, dan ada yang dari KNIL sesudah penyerahan kedaulatan.

Kebanyakan mereka yang dari PETA tidak setuju dengan kebijakan pimpinan tentara (Nasution-Simatupang) yang bersekolah di Akademi Militer Breda Cabang Bandung. Juru bicara mereka ialah Kol Bambang Supeno, komandan pelatihan Chandradimuka di Bandung.

Mereka menginginkan diteruskannya semangat revolusi, lalu desentralisasi tentara, dan minimum hierarki. Sedangkan Sultan Yogya, Nasution dan Simatupang menginginkan profesionalisme.

Bambang Supeno di luar Markas Besar TNI mengkritik pimpinan tentara, dan pergi mengadukan halnya kepada Presiden Soekarno yang mendengarkan Bambang dengan simpati.

Maka marah sangat pimpinan tentara dibuatnya. Diskusi Panas Alkisah Sultan Yogya, Nasution dan Simatupang beraudiensi pada Presiden Soekarno.

Terjadi diskusi panas karena Simatupang bicara blak-blakan. Soekarno menolak mendesavuir atau mengambil tindakan tegas terhadap Bambang cs.

Perbincangan tidak menghasilkan apa-apa. Ketiga orang itu meninggalkan Istana, diantar ke pintu oleh Soekarno.

Ketika Simatupang keluar, pintu di belakangnya tutup dengan bunyi keras. Menurut Nasution hal itu disebabkan oleh terpaan angin yang sekonyong-konyong datangnya.

Tapi Soekarno menyangka bahwa Simatupang telah membanting pintu tepat di depan hidungnya dan Soekarno tidak melupakan sikap (Simatupang) yang tidak menghormatinya itu. Sekembalinya di markas, Jenderal Simatupang memanggil Bambang untuk diminta pertanggungjawabannya.

Bambang yang merasa dapat backing Presiden, menunjukkan sikap menentang, tidak mau diajari oleh seorang yang sebaya dengan dia, dan dengan marah keluar dari kamar Simatupang.

Keesokan harinya Bambang menulis surat berisi keluh kesahnya kepada Menteri Pertahanan dan PM Wilopo.

Tembusan surat itu dikirimnya ke Komisi Pertahanan.

Empat hari kemudian Simatupang mengenakan skorsing terhadap Bambang atas alasan insubordinasi (tidak taat pada atasan). Tembusan surat Bambang punya buntut panjang. Parlemen mencampuri soalnya. Selama sepuluh minggu parlemen membicarakan reorganisasi tentara. Dua kubu timbul dalam perdebatan, yaitu kaum ideolog di satu pihak dan kaum pragmatis di lain pihak. Akhirnya tiga mosi diajukan. Anggota Zainal Baharuddin dari non-partai secara ekstrem mengajukan mosi tidak percaya terhadap Menteri Pertahanan Sultan Yogya.

 

Anggota I.J. Kasimo dari fraksi Katolik

mengajukan mosi penyeimbang yang dengan nada lunak meminta dibentuknya sebuah komisi yang terdiri dari anggota parlemen dan pemerintah dengan tugas mempelajari seluruh persoalan dengan saksama dan objektif. Tapi PNI menganggap mosi kasimo terlalu lembek,

 

 

 

lalu memajukan mosi Manai Sophian yang juga meminta pembentukan komisi penyelidik dengan tugas memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan dalam pimpinan Kementerian Pertahanan dan Tentara. Sebelum dilakukan voting, tersiar isu bahwa mosi Manai Sophian dinilai oleh Sultan Yogya sebagai serangan pribadi terhadap dirinya.

Tekanan dilakukan terhadap Manai untuk menarik kembali mosinya dan menyetujui saja mosi Kasimo. Manai tampaknya mau melunakkan sikap, tapi ketika tanggal 15 Oktober parlemen membahas mosi yang tiga itu, ternyata Manai tidak menarik kembali mosinya. Apa yang telah terjadi?

Soekarno berperan di belakang layar. Dia panggil beberapa konco lamanya dari PNI,

 

 antara lain Mr. Sartono,

dan memerintahkan kepada mereka untuk meneruskan mosi Manai Sophian. Pagi tanggal 16 Oktober terjadi voting. Mosi Manai Sophian diterima oleh sidang parlemen dengan perbandingan suara 91 lawan 54.

(Rosihan Anwar)

23 September 1952

.

Tanggal 23 September 1952

Ketua seksi pertahanan  DPR RI, Zainul Baharuddin  mengajukan mosi yang mengecam kebijaksanaan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX dan menyatakan bahwa penskorsan atas Kolonel Bambang Supeno tidak sah.

Jika mosi diajukan, reaksinya dapat diduga akan mengundang pro dan kontra di antara partai-partai dalam lembaga ini.

Presiden Sukarno memberi dukungan kepada Bambang Supeno, tetapi mosi Zainul Baharuddin tidak disetujui oleh Parlemen. 

Mosi dibalas mosi, dan “perang mosi” di parlemen berlangsung selama bulan Oktober, sampai akhirnya terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952

Tanggal 23 September 1952

I.J.Kasimo dan Mr Sartono  mengajukan mosi yang mengecam kebijaksanaan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX dan menyatakan bahwa penskorsan atas Kolonel Bambang Supeno tidak sah.

 Jika mosi diajukan, reaksinya dapat diduga akan mengundang pro dan kontra di antara partai-partai dalam lembaga ini. Presiden Sukarno memberi dukungan kepada Bambang Supeno, tetapi mosi Zainul Baharuddin tidak disetujui oleh Parlemen. Mosi dibalas mosi, dan “perang mosi” di parlemen berlangsung selama bulan Oktober, sampai akhirnya terjadi Peristiwa 17 Oktober

17 Oktober 1952

peristiwa 17 Oktober 1952.

 

 

Tntara di Istana Merdeka

 

 

 

Demonstrasi rakyat di Jakarta dan dikeluarkannya Pernyataan Pimpinan Angkatan Darat kepada Presiden Soekarno

 

di Istana Merdeka Jakarta oleh 16 perwira menengah Angkatan Darat.Petisi yang disampaikan kepada Presiden di depan Istana tersebut meminta agar Parlemen dibubarkan karena bukan hasil pilihan rakyat, dan menuntut agar segera diadakan Pemilu. 

Peristiwa yang berlangsung pagi hari ini terjadi akibat kemelut yang terjadi di kalangan TNI Angkatan Darat sehubungan dengan diberlakukannya rasionalisasi tentara dan keterlibatan militer dalam lapangan politik.Atas demonstrasi tersebut

 

presiden akan memperhatikan semua tuntutan itu dan berpesan agar Angkatan Perang tetap menjaga ketenteraman umum.

Presiden juga mengatakan akan berkonsultasi dengan pemerintah mengenai hal ini dan mengusahakan secepat mungkin diadakan Pemilu.erjadinya Peristiwa 17 Oktober berkaitan dengan pro dan kontra rasionalisasi di tubuh militer. Kelompok lain dalam TNI, terutama dari kalangan yang dilatih pada jaman Jepang, berpendapat bahwa rasionalisasi yang hanya didasarkan pada kriteria pendidikan, umur, dan keterampilan saja, akan menimbulkan rasa kecewa dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan faktor nilai yang dibawa dari revolusi, yakni semangat. Semangat inilah yang membuat TNI berhasil mempertahankan kemerdekaan. Jadi bukan semata-mata karena profesionalisme keprajuritan.

Memang persoalannya tidak sederhana, karena kelompok yang pro-rasionalisasi adalah kelompok perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, dan yang kontra-rasionalisasi adalah kelompok yang berasal dari tentara yang dilatih pada jaman Jepang.

Kedua kelompok itu mempunyai pendukung yang beragam walaupun perwira-perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, seperti Nasution , Simatupang, Hidayat, dan Kawilarang terlihat cukup dominan pada kelompok prorasionalisasi.

Perbedaan kedua kelompok militer ini menjadi terbuka ketika Kolonel Bambang Supeno, bekas Komandan Akademi Militer, berusaha menentang rencana rasionalisasi tentara yang dilancarkan oleh Nasution dan memperoleh dukungan Menteri Pertahanan. Bambang Supeno menulis surat kepada Seksi Pertahanan dan Keamanan di DPR yang isinya menentang kebijaksanaan atasannya mengenai rencana rasionalisasi.

Akibatnya, Kolonel Bambang Supeno diskors oleh KSAD. Surat Supeno segera menjadi perhatian DPR.

Pada tahap ini, konflik yang berkembang tidak lagi bersifat militer belaka namun merentang ke persoalan politik di parlemen. Reaksi parlemen atas surat Kolonel Bambang Supeno dimulai oleh Ketua Seksi Pertahanan sendiri, Zainul Baharuddin.

17 Oktober 1952 Semua orang mengira Sultan Yogya akan meletakkan jabatannya. Tapi sebelum Sultan mengambil keputusan, terjadilah peristiwa 17 Oktober 1952.

Pagi hari itu sejumlah orang mengadakan demonstrasi. Mereka datang ke gedung Parlemen di Lapangan Banteng, mengusung spanduk bertulisan tuntutan “Bubarkan Parlemen”, “Parlemen bukan warung kopi”. Pelaku-pelaku demo terdiri dari abang becak, pelajar, rakyat biasa yang mau ikut karena dikasih bayaran.

Demo itu diorganisasi

 

oleh Kol. Drg. Mustopo Kepala Perawatan Gigi Tentara. Mustopo mengira Presiden akan senang dengan adanya demonstrasi itu, karena dianggapnya Soekarno tidak suka parlemen menurut model Barat. Ketika Mustopo melapor di Istana, bukannya dia dipuji oleh Soekarno, melainkan dimarahi. Para demonstran mendapati gedung parlemen kosong, karena sudah mulai rusak.

 Mereka lalu bergerak menuju Lapangan Merdeka. Di tengah jalan rakyat biasa dan ingin tahu, bergabung.

 

Tiba di depan Istana jumlah orang demo sudah mencapai kira-kira 30.000 orang. Mereka berteriak “Bubarkan Parlemen”. Presiden keluar dari Istana, lalu berjalan kaki menuju kerumunan yang berkumpul dekat pagar. Ia mengucapkan pidato singkat. Ia tidak menuruti tuntutan para demonstran. Ia malahan berkata membubarkan parlemen berarti membuat dirinya sebagai diktator. Dia tak mau jadi diktator. Dia mau jadi abdi pertama dari rakyat. Ketika selesai bicara dia melihat ke tempat di belakang kumpulnya para demonstran. Di sana terdapat dua buah tank dengan laras meriamnya ditujukan ke arah Istana.

Demonstrasi yang diorganisasi oleh Kol. Mustopo rupanya bukan perkara kecil.

Komandan KMKBDR (Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja) yang diberitahu ada sesuatu yang terjadi, lalu atas insiatif sendiri mengumumkan keadaan darurat dan mengirim satuan tentara

 

di bawah komando Mayor Kemal Idris ke Istana tanpa memberitahukan kepada Kemal apa tujuannya. Soekarno yang melihat semua itu dengan tenang menyelesaikan pidatonya, kemudian balik masuk Istana. Tidak lama setelah demo bubar, sejumlah perwira staf dan panglima daerah dengan dipimpin oleh Simatupang-Nasution datang menemui Soekarno di Istana. Mereka mau berbicara, Soekarno terlebih dulu meminta hadir Wakil Presiden Hatta dan PM Wilopo, Sultan Yogya tidak hadir.

Nasution menyampaikan keluhan bahwa parlemen mencampuri organisasi tentara. Itu adalah urusan pimpinan tentara, bukan urusan politisi.

Lalu Letkol Sutoko Deputi KSAD dengan hampir menangis memohon kepada Presiden untuk membubarkan parlemen,

 

Panglima TT I Kol Simbolon dari Sumatera Timur mendukung permohonan Sutoko dan menyerahkan sebuah petisi dengan alasan kenapa mereka minta parlamen dibubarkan. Simbolon meminta agar isi petisi bisa dipublikasikan. Soekarno menasihatkan supaya jangan menyiarkan petisi tersebut. Dia menjanjikan akan mendesak kabinet agar mempercepat persiapan pemilihan umum. Setelah itu para perwira tadi pulang dengan tangan hampa. Peristiwa 17 Oktober 1952 kemudian dicap oleh penulis-penulis Barat sebagai suatu “Wuld-be cup”, maunya satu kudeta. Tapi tidak jadi, karena aksi itu mempunyai ciri maksimum improvisasi , tapi minimum organisasi. Tak lama kemudian Nasution dipecat dan digantikan sebagai KSAD oleh Kolonel Bambang Sugeng. Simatupang pada usia 34 tahun minta pensiun sebagai KSAP. Sultan Yogya keluar exit sebagai Menteri Pertahanan. Itulah sejarah 17 Oktober 1952 (Rosihan Anwar)

 

 

Apa yang terjadi pada 17 oktober 1952?

Pagi-pagi sekali, 17 oktober 1952, 5000-an orang muncul di jalanan Jakarta. Mereka berbaris menuju gedung parlemen di Pejambon, Jakarta Pusat—sekarang jadi kantor Departemen Luar Negeri.

Sampai di gedung parlemen, massa langsung menerobos masuk dan menghancurkan beberapa kursi. Setelah menggelar aksinya di gedung parlemen, massa bergerak menuju ke istana Presiden. Jumlah massa bertambah besar: 30-an ribu jumlah mereka.

Sementara itu, di depan istana negara, tentara juga bertindak. Beberapa tank dan panser diparkir dengan moncong menghadap istana. Tidak ketinggalan empat meriam diarahkan tepat ke arah istana.

Bung Karno punya cerita tersendiri tentang kejadian itu. Dalam buku otobiografinya, Bung Karno: penyambung lidah rakyat, Soekarno bercerita: “pagi-pagi pada tanggal 17 oktober 1952, dua buah tank, empat kendaraan lapis baja, dan ribuan orang menyerbu memasuki gerbang Istana Merdeka. Mereka membawa poster –poster ‘bubarkan parlemen’. Satu batalyon altileri dengan empat buah meriam memasuki lapangan keliling istana. Meriam-meriam 25 pounder dihadapkan kepadaku. Pameran kekuatan ini mencerminkan kelatahan daripada jaman itu. Tindakan ini tidak dapat dikatakan bijaksana, olehkarena para panglima yang menciptakannya berada denganku di dalam Istana.”

Upaya Kudeta militer

Indonesianis terkemuka, Herbert Feith, dalam bukunya The Decline of Constitutional Democracy in IndonesiaI, menyebut para perwira angkatan darat berada di belakang aksi tersebut.

 

Ada juga yang menuding PSI, yang saat itu memainkan kartu anti-Soekarno dan anti-komunis, berada di balik gerakan tersebut. Posisi ini dipegang oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), dan pernah disampaikan langsung oleh ketuanya, DN Aidit, saat kongres ke-VI PKI.

Pemicunya, kata Aidit, PSI dan Masyumi tersingkir dari kekuasaan paska kejatuhan kabinet Sukiman. Kita tahu, kabinet Sukiman sangat disokong oleh PSI-Masyumi dan karakter kabinet ini sangat anti-kiri.

Soekarno sendiri punya pandangan lain perihal peristiwa tersebut. Kepada penulis otobiografinya, Cindy Adams, Soekarno menganggap peristiwa 17 oktober 1952 itu sebagai percobaan “setengah coup”. Istilah “percobaan setengah coup” itu disampaikan sendiri oleh Nasution kepada Bung Karno.

Hanya saja, versi Nasution, seperti dikutip Bung Karno, “upaya kudeta tersebut bukan ditujukan kepada Bung Karno, melainkan kepada sistim pemerintahan.” Mereka (Nasution dan kelompok) menuntut Bung Karno membubarkan parlemen.

Gerakan 17 oktober 1952 juga dirancang rapi. Pada 16 oktober 1952, perencanaan gerakan ini disusun. Wakil KSAD Letnan Kolonel Sutoko dan Letnan Kolonel S. Parman ditunjuk sebagai pelaksana operasi. Sedangkan pelaksana di lapangan ditunjuk Kolonel dr Mustopo dan Letkol Kemal Idris.

Seksi Intel Divisi Siliwangi mengerahkan demonstran dari luar Ibu Kota dengan menggunakan truk militer. Komondao militer kota Djakarta raya mengarahkan para jagoan betawi untuk memobilisasi massa.

Pagi hari, 17 oktober 1952, militer sudah bergerak sesuai pos masing-masing. Rakyat kebanyakan, termasuk buruh, juga diprovokasi untuk bergabung dalam aksi. Koran Harian Rajat pada edisi 18 oktober melaporkan bahwa banyak kantor dan pabrik yang tutup karena buruhnya berbelot ikut demonstrasi.

Pemicu Kudeta Militer

Di penghujung 1952, militer sudah sangat gerah dengan politisi sipil dan parlemen. Sementara, pada sisi lain, parlemen juga resah dengan meningkatnya pengaruh militer sebagai kekuatan politik tersendiri.

Pada tahun 1952, kementerian pertahanan dan angkatan perang, yang sangat dipengaruhi oleh PSI, berencana menjalankan reorganisasi dan memberhentikan 60 ribu pasukan non-reguler dan 30 ribu pasukan kepolisian. Selain itu, militer telah aktif melakukan kerjasama dan menerima bantuan dari Belanda.

Tindakan angkatan perang ini memicu protes dari dalam dan luar. Dari dalam, sejumlah perwira, khususnya yang dipimpin oleh Kolonel Bambang Supeno, mengajukan mosi tidak percaya kepada pimpinan angkatan perang.

Sedangkan dari luar, yakni sejumlah kekuatan politik di parlemen, telah mengajukan mosi tidak percaya.

 

Sejumlah pemimpin angkatan perang, khsusunya Nasution dan TB Simatupang, menganggap tindakan Kolonel Bambang Supeno telah melanggar hirarki dalam angkatan perang. Pada malam 11 Juli 1952, bertempat di rumah Mayor Jenderal T.B. Simatupang, berlangsung rapat 17 perwira tinggi angkatan perang.

Sementara itu, di parlemen, sejumlah politisi mengajukan mosi tidak percaya terhadap angkatan perang. Pada 28 September, anggota parlemen Zaenul Baharuddin mengajukan mosi tidak percaya terhadap Menteri Pertahanan dalam menyelesaikan konflik Angkatan Perang. Ia meminta selekasnya disusun Undang-Undang Pertahanan Negara.

Dua pekan setelah Baharuddin, Kasimo, dari Partai Katolik, mengajukan mosi yang lain: menuntut penyempurnaan Angkatan Perang dan pembentukan Panitia Negara untuk keperluan itu.

Sehari setelahnya, Manai Sophiaan menambah tuntutan Kasimo, yaitu usul agar Panitia Negara diberi kewenangan memecat pemimpin Angkatan Perang.

“Serangan” parlemen membuat para perwira angkatan perang mendidih.

Mereka menganggap parlemen telah memasuki wilayah teknis militer. Kolonel Gatot Soebroto, Panglima Teritorium VII/Sulawesi Selatan, bahkan sampai memberikan ultimatum. “Pokoknya di sana atau di sini harus bubar!,” katanya.

Pada tanggal 16 oktober 1952, parlemen menyetujui mosi Manai Sophiaan. Posisi Bung Karno, seperti dicatat Herbert Feith, cenderung menyetujui langkah Manai Sophiaan ini. Apalagi, sejak awal Bung Karno kurang setuju dengan langkah militer berpolitik dan mencampuri kehidupan sipil.

Sementara, pada persoalan yang lain, angkatan perang mengetahui ketidaksukaan Bung Karno terhadap demokrasi liberal. Bung Karno gerah dengan perdebatan panjang di parlemen tetapi tidak menyentuh persoalan rakyat.

Bahkan, tidak jarang debat warung kopi itu mengancam persatuan nasional. Jadinya, seolah-olah hendak menyatakan pandangan politik yang sama, pimpinan angkatan perang berusaha memanfaatkan Bung Karno untuk membubarkan parlemen.

 

Sikap Bung Karno

Bung Karno, yang ditempa puluhan tahun oleh alam perjuangan dan revolusi, bukanlah pemimpin yang gampang ditekan. Ia sama sekali tidak takut menghadapi aksi massa yang digerakkan oleh militer itu.

Bung Karno juga tidak gentar dengan tank, panser, dan meriam yang diarahkan kepadanya. “Hatiku tidak gentar melihat sekitar itu (istana) dikuasai oleh meriam-meriam lapangan. Bahkan, sebaliknya, aku menantang langsung kedalam mulut senjata itu dan kulepaskan kemarahanku kepada mereka yang hendak mencoba mematikan sistim demokrasi dengan pasukan bersenjata.”

Yah, pada saat itu Bung Karno memang sangat marah kepada Nasution. “Engkau benar dalam tuntutanmu, tetapi salah dalam caranya,” kata Bung Karno.

Saat itu, Presiden meminta lima orang perwakilan massa untuk menemui dirinya. Akan tetapi, tak satupun dari pemimpin massa itu yang berani. Akhirnya, Bung Karno keluar sendiri menemui massa.

“Utusan kalian menyampaikan tuntutan agar parlemen dibubarkan,” katanya seperti dikutip harian Suara Rakjat. “Ini jawaban saya: Bapak tidak mau berbuat dan dikatakan sebagai diktator.”

Bung Karno lebih lanjut mengatakan: “Siapa hendak memperkosa demokrasi, dia hendak memperkosa kemerdekaan itu sendiri. Siapa hendak diktator, dia akan digilas oleh rakyat sendiri. Bila kita tinggalkan demokrasi, negara kita ini akan hancur….”

Setelah mendapat penjelasan dari Bung Karno, massa pun membubarkan diri. Mereka tahu bahwa Presiden tidak menyetujui aksi mereka.

Setelah massa bubar, giliran petinggi militer, termasuk Nasution, menemui Bung Karno. Konon, Nasution menyodorkan konsep keadaan bahaya di seluruh Indonesia. Akan tetapi, usulan tersebut ditolak Bung Karno.

Hari itu, seusai menggelar aksi, militer memutus jalur telpon, melarang pertemuan massa yang melebihi 5 orang, dan memperpanjang jam malam dari pukul 22.00-05.00 menjadi pukul 20.00-05.00.

Militer juga membredel sejumlah media yang tidak mendukungnya: Harian Merdeka, Madjalah Merdeka, Mimbar Indonesia, dan Berita Indonesia. Sejumlah anggota parlemen juga ditangkap.

Beberapa bulan setelah kejadian, pertentangan di tubuh militer makin menajam. Sejumlah perwira militer yang tunduk kepada Bung Karno melancarkan gerakan pengambil-alihan kepemimpinan terhadap perwira militer pro-17 Oktober 1952. Itu terjadi di Teritorium V/Brawijaya (Jatim), Teritorium VII/Sulawesi Selatan, Teritorium II di Sumatera Selatan.

Nasution juga sempat diberhentikan karena kejadian itu. Akan tetapi, karena pertimbangan persatuan nasional, Bung Karno mengaktifkan kembali Nasution pada jabatan lain.

 

Sumber

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2249/Peristiwa-17-Oktober-1952

info lain yang terkait

Pada tahun 1952 semakin mencuat perbedaan pandangan antara tentara (terutama Angkatan Darat) yang dipimpin oleh KSAD Kolonel Abdul Harris Nasution dan Kepala Staf Angkatan Perang Jenderal Mayor Tahi Bonar Simatupang di satu pihak dengan Soekarno dan politisi sipil pada pihak yang lain.

Tentara menganggap ada upaya-upaya politis dari pihak partai-partai untuk menguasai dan mengekang tentara serta menempatkan tentara sekedar sebagai alat (politik) sipil. Banyak politisi sipil yang kala itu tak henti-hentinya melontarkan kecaman ke tubuh Angkatan Perang, khususnya terhadap Angkatan Darat. Kecaman-kecaman itu dianggap tentara tak terlepas dari hasrat dan kepentingan para politisi sipil untuk mendominasi kekuasaan negara, padahal di mata para perwira militer itu, partai-partai dan politisi sipil tak cukup punya kontribusi berharga dalam perjuangan mati-hidup merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Tentara merasa punya peran dan posisi historis yang lebih kuat dalam perjuangan menuju dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu.

Pada sisi yang lain, partai-partai yang ada kala itu relatif tidak punya pengalaman dan kesempatan selama penjajahan Belanda untuk memperoleh kematangan melalui sejarah perjuangan dan proses konsolidasi yang cukup. Kemudian, pada masa kemerdekaan partai-partai tak pernah membuktikan kemampuannya untuk memerintah sendiri.

Bahkan, dengan berkoalisi sekalipun tak pernah ada partai-partai yang pernah membuktikan diri berhasil memerintah secara langgeng. Proses perpecahan terus menerus melanda internal partai yang ada. Partai Sosialis pecah menjadi PKI dan PSI.

Partai Masjumi lama juga sempat mengalami keretakan, antara lain dengan pemisahan diri NU. Hal yang sama dengan PNI, yang secara berkala dirundung perselisihan intenal. Koalisi PSI-Masjumi-PNI yang selama waktu yang cukup lama mampu memberikan kepemimpinan politik yang relatif stabil, pada suatu ketika akhirnya pecah juga, diantaranya karena adanya perbedaan persepsi mengenai dasar-dasar negara.

Bahkan dwitunggal Soekarno-Hatta yang menjadi salah satu harapan utama kepemimpinan politik dan negara kemudian juga retak –sebelum pada akhirnya bubar– dan mulai juga menjalar ke dalam tubuh Angkatan Perang.

Suatu situasi yang banyak dimanfaatkan PKI sebagai benefit politik. Harus diakui PKI berhasil menjadi satu diantara sedikit partai yang berhasil mengkonsolidasi organisasinya dengan baik dan mempunyai strategi jangka panjang yang jelas karena terencana baik.

Namun pada sisi lain, dalam realitas objektif kala itu memang Angkatan Perang sejak beberapa lama juga sedang dirundung berbagai masalah internal, termasuk penataan ulang tubuh militer, tak terkecuali masalah penempatan eks KNIL (Koninklijk NederlandIndisch Leger) sesuai perjanjian Konperensi Meja Bundar (KMB).

Bahkan internal AD, sejumlah perwira –Kolonel Bambang Supeno dan kawan-kawan– pernah mengecam sejumlah kebijakan KSAD Kolonel Nasution.

Mereka meminta Presiden Soekarno mengganti KSAD Kolonel Nasution dan bersamaan dengan itu, 13 Juli, menyurati KSAP dan Parlemen, menyampaikan ketidakpuasan mereka. Permasalahan Angkatan Perang itu menjadi bahan pembahasan di parlemen, dan parlemen melalui suatu proses perdebatan panjang menerima salah satu mosi (Manai Sophian dan kawan-kawan) di antara beberapa mosi, mengenai Angkatan Perang dan Kementerian Pertahanan, dan mengajukan usulan penyelesaian kepada pemerintah.

Tentara menganggap parlemen terlalu jauh mencampuri masalah internal militer dan memperkuat dugaan mereka tentang konspirasi untuk memojokkan dan menjadikan militer sekedar alat sipil. Militer mengungkit betapa tidak relevannya parlemen mencampuri masalah internal Angkatan Perang, apalagi menurut mereka dalam parlemen itu tercampur baur unsur-unsur yang tidak punya andil dalam perjuangan kemerdekaan dan sebagian lagi merupakan perpanjangan dari mereka yang dianggap federalis yang memecah negara kesatuan Republik Indonesia.

Para pimpinan militer sampai pada kesimpulan bahwa harus ada sesuatu yang dilakukan untuk menghentikan manuver para politisi sipil tersebut –yang miskin konsep namun banyak kemauan. Militer menghendaki pembubaran parlemen. Ini suatu sikap politik. Dengan menampilkan sikap politik seperti ini, dan bergerak untuk memperjuangkannya, tentara telah memasuki wilayah pergulatan politik dan kekuasaan.

Kelak dengan keterlibatan dalam politik seperti itu, yang senantiasa dianggap sebagai hak sejarah terkait dengan riwayat perjuangan dan kelahiran Angkatan Bersenjata dari rakyat pada masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, tentara pada akhirnya semakin nyata mewujud sebagai ‘politician in uniform’.

Dalam dimensi militer, 17 Oktober 1952 pasukan-pasukan tentara mengepung Istana Merdeka dan mengarahkan moncong meriam ke istana. Tentara sekaligus juga tampil dengan dimensi politik tatkala menggerakkan kelompok-kelompok dalam masyarakat melakukan demonstrasi menuntut pembubaran parlemen.

KSAP TB Simatupang bersama pimpinan-pimpinan AD menemui Soekarno di istana dan mengajukan permintaan agar Soekarno membubarkan parlemen. Soekarno menolak.

Kendati moncong meriam sudah diarahkan ke istana, para pimpinan militer ini tampaknya ragu untuk menekan Soekarno lebih keras –padahal Soekarno sendiri kala itu sudah pula hampir tiba pada batas penghabisan keberaniannya.

 

Namun menurut Simatupang, waktu itu para pimpinan militer dihadapkan pada dua alternatif, atau menerobos terus dan mengambil alih pimpinan negara seperti yang dituduhkan para politisi sipil pada waktu itu, atau menahan diri dan memilih untuk menaruh harapan pada suatu pemilihan umum yang akan melahirkan suatu stabilitas yang kokoh-kuat dasarnya.

Para pemimpin militer memilih jalan terakhir tersebut. Mereka mundur, tapi sadar atau tidak, sekaligus mencipta satu titik balik.

Sejumlah perwira militer di beberapa daerah melakukan pengambilalihan komando teritorium dari tangan panglima-panglima yang pada Peristiwa 17 Oktober 1952 mendukung pernyataan Pimpinan Angkatan Perang dan Angkatan Darat. 

(sosio ploitica web blog)

Menghadapi kemelut ini perwira2 Angkatan Darat menyusun strategi dengan membuat langsung statemen apa yang dikenal sebagai : PERNYATAAN PIMPINAN ANGKATAN DARAT, yang ditanda tangan 5 Kolonel (termasuk Nasution,Simbolon,Kawilarang,Sadikin dan Gatot Soebroto) dan 11 Letkol (ada nama S Parman dan Soeprapto korban G 30S) dan diantar langsung ke Presiden Soekarno di istana pada tanggal 17 Oktober 1952. Inilah peristiwa yang sering diplesetkan seolah KUDETA.Padahal intinya cuma minta DPRS dibubarkan karena terlalu jauh mencampuri urusan internal tentara/Angkatan Perang.

Hari itu Bung Karno meminta agar pernyataan sikap tentara itu tidak disiarkan tetapi dengan sigap memperhatikan seluruh aspirasi tentara. Termasuk akan segera gelar PEMILU. Memang ada bumbu bumbu demonstrasi hari itu yang dimotori Kol Mustopo yang sangat jengkel dengan sebagian anggota parlemen yang dianggap tidak jelas jasanya dalam merebut kemerdekaan.

Karena pernyataan tentara ini tidak disiarkan itulah sebabnya dimasyarakat luas berbagai interpretasi atas peristiwa tersebut dan menggelinding bagai bola salju sehingga Kol AH Nasution melepas jabatan KASAD nya yang pertama

 

Banyak pelajaran politik yang bisa diambil dari peristiwa 17 Oktober 1952. Bagi yang belum membaca naskah PERNYATAAN PIMPINAN ANGKATAN DARAT ataupun MOSI TIDAK PERCAYA BAHARUDDIN bisa lihat dalam buku aotobiografi DR AH Nasution jilid 3 MEMENUHI PANGGILAN TUGAS hal 163

(baratmedia web blog)

 

“Waktu itu para pimpinan militer dihadapkan pada dua alternatif, atau menerobos terus dan mengambil alih pimpinan negara seperti yang dituduhkan para politisi sipil pada waktu itu, atau menahan diri dan memilih untuk menaruh harapan pada suatu pemilihan umum yang akan melahirkan suatu stabilitas yang kokoh-kuat dasarnya”.

KEKUATAN bawah tanah penentang Soekarno di kalangan politik Islam –yang datang dari eks Masjumi (Majelis Sjura Muslimin Indonesia) yang telah menjadi partai terlarang bersama PSI (Partai Sosialis Indonesia) di era pemberontakan bersenjata PRRI dan Permesta– dapat diimbangi dengan adanya dukungan kelompok Islam lainnya yang terutama berasal dari NU (Nahdatul Ulama) yang kala itu berbentuk partai politik.

NU ini memang memiliki sejarah, karakter dan tradisi pilihan untuk selalu berada sebagai pendukung kekuasaan negara ketimbang di luar lingkungan kekuasaan. Sikap seperti ini memang amat menonjol pada NU. Tetapi dalam perjalanan waktu, terlihat bahwa hampir semua partai politik di Indonesia sangat kuat berorientasi kepada kekuasaan.

Bila tak berhasil memperolehnya sendiri, diupayakan memperolehnya dengan pendekatan kepada pemegang kekuasaan untuk mendapatkan tetesan distribusi kekuasaan. Kekuatan politik di Indonesia tidak memiliki kultur oposisi yang konsisten. Pengecualian adalah pada masa kepemimpin Abdurrahman Wahid, di mana NU bisa bergerak cepat berpindah dari kutub kekuasaan dan kutub anti kekuasaan, vice versa.

Abdul Harris Nasution adalah tokoh penting di kalangan militer yang telah menghidangkan dukungan terkuat –suatu peran yang kerap dinilai secara dubious– yang pernah diterima Soekarno dari kalangan militer sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Tetapi hubungan antara Nasution dengan Soekarno terlebih dulu melalui suatu perjalanan panjang yang penuh lekuk-liku taktis.

 Dari lawan menjadi kawan, untuk akhirnya kembali menjadi lawan sejak tahun 1966, saat Nasution berperan besar membentangkan jalan ‘konstitusional’ bagi proses mengakhiri kekuasaan Soekarno dan pada waktu bersamaan menghamparkan karpet merah kekuasaan selama 32 tahun ke depan bagi Jenderal Soeharto.

Jenderal Nasution adalah tokoh yang tercatat amat banyak ‘meminjam’ dan mengoptimalkan simbol maupun pemikiran Jenderal Soedirman, meskipun tak bisa dikatakan bahwa ia sepenuhnya memiliki sikap dan jalan pikiran yang sama dengan sang jenderal besar.

Surut tujuh tahun ke belakang dari 1959.

 

 Pada tahun 1952

 semakin mencuat perbedaan pandangan antara tentara (terutama Angkatan Darat) yang dipimpin oleh KSAD Kolonel Abdul Harris Nasution dan Kepala Staf Angkatan Perang Jenderal Mayor Tahi Bonar Simatupang di satu pihak dengan Soekarno dan politisi sipil pada pihak yang lain. Tentara menganggap ada upaya-upaya politis dari pihak partai-partai untuk menguasai dan mengekang tentara serta menempatkan tentara sekedar sebagai alat (politik) sipil. Banyak politisi sipil yang kala itu tak henti-hentinya melontarkan kecaman ke tubuh Angkatan Perang, khususnya terhadap Angkatan Darat.

 Kecaman-kecaman itu dianggap tentara tak terlepas dari hasrat dan kepentingan para politisi sipil untuk mendominasi kekuasaan negara, padahal di mata para perwira militer itu, partai-partai dan politisi sipil tak cukup punya kontribusi berharga dalam perjuangan mati-hidup merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Tentara merasa punya peran dan posisi historis yang lebih kuat dalam perjuangan menuju dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu.

Pada sisi yang lain, partai-partai yang ada kala itu relatif tidak punya pengalaman dan kesempatan selama penjajahan Belanda untuk memperoleh kematangan melalui sejarah perjuangan dan proses konsolidasi yang cukup.

Kemudian, pada masa kemerdekaan partai-partai tak pernah membuktikan kemampuannya untuk memerintah sendiri. Bahkan, dengan berkoalisi sekalipun tak pernah ada partai-partai yang pernah membuktikan diri berhasil memerintah secara langgeng.

 Proses perpecahan terus menerus melanda internal partai yang ada. Partai Sosialis pecah menjadi PKI dan PSI. Partai Masjumi lama juga sempat mengalami keretakan, antara lain dengan pemisahan diri NU. Hal yang sama dengan PNI, yang secara berkala dirundung perselisihan intenal. Koalisi PSI-Masjumi-PNI yang selama waktu yang cukup lama mampu memberikan kepemimpinan politik yang relatif stabil, pada suatu ketika akhirnya pecah juga, diantaranya karena adanya perbedaan persepsi mengenai dasar-dasar negara.

 Bahkan dwitunggal Soekarno-Hatta yang menjadi salah satu harapan utama kepemimpinan politik dan negara kemudian juga retak –sebelum pada akhirnya bubar– dan mulai juga menjalar ke dalam tubuh Angkatan Perang. Suatu situasi yang banyak dimanfaatkan PKI sebagai benefit politik. Harus diakui PKI berhasil menjadi satu diantara sedikit partai yang berhasil mengkonsolidasi organisasinya dengan baik dan mempunyai strategi jangka panjang yang jelas karena terencana baik.

Namun pada sisi lain, dalam realitas objektif kala itu memang Angkatan Perang sejak beberapa lama juga sedang dirundung berbagai masalah internal, termasuk penataan ulang tubuh militer, tak terkecuali masalah penempatan eks KNIL – Koninklijk NederlandIndisch Leger– sesuai perjanjian Konperensi Meja Bundar (KMB).

Bahkan internal AD, sejumlah perwira –Kolonel Bambang Supeno dan kawan-kawan– pernah mengecam sejumlah kebijakan KSAD Kolonel Nasution.

 Mereka meminta Presiden Soekarno mengganti KSAD Kolonel Nasution dan bersamaan dengan itu, 13 Juli, menyurati KSAP dan Parlemen menyampaikan ketidakpuasan mereka. Permasalahan Angkatan Perang itu menjadi bahan pembahasan di parlemen, dan parlemen melalui suatu proses perdebatan panjang menerima salah satu mosi (Manai Sophian dan kawan-kawan) di antara beberapa mosi, mengenai Angkatan Perang dan Kementerian Pertahanan, dan mengajukan usulan penyelesaian kepada pemerintah.

Tentara menganggap parlemen terlalu jauh mencampuri masalah internal militer dan memperkuat dugaan mereka tentang konspirasi untuk memojokkan dan menjadikan militer sekedar alat sipil. Militer mengungkit betapa tidak relevannya parlemen mencampuri masalah internal Angkatan Perang, apalagi menurut mereka dalam parlemen itu tercampur baur unsur-unsur yang tidak punya andil dalam perjuangan kemerdekaan dan sebagian lagi merupakan perpanjangan dari mereka yang dianggap federalis yang memecah negara kesatuan Republik Indonesia.

Para pimpinan militer sampai pada kesimpulan bahwa harus ada sesuatu yang dilakukan untuk menghentikan manuver para politisi sipil tersebut –yang miskin konsep namun banyak kemauan. Militer menghendaki pembubaran parlemen. Ini suatu sikap politik. Dengan menampilkan sikap politik seperti ini, dan bergerak untuk memperjuangkannya, tentara telah memasuki wilayah pergulatan politik dan kekuasaan. Kelak dengan keterlibatan dalam politik seperti itu, yang senantiasa dianggap sebagai hak sejarah terkait dengan riwayat perjuangan dan kelahiran Angkatan Bersenjata dari rakyat pada masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, tentara pada akhirnya semakin nyata mewujud sebagai ‘politician in uniform’ (Lihat juga tulisan lain dalam blog ini, Jenderal Ahmad Yani, Dilema Politician in Uniform). Dalam dimensi militer,

17 Oktober 1952 pasukan-pasukan tentara mengepung Istana Merdeka dan mengarahkan moncong meriam ke istana. Tentara sekaligus juga tampil dengan dimensi politik tatkala menggerakkan kelompok-kelompok dalam masyarakat melakukan demonstrasi menuntut pembubaran parlemen.

 KSAP TB Simatupang bersama pimpinan-pimpinan AD menemui Soekarno di istana dan mengajukan permintaan agar Soekarno membubarkan parlemen.

 Soekarno menolak. Kendati moncong meriam sudah diarahkan ke istana, para pimpinan militer ini tampaknya ragu untuk menekan Soekarno lebih keras –padahal Soekarno sendiri kala itu sudah pula hampir tiba pada batas penghabisan keberaniannya.

Namun menurut Simatupang, waktu itu para pimpinan militer dihadapkan pada dua alternatif, atau menerobos terus dan mengambil alih pimpinan negara seperti yang dituduhkan para politisi sipil pada waktu itu, atau menahan diri dan memilih untuk menaruh harapan pada suatu pemilihan umum yang akan melahirkan suatu stabilitas yang kokoh-kuat dasarnya.

Para pemimpin militer memilih jalan terakhir tersebut. Mereka mundur, tapi sadar atau tidak, sekaligus mencipta satu titik balik.

Sejumlah perwira militer di beberapa daerah melakukan pengambilalihan komando teritorium dari tangan panglima-panglima yang pada Peristiwa 17 Oktober 1952 mendukung pernyataan Pimpinan Angkatan Perang dan Angkatan Darat.

 Setelah peristiwa tanggal 17, selama berhari-hari Kolonel Nasution diperiksa Kejaksaan Agung. Dengan terjadinya pergolakan di beberapa teritorium, KSAD Kolonel AH Nasution menyatakan diri bertanggungjawab sepenuhnya dan mengajukan pengunduran diri. Dengan serta merta Presiden Soekarno menerima pengunduran diri tersebut.

 Nasution meletakkan jabatan sebagai KSAD, dan berada di luar kepemimpinan Angkatan Darat selama beberapa tahun. Dalam masa ‘istirahat’ tanpa jabatan militer –bahkan juga di posisi di luar itu, karena tempatnya di lembaga non militer tidak dijalaninya– yang berlangsung kurang lebih 4 tahun itu, Abdul Haris Nasution menggunakan waktunya untuk menyusun banyak tulisan dan konsep, meskipun belum sempurna benar, mengenai peranan militer sebagai kekuatan pertahanan maupun sebagai kekuatan sosial politik. Kelak pemikiran-pemikiran yang dituangkan Abdul Harris Nasution dalam kumpulan tulisan itu menjadi cikal bakal dan landasan bagi konsep Dwifungsi ABRI yang dilaksanakan secara konkret

“Menempatkan Islam sebagai ideologi tidak relevan, karena tak semua rakyat yang beragama Islam menganggap agamanya sekaligus juga adalah ideologi politik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan penggunaan agama sebagai ideologi politik untuk mengejar kekuasaan duniawi, bagi sebagian pemuka umat dianggap sebagai degradasi keluhuran Islam”.

Bersamaan dengan tersisihnya AH Nasution, KSAP Tahi Bonar Simatupang juga mengundurkan diri, dan itulah pula sebenarnya akhir dari karir militernya, meskipun secara formal baru pada tahun 1959 ia meninggalkan dinas aktif militernya.

Sebagai KSAD baru diangkat

 

 Kolonel Bambang Soegeng.

Tak ada pengganti untuk Simatupang, karena jabatan KSAP untuk selanjutnya ditiadakan.

Tapi Simatupang –bersama dengan konsep dan buah pikiran Nasution– melalui penyampaian uraian dan tulisan-tulisannya ikut mewariskan pemikiran yang memberi ilham bagi konsep Dwifungsi ABRI dikemudian hari.

Menurut Simatupang, kedudukan Angkatan Perang yang agak berdiri sendiri sebetulnya telah merupakan kenyataan sebelum Republik Indonesia ada.

Unsur-unsur yang kemudian menjadi pendiri dan pimpinan Angkatan Perang adalah orang-orang yang mengambil peran mendorong agar kemerdekaan segera diproklamasikan.

Menurutnya, setelah Angkatan Perang dibentuk secara resmi, selama tahun-tahun perjuangan eksistensi dan pengembangan dirinya, Angkatan Perang itu tidak pernah dikuasai sepenuhnya oleh Pemerintah. “Angkatan Perang tidak menganggap dirinya pertama-tama sebagai alat teknis di tangan Pemerintah, melainkan sebagai pendukung dan pembela kemerdekaan dan dasar-dasar negara”.

Sejarah juga memang mencatat fakta bahwa ketika Presiden Soekarno dan sejumlah anggota kabinet dan pemimpin pemerintahan yang lain ditawan Belanda setelah serangan militer bulan Desember 1948, secara de facto Angkatan Perang mengambil peran meneruskan perjuangan melalui perang gerilya melawan tentara Belanda seraya mengambil fungsi-fungsi sebagai pimpinan aparat pemerintahan hingga tingkat desa dalam rangka menjaga kedaulatan negara dan eksistensi teritorial pemerintahan negara.

(gungun Gunawan)

 

Setelah peristiwa tanggal 17 Oktober 1952,

selama berhari-hari Kolonel Nasution diperiksa Kejaksaan Agung. Dengan terjadinya pergolakan di beberapa teritorium, KSAD Kolonel AH Nasution menyatakan diri bertanggungjawab sepenuhnya dan mengajukan pengunduran diri. Dengan serta merta Presiden Soekarno menerima pengunduran diri tersebut. Nasution meletakkan jabatan sebagai KSAD, dan berada di luar kepemimpinan Angkatan Darat selama beberapa tahun.

 

Dalam masa ‘istirahat’ tanpa jabatan militer –bahkan juga di posisi di luar itu, karena tempatnya di lembaga non militer tidak dijalaninya– yang berlangsung kurang lebih 4 tahun itu, Abdul Haris Nasution menggunakan waktunya untuk menyusun banyak tulisan dan konsep, meskipun belum sempurna benar, mengenai peranan militer sebagai kekuatan pertahanan maupun sebagai kekuatan sosial politik.

Kelak pemikiran-pemikiran yang dituangkan Abdul Harris Nasution dalam kumpulan tulisan itu menjadi cikal bakal dan landasan bagi konsep Dwifungsi ABRI yang dilaksanakan secara konkret. Bersamaan dengan tersisihnya Nasution itu,

KSAP Tahi Bonar Simatupang juga mengundurkan diri, dan itulah pula sebenarnya akhir dari karir militernya, meskipun secara formal baru pada tahun 1959 ia meninggalkan dinas aktif militernya.

Sebagai KSAD baru diangkat Kolonel Bambang Sugeng. Tak ada pengganti untuk Simatupang, karena jabatan KSAP untuk selanjutnya ditiadakan.

Tapi Simatupang –bersama dengan konsep dan buah pikiran Nasution– melalui penyampaian uraian dan tulisan-tulisannya ikut mewariskan pemikiran yang memberi ilham bagi konsep Dwifungsi ABRI dikemudian hari.

(sosio politica web blog)

 

 

 

Pergolakan internal AD pasca Peristiwa 17 Oktober 1952

 ternyata tak selesai begitu saja. Dalam masa kepemimpinan Kolonel Bambang Soegeng, gejolak perpecahan internal terus berlangsung hingga bulan pertama, bahkan sebenarnya sampai pertengahan tahun 1955.

 Para perwira militer ini mengadakan Rapat Collegiaal (Raco) pada 21 hingga 25 Februari di Yogyakarta.

 Rapat ini menghasilkan ‘Piagam Keutuhan Angkatan Darat Republik Indonesia’. 29 perwira senior dan berpengaruh dalam Angkatan Darat ikut menandatangani piagam tersebut. Dengan piagam tersebut, secara internal dianggap pertentangan di tubuh Angkatan Darat berkaitan dengan Peristiwa 17 Oktober 1952 telah selesai.

Namun perbedaan pendapat antara para perwira itu dengan pemerintah tidak serta merta ikut berakhir, sehingga tak tercapai kesepakatan tentang penyelesaian Peristiwa 17 Oktober 1952.

(gungun Gunawan)

 

August,17th.1952

PENGACAU GEREMBOLAN DARUL ISLAM  MENGHALANGI PERAYAAN 17 AGUSTUS

Sehari sebelum tanggal 17 Agustus, Gerembolan Bersenjata didaerah Kecamatan Bandjarsari ,Pamaritjan dan Tjimaragas (Kabupaten Tjiamais) melakukan aksi menganggu keamanan dan menyebarkan banyak siaran (berita)  yang berbunyi

“ Awas jangan ikut merayakan Hari Proklamasi 17 Agustus,Kalau ikut akan digempur”.

Ternyata bahwa ancaman itu dilaksanakan (dipraktekan) yqaitu pada malam Minggu kira-kira jam 23.00, Gerembolan Bersenjata yang terdiri dari 45 orang memasuki Kota Kecamatan Bandjarsari  dimana terjadi tembak-menembak dengan pihak Polisi dan Tentara RI.

Sebelum terpukul mundur Gerembolan DI merusak Pintu Gerbang dan Bendera Merah-Putih yang disiapkan untuk perayaan 17 Agustus dan dua buah rumah penduduk dibakar.

 

Pada malam 17 Agustus kira-kira jam 20.30 Gerembolan DI memasuki Desa Tjibeber Kecamatan Tjimaragas 4 buah rumah digarong , dan dirusak juga persiapan untuk perayaan 17 Agustus, Gerembolan melarikan diri ketika Tentara dan Polisi RI dating ketempat itu.

Pada Malam Minggu yang lalu 50 gerembolan bersenjata  DI memasuki desa Saguling tidak kurang 11 rumah dibakar  sampai habis. Kerugian Harta benda karena serangan Gerembolan ini ditaksir sebanya Rp.80.000(cukup banyak pada saat itu karena kuurs masih tinggi-pen),dan didesa Seguling terjadi tembak menembak antara Gerembolan dengan Pagar Desa yang mempertahankan diri.

Bila Gerembolan DI sudah merusak Bendera Merah Putih dan bahan persiapan perayaan Hari Proklamasi ke,merdekaan RI 17 Agustus  serta menghalang-halangi pelaksanaanya, naka tindakan itu sudah anti Nasional.

(kempen 1955)

1952

Kepala staf Angkatan Perang RI

 

Kolonel T.B.Simatupang

Dalam aksi politionsil kedua TB SImatupang memimpin Grilya di Jawa tengah  dan ketika perundingan KMB  ia duduk dalam komisi Milter sebagai wakil delegasi Republik Indonesia dan tahun 1952 ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI

Kepala Staf Angkatan Darat R.I

 

Kol A.H.Nasution

 

Kurs Rupiah tahun 1952

Rp. 1,- sama dengan satu Gulden Belanda,

dan satu US $ sama dengan Rp. 3,80

(Alamanak Indonesia 1952)

sekedar untuk meringankan beban serta menghargai jasa-jasa para pegawai kita yang sedang bertugas didaerah/tempat yang tidak/kurang aman oeh Jawatan telah dikeluarkan Surat Keliling PTT No.22 tahun 1952

(Dr Iwan)

 

April 1952

.  Pada bulan April 1952 Brigade Banteng diciutkan menjadi satu Resimen yang menjadi Resimen Infanteri 4 di dalam Komando Tentera Teritorium (TT) I Bukit Barisan (BB) di bawah Komando Panglimanya

 

Kolonel Simbolon.

Letkol. Ahmad  Husein diangkat kembali menjadi Komandan Resimen Infanteri 4 TT I Bukit Barisan  itu.Pemecahan Batalion-Batalion dan pembubaran Komando Divisi Banteng itu menimbulkan bibit-bibit dendam dari para Pejuang Kemerdekaan yang berperan dalam melawan Belanda yang bernaung di bawah panji-panji Divisi Banteng itu.

Pengurus Dewan Banteng terdiri dari 17 orang, yang terdiri dari 8 orang perwira aktif dan pensiunan, 2 orang dari Kepolisian dan 7 orang lainnya dari golongan sipil, ulama, pimpinan politik, dan pejabat.

Lengkapnya susunan Pengurus Dewan Banteng itu adalah : Ketua,Letkol, Ahmad Husein,Komandan Resimen Infanteri 4, Sekretaris Jenderal Mayor (Purn)Suleman, Kepala Biro Rekonstruksi Nasional Sumatera Tengah, sedangkan anggota-anggotanya adalah Kaharuddin Datuk Rangkayo Basa, Kepala Polisi Sumatera Tengah, Sutan Soeis, Kepala Polisi Kota Padang, Mayor Anwar Umar, komandan Batalion 142 Resimen 4. Kapten Nurmatias Komandan Batalyon 140, Resimen Infanteri 4. H. Darwis Taram Dt. Tumanggung, Bupati 50 Kota, Ali Luis Bupati d/p di Kantor Gubernur Sumatera Tengah, Syekh Ibrahim Musa Parabek Ulama, Datuk Simarajo, Ketua Adat (MTKAAM).

Kolonel (Purn) Ismael Lengah, Letkol (Purn) Hasan Basri (Riau), Saidina Ali Kepala Jawatan Sosial Kabupaten Kampar, Riau, Letnan Sebastian Perwira Distrik Militer 20 Indragiri, Riau, A. Abdulmanaf, Bupati Kabupaten Merangin, Jambi, Kapten Yusuf Nur, Akademi Militer, Jakarta dan Mayor Syuib, Wakil Asisten II Staf Umum Angkatan Darat di Jakarta.

Selain itu Dewan Banteng didukung oleh segenap Partai Politik, kecuali Partai Komunis Indonesia (PKI), juga didukung oleh segenap lapisan masyarakat seperti para pemuda, alim ulama, cadiak pandai, kaum adat sehingga waktu itu lahirlah semboyan,” timbul tenggelam bersama Dewan Banteng”.

Suasana demokrasi liberal di tahun 1950-an telah menimbulkan kekacauan dan pergolakan-pergolakan dengan kekerasan. (DEPLU,1955)

3 April 1952

Semenjak menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Wilopo-Prawoto (3 April 1952 – 30 Juli 1953), Sumitro merasakan adanya ketimpangan daerah. Terjadi pergolakan dalam dirinya sebagai politikus dan akademisi

(iluni

Juli 1952

 

Koleksi tanda tangan Kol Bambang Supeno

Kasak kusuk Kol Bambang  Supeno ini menyangkut issu : reorganiasi tentara, rencana KASAD,  AH Nasution mengikuti pendidikan/study banding ke luar negeri dan berimplikasi pada penggantiannya sebagai  KASAD, rencana Kol Bambang Sugeng menjadi atase militer di India, sinyalemen bahwa Kementerian Pertahanan menjadi “sarang PSI (Partai Sosialis Indonesia)”, dugaan terjadi korupsi dalam pembelian kapal “Tasikmalaya” yang tidak melibatkan Dephub dan AL, dan banyak lagi issu lain yang berkaitan dengan Perwira di Daerah.

Sepak terjang Kol Bambang Supeno ini membuat risau corps Angkatan Darat sehingga dilakukan beberapa pertemuan “kolegial” yang salah satunya dipimpin oleh Kolonel paling senior Gatot Soebroto. Pertemuan dihadiri lebih kurang 18 perwira dan hampir bulat menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan Kol Bambang Supeno menyalahi prosedur karena masalah tersebut tidak berproses melalui atasannya (KASAD) Kol AH Nasution, KASAP Gen May TB Simatupang dan Menhan Sri Sultan HB IX. Bambang Supeno langsung ke Presiden dan Parlemen.(Saat itu diduga Kol B Supeno dianggap sangat dekat dengan Partai Nasional Indonesia/PNI).

Atas sikap Kol B Supeno yang “mbalelo” itu KASAD Kol AH Nasution memberhentikan anak buahnya tersebut (ada yang menyebut skorsing).

Kol B Supeno yang punya juga pendukung di AD seperti Kol Suhud dll melakukan “perlawanan” dengan mengadukan masalah ini ke Presiden dan Parlemen.

Kolonel Bambang Supeno mestinya bernama Bambang Ekalaya, sebuah karakter dalam lakon Mahabarata. Pilih tanding dalam memanah hingga melampaui Arjuna, namun tak tak pernah bisa membubung tinggi karena dijegal panutannya sendiri, Durna. Hidup Supeno mirip seperti itu. Ia salah satu satu dari sedikit perwira intelektual di masa awal revolusi, tapi kelebihannya itu tak pernah bisa membawanya dalam puncak karir militer. Sebaliknya, dimana-mana ia terantuk.

Berbeda dengan perwira-perwira konseptor yang kebanyakan berpendidikan militer Belanda (TB Simatupang – KMA Bandung, Soewarto – CORO, AH Nasution – KMA Bandung, GPH Djatikusumo – CORO), Supeno (dan juga Achmad Sukendro) merintis jalur kemiliteran dari PETA. Ia mulai berdinas di Jawa Timur dan tak lama setelah pembentukan TKR karena pemikirannya yang menonjol ditarik sebagai staf di markas besar TKR di Yogyakarta.

Posisi tersebut tidaklah buruk, meski tak pegang pasukan, namun ia ikut merumuskan reorganisasi TKR/TNI, penempatan perwira komandan di daerah dan bahkan merumuskan doktrin. Ingat dengan Sapta Marga yang seolah menjadi way of life prajurit TNI hingga kini? Itulah buah karya Supeno yang penyusunannya dibantu oleh Ir Sakirman, Prof Purbacaraka dan Drs Moh Ali.

Tak cuma pintar, Supeno juga ngotot dan berani demi hal yang diyakininya. Saat KNIL dan TNI lebur menjadi APRIS, Belanda menyisipkan keharusan setiap perwira harus menjalani reeduksi lewat wadah SSKAD. Supeno saat itu menjadi perwira yang paling vokal mengkritiknya. Baginya, reedukasi bisa melunturkan patriotisme TNI. Karena itu, ia membuat lembaga tandingan, Chandradimuka dan mensyaratkan setiap perwira lulusan SSKAD ikut kursus Chandradimuka.

Namun agaknya, sikap seperti keminter plus ngotot seperti itu tak membuat tiap orang suka. Dua kali markas besar tentara berniat menjajalnya menjadi panglima di daerah, dan dua kali pula Supeno ditolak calon anak buahnya. Tahun 1948, bersamaan dengan pencanangan program rera yang ditetapkan PM Hatta, 3 divisi yang ada di wilayah Jawa Timur akan diciutkan menjadi hanya 1 Divisi. Divisi V Ronggolawe (Cepu), Divisi VI (Mojokerto) dan DivisiVII (Malang) dilebur.

Komandan-komandannya, Kol GPH Djatikusumo, Kol Soengkono dan Kol Imam Sujai akan ditarik ke Yogya. Adapun sebagai panglima di-plot Bambang Supeno. Tapi apa lacur, peleburan ini terkatung-katung. Djatikusumo tak ada persoalan, ia manut pulang ke Jogja, namun 2 divisi lainnya menolak dengan dalih macam-macam.

Sementara pada waktu bersamaan pecah peristiwa Madiun. Alih-alih kepepet, akhirnya pusat menunjuk Soengkono sebagai panglima Divisi I Jawa Timur.

(anusapati blog)

 

Sejak itulah sepanjang hari di bulan Juli 1952 Parlemen diramaikan dengan issu “pertempuran” Kementerian Pertahanan (Menhan,KASAP,KASAD) disatu pihak melawan sebagian besar anggota Parlemen yang dibela oleh media massa khususnya koran Merdeka. Pada tingkatan politik Kemhan kalah dalam opini karena melawan politisi dan opini sebagian media dan banyak selebaran gelap.

Dipihak tentara yg waktu itu panglimanya masih rata rata 30 tahun terasa tidak tahan lagi hadapi cercaan politis. Sampai sampai Kol Gatot Soebroto mengeluarkan kata kata ketus : “Mereka(maksudnya parlemen) atau kita (tentara) yang bubar!”

Memang dikalangan sebagian perwira ada kejengkelan atas DPRS yang lahir sebagai salah satu “produk” Konprensi Meja Bundar tersebutb.

Apalagi akhir2 ini sikap parlemen dipandang sudah terlalu jauh setelah adanya mosi tidak percaya dari Komisi (Panitya) Pertahanan DPR yang dimotori Baharuddin yang antara lain menyatakan : “Tidak percaya atas kebijaksanaan Menhan dalam menyelesaikan pertikaian yang ada dalam Angkatan Perang”

(Baratamedia web blog)

 

Memang persoalannya tidak sederhana, karena kelompok yang pro-rasionalisasi adalah kelompok perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, dan yang kontra-rasionalisasi adalah kelompok yang berasal dari tentara yang dilatih pada jaman Jepang.

Kedua kelompok itu mempunyai pendukung yang beragam walaupun perwira-perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, seperti Nasution , Simatupang, Hidayat, dan Kawilarang terlihat cukup dominan pada kelompok prorasionalisasi.

Perbedaan kedua kelompok militer ini menjadi terbuka ketika Kolonel Bambang Supeno, bekas Komandan Akademi Militer, berusaha menentang rencana rasionalisasi tentara yang dilancarkan oleh Nasution dan memperoleh dukungan Menteri Pertahanan. Bambang Supeno menulis surat kepada Seksi Pertahanan dan Keamanan di DPR yang isinya menentang kebijaksanaan atasannya mengenai rencana rasionalisasi.

Akibatnya, Kolonel Bambang Supeno diskors oleh KSAD. Surat Supeno segera menjadi perhatian DPR.

Pada tahap ini, konflik yang berkembang tidak lagi bersifat militer belaka namun merentang ke persoalan politik di parlemen. Reaksi parlemen atas surat Kolonel Bambang Supeno dimulai oleh Ketua Seksi Pertahanan sendiri, Zainul Baharuddin

SYAHDAN Menteri Pertahanan

 

 Sultan Hamengku Buwuno IX,

 

Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) Mayjen T.B. Simatupang,

 

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Kol. A.H. Nasution

 mengunjungi Presiden Soekarno di Istana Negara untuk membicarakan sikap Kol Bambang Supeno yang di depan publik telah mengecam pimpinan Kementerian Pertahanan dan TNI. Apa pasal? Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara baru Indonesia, setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) ialah apakah yang harus dilakukan dengan tentara. Jumlahnya sudah terlalu besar, antara 250 dan 300 ribu orang. Ditambah dengan 26.000 serdadu KNIL Nica-Belanda yang harus ditampung. Pada masa kabinet RIS di bawah PM Muhammad Hatta telah dimulai oleh Menteri Pertahanan Sultan Yogya bersama pimpinan tentara untuk mengadakan reorganisasi dan rasionalisasi.

Proses itu rumit.

 

Kabinet Hatta digantikan oleh

 

kabinet Muhammad Natsir,

 

 lalu kabinet Dr Sukiman Wirjosandjojo,

 

lalu kabinet Mr Wilopo,

proses reorganisasi mengurangi jumlah tentara masih tersendat-sendat. TNI waktu itu terdiri dari berbagai elemen. Ada yang berasal dari Tentara Pembela Tanah Air (Peta) zaman Jepang, ada yang dari TNI zaman revolusi, dan ada yang dari KNIL sesudah penyerahan kedaulatan.

Kebanyakan mereka yang dari PETA tidak setuju dengan kebijakan pimpinan tentara (Nasution-Simatupang) yang bersekolah di Akademi Militer Breda Cabang Bandung. Juru bicara mereka ialah Kol Bambang Supeno, komandan pelatihan Chandradimuka di Bandung.

Mereka menginginkan diteruskannya semangat revolusi, lalu desentralisasi tentara, dan minimum hierarki. Sedangkan Sultan Yogya, Nasution dan Simatupang menginginkan profesionalisme.

Bambang Supeno di luar Markas Besar TNI mengkritik pimpinan tentara, dan pergi mengadukan halnya kepada Presiden Soekarno yang mendengarkan Bambang dengan simpati.

Maka marah sangat pimpinan tentara dibuatnya. Diskusi Panas Alkisah Sultan Yogya, Nasution dan Simatupang beraudiensi pada Presiden Soekarno.

Terjadi diskusi panas karena Simatupang bicara blak-blakan. Soekarno menolak mendesavuir atau mengambil tindakan tegas terhadap Bambang cs.

Perbincangan tidak menghasilkan apa-apa. Ketiga orang itu meninggalkan Istana, diantar ke pintu oleh Soekarno.

Ketika Simatupang keluar, pintu di belakangnya tutup dengan bunyi keras. Menurut Nasution hal itu disebabkan oleh terpaan angin yang sekonyong-konyong datangnya.

Tapi Soekarno menyangka bahwa Simatupang telah membanting pintu tepat di depan hidungnya dan Soekarno tidak melupakan sikap (Simatupang) yang tidak menghormatinya itu. Sekembalinya di markas, Jenderal Simatupang memanggil Bambang untuk diminta pertanggungjawabannya.

Bambang yang merasa dapat backing Presiden, menunjukkan sikap menentang, tidak mau diajari oleh seorang yang sebaya dengan dia, dan dengan marah keluar dari kamar Simatupang.

Keesokan harinya Bambang menulis surat berisi keluh kesahnya kepada Menteri Pertahanan dan PM Wilopo.

Tembusan surat itu dikirimnya ke Komisi Pertahanan.

Empat hari kemudian Simatupang mengenakan skorsing terhadap Bambang atas alasan insubordinasi (tidak taat pada atasan). Tembusan surat Bambang punya buntut panjang. Parlemen mencampuri soalnya. Selama sepuluh minggu parlemen membicarakan reorganisasi tentara. Dua kubu timbul dalam perdebatan, yaitu kaum ideolog di satu pihak dan kaum pragmatis di lain pihak. Akhirnya tiga mosi diajukan. Anggota Zainal Baharuddin dari non-partai secara ekstrem mengajukan mosi tidak percaya terhadap Menteri Pertahanan Sultan Yogya.

 

Anggota I.J. Kasimo dari fraksi Katolik

mengajukan mosi penyeimbang yang dengan nada lunak meminta dibentuknya sebuah komisi yang terdiri dari anggota parlemen dan pemerintah dengan tugas mempelajari seluruh persoalan dengan saksama dan objektif. Tapi PNI menganggap mosi kasimo terlalu lembek,

 

 

 

lalu memajukan mosi Manai Sophian yang juga meminta pembentukan komisi penyelidik dengan tugas memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan dalam pimpinan Kementerian Pertahanan dan Tentara. Sebelum dilakukan voting, tersiar isu bahwa mosi Manai Sophian dinilai oleh Sultan Yogya sebagai serangan pribadi terhadap dirinya.

Tekanan dilakukan terhadap Manai untuk menarik kembali mosinya dan menyetujui saja mosi Kasimo. Manai tampaknya mau melunakkan sikap, tapi ketika tanggal 15 Oktober parlemen membahas mosi yang tiga itu, ternyata Manai tidak menarik kembali mosinya. Apa yang telah terjadi?

Soekarno berperan di belakang layar. Dia panggil beberapa konco lamanya dari PNI,

 

 antara lain Mr. Sartono,

dan memerintahkan kepada mereka untuk meneruskan mosi Manai Sophian. Pagi tanggal 16 Oktober terjadi voting. Mosi Manai Sophian diterima oleh sidang parlemen dengan perbandingan suara 91 lawan 54.

(Rosihan Anwar)

23 September 1952

.

Tanggal 23 September 1952

Ketua seksi pertahanan  DPR RI, Zainul Baharuddin  mengajukan mosi yang mengecam kebijaksanaan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX dan menyatakan bahwa penskorsan atas Kolonel Bambang Supeno tidak sah.

Jika mosi diajukan, reaksinya dapat diduga akan mengundang pro dan kontra di antara partai-partai dalam lembaga ini.

Presiden Sukarno memberi dukungan kepada Bambang Supeno, tetapi mosi Zainul Baharuddin tidak disetujui oleh Parlemen. 

Mosi dibalas mosi, dan “perang mosi” di parlemen berlangsung selama bulan Oktober, sampai akhirnya terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952

Tanggal 23 September 1952

I.J.Kasimo dan Mr Sartono  mengajukan mosi yang mengecam kebijaksanaan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX dan menyatakan bahwa penskorsan atas Kolonel Bambang Supeno tidak sah.

 Jika mosi diajukan, reaksinya dapat diduga akan mengundang pro dan kontra di antara partai-partai dalam lembaga ini. Presiden Sukarno memberi dukungan kepada Bambang Supeno, tetapi mosi Zainul Baharuddin tidak disetujui oleh Parlemen. Mosi dibalas mosi, dan “perang mosi” di parlemen berlangsung selama bulan Oktober, sampai akhirnya terjadi Peristiwa 17 Oktober

17 Oktober 1952

peristiwa 17 Oktober 1952.

 

 

Tntara di Istana Merdeka

 

 

 

Demonstrasi rakyat di Jakarta dan dikeluarkannya Pernyataan Pimpinan Angkatan Darat kepada Presiden Soekarno

 

di Istana Merdeka Jakarta oleh 16 perwira menengah Angkatan Darat.Petisi yang disampaikan kepada Presiden di depan Istana tersebut meminta agar Parlemen dibubarkan karena bukan hasil pilihan rakyat, dan menuntut agar segera diadakan Pemilu. 

Peristiwa yang berlangsung pagi hari ini terjadi akibat kemelut yang terjadi di kalangan TNI Angkatan Darat sehubungan dengan diberlakukannya rasionalisasi tentara dan keterlibatan militer dalam lapangan politik.Atas demonstrasi tersebut

 

presiden akan memperhatikan semua tuntutan itu dan berpesan agar Angkatan Perang tetap menjaga ketenteraman umum.

Presiden juga mengatakan akan berkonsultasi dengan pemerintah mengenai hal ini dan mengusahakan secepat mungkin diadakan Pemilu.erjadinya Peristiwa 17 Oktober berkaitan dengan pro dan kontra rasionalisasi di tubuh militer. Kelompok lain dalam TNI, terutama dari kalangan yang dilatih pada jaman Jepang, berpendapat bahwa rasionalisasi yang hanya didasarkan pada kriteria pendidikan, umur, dan keterampilan saja, akan menimbulkan rasa kecewa dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan faktor nilai yang dibawa dari revolusi, yakni semangat. Semangat inilah yang membuat TNI berhasil mempertahankan kemerdekaan. Jadi bukan semata-mata karena profesionalisme keprajuritan.

Memang persoalannya tidak sederhana, karena kelompok yang pro-rasionalisasi adalah kelompok perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, dan yang kontra-rasionalisasi adalah kelompok yang berasal dari tentara yang dilatih pada jaman Jepang.

Kedua kelompok itu mempunyai pendukung yang beragam walaupun perwira-perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, seperti Nasution , Simatupang, Hidayat, dan Kawilarang terlihat cukup dominan pada kelompok prorasionalisasi.

Perbedaan kedua kelompok militer ini menjadi terbuka ketika Kolonel Bambang Supeno, bekas Komandan Akademi Militer, berusaha menentang rencana rasionalisasi tentara yang dilancarkan oleh Nasution dan memperoleh dukungan Menteri Pertahanan. Bambang Supeno menulis surat kepada Seksi Pertahanan dan Keamanan di DPR yang isinya menentang kebijaksanaan atasannya mengenai rencana rasionalisasi.

Akibatnya, Kolonel Bambang Supeno diskors oleh KSAD. Surat Supeno segera menjadi perhatian DPR.

Pada tahap ini, konflik yang berkembang tidak lagi bersifat militer belaka namun merentang ke persoalan politik di parlemen. Reaksi parlemen atas surat Kolonel Bambang Supeno dimulai oleh Ketua Seksi Pertahanan sendiri, Zainul Baharuddin.

17 Oktober 1952 Semua orang mengira Sultan Yogya akan meletakkan jabatannya. Tapi sebelum Sultan mengambil keputusan, terjadilah peristiwa 17 Oktober 1952.

Pagi hari itu sejumlah orang mengadakan demonstrasi. Mereka datang ke gedung Parlemen di Lapangan Banteng, mengusung spanduk bertulisan tuntutan “Bubarkan Parlemen”, “Parlemen bukan warung kopi”. Pelaku-pelaku demo terdiri dari abang becak, pelajar, rakyat biasa yang mau ikut karena dikasih bayaran.

Demo itu diorganisasi

 

oleh Kol. Drg. Mustopo Kepala Perawatan Gigi Tentara. Mustopo mengira Presiden akan senang dengan adanya demonstrasi itu, karena dianggapnya Soekarno tidak suka parlemen menurut model Barat. Ketika Mustopo melapor di Istana, bukannya dia dipuji oleh Soekarno, melainkan dimarahi. Para demonstran mendapati gedung parlemen kosong, karena sudah mulai rusak.

 Mereka lalu bergerak menuju Lapangan Merdeka. Di tengah jalan rakyat biasa dan ingin tahu, bergabung.

 

Tiba di depan Istana jumlah orang demo sudah mencapai kira-kira 30.000 orang. Mereka berteriak “Bubarkan Parlemen”. Presiden keluar dari Istana, lalu berjalan kaki menuju kerumunan yang berkumpul dekat pagar. Ia mengucapkan pidato singkat. Ia tidak menuruti tuntutan para demonstran. Ia malahan berkata membubarkan parlemen berarti membuat dirinya sebagai diktator. Dia tak mau jadi diktator. Dia mau jadi abdi pertama dari rakyat. Ketika selesai bicara dia melihat ke tempat di belakang kumpulnya para demonstran. Di sana terdapat dua buah tank dengan laras meriamnya ditujukan ke arah Istana.

Demonstrasi yang diorganisasi oleh Kol. Mustopo rupanya bukan perkara kecil.

Komandan KMKBDR (Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja) yang diberitahu ada sesuatu yang terjadi, lalu atas insiatif sendiri mengumumkan keadaan darurat dan mengirim satuan tentara

 

di bawah komando Mayor Kemal Idris ke Istana tanpa memberitahukan kepada Kemal apa tujuannya. Soekarno yang melihat semua itu dengan tenang menyelesaikan pidatonya, kemudian balik masuk Istana. Tidak lama setelah demo bubar, sejumlah perwira staf dan panglima daerah dengan dipimpin oleh Simatupang-Nasution datang menemui Soekarno di Istana. Mereka mau berbicara, Soekarno terlebih dulu meminta hadir Wakil Presiden Hatta dan PM Wilopo, Sultan Yogya tidak hadir.

Nasution menyampaikan keluhan bahwa parlemen mencampuri organisasi tentara. Itu adalah urusan pimpinan tentara, bukan urusan politisi.

Lalu Letkol Sutoko Deputi KSAD dengan hampir menangis memohon kepada Presiden untuk membubarkan parlemen,

 

Panglima TT I Kol Simbolon dari Sumatera Timur mendukung permohonan Sutoko dan menyerahkan sebuah petisi dengan alasan kenapa mereka minta parlamen dibubarkan. Simbolon meminta agar isi petisi bisa dipublikasikan. Soekarno menasihatkan supaya jangan menyiarkan petisi tersebut. Dia menjanjikan akan mendesak kabinet agar mempercepat persiapan pemilihan umum. Setelah itu para perwira tadi pulang dengan tangan hampa. Peristiwa 17 Oktober 1952 kemudian dicap oleh penulis-penulis Barat sebagai suatu “Wuld-be cup”, maunya satu kudeta. Tapi tidak jadi, karena aksi itu mempunyai ciri maksimum improvisasi , tapi minimum organisasi. Tak lama kemudian Nasution dipecat dan digantikan sebagai KSAD oleh Kolonel Bambang Sugeng. Simatupang pada usia 34 tahun minta pensiun sebagai KSAP. Sultan Yogya keluar exit sebagai Menteri Pertahanan. Itulah sejarah 17 Oktober 1952 (Rosihan Anwar)

 

 

Apa yang terjadi pada 17 oktober 1952?

Pagi-pagi sekali, 17 oktober 1952, 5000-an orang muncul di jalanan Jakarta. Mereka berbaris menuju gedung parlemen di Pejambon, Jakarta Pusat—sekarang jadi kantor Departemen Luar Negeri.

Sampai di gedung parlemen, massa langsung menerobos masuk dan menghancurkan beberapa kursi. Setelah menggelar aksinya di gedung parlemen, massa bergerak menuju ke istana Presiden. Jumlah massa bertambah besar: 30-an ribu jumlah mereka.

Sementara itu, di depan istana negara, tentara juga bertindak. Beberapa tank dan panser diparkir dengan moncong menghadap istana. Tidak ketinggalan empat meriam diarahkan tepat ke arah istana.

Bung Karno punya cerita tersendiri tentang kejadian itu. Dalam buku otobiografinya, Bung Karno: penyambung lidah rakyat, Soekarno bercerita: “pagi-pagi pada tanggal 17 oktober 1952, dua buah tank, empat kendaraan lapis baja, dan ribuan orang menyerbu memasuki gerbang Istana Merdeka. Mereka membawa poster –poster ‘bubarkan parlemen’. Satu batalyon altileri dengan empat buah meriam memasuki lapangan keliling istana. Meriam-meriam 25 pounder dihadapkan kepadaku. Pameran kekuatan ini mencerminkan kelatahan daripada jaman itu. Tindakan ini tidak dapat dikatakan bijaksana, olehkarena para panglima yang menciptakannya berada denganku di dalam Istana.”

Upaya Kudeta militer

Indonesianis terkemuka, Herbert Feith, dalam bukunya The Decline of Constitutional Democracy in IndonesiaI, menyebut para perwira angkatan darat berada di belakang aksi tersebut.

 

Ada juga yang menuding PSI, yang saat itu memainkan kartu anti-Soekarno dan anti-komunis, berada di balik gerakan tersebut. Posisi ini dipegang oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), dan pernah disampaikan langsung oleh ketuanya, DN Aidit, saat kongres ke-VI PKI.

Pemicunya, kata Aidit, PSI dan Masyumi tersingkir dari kekuasaan paska kejatuhan kabinet Sukiman. Kita tahu, kabinet Sukiman sangat disokong oleh PSI-Masyumi dan karakter kabinet ini sangat anti-kiri.

Soekarno sendiri punya pandangan lain perihal peristiwa tersebut. Kepada penulis otobiografinya, Cindy Adams, Soekarno menganggap peristiwa 17 oktober 1952 itu sebagai percobaan “setengah coup”. Istilah “percobaan setengah coup” itu disampaikan sendiri oleh Nasution kepada Bung Karno.

Hanya saja, versi Nasution, seperti dikutip Bung Karno, “upaya kudeta tersebut bukan ditujukan kepada Bung Karno, melainkan kepada sistim pemerintahan.” Mereka (Nasution dan kelompok) menuntut Bung Karno membubarkan parlemen.

Gerakan 17 oktober 1952 juga dirancang rapi. Pada 16 oktober 1952, perencanaan gerakan ini disusun. Wakil KSAD Letnan Kolonel Sutoko dan Letnan Kolonel S. Parman ditunjuk sebagai pelaksana operasi. Sedangkan pelaksana di lapangan ditunjuk Kolonel dr Mustopo dan Letkol Kemal Idris.

Seksi Intel Divisi Siliwangi mengerahkan demonstran dari luar Ibu Kota dengan menggunakan truk militer. Komondao militer kota Djakarta raya mengarahkan para jagoan betawi untuk memobilisasi massa.

Pagi hari, 17 oktober 1952, militer sudah bergerak sesuai pos masing-masing. Rakyat kebanyakan, termasuk buruh, juga diprovokasi untuk bergabung dalam aksi. Koran Harian Rajat pada edisi 18 oktober melaporkan bahwa banyak kantor dan pabrik yang tutup karena buruhnya berbelot ikut demonstrasi.

Pemicu Kudeta Militer

Di penghujung 1952, militer sudah sangat gerah dengan politisi sipil dan parlemen. Sementara, pada sisi lain, parlemen juga resah dengan meningkatnya pengaruh militer sebagai kekuatan politik tersendiri.

Pada tahun 1952, kementerian pertahanan dan angkatan perang, yang sangat dipengaruhi oleh PSI, berencana menjalankan reorganisasi dan memberhentikan 60 ribu pasukan non-reguler dan 30 ribu pasukan kepolisian. Selain itu, militer telah aktif melakukan kerjasama dan menerima bantuan dari Belanda.

Tindakan angkatan perang ini memicu protes dari dalam dan luar. Dari dalam, sejumlah perwira, khususnya yang dipimpin oleh Kolonel Bambang Supeno, mengajukan mosi tidak percaya kepada pimpinan angkatan perang.

Sedangkan dari luar, yakni sejumlah kekuatan politik di parlemen, telah mengajukan mosi tidak percaya.

 

Sejumlah pemimpin angkatan perang, khsusunya Nasution dan TB Simatupang, menganggap tindakan Kolonel Bambang Supeno telah melanggar hirarki dalam angkatan perang. Pada malam 11 Juli 1952, bertempat di rumah Mayor Jenderal T.B. Simatupang, berlangsung rapat 17 perwira tinggi angkatan perang.

Sementara itu, di parlemen, sejumlah politisi mengajukan mosi tidak percaya terhadap angkatan perang. Pada 28 September, anggota parlemen Zaenul Baharuddin mengajukan mosi tidak percaya terhadap Menteri Pertahanan dalam menyelesaikan konflik Angkatan Perang. Ia meminta selekasnya disusun Undang-Undang Pertahanan Negara.

Dua pekan setelah Baharuddin, Kasimo, dari Partai Katolik, mengajukan mosi yang lain: menuntut penyempurnaan Angkatan Perang dan pembentukan Panitia Negara untuk keperluan itu.

Sehari setelahnya, Manai Sophiaan menambah tuntutan Kasimo, yaitu usul agar Panitia Negara diberi kewenangan memecat pemimpin Angkatan Perang.

“Serangan” parlemen membuat para perwira angkatan perang mendidih.

Mereka menganggap parlemen telah memasuki wilayah teknis militer. Kolonel Gatot Soebroto, Panglima Teritorium VII/Sulawesi Selatan, bahkan sampai memberikan ultimatum. “Pokoknya di sana atau di sini harus bubar!,” katanya.

Pada tanggal 16 oktober 1952, parlemen menyetujui mosi Manai Sophiaan. Posisi Bung Karno, seperti dicatat Herbert Feith, cenderung menyetujui langkah Manai Sophiaan ini. Apalagi, sejak awal Bung Karno kurang setuju dengan langkah militer berpolitik dan mencampuri kehidupan sipil.

Sementara, pada persoalan yang lain, angkatan perang mengetahui ketidaksukaan Bung Karno terhadap demokrasi liberal. Bung Karno gerah dengan perdebatan panjang di parlemen tetapi tidak menyentuh persoalan rakyat.

Bahkan, tidak jarang debat warung kopi itu mengancam persatuan nasional. Jadinya, seolah-olah hendak menyatakan pandangan politik yang sama, pimpinan angkatan perang berusaha memanfaatkan Bung Karno untuk membubarkan parlemen.

 

Sikap Bung Karno

Bung Karno, yang ditempa puluhan tahun oleh alam perjuangan dan revolusi, bukanlah pemimpin yang gampang ditekan. Ia sama sekali tidak takut menghadapi aksi massa yang digerakkan oleh militer itu.

Bung Karno juga tidak gentar dengan tank, panser, dan meriam yang diarahkan kepadanya. “Hatiku tidak gentar melihat sekitar itu (istana) dikuasai oleh meriam-meriam lapangan. Bahkan, sebaliknya, aku menantang langsung kedalam mulut senjata itu dan kulepaskan kemarahanku kepada mereka yang hendak mencoba mematikan sistim demokrasi dengan pasukan bersenjata.”

Yah, pada saat itu Bung Karno memang sangat marah kepada Nasution. “Engkau benar dalam tuntutanmu, tetapi salah dalam caranya,” kata Bung Karno.

Saat itu, Presiden meminta lima orang perwakilan massa untuk menemui dirinya. Akan tetapi, tak satupun dari pemimpin massa itu yang berani. Akhirnya, Bung Karno keluar sendiri menemui massa.

“Utusan kalian menyampaikan tuntutan agar parlemen dibubarkan,” katanya seperti dikutip harian Suara Rakjat. “Ini jawaban saya: Bapak tidak mau berbuat dan dikatakan sebagai diktator.”

Bung Karno lebih lanjut mengatakan: “Siapa hendak memperkosa demokrasi, dia hendak memperkosa kemerdekaan itu sendiri. Siapa hendak diktator, dia akan digilas oleh rakyat sendiri. Bila kita tinggalkan demokrasi, negara kita ini akan hancur….”

Setelah mendapat penjelasan dari Bung Karno, massa pun membubarkan diri. Mereka tahu bahwa Presiden tidak menyetujui aksi mereka.

Setelah massa bubar, giliran petinggi militer, termasuk Nasution, menemui Bung Karno. Konon, Nasution menyodorkan konsep keadaan bahaya di seluruh Indonesia. Akan tetapi, usulan tersebut ditolak Bung Karno.

Hari itu, seusai menggelar aksi, militer memutus jalur telpon, melarang pertemuan massa yang melebihi 5 orang, dan memperpanjang jam malam dari pukul 22.00-05.00 menjadi pukul 20.00-05.00.

Militer juga membredel sejumlah media yang tidak mendukungnya: Harian Merdeka, Madjalah Merdeka, Mimbar Indonesia, dan Berita Indonesia. Sejumlah anggota parlemen juga ditangkap.

Beberapa bulan setelah kejadian, pertentangan di tubuh militer makin menajam. Sejumlah perwira militer yang tunduk kepada Bung Karno melancarkan gerakan pengambil-alihan kepemimpinan terhadap perwira militer pro-17 Oktober 1952. Itu terjadi di Teritorium V/Brawijaya (Jatim), Teritorium VII/Sulawesi Selatan, Teritorium II di Sumatera Selatan.

Nasution juga sempat diberhentikan karena kejadian itu. Akan tetapi, karena pertimbangan persatuan nasional, Bung Karno mengaktifkan kembali Nasution pada jabatan lain.

 

Sumber

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2249/Peristiwa-17-Oktober-1952

info lain yang terkait

Pada tahun 1952 semakin mencuat perbedaan pandangan antara tentara (terutama Angkatan Darat) yang dipimpin oleh KSAD Kolonel Abdul Harris Nasution dan Kepala Staf Angkatan Perang Jenderal Mayor Tahi Bonar Simatupang di satu pihak dengan Soekarno dan politisi sipil pada pihak yang lain.

Tentara menganggap ada upaya-upaya politis dari pihak partai-partai untuk menguasai dan mengekang tentara serta menempatkan tentara sekedar sebagai alat (politik) sipil. Banyak politisi sipil yang kala itu tak henti-hentinya melontarkan kecaman ke tubuh Angkatan Perang, khususnya terhadap Angkatan Darat. Kecaman-kecaman itu dianggap tentara tak terlepas dari hasrat dan kepentingan para politisi sipil untuk mendominasi kekuasaan negara, padahal di mata para perwira militer itu, partai-partai dan politisi sipil tak cukup punya kontribusi berharga dalam perjuangan mati-hidup merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Tentara merasa punya peran dan posisi historis yang lebih kuat dalam perjuangan menuju dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu.

Pada sisi yang lain, partai-partai yang ada kala itu relatif tidak punya pengalaman dan kesempatan selama penjajahan Belanda untuk memperoleh kematangan melalui sejarah perjuangan dan proses konsolidasi yang cukup. Kemudian, pada masa kemerdekaan partai-partai tak pernah membuktikan kemampuannya untuk memerintah sendiri.

Bahkan, dengan berkoalisi sekalipun tak pernah ada partai-partai yang pernah membuktikan diri berhasil memerintah secara langgeng. Proses perpecahan terus menerus melanda internal partai yang ada. Partai Sosialis pecah menjadi PKI dan PSI.

Partai Masjumi lama juga sempat mengalami keretakan, antara lain dengan pemisahan diri NU. Hal yang sama dengan PNI, yang secara berkala dirundung perselisihan intenal. Koalisi PSI-Masjumi-PNI yang selama waktu yang cukup lama mampu memberikan kepemimpinan politik yang relatif stabil, pada suatu ketika akhirnya pecah juga, diantaranya karena adanya perbedaan persepsi mengenai dasar-dasar negara.

Bahkan dwitunggal Soekarno-Hatta yang menjadi salah satu harapan utama kepemimpinan politik dan negara kemudian juga retak –sebelum pada akhirnya bubar– dan mulai juga menjalar ke dalam tubuh Angkatan Perang.

Suatu situasi yang banyak dimanfaatkan PKI sebagai benefit politik. Harus diakui PKI berhasil menjadi satu diantara sedikit partai yang berhasil mengkonsolidasi organisasinya dengan baik dan mempunyai strategi jangka panjang yang jelas karena terencana baik.

Namun pada sisi lain, dalam realitas objektif kala itu memang Angkatan Perang sejak beberapa lama juga sedang dirundung berbagai masalah internal, termasuk penataan ulang tubuh militer, tak terkecuali masalah penempatan eks KNIL (Koninklijk NederlandIndisch Leger) sesuai perjanjian Konperensi Meja Bundar (KMB).

Bahkan internal AD, sejumlah perwira –Kolonel Bambang Supeno dan kawan-kawan– pernah mengecam sejumlah kebijakan KSAD Kolonel Nasution.

Mereka meminta Presiden Soekarno mengganti KSAD Kolonel Nasution dan bersamaan dengan itu, 13 Juli, menyurati KSAP dan Parlemen, menyampaikan ketidakpuasan mereka. Permasalahan Angkatan Perang itu menjadi bahan pembahasan di parlemen, dan parlemen melalui suatu proses perdebatan panjang menerima salah satu mosi (Manai Sophian dan kawan-kawan) di antara beberapa mosi, mengenai Angkatan Perang dan Kementerian Pertahanan, dan mengajukan usulan penyelesaian kepada pemerintah.

Tentara menganggap parlemen terlalu jauh mencampuri masalah internal militer dan memperkuat dugaan mereka tentang konspirasi untuk memojokkan dan menjadikan militer sekedar alat sipil. Militer mengungkit betapa tidak relevannya parlemen mencampuri masalah internal Angkatan Perang, apalagi menurut mereka dalam parlemen itu tercampur baur unsur-unsur yang tidak punya andil dalam perjuangan kemerdekaan dan sebagian lagi merupakan perpanjangan dari mereka yang dianggap federalis yang memecah negara kesatuan Republik Indonesia.

Para pimpinan militer sampai pada kesimpulan bahwa harus ada sesuatu yang dilakukan untuk menghentikan manuver para politisi sipil tersebut –yang miskin konsep namun banyak kemauan. Militer menghendaki pembubaran parlemen. Ini suatu sikap politik. Dengan menampilkan sikap politik seperti ini, dan bergerak untuk memperjuangkannya, tentara telah memasuki wilayah pergulatan politik dan kekuasaan.

Kelak dengan keterlibatan dalam politik seperti itu, yang senantiasa dianggap sebagai hak sejarah terkait dengan riwayat perjuangan dan kelahiran Angkatan Bersenjata dari rakyat pada masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, tentara pada akhirnya semakin nyata mewujud sebagai ‘politician in uniform’.

Dalam dimensi militer, 17 Oktober 1952 pasukan-pasukan tentara mengepung Istana Merdeka dan mengarahkan moncong meriam ke istana. Tentara sekaligus juga tampil dengan dimensi politik tatkala menggerakkan kelompok-kelompok dalam masyarakat melakukan demonstrasi menuntut pembubaran parlemen.

KSAP TB Simatupang bersama pimpinan-pimpinan AD menemui Soekarno di istana dan mengajukan permintaan agar Soekarno membubarkan parlemen. Soekarno menolak.

Kendati moncong meriam sudah diarahkan ke istana, para pimpinan militer ini tampaknya ragu untuk menekan Soekarno lebih keras –padahal Soekarno sendiri kala itu sudah pula hampir tiba pada batas penghabisan keberaniannya.

 

Namun menurut Simatupang, waktu itu para pimpinan militer dihadapkan pada dua alternatif, atau menerobos terus dan mengambil alih pimpinan negara seperti yang dituduhkan para politisi sipil pada waktu itu, atau menahan diri dan memilih untuk menaruh harapan pada suatu pemilihan umum yang akan melahirkan suatu stabilitas yang kokoh-kuat dasarnya.

Para pemimpin militer memilih jalan terakhir tersebut. Mereka mundur, tapi sadar atau tidak, sekaligus mencipta satu titik balik.

Sejumlah perwira militer di beberapa daerah melakukan pengambilalihan komando teritorium dari tangan panglima-panglima yang pada Peristiwa 17 Oktober 1952 mendukung pernyataan Pimpinan Angkatan Perang dan Angkatan Darat. 

(sosio ploitica web blog)

Menghadapi kemelut ini perwira2 Angkatan Darat menyusun strategi dengan membuat langsung statemen apa yang dikenal sebagai : PERNYATAAN PIMPINAN ANGKATAN DARAT, yang ditanda tangan 5 Kolonel (termasuk Nasution,Simbolon,Kawilarang,Sadikin dan Gatot Soebroto) dan 11 Letkol (ada nama S Parman dan Soeprapto korban G 30S) dan diantar langsung ke Presiden Soekarno di istana pada tanggal 17 Oktober 1952. Inilah peristiwa yang sering diplesetkan seolah KUDETA.Padahal intinya cuma minta DPRS dibubarkan karena terlalu jauh mencampuri urusan internal tentara/Angkatan Perang.

Hari itu Bung Karno meminta agar pernyataan sikap tentara itu tidak disiarkan tetapi dengan sigap memperhatikan seluruh aspirasi tentara. Termasuk akan segera gelar PEMILU. Memang ada bumbu bumbu demonstrasi hari itu yang dimotori Kol Mustopo yang sangat jengkel dengan sebagian anggota parlemen yang dianggap tidak jelas jasanya dalam merebut kemerdekaan.

Karena pernyataan tentara ini tidak disiarkan itulah sebabnya dimasyarakat luas berbagai interpretasi atas peristiwa tersebut dan menggelinding bagai bola salju sehingga Kol AH Nasution melepas jabatan KASAD nya yang pertama

 

Banyak pelajaran politik yang bisa diambil dari peristiwa 17 Oktober 1952. Bagi yang belum membaca naskah PERNYATAAN PIMPINAN ANGKATAN DARAT ataupun MOSI TIDAK PERCAYA BAHARUDDIN bisa lihat dalam buku aotobiografi DR AH Nasution jilid 3 MEMENUHI PANGGILAN TUGAS hal 163

(baratmedia web blog)

 

“Waktu itu para pimpinan militer dihadapkan pada dua alternatif, atau menerobos terus dan mengambil alih pimpinan negara seperti yang dituduhkan para politisi sipil pada waktu itu, atau menahan diri dan memilih untuk menaruh harapan pada suatu pemilihan umum yang akan melahirkan suatu stabilitas yang kokoh-kuat dasarnya”.

KEKUATAN bawah tanah penentang Soekarno di kalangan politik Islam –yang datang dari eks Masjumi (Majelis Sjura Muslimin Indonesia) yang telah menjadi partai terlarang bersama PSI (Partai Sosialis Indonesia) di era pemberontakan bersenjata PRRI dan Permesta– dapat diimbangi dengan adanya dukungan kelompok Islam lainnya yang terutama berasal dari NU (Nahdatul Ulama) yang kala itu berbentuk partai politik.

NU ini memang memiliki sejarah, karakter dan tradisi pilihan untuk selalu berada sebagai pendukung kekuasaan negara ketimbang di luar lingkungan kekuasaan. Sikap seperti ini memang amat menonjol pada NU. Tetapi dalam perjalanan waktu, terlihat bahwa hampir semua partai politik di Indonesia sangat kuat berorientasi kepada kekuasaan.

Bila tak berhasil memperolehnya sendiri, diupayakan memperolehnya dengan pendekatan kepada pemegang kekuasaan untuk mendapatkan tetesan distribusi kekuasaan. Kekuatan politik di Indonesia tidak memiliki kultur oposisi yang konsisten. Pengecualian adalah pada masa kepemimpin Abdurrahman Wahid, di mana NU bisa bergerak cepat berpindah dari kutub kekuasaan dan kutub anti kekuasaan, vice versa.

Abdul Harris Nasution adalah tokoh penting di kalangan militer yang telah menghidangkan dukungan terkuat –suatu peran yang kerap dinilai secara dubious– yang pernah diterima Soekarno dari kalangan militer sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Tetapi hubungan antara Nasution dengan Soekarno terlebih dulu melalui suatu perjalanan panjang yang penuh lekuk-liku taktis.

 Dari lawan menjadi kawan, untuk akhirnya kembali menjadi lawan sejak tahun 1966, saat Nasution berperan besar membentangkan jalan ‘konstitusional’ bagi proses mengakhiri kekuasaan Soekarno dan pada waktu bersamaan menghamparkan karpet merah kekuasaan selama 32 tahun ke depan bagi Jenderal Soeharto.

Jenderal Nasution adalah tokoh yang tercatat amat banyak ‘meminjam’ dan mengoptimalkan simbol maupun pemikiran Jenderal Soedirman, meskipun tak bisa dikatakan bahwa ia sepenuhnya memiliki sikap dan jalan pikiran yang sama dengan sang jenderal besar.

Surut tujuh tahun ke belakang dari 1959.

 

 Pada tahun 1952

 semakin mencuat perbedaan pandangan antara tentara (terutama Angkatan Darat) yang dipimpin oleh KSAD Kolonel Abdul Harris Nasution dan Kepala Staf Angkatan Perang Jenderal Mayor Tahi Bonar Simatupang di satu pihak dengan Soekarno dan politisi sipil pada pihak yang lain. Tentara menganggap ada upaya-upaya politis dari pihak partai-partai untuk menguasai dan mengekang tentara serta menempatkan tentara sekedar sebagai alat (politik) sipil. Banyak politisi sipil yang kala itu tak henti-hentinya melontarkan kecaman ke tubuh Angkatan Perang, khususnya terhadap Angkatan Darat.

 Kecaman-kecaman itu dianggap tentara tak terlepas dari hasrat dan kepentingan para politisi sipil untuk mendominasi kekuasaan negara, padahal di mata para perwira militer itu, partai-partai dan politisi sipil tak cukup punya kontribusi berharga dalam perjuangan mati-hidup merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Tentara merasa punya peran dan posisi historis yang lebih kuat dalam perjuangan menuju dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu.

Pada sisi yang lain, partai-partai yang ada kala itu relatif tidak punya pengalaman dan kesempatan selama penjajahan Belanda untuk memperoleh kematangan melalui sejarah perjuangan dan proses konsolidasi yang cukup.

Kemudian, pada masa kemerdekaan partai-partai tak pernah membuktikan kemampuannya untuk memerintah sendiri. Bahkan, dengan berkoalisi sekalipun tak pernah ada partai-partai yang pernah membuktikan diri berhasil memerintah secara langgeng.

 Proses perpecahan terus menerus melanda internal partai yang ada. Partai Sosialis pecah menjadi PKI dan PSI. Partai Masjumi lama juga sempat mengalami keretakan, antara lain dengan pemisahan diri NU. Hal yang sama dengan PNI, yang secara berkala dirundung perselisihan intenal. Koalisi PSI-Masjumi-PNI yang selama waktu yang cukup lama mampu memberikan kepemimpinan politik yang relatif stabil, pada suatu ketika akhirnya pecah juga, diantaranya karena adanya perbedaan persepsi mengenai dasar-dasar negara.

 Bahkan dwitunggal Soekarno-Hatta yang menjadi salah satu harapan utama kepemimpinan politik dan negara kemudian juga retak –sebelum pada akhirnya bubar– dan mulai juga menjalar ke dalam tubuh Angkatan Perang. Suatu situasi yang banyak dimanfaatkan PKI sebagai benefit politik. Harus diakui PKI berhasil menjadi satu diantara sedikit partai yang berhasil mengkonsolidasi organisasinya dengan baik dan mempunyai strategi jangka panjang yang jelas karena terencana baik.

Namun pada sisi lain, dalam realitas objektif kala itu memang Angkatan Perang sejak beberapa lama juga sedang dirundung berbagai masalah internal, termasuk penataan ulang tubuh militer, tak terkecuali masalah penempatan eks KNIL – Koninklijk NederlandIndisch Leger– sesuai perjanjian Konperensi Meja Bundar (KMB).

Bahkan internal AD, sejumlah perwira –Kolonel Bambang Supeno dan kawan-kawan– pernah mengecam sejumlah kebijakan KSAD Kolonel Nasution.

 Mereka meminta Presiden Soekarno mengganti KSAD Kolonel Nasution dan bersamaan dengan itu, 13 Juli, menyurati KSAP dan Parlemen menyampaikan ketidakpuasan mereka. Permasalahan Angkatan Perang itu menjadi bahan pembahasan di parlemen, dan parlemen melalui suatu proses perdebatan panjang menerima salah satu mosi (Manai Sophian dan kawan-kawan) di antara beberapa mosi, mengenai Angkatan Perang dan Kementerian Pertahanan, dan mengajukan usulan penyelesaian kepada pemerintah.

Tentara menganggap parlemen terlalu jauh mencampuri masalah internal militer dan memperkuat dugaan mereka tentang konspirasi untuk memojokkan dan menjadikan militer sekedar alat sipil. Militer mengungkit betapa tidak relevannya parlemen mencampuri masalah internal Angkatan Perang, apalagi menurut mereka dalam parlemen itu tercampur baur unsur-unsur yang tidak punya andil dalam perjuangan kemerdekaan dan sebagian lagi merupakan perpanjangan dari mereka yang dianggap federalis yang memecah negara kesatuan Republik Indonesia.

Para pimpinan militer sampai pada kesimpulan bahwa harus ada sesuatu yang dilakukan untuk menghentikan manuver para politisi sipil tersebut –yang miskin konsep namun banyak kemauan. Militer menghendaki pembubaran parlemen. Ini suatu sikap politik. Dengan menampilkan sikap politik seperti ini, dan bergerak untuk memperjuangkannya, tentara telah memasuki wilayah pergulatan politik dan kekuasaan. Kelak dengan keterlibatan dalam politik seperti itu, yang senantiasa dianggap sebagai hak sejarah terkait dengan riwayat perjuangan dan kelahiran Angkatan Bersenjata dari rakyat pada masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, tentara pada akhirnya semakin nyata mewujud sebagai ‘politician in uniform’ (Lihat juga tulisan lain dalam blog ini, Jenderal Ahmad Yani, Dilema Politician in Uniform). Dalam dimensi militer,

17 Oktober 1952 pasukan-pasukan tentara mengepung Istana Merdeka dan mengarahkan moncong meriam ke istana. Tentara sekaligus juga tampil dengan dimensi politik tatkala menggerakkan kelompok-kelompok dalam masyarakat melakukan demonstrasi menuntut pembubaran parlemen.

 KSAP TB Simatupang bersama pimpinan-pimpinan AD menemui Soekarno di istana dan mengajukan permintaan agar Soekarno membubarkan parlemen.

 Soekarno menolak. Kendati moncong meriam sudah diarahkan ke istana, para pimpinan militer ini tampaknya ragu untuk menekan Soekarno lebih keras –padahal Soekarno sendiri kala itu sudah pula hampir tiba pada batas penghabisan keberaniannya.

Namun menurut Simatupang, waktu itu para pimpinan militer dihadapkan pada dua alternatif, atau menerobos terus dan mengambil alih pimpinan negara seperti yang dituduhkan para politisi sipil pada waktu itu, atau menahan diri dan memilih untuk menaruh harapan pada suatu pemilihan umum yang akan melahirkan suatu stabilitas yang kokoh-kuat dasarnya.

Para pemimpin militer memilih jalan terakhir tersebut. Mereka mundur, tapi sadar atau tidak, sekaligus mencipta satu titik balik.

Sejumlah perwira militer di beberapa daerah melakukan pengambilalihan komando teritorium dari tangan panglima-panglima yang pada Peristiwa 17 Oktober 1952 mendukung pernyataan Pimpinan Angkatan Perang dan Angkatan Darat.

 Setelah peristiwa tanggal 17, selama berhari-hari Kolonel Nasution diperiksa Kejaksaan Agung. Dengan terjadinya pergolakan di beberapa teritorium, KSAD Kolonel AH Nasution menyatakan diri bertanggungjawab sepenuhnya dan mengajukan pengunduran diri. Dengan serta merta Presiden Soekarno menerima pengunduran diri tersebut.

 Nasution meletakkan jabatan sebagai KSAD, dan berada di luar kepemimpinan Angkatan Darat selama beberapa tahun. Dalam masa ‘istirahat’ tanpa jabatan militer –bahkan juga di posisi di luar itu, karena tempatnya di lembaga non militer tidak dijalaninya– yang berlangsung kurang lebih 4 tahun itu, Abdul Haris Nasution menggunakan waktunya untuk menyusun banyak tulisan dan konsep, meskipun belum sempurna benar, mengenai peranan militer sebagai kekuatan pertahanan maupun sebagai kekuatan sosial politik. Kelak pemikiran-pemikiran yang dituangkan Abdul Harris Nasution dalam kumpulan tulisan itu menjadi cikal bakal dan landasan bagi konsep Dwifungsi ABRI yang dilaksanakan secara konkret

“Menempatkan Islam sebagai ideologi tidak relevan, karena tak semua rakyat yang beragama Islam menganggap agamanya sekaligus juga adalah ideologi politik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan penggunaan agama sebagai ideologi politik untuk mengejar kekuasaan duniawi, bagi sebagian pemuka umat dianggap sebagai degradasi keluhuran Islam”.

Bersamaan dengan tersisihnya AH Nasution, KSAP Tahi Bonar Simatupang juga mengundurkan diri, dan itulah pula sebenarnya akhir dari karir militernya, meskipun secara formal baru pada tahun 1959 ia meninggalkan dinas aktif militernya.

Sebagai KSAD baru diangkat

 

 Kolonel Bambang Soegeng.

Tak ada pengganti untuk Simatupang, karena jabatan KSAP untuk selanjutnya ditiadakan.

Tapi Simatupang –bersama dengan konsep dan buah pikiran Nasution– melalui penyampaian uraian dan tulisan-tulisannya ikut mewariskan pemikiran yang memberi ilham bagi konsep Dwifungsi ABRI dikemudian hari.

Menurut Simatupang, kedudukan Angkatan Perang yang agak berdiri sendiri sebetulnya telah merupakan kenyataan sebelum Republik Indonesia ada.

Unsur-unsur yang kemudian menjadi pendiri dan pimpinan Angkatan Perang adalah orang-orang yang mengambil peran mendorong agar kemerdekaan segera diproklamasikan.

Menurutnya, setelah Angkatan Perang dibentuk secara resmi, selama tahun-tahun perjuangan eksistensi dan pengembangan dirinya, Angkatan Perang itu tidak pernah dikuasai sepenuhnya oleh Pemerintah. “Angkatan Perang tidak menganggap dirinya pertama-tama sebagai alat teknis di tangan Pemerintah, melainkan sebagai pendukung dan pembela kemerdekaan dan dasar-dasar negara”.

Sejarah juga memang mencatat fakta bahwa ketika Presiden Soekarno dan sejumlah anggota kabinet dan pemimpin pemerintahan yang lain ditawan Belanda setelah serangan militer bulan Desember 1948, secara de facto Angkatan Perang mengambil peran meneruskan perjuangan melalui perang gerilya melawan tentara Belanda seraya mengambil fungsi-fungsi sebagai pimpinan aparat pemerintahan hingga tingkat desa dalam rangka menjaga kedaulatan negara dan eksistensi teritorial pemerintahan negara.

(gungun Gunawan)

 

17 Oktober 1952

peristiwa 17 Oktober 1952.

 

Demonstrasi rakyat di Jakarta dan dikeluarkannya Pernyataan Pimpinan Angkatan Darat kepada Presiden Soekarno di Istana oleh 16 perwira menengah Angkatan Darat.

Petisi yang disampaikan kepada Presiden di depan Istana tersebut meminta agar Parlemen dibubarkan karena bukan hasil pilihan rakyat, dan menuntut agar segera diadakan Pemilu.

Peristiwa yang berlangsung pagi hari ini terjadi akibat kemelut yang terjadi di kalangan TNI Angkatan Darat sehubungan dengan diberlakukannya rasionalisasi tentara dan keterlibatan militer dalam lapangan politik.

Atas demonstrasi tersebut presiden akan memperhatikan semua tuntutan itu dan berpesan agar Angkatan Perang tetap menjaga ketenteraman umum. Presiden juga mengatakan akan berkonsultasi dengan pemerintah mengenai hal ini dan mengusahakan secepat mungkin diadakan Pemilu.

Terjadinya Peristiwa 17 Oktober berkaitan dengan pro dan kontra rasionalisasi di tubuh militer. Kelompok lain dalam TNI, terutama dari kalangan yang dilatih pada jaman Jepang, berpendapat bahwa rasionalisasi yang hanya didasarkan pada kriteria pendidikan, umur, dan keterampilan saja, akan menimbulkan rasa kecewa dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan faktor nilai yang dibawa dari revolusi, yakni semangat. Semangat inilah yang membuat TNI berhasil mempertahankan kemerdekaan. Jadi bukan semata-mata karena profesionalisme keprajuritan. Memang persoalannya tidak sederhana, karena kelompok yang pro-rasionalisasi adalah kelompok perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, dan yang kontra-rasionalisasi adalah kelompok yang berasal dari tentara yang dilatih pada jaman Jepang. Kedua kelompok itu mempunyai pendukung yang beragam walaupun perwira-perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, seperti Nasution, Simatupang, Hidayat, dan Kawilarang terlihat cukup dominan pada kelompok prorasionalisasi.

Perbedaan kedua kelompok militer ini menjadi terbuka ketika Kolonel Bambang Supeno, bekas Komandan Akademi Militer, berusaha menentang rencana rasionalisasi tentara yang dilancarkan oleh Nasution dan memperoleh dukungan Menteri Pertahanan. Bambang Supeno menulis surat kepada Seksi Pertahanan dan Keamanan di DPR yang isinya menentang kebijaksanaan atasannya mengenai rencana rasionalisasi. Akibatnya, Kolonel Bambang Supeno diskors oleh KSAD. Surat Supeno segera menjadi perhatian DPR.

Pada tahap ini, konflik yang berkembang tidak lagi bersifat militer belaka namun merentang ke persoalan politik di parlemen. Reaksi parlemen atas surat Kolonel Bambang Supeno dimulai oleh Ketua Seksi Pertahanan sendiri, Zainul Baharuddin. Tanggal 23 September 1952 ia mengajukan mosi yang mengecam kebijaksanaan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX dan menyatakan bahwa penskorsan atas Kolonel Bambang Supeno tidak sah. Jika mosi diajukan, reaksinya dapat diduga akan mengundang pro dan kontra di antara partai-partai dalam lembaga ini. Presiden Sukarno memberi dukungan kepada Bambang Supeno, tetapi mosi Zainul Baharuddin tidak disetujui oleh Parlemen. Mosi dibalas mosi, dan “perang mosi” di parlemen berlangsung selama bulan Oktober, sampai akhirnya terjadi Peristiwa 17 Oktober

Sumber

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2249/Peristiwa-17-Oktober-1952

 

Apa yang terjadi pada 17 oktober 1952? Pagi-pagi sekali, 17 oktober 1952, 5000-an orang muncul di jalanan Jakarta. Mereka berbaris menuju gedung parlemen di Pejambon, Jakarta Pusat—sekarang jadi kantor Departemen Luar Negeri.

Sampai di gedung parlemen, massa langsung menerobos masuk dan menghancurkan beberapa kursi. Setelah menggelar aksinya di gedung parlemen, massa bergerak menuju ke istana Presiden. Jumlah massa bertambah besar: 30-an ribu jumlah mereka.

Sementara itu, di depan istana negara, tentara juga bertindak. Beberapa tank dan panser diparkir dengan moncong menghadap istana. Tidak ketinggalan empat meriam diarahkan tepat ke arah istana.

Bung Karno punya cerita tersendiri tentang kejadian itu. Dalam buku otobiografinya, Bung Karno: penyambung lidah rakyat, Soekarno bercerita: “pagi-pagi pada tanggal 17 oktober 1952, dua buah tank, empat kendaraan lapis baja, dan ribuan orang menyerbu memasuki gerbang Istana Merdeka. Mereka membawa poster –poster ‘bubarkan parlemen’. Satu batalyon altileri dengan empat buah meriam memasuki lapangan keliling istana. Meriam-meriam 25 pounder dihadapkan kepadaku. Pameran kekuatan ini mencerminkan kelatahan daripada jaman itu. Tindakan ini tidak dapat dikatakan bijaksana, olehkarena para panglima yang menciptakannya berada denganku di dalam Istana.”

Upaya Kudeta militer

Indonesianis terkemuka, Herbert Feith, dalam bukunya The Decline of Constitutional Democracy in IndonesiaI, menyebut para perwira angkatan darat berada di belakang aksi tersebut.

Ada juga yang menuding PSI, yang saat itu memainkan kartu anti-Soekarno dan anti-komunis, berada di balik gerakan tersebut. Posisi ini dipegang oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), dan pernah disampaikan langsung oleh ketuanya, DN Aidit, saat kongres ke-VI PKI.

Pemicunya, kata Aidit, PSI dan Masyumi tersingkir dari kekuasaan paska kejatuhan kabinet Sukiman. Kita tahu, kabinet Sukiman sangat disokong oleh PSI-Masyumi dan karakter kabinet ini sangat anti-kiri.

Soekarno sendiri punya pandangan lain perihal peristiwa tersebut. Kepada penulis otobiografinya, Cindy Adams, Soekarno menganggap peristiwa 17 oktober 1952 itu sebagai percobaan “setengah coup”. Istilah “percobaan setengah coup” itu disampaikan sendiri oleh Nasution kepada Bung Karno.

Hanya saja, versi Nasution, seperti dikutip Bung Karno, “upaya kudeta tersebut bukan ditujukan kepada Bung Karno, melainkan kepada sistim pemerintahan.” Mereka (Nasution dan kelompok) menuntut Bung Karno membubarkan parlemen.

Gerakan 17 oktober 1952 juga dirancang rapi. Pada 16 oktober 1952, perencanaan gerakan ini disusun. Wakil KSAD Letnan Kolonel Sutoko dan Letnan Kolonel S. Parman ditunjuk sebagai pelaksana operasi. Sedangkan pelaksana di lapangan ditunjuk Kolonel dr Mustopo dan Letkol Kemal Idris.

Seksi Intel Divisi Siliwangi mengerahkan demonstran dari luar Ibu Kota dengan menggunakan truk militer. Komondao militer kota Djakarta raya mengarahkan para jagoan betawi untuk memobilisasi massa.

Pagi hari, 17 oktober 1952, militer sudah bergerak sesuai pos masing-masing. Rakyat kebanyakan, termasuk buruh, juga diprovokasi untuk bergabung dalam aksi. Koran Harian Rajat pada edisi 18 oktober melaporkan bahwa banyak kantor dan pabrik yang tutup karena buruhnya berbelot ikut demonstrasi.

Pemicu Kudeta Militer

Di penghujung 1952, militer sudah sangat gerah dengan politisi sipil dan parlemen. Sementara, pada sisi lain, parlemen juga resah dengan meningkatnya pengaruh militer sebagai kekuatan politik tersendiri.

Pada tahun 1952, kementerian pertahanan dan angkatan perang, yang sangat dipengaruhi oleh PSI, berencana menjalankan reorganisasi dan memberhentikan 60 ribu pasukan non-reguler dan 30 ribu pasukan kepolisian. Selain itu, militer telah aktif melakukan kerjasama dan menerima bantuan dari Belanda.

Tindakan angkatan perang ini memicu protes dari dalam dan luar. Dari dalam, sejumlah perwira, khususnya yang dipimpin oleh Kolonel Bambang Supeno, mengajukan mosi tidak percaya kepada pimpinan angkatan perang.

Sedangkan dari luar, yakni sejumlah kekuatan politik di parlemen, telah mengajukan mosi tidak percaya.

Sejumlah pemimpin angkatan perang, khsusunya Nasution dan TB Simatupang, menganggap tindakan Kolonel Bambang Supeno telah melanggar hirarki dalam angkatan perang. Pada malam 11 Juli 1952, bertempat di rumah Mayor Jenderal T.B. Simatupang, berlangsung rapat 17 perwira tinggi angkatan perang.

Sementara itu, di parlemen, sejumlah politisi mengajukan mosi tidak percaya terhadap angkatan perang. Pada 28 September, anggota parlemen Zaenul Baharuddin mengajukan mosi tidak percaya terhadap Menteri Pertahanan dalam menyelesaikan konflik Angkatan Perang. Ia meminta selekasnya disusun Undang-Undang Pertahanan Negara.

Dua pekan setelah Baharuddin, Kasimo, dari Partai Katolik, mengajukan mosi yang lain: menuntut penyempurnaan Angkatan Perang dan pembentukan Panitia Negara untuk keperluan itu.

Sehari setelahnya, Manai Sophiaan menambah tuntutan Kasimo, yaitu usul agar Panitia Negara diberi kewenangan memecat pemimpin Angkatan Perang.

“Serangan” parlemen membuat para perwira angkatan perang mendidih.

Mereka menganggap parlemen telah memasuki wilayah teknis militer. Kolonel Gatot Soebroto, Panglima Teritorium VII/Sulawesi Selatan, bahkan sampai memberikan ultimatum. “Pokoknya di sana atau di sini harus bubar!,” katanya.

Pada tanggal 16 oktober 1952, parlemen menyetujui mosi Manai Sophiaan. Posisi Bung Karno, seperti dicatat Herbert Feith, cenderung menyetujui langkah Manai Sophiaan ini. Apalagi, sejak awal Bung Karno kurang setuju dengan langkah militer berpolitik dan mencampuri kehidupan sipil.

Sementara, pada persoalan yang lain, angkatan perang mengetahui ketidaksukaan Bung Karno terhadap demokrasi liberal. Bung Karno gerah dengan perdebatan panjang di parlemen tetapi tidak menyentuh persoalan rakyat.

Bahkan, tidak jarang debat warung kopi itu mengancam persatuan nasional. Jadinya, seolah-olah hendak menyatakan pandangan politik yang sama, pimpinan angkatan perang berusaha memanfaatkan Bung Karno untuk membubarkan parlemen.

Sikap Bung Karno

Bung Karno, yang ditempa puluhan tahun oleh alam perjuangan dan revolusi, bukanlah pemimpin yang gampang ditekan. Ia sama sekali tidak takut menghadapi aksi massa yang digerakkan oleh militer itu.

Bung Karno juga tidak gentar dengan tank, panser, dan meriam yang diarahkan kepadanya. “Hatiku tidak gentar melihat sekitar itu (istana) dikuasai oleh meriam-meriam lapangan. Bahkan, sebaliknya, aku menantang langsung kedalam mulut senjata itu dan kulepaskan kemarahanku kepada mereka yang hendak mencoba mematikan sistim demokrasi dengan pasukan bersenjata.”

Yah, pada saat itu Bung Karno memang sangat marah kepada Nasution. “Engkau benar dalam tuntutanmu, tetapi salah dalam caranya,” kata Bung Karno.

Saat itu, Presiden meminta lima orang perwakilan massa untuk menemui dirinya. Akan tetapi, tak satupun dari pemimpin massa itu yang berani. Akhirnya, Bung Karno keluar sendiri menemui massa.

“Utusan kalian menyampaikan tuntutan agar parlemen dibubarkan,” katanya seperti dikutip harian Suara Rakjat. “Ini jawaban saya: Bapak tidak mau berbuat dan dikatakan sebagai diktator.”

Bung Karno lebih lanjut mengatakan: “Siapa hendak memperkosa demokrasi, dia hendak memperkosa kemerdekaan itu sendiri. Siapa hendak diktator, dia akan digilas oleh rakyat sendiri. Bila kita tinggalkan demokrasi, negara kita ini akan hancur….”

Setelah mendapat penjelasan dari Bung Karno, massa pun membubarkan diri. Mereka tahu bahwa Presiden tidak menyetujui aksi mereka.

Setelah massa bubar, giliran petinggi militer, termasuk Nasution, menemui Bung Karno. Konon, Nasution menyodorkan konsep keadaan bahaya di seluruh Indonesia. Akan tetapi, usulan tersebut ditolak Bung Karno.

Hari itu, seusai menggelar aksi, militer memutus jalur telpon, melarang pertemuan massa yang melebihi 5 orang, dan memperpanjang jam malam dari pukul 22.00-05.00 menjadi pukul 20.00-05.00.

Militer juga membredel sejumlah media yang tidak mendukungnya: Harian Merdeka, Madjalah Merdeka, Mimbar Indonesia, dan Berita Indonesia. Sejumlah anggota parlemen juga ditangkap.

Beberapa bulan setelah kejadian, pertentangan di tubuh militer makin menajam. Sejumlah perwira militer yang tunduk kepada Bung Karno melancarkan gerakan pengambil-alihan kepemimpinan terhadap perwira militer pro-17 Oktober 1952. Itu terjadi di Teritorium V/Brawijaya (Jatim), Teritorium VII/Sulawesi Selatan, Teritorium II di Sumatera Selatan.

Nasution juga sempat diberhentikan karena kejadian itu. Akan tetapi, karena pertimbangan persatuan nasional, Bung Karno mengaktifkan kembali Nasution pada jabatan lain.

TIMUR SUBANGUN (Kontributor Berdikari Online)

Setelah peristiwa tanggal 17 Oktober 1952,

selama berhari-hari Kolonel Nasution diperiksa Kejaksaan Agung. Dengan terjadinya pergolakan di beberapa teritorium, KSAD Kolonel AH Nasution menyatakan diri bertanggungjawab sepenuhnya dan mengajukan pengunduran diri. Dengan serta merta Presiden Soekarno menerima pengunduran diri tersebut. Nasution meletakkan jabatan sebagai KSAD, dan berada di luar kepemimpinan Angkatan Darat selama beberapa tahun.

Dalam masa ‘istirahat’ tanpa jabatan militer –bahkan juga di posisi di luar itu, karena tempatnya di lembaga non militer tidak dijalaninya– yang berlangsung kurang lebih 4 tahun itu, Abdul Haris Nasution menggunakan waktunya untuk menyusun banyak tulisan dan konsep, meskipun belum sempurna benar, mengenai peranan militer sebagai kekuatan pertahanan maupun sebagai kekuatan sosial politik.

Kelak pemikiran-pemikiran yang dituangkan Abdul Harris Nasution dalam kumpulan tulisan itu menjadi cikal bakal dan landasan bagi konsep Dwifungsi ABRI yang dilaksanakan secara konkret. Bersamaan dengan tersisihnya Nasution itu,

KSAP Tahi Bonar Simatupang juga mengundurkan diri, dan itulah pula sebenarnya akhir dari karir militernya, meskipun secara formal baru pada tahun 1959 ia meninggalkan dinas aktif militernya.

Sebagai KSAD baru diangkat Kolonel Bambang Sugeng. Tak ada pengganti untuk Simatupang, karena jabatan KSAP untuk selanjutnya ditiadakan.

Tapi Simatupang –bersama dengan konsep dan buah pikiran Nasution– melalui penyampaian uraian dan tulisan-tulisannya ikut mewariskan pemikiran yang memberi ilham bagi konsep Dwifungsi ABRI dikemudian hari.

(sosio politica web blog)

Pergolakan internal AD pasca Peristiwa 17 Oktober 1952

 ternyata tak selesai begitu saja. Dalam masa kepemimpinan Kolonel Bambang Soegeng, gejolak perpecahan internal terus berlangsung hingga bulan pertama, bahkan sebenarnya sampai pertengahan tahun 1955.

 Para perwira militer ini mengadakan Rapat Collegiaal (Raco) pada 21 hingga 25 Februari di Yogyakarta.

 Rapat ini menghasilkan ‘Piagam Keutuhan Angkatan Darat Republik Indonesia’. 29 perwira senior dan berpengaruh dalam Angkatan Darat ikut menandatangani piagam tersebut. Dengan piagam tersebut, secara internal dianggap pertentangan di tubuh Angkatan Darat berkaitan dengan Peristiwa 17 Oktober 1952 telah selesai.

Namun perbedaan pendapat antara para perwira itu dengan pemerintah tidak serta merta ikut berakhir, sehingga tak tercapai kesepakatan tentang penyelesaian Peristiwa 17 Oktober 1952.

(gungun Gunawan)

October,23th,952

The first flight cover from bandung via KLM to Chile with RIS overprint 30 cent building stamps and sukarno first series stamp RP.1 ,RIS eagle stamps .

Pada tanggal 16 November 1952,

Batalyon 719 yang dipimpin oleh Andi Selle

melucuti satuan CPM dan Sekolah Kader Infanteri (SKI) di Pare-Pare.   Andi Selle juga menguras uang dari Bank setempat dan menyatakan diri sebagai penguasa Pare-Pare, kemudian mundur masuk ke hutan sebagai gerombolan pengacau tatkala TNI merebut Pare-Pare kembali.

 

5 Desember 1952

Kol Bambang soegeng diangkat menjadi kASAD mengantikan A.H.Nasution

(wiki)

OLEKSI SEJARAH INDONESIA 1953(BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1953

File:Ali Sastroamidjojo Suara Indonesia 2 Aug 1954 p1.jpg

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

1953

Lantas di balik selubung bahaya ancaman komunisme, AS selalu berhasil memperdayai elite militer dan politik Indonesia.

Gambaran lebih jelas mengenai Indonesia dikemukakan Presiden Eisenhower dalam konferensi gubernur negara bagian AS tahun 1953.

 Ia mengatakan, sumbangan AS sebesar 400 juta dollar AS membantu Perancis dalam perang Vietnam bukanlah sia-sia. Jika Vietnam jatuh ke tangan komunis, negara tetangganya akan menyusul pula. “Kita tidak boleh kehilangan Indonesia yang sangat kaya sumber daya alamnya,” ujarnya.

Bagi AS, di dunia ini hanya dikenal dua blok, yaitu komunis dan liberal. Di luar jalur itu dikategorikan sebagai condong ke komunis. Maka dengan kosmetik demikianlah bagi AS tidak ada ampun untuk seorang nasionalis seperti Soekarno.

(penasukarno)

30 Juli 1953

Tanggal 30 Juli 1953 – 24 Juli 1955 adalah masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I(iluni)

1 Agustus 1953

. Kabinet yang dipimpin oleh Mr Ali Sastroamidjojo dari PNI sebagai Perdana Menteri dan Mr Wongsonegoro dari PIR (Persatuan Indonesia Raya) sebagai wakilnya, kala itu belum genap berusia dua tahun sejak dibentuk 1 Agustus 1953.

 Ali baru saja menjadi penyelenggara Konperensi Asia Afrika di Bandung pada bulan April yang dianggap suatu keberhasilan internasional.

(gungun Gunawan)

August 1953

Memperjuangkan nasib rakyat Sulawesi yang menjadi korban karena disia-siakan serta ditelantarkan oleh pemerintah akibat dari kekuatan militer yang berada ditangan para bekas KNIL.

Maka sejak bulan Agustus 1953

 

Source

http://trimudilah.blogspot.com/2010/09/abdul-qahhar-mudzakkar-sang-patriot.html

 

 daratan Sulawesi dinyatakan sebagai daerah de facto NII. Dimana pejuang Islam Revolusioner menegakkan pemerintahan Islam yang menjalankan hukum Islam bedasarkan Al-Qur’an dan Hadist Shahih.

Abdul Qahhar Mudzakkar memilih mengkonsentrasikan diri dalam perjuangan sebagai seorang muslim, menjalani kehidupan sebagai hamba Allah mengikuti jejak perjuangan yang dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW dalam menjalankan risalah agama di bumi ini. Mereka yang bersama dengan Abdul Qahhar, pada akhirnya menemukan, bahwa tidak ada jalan lain dan tiada pilihan lain, bagi penganut agama Islam, harus menjadikan Al-Qur’an dan Hadist sebagai pegangan hidup yang utuh. Tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan, dan juga tidak ada perasaan derita dalam perjalanan menegakan Ad-Dien.

Ketika zamannya Abdul Qahhar Mudzakkar, rakyat Sulawesi Selatan digolongkan dalam dua golongan, pertama pejuang yang terdiri dari rakyat/masyarakat yang tidak dibedakan apakah mereka berasal dari aristokrat atau warga biasa. Dimana salah seorang dari anggota keluarganya yang kadang-kadang adalah kakek/nenek, ayah/ibu, kakak, adik, mantu, ipar atau mertua mereka dlsb yang memang sejak awal benci dan melawan penindasan penjajah Belanda, mereka itu mengikat diri dalam suatu kesatuan untuk berjuang melawan penjajahan, karena itu mereka dinamakan patriot atau pejuang. Sedangkan yang lainnya yaitu mereka yang berkhianat dan bekerja sama dengan Belanda, mereka ini mengkhianati bangsa dan negaranya sendiri, sebagai KNIL. Sedangkan golongan lain daripada itu, adalah yang tidak menjadi perhitungan karena mereka tidak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri masyarakat Sulawesi yang dikenal akan kejujuran, ketegasan dan keberaniannya.

Perlawanan terhadap pemerintahan Soekarno tercatat sebagai perlawanan terpanjang dalam sejarah TNI di Sulawesi. Sebenarnya ia menaruh harapan yang sangat besar pada Soekarno. Ia berharap Soekarno mengawal Indonesia menjadi sebuah negara berdasarkan Islam, yang akan mengantarkannya pada kebesaran.

Dalam sebuah suratnya untuk Soekarno, ia mengutarakan hal tersebut. “Bung Karno yang saja muliakan. Alangkah bahagia dan Agungnja Bangsa Kita dibawah Pimpinan Bung Karno, jika sekarang dan sekarang djuga Bung Karno sebagai Pemimpin Besar Islam, Pemimpin Besar Bangsa Indonesia, tampil ke muka menjeru Masjarakat Dunia yang sedang dipertakuti Perang Dunia III, dipertakuti kekuasaan Nuklir, kembali kedjalan damai dan perdamaian jang ditundjukkan oleh Tuhan dalam segala Adjarannja jang ada di dalam kitab sutji Al Qur’an….”

Tapi sayang, seruan Kahar Muzakkar seperti gaung di dalam sumur. Harap tak bertemu, malah petaka yang dituai. Kahar Muzakkar menjemput ajalnya di tangan tentara Divisi Siliwangi yang dikirim khusus menghabisi gerakannya. Kematiannya semakin menambah panjang daftar para pejuang yang dikhianati oleh sejarah bangsanya sendiri. (ref/sabili)

Piagam Makalua

 

Dalam konperensi para pimpinan kaum gerilyawan sebelum dinyatakan Sulawesi sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII), oleh Kahar Muzakkar sebetulnya telah disusun suatu konstitusi Negara Republik Islam Indonesia (NRII), atau, disebut juga Republik Islam Indonesia (RII). Konstitusi ini dikenal luas belakangan sebagai Piagam Makalua, menurut nama tempat konperensi penyusunan tersebut dilangsungkan, di Makalua.

Piagam Makalua adalah salah satu dokumen yang masih ada, yang dapat memberikan setidak-tidaknya sekadar pandangan mengenai sifat gerakan Kahar Muzakkar. Satu pamflet lain yang ditulis Kahar Muzakkar sendiri berjudulTjatatan Bathin Pedjoang Islam Revolusioner. Dokumen-dokumen ini pertama-tama membuktikan, dibandingkan dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat, Kahar Muzakkar lebih berat menekankan pada organisasi sosial dan ekonomi negara. Dokumen-dokumen Darul Islam Sulawesi memuat lebih banyak, dan lebih teliti mengenai pasal-pasal yang mengatur kehidupan sosial dan ekonomi.

Bukti kedua yang timbul dari bahan-bahan ini adalah bahwa Darul Islam pimpinan Kahar Muzakkar bertujuan menciptakan ragam masyarakat sama derajat, dan dalam beberapa hal masyarakat puritan. Ingin menghilangkan semua sisa norma sosial tradisional, membayangkan landreform yang sederhana, dan bertujuan melenyapkan perbedaan-perbedaan dalam kekayaan pribadi pada umumnya. Tetapi kekurangan pengalaman dan bimbingan yang tepat menjadikan sebagian besar peraturan yang bermaksud baik ini jadi tak berarto di dalam prakteknya.

Kahar Muzakkar berusaha melenyapkan praktek-praktek tradisional di Sulawesi Selatan dengan menanggulangi jebakan-jebakan luarnya. Demikianlah Piagam Makalua berusaha menghapuskan penggunaan gelar atau kehormatan sengaja atau tidak sengaja. Sesuai dengan itu pengunaan gelar-gelar seperti AndiDaengGede-BagusTengku, dan Radendilarang. Dalam kegiatannya untuk menegakkan persamaan, dia juga melarang penggunaan gelar khas Islam seperti Haji, demikian pula kata-kata umum yang digunakan untuk menghormat, seperti Bapak atau Ibu. Kata-kata ini juga dicap feodal.

Selanjutnya Piagam Makalua menyatakan perang terhadap semua orang turunan bangsawan atau aristokrat yang tidak mau membuang gelarnya, demikian pula terhadap kelompok-kelompok mistik fanatik. Sebagian Piagam Makalua ditujukan pada pengaturan perkawinan. Beberapa ketentuanyang relevan sangat jelas dan mudah dipahami.

Demikianlah piagam ini menentukan setiap orang yang melanggar hukum Islam tentang pergaulan sosial dan tentang hubungan-hubungan antara kedua jenis kelamin untuk dituntut. Lalu terdapat peraturan-peraturan yang dibuat untuk membatasi biaya perkawinan. Sebaliknya, peraturan-peraturan yang lain lebih menimbulkan kesan aneh bila dibaca permulaan. Begitulah, mereka yang menentang poligami akan dituntut dan tak satu pun usul perkawinan boleh ditolak kecuali pelamar adalah anak-anak, impoten, penderita penyakit menular, atau keji wataknya

Bagian piagam ini yang mengatur cara hidup dan hak-hak milik para Mujahidin (pejuang dalam jalan Allah) dan keluarganya dalam proses revolusi, membuktikan sejelas-jelasnya akan cita-cita persamaan kaum pemberontak. Pembelian dan pemilikan ternak dan tanah, demikian pula kedai, pabrik, kendaraan sewaan, perahu layar, dan sebagainya dilarang, kecuali dengan izin organisasi revolusioner. Pasal ini kemudian memungkinkan titik awal pelaksanaan landreform yang sederhana. Cara pelaksanaannya kemudian dinyatakan lebih terperinci oleh Kahar Muzakkar.

Bagian lain dari bab yang sama membicarakan pemilikan harta benda pribadi oleh Pejuang-pejuang Islam revolusioner dan keluarganya. Demikianlah mereka dilarang memiliki atau memakai emas dan permata, mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan mahal seperti wol atau sutera, menggunakan minyak rambut, pemerah bibir atau bedak, dan memakan makanan atau minuman yang dibeli di kota yang dikuasai musuh, seperti susu, coklat, mentega, keju, daging atau ikan kalengan, biskuit, gandum, gula tebu, dan teh. Bila barang-barang ini dengan sah telah dalam penguasaan pemilik yang sekarang, maka organisasi revolusioner akan membeli atau meminjamnya: bila sebaliknya barang-barang ini diperoleh melalui penipuan moral, maka barang ini akan disita.

Ketika mendengar keluhan-keluhan rakyat dan menyaksikan krisis moral dan kecenderungan anak buahnya terhadap kesenangan dan hidup mewah, segera Kahar Muzakkar menempuh gerakan sosialisme primitif. Gerakannya mulai 1 Maret 1955, dan direncanakan berlangsung enam bulan, dan selama masa ini prajurit-prajurit Kahar Muzakkar dan keluarga mereka harus menyerahkan semua milik yang dianggap Kahar Muzakkar bersifat mewah atau berlebihan. Emas dan intan gosokan harus dipinjamkan kepada pemerintah militer, yang akan mengubah barang-barang ini menjadi uang tunai melalui pedagang-pedagang terpercaya di kota-kota.

Dengan uang yang terkumpul lewat cara ini akan dibeli senjata dan keperluan yang lain-lain. Semua orang yang menyerahkan emas dan intannya akan diberi ganti rugi segera setelah keadaan menjadi stabil. Peraturan ini juga berlaku bagi arloji tangan, yang hanya diperkenankan untuk keperluan militer, lampu gas, dan radio, yang hanya diperkenankan terdapat di bangunan-bangunan militer atau pemerintah. Selanjutnya ditetapkan, satu keluarga tidak boleh menyimpan lebih dari Rp 30 sebulannya. Sementara itu pakaian prajurit dan keluarganya juga mengalami pembatasan-pembatasan yang keras, dan Kahar Muzakkar mendesak mereka untuk menyerahkan semua pakaian yang berlebih dari jumlah maksimal yang ditentukan kepada rakyat yang lebih membutuhkannya, atau kalau tidak menjualnya kepada pemerintah bentukannya

Dipatuhinya secara ketat peraturan-peraturan ini tampaknya menimbulkan akses-akses tertentu. Diisyaratkan pula, tak seorang pun yang tahu apakah senjata dan kebutuhan perang yang lain sesungguhnya dibeli dengan hasil-hasil dari barang-barang yang diserahkan rakyat tadi.

Pada tahun itu pula ketika direncanakan akan berlangsung revolusi moral, diselenggarakan sebuah konperensi oleh Bahar Mattaliu di Wanua Waru yang belakangan berhasil menyusun Program Islam Revolusioner. Salah satu persoalan yang disetujui di sini adalah poligami harus dipropagandakan. Konperensi juga dihadiri seorang wakil gerakan Darul Islam pimpinan Daud Beureuh di Aceh. Dalam usahanya memberikan ini kepada gagasannya, Kahar Muzakkar mulai mendirikan poliklinik-poliklinik, sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, dan akademi ilmu sastra. Agar akademi ini memperoleh bahan-bahan yang diperlukannya, pasukannya menggedor perpustakaan di Majene, dan menurut laporan ada sekitar 2.500 buku judul lenyap. Kemudian gerombolan Kahar melakukan penculikan para tenaga medis untuk dipaksa bekerja di poliklinik-polikliniknya

Sesungguhnya, Kahar Muzakkar adalah seorang muslim yang saleh. Meski ada kalanya kalangan non-muslim yang menjadi korban serangan gerombolannya, dan hal ini biasanya banyak dipersoalkan, tampaknya orang yang bersangkutan hanya dibunuh bila mereka melawan para pemberontak dan menolak memberikan makanan dan informasi kepada mereka. Pada umumnya orang-orang sipil, muslim dan non-muslim dipandang sama, diperlakukannya dengan baik. Demikianlah dilaporkan, bahwa gerombolan-gerombolan di bawah pimpinan Kahar Muzakar masih menghormati hak-hak kemanusiaan, dan dilaporkan pula, “…yang menjadi kenyataan ialah gerombolan-gerombolan melakukan tekanan pada orang-orang muslim agar mematuhi suruhan Tuhan dan sembahyang lima kali sehari …” (ref)

….. bersambung bagian terakhir

Referensi :

  • Profil Abdul Qahhar Mudzakkar : Patriot Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia dan Syahid NII/TII, Erli Aqamuz (Siti Maesaroh), Yayasan Al-Abrar, Rotterdam-Holland, 2001.
  • Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia : S.M. Kartosoewirjo, Fakta dan Data Sejarah, Al Chaidar, Jakarta, Darul Falah, 1999.
  • Kahar Mudzakkar dan Pemberontak Yang Mendua : Syafaruddin Usman MHD
 

 

 

 

 

 

PEMBERONTAKAN

DI/TII DAUD BEUREUEH

 Rebellion

 

 

DI/TII rebellion in Aceh began with a “Proclamation” by Daud bah wa ¬ Aceh is a part of “Islamic State of Indonesia” under Imam Kartosuwirjo on September 20, 1953.

Daud had held the position of Military Governor of the Special Region of Aceh as the first Dutch military aggression in the mid-1947. As military governor Gu ¬ he have complete control over defense and security areas of Aceh and to dominate the entire government apparatus ¬ both civilian and military.
As a prominent scholars and former military governor, Daud is not difficult to obtain followers. Daud is also able to persuade officials of the Government of Aceh, especially in the areas of Pidie. For some time Daud and his followers can master most parts of Aceh, including a number of cities.
Then help came from North Sumatra and Central Sumatra, security recovery operations begin. One by one the towns controlled by rebels recaptured. Once pressed from the big cities, Daud continued resistance in the forests.
Final settlement of rebellion by Daud is done by a “Council of People’s Harmony Aceh” in December 1962 at the initiative of Regional Military Commander of the I / Iskandar Muda, Col. M. Jasin. With the return of Daud into society, security in the region of Aceh fully recover

 

 

 

 

original info :

Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan “Proklamasi” Daud Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian “Negara Islam Indonesia” di bawah Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953. Daud Beureueh pernah memegang jabatan Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai Gu¬bernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan keamanan daerah Aceh dan me¬nguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer.
Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas Gubernur Militer, Daud Beureueh tidak sulit memperoleh pengikut. Daud Beureueh juga berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk beberapa waktu lamanya Daud Beureueh dan pengikut-pengikutnya dapat menguasai sebagian besar daerah Aceh, termasuk sejumlah kota.
Sesudah bantuan datang dari Sumatra Utara dan Sumatra Tengah, operasi pemulihan keamanan segera dimulai. Satu demi satu kota-kota yang dikuasai pemberontak direbut kembali. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud Beureueh meneruskan perlawanannya di hutan-hutan.
Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud Beureueh ini dilakukan dengan suatu “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh” pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel M. Jasin. Dengan kembalinya Daud Beureueh ke masyarakat, keamanan di daerah Aceh sepenuhnya pulih kembal

September 1953

 

PEMBERONTAKAN

DI/TII DAUD BEUREUEH

Rebellion

 

 

DI/TII rebellion in Aceh began with a “Proclamation” by Daud bah wa ¬ Aceh is a part of “Islamic State of Indonesia” under Imam Kartosuwirjo on September 20, 1953.

 

Daud had held the position of Military Governor of the Special Region of Aceh as the first Dutch military aggression in the mid-1947.

As military governor Gu ¬ he have complete control over defense and security areas of Aceh and to dominate the entire government apparatus ¬ both civilian and military.
As a prominent scholars and former military governor, Daud is not difficult to obtain followers.

Daud is also able to persuade officials of the Government of Aceh, especially in the areas of Pidie. For some time Daud and his followers can master most parts of Aceh, including a number of cities.
Then help came from North Sumatra and Central Sumatra, security recovery operations begin. One by one the towns controlled by rebels recaptured. Once pressed from the big cities, Daud continued resistance in the forests.
Final settlement of rebellion by Daud is done by a “Council of People’s Harmony Aceh” in December 1962 at the initiative of Regional Military Commander of the I / Iskandar Muda, Col. M. Jasin. With the return of Daud into society, security in the region of Aceh fully recover

 

original info :

Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan “Proklamasi” Daud Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian “Negara Islam Indonesia” di bawah Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953. Daud Beureueh pernah memegang jabatan Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai Gu¬bernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan keamanan daerah Aceh dan me¬nguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer.
Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas Gubernur Militer, Daud Beureueh tidak sulit memperoleh pengikut. Daud Beureueh juga berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk beberapa waktu lamanya Daud Beureueh dan pengikut-pengikutnya dapat menguasai sebagian besar daerah Aceh, termasuk sejumlah kota.
Sesudah bantuan datang dari Sumatra Utara dan Sumatra Tengah, operasi pemulihan keamanan segera dimulai. Satu demi satu kota-kota yang dikuasai pemberontak direbut kembali. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud Beureueh meneruskan perlawanannya di hutan-hutan.
Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud Beureueh ini dilakukan dengan suatu “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh” pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel M. Jasin. Dengan kembalinya Daud Beureueh ke masyarakat, keamanan di daerah Aceh sepenuhnya pulih kembali

 

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA 1954(BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1954

File:Ali Sastroamidjojo Suara Indonesia 2 Aug 1954 p1.jpg

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

1954

 

Pada tahun 1954, Andi Mattalatta imendirikan Persatuan Olahraga Perahu Motor dan Ski Air (POPSA) di Makassar dan membangun rumah klub di depan Fort Rotterdam, tepi pantai Kota Makassar

 

Republik Indonesia

1954 Issue

 

P72 – 1 Rupiah
Serial Number: BKD074719
Front: Portrait of Javanese girl
Back:
Garuda Pancasila at center
Size: 128 x 59 mm

 

P73 – 2½ Rupiah
Serial Number: APQ046874
Front: Portrait of Rotinese man at left
Back:
Garuda Pancasila at center
Size: 130 x 60 mm

 Lewat Djam Malam (1954), yang kesemuanya terpusat pada militer dan perjuangan bersenjata  untuk
menyatukan bangsa Indonesia.
Baik pada film maupun pembuatnya, kita temukan prinsip-prinsip film nasional. Pertama-tama, ia nasionalis dalam ruang lingkupnya, menceritakan perjuangan militer yang merupakan inti pembentukan Indonesia modern,melawan tidak hanya Belanda, tetapi juga ancaman persatuan bangsa(katakanlah gerakan separatis Islam dan Komunisme). Salim Said, dengan nada yang tidak dapat dibantah, mengatakan bahwa film-film Usmar Ismail adalah “film Indonesia karena ceritanya tentang manusia Indonesia di bumi Indonesia” (1991a: 192). Sosok Usmar Ismail sendiri juga krusial dalam status  film tersebut mengingat ia adalah pribumi pertama yang secara independen membuat film pada masa pasca Indonesia merdeka. Sebagai konsep film nasional etno-nasionalis, hal ini merupakan kriteria esensial. Pernyataannya yang terkenal tentang Darah dan Doa bahwa ia “dibikin tanpa perhitungan komersial apa pun, dan semata-mata hanya didorong oleh idealisme” (1983: 58) semakin mengukuhkan reputasi film tersebut dan membedakannya dari produksi-produksi lain yang berorientasi komersial.

Walaupun dihormati pada zamannya, penghormatan kepada Usmar Ismail disuarakan secara retroaktif di tahun-tahun setelah kekacauan politik pada periode tahun 1960-an. Meskipun dalam tulisan Ismail sendiri dapat kita temukan kekaguman di antaranya terhadap Dr. Huyung, mantan perwira propaganda Jepang yang tinggal di Indonesia, dan kepada Basuki Effendi, seorang pembuat film Lekra, tokoh-tokoh ini hampir seluruhnya terhapus  dalam sejarah film setelah tahun 1965. Dr. Huyung yang kelahiran Korea ini, menunjukkan sejarah film yang kompleks dan transnasional, dan karena itu merupakan tantangan bagi etno-nasionalisme yang sempit. Baik Dr. Huyung maupun Basuki Effendi, tidak cocok dengan narasi ideologis film nasional.
Ditempatkan berdampingan dengan Ismail, alih-alih keduanya, adalah produser Persari, Djamaluddin Malik, dan bersama-sama mereka dinobatkan sebagai bapak pendiri film Indonesia.  Malik agak mengganggu kategori film nasional karena orientasi komersialnya. Persari-nya Malik merupakan perusahaan komersial yang dibangun dengan mengikuti contoh studio-studio besar Amerika. Pada masa produser-produser keturunan Cina dikritik karena dianggap tidak
lebih dari sekadar pedagang dan pebisnis, komersialisme Malik tidak sepenuhnya disalahkan:
”Djamaluddin Malik yang dalam tujuannya juga ingin mendukung cita-cita kebudayaan, tetapi yang dalam praktiknya lebih banyak terbawa arus komersial golongan Tionghoa. Hal ini tidaklah mengherankan benar karena Djamaluddin Malik pada asalnya adalah seorang pedagang yang tentunya memperhitungkan segala sesuatu juga dari sudut itu” (Ismail, 1983: 58).

Pada tahun 1954, Djamaluddin Malik mendirikan Festival Film Indonesia (FFI) untuk mendorong produksi lokal dan juga mendukung film-film Ismail beserta aspirasi organisasinya4. Pada FFI pertama, ketika film produksi Persari,
Tarmina (sutradara: Lilik Soedjio) memenangkan film terbaik bersama dengan Lewat Djam Malam karya Ismail, banyak yang melihatnya sebagai promosi diri yang egois. Untuk membuat film Indonesia berwarna pertama, Persari “mencuri cerita yang populer dari Filipina” (Mohamad, 2005: 34). Hal itu juga bukan tindakan terhormat seorang nasionalis.
Di saat yang sama, para produser Cina terus-menerus dikritik karena membuat “film murahan yang dibuat hanya untuk memenuhi selera pasar” (Biran, 2005: 6). Lebih jauh Salim Said menunjukkan bahwa “dosa asal” dalam industri film, dominasi film-film komersial atas film-film idealisnasionalis, bisa dirunut jejaknya pada pola kerja yang dimantapkan oleh etnis Cina pada masa industri sebelum kemerdekaan. Tetapi, merupakan hal yang ironis bahwa Darah dan Doa hanya dapat diselesaikan dengan bantuan dana dari pemilik bioskop keturunan Cina, Tong Kim Mew (Said, 1991b: 51). Satu-satunya  warga etnis Cina yang mendapatkan tempat terhormat dalam sejarahfilm—adalah Teguh Karya alias Steve Liem Tjoan Hok—dan hal ini dicapai lewat penolakan atas jejak asal-usul Cinanya dan mereproduksi ideologi film
nasional (Karya, 1988; Sen, 2006). Alasan mengapa Malik dapat mencapai status seperti yang dimilikinya sekarang, tokoh seperti Tong terlupakan, danKarya membentuk ulang dirinya, adalah karena supremasi yang diberikan kepada pribumi, bukan warga non-pribumi, sebagai pencipta paling sah kebudayaan nasional.

Jalan ke Demokrasi Rakyat bagi Indonesia

Pidato sebagai laporan Sentral Komite kepada Kongres Nasional ke-V PKI dalam bulan Maret 1954

D.N. Aidit (1954)


Sumber: Jalan ke Demokrasi Rakyat bagi Indonesia, Yayasan Pembaruan, Jakarta, 1955. Scan PDF Brosur

Diedit dan dimuat oleh Ted Sprague (5 April, 2013)


Kawan-kawan, pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada Partai kita, yang telah memberikan kehormatan kepada saya untuk menyampaikan laporan umum ini kepada Kongres Nasional Partai ke-V, Kongres yang bersejarah ini.

Kawan-kawan, banyak hal-hal yang sudah terjadi sejak Kongres Nasional Partai yang ke-IV, yang dilangsungkan 7 tahun yang lalu di Kota Solo. Tentang ini pokok-pokoknya sudah saya laporkan dalam pidato pembukaan Kongres. Saya tidak perlu mengulanginya lagi.

Bahan-bahan untuk Kongres Nasional ke-V sudah dimuat dengan lengkap dalam penerbitan resmi Partai, dalam PKI-Buletin nomor istimewa maupun dalam majalah “Bintang Merah” beberapa bulan yang lalu. Bahan-bahan ini juga sudah dibrosurkan, dalam Bahasa Indonesia maupun dalam bahasa-bahasa daerah. Kawan-kawan mendapat waktu yang cukup untuk memperlajarinya. Tidak itu saja, seluruh Partai kita sudah membicarakannya dan mendiskusikannya, dan juga sudah diusahakan menyampaikannya kepada Rakyat banyak. Dengan demikian, kawan-kawan datang ke kongres ini tidak hanya membawa suara anggota dan calon anggota Partai, tetapi juga membawa pikiran dan kritik yang langsung datangnya dari Rakyat banyak. Ini adalah penting, karena dengan begini kepercayaan anggota, calon anggota, dan Rakyat banyak kepada Partai kita menjadi lebih besar. Saya kira pada tempatnya jika saya, atas nama Kongres kita ini, menyatakan terima kasih Partai kepada semua golongan dan orang yang sudah menyatakan pendapat dan kritiknya terhadap material Kongres kita, terutama terhadap Rencana Program Partai.

Dari sidang ini dapat kita bayangkan, betapa gembiranya anggota, calon anggota, pecinta-pecinta Partai, dan semua orang progresif menyambut tiap-tiap putusan yang nanti diambil oleh Kongres ini.

Sentral Komite menyampaikan bahan-bahan kepada Kongres ini dengan keyakinan, bahwa bahan-bahan yang dihidangkan itu akan membikin terang semua masalah yang pokok dan yang penting dari revolusi Indonesia dan semua masalah yang pokok dan yang penting mengenai pembangunan Partai kita. Dengan bahan-bahan ini diharapkan Kongres akan dapat mempersenjatai anggota-anggota dan fungsionaris-fungsionaris Partai dengan pengertian yang tepat tentang Program, tentang taktik, dan tentang garis organisasi Partai. Dengan ini berarti akan terbukalah jalan yang lebar bagi perkembangan gerakan kemerdekaan Rakyat Indonesia dan bagi perkembangan Partai Komunis Indonesia.

Sentral Komite berpendapat bahwa Rencana Program yang sekarang dihidangkan sebagai material yang terpenting kepada Kongres ini perlu diberi pendahuluan sebagai penjelasan. Oleh karena itulah, laporan umum yang akan saya sampaikan ini mempunyai 2 fungsi: pertama, sebagai laporan umum tentang keadaan politik dan organisasi, dan kedua, sebagai penjelasan mengenai pokok-pokok yang dimuat di dalam Rencana Program PKI. Dengan demikian, fungsi daripada laporan umum, yang oleh Sentral Komite diberi nama “Jalan ke Demokrasi Rakyat bagi Indonesia”, menjadi jelas. Mengenai bahan-bahan Kongres yang lain akan diberi penjelasan tersendiri.

 

I

SITUASI INTERNASIONAL

1. Situasi Internasional Sesudah Perang Dunia ke-II

Perang dunia ke-II berakhir dengan kemenangan demokrasi atas fasisme. Keadaan internasional sesudah perang menunjukkan perkembangan yang menguntungkan perjuangan kemerdekaan Rakyat dan perjuangan untuk perdamaian dunia.

Pada pertengahan tahun 1945, imperialisme dunia berada dalam kedudukan yang jauh lebih lemah daripada ketika sebelum perang, berhubung dengan hancurnya tiga negara imperialis besar Jerman, Italia, dan Jepang, berhubung dengan bangkrutnya ekonomi negara-negara imperialis di Eropa seperti Inggris dan Perancis, berhubung dengan bertambah tingginya prestise internasional dari Uni Soviet, berhubung dengan beberapa negeri Eropa Timur dan Asia melepaskan diri dari dunia kapitalis dan mendirikan negara-negara Demokrasi Rakyat, berhubung dengan bertambah menghebatnya perjuangan kemerdekaan Rakyat jajahan dan setengah jajahan untuk mengusir kekuasaan-kekuasaan asing dan untuk mendirikan negara nasional sendiri yang merdeka dan berdaulat.

Pembebasan diri beberapa negeri Eropa Timur dan Asia dari dunia kapitalis dan bertambah menghebatnya perjuangan kemerdekaan Rakyat jajahan dan setengah jajahan telah mempersempit pasar dunia kapitalis. Akibatnya, mereka kehilangan sumber-sumber bahan yang bukan kecil, kesempatan penjualan di pasar dunia makin bertambah jelek, dan industri-industri mereka terpaksa bekerja di bawah kapasitas. Keadaan ini lebih memperdalam krisis umum kapitalisme dunia.

Rakyat Indonesia juga ambil bagian yang penting dalam pergolakan besar dari tanah jajahan dan setengah jajahan sesudah perang, dengan memproklamasikan Republik Indonesia yang merdeka, yang kemudian diikuti oleh peperangan yang sengit melawan tentara Jepang, Inggris, dan Belanda yang mendapat bantuan sepenuhnya dari imperialisme Amerika.

Selama perang dunia berjalan, imperialisme Amerika dapat menarik keuntungan sebanyak-banyaknya dari darah dan jiwa berpuluh-puluh juta manusia yang menjadi korban selama perang. Oleh karena itulah, Amerika keluar dari perang dunia yang dahsyat itu sebagai negeri imperialis yang paling kaya, yang kemudian menyebabkan negara-negara imperialis lainnya terpakda tunduk di bawah kekuasaan dan pimpinan imperialisme Amerika.

Uni Soviet, pelopor dari kamp perdamaian dan Sosialisme, sekalipun menderita sangat banyak korban jiwa, putra-putranya yang terbaik dan korban harta benda selama perang, keluar dari kancah perang dunia ke-II dengan tenaga yang luar biasa besarnya sebagai negara yang mendapat kemenangan yang gilang-gemilang. Kekuatan tentara dan Rakyat Soviet, tidak hanya bisa mengusir dan membersihkan kaum fasis dari negeri sendiri, tetapi juga dengan gagah berani telah membebaskan negeri-negeri di Eropa Timur dan beberapa negeri di Asia, dan memberikan kepada negeri-negeri itu keleluasaan untuk berkembang menurut keinginan Rakyatnya masing-masing.

Jadi jelaslah, bahwa sesudah perang, dunia terbagi sebagai berikut: di satu pihak, bagian dunia yang terdiri dari negara-negara yang dikuasai oleh kaum imperialis dengan Amerika sebagai kepalanya. Di pihak lain, bagian dunia yang terdiri dari Uni Soviet dan negara-negara Demokrasi Rakyat di mana dinyatakan dalam undang-undang dan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa sumber segala kekuasaan ada pada Rakyat dan di mana kaum imperialis dan tuan tanah dianggap sudah tidak sah lagi. Ini ialah bagian dunia sosialis dan dunia Demokrasi Rakyat.

Sifat perkembangan di negeri-negeri kapitalis, yang dipelopori oleh Amerika Serikat, berlainan sekali dengan perkembangan di negeri sosialis dan di negeri-negeri Demokrasi Rakyat. Dunia kapitalis yang terdiri dari negeri-negeri imperialis dengan segenap jajahan dan daerah-daerah pengaruhnya yang dikuasai dan dipimpin oleh imperialisme Amerika, adalah masyarakat yang penuh dengan pertentangan-pertentangan dan permusuhan-permusuhan, baik permusuhan antara kaum kapitalis yang berkuasa dengan kaum buruh yang dihisap dan ditindas, permusuhan antara negeri imperialis dengan tanah-tanah jajahannya, maupun permusuhan antara kaum kapitalis sendiri satu sama lain. Di bagian dunia kapitalis ini, permusuhan-permusuhan itu sedang berjalan dengan hebatnya. Oleh karena itu, kekuatan dunia kapitalis bukannya kekuatan yang kokoh dan kompak berhubung dengan adanya pertentangan di kalangan imperialisme sendiri, pertentangan antara kekuatan imperialisme yang berkuasa dengan gerakan kaum buruh yang demokratis dan yang bersatu dengan kekuatan yang kompak dari dunia demokratis dalam kamp dunia antiimperialisme dan antiperang. Pertentangan dan permusuhan antara negara-negara imperialis satu sama lainnya lebih-lebih lagi melemahkan kamp dunia imperialisme dan perang. Salah satu bentuk pertentangan dan permusuhan antara negara-negara imperialis ialah perang imperialis yang membawa kemiskinan, kesengsaraan, dan kematian berjuta-juta manusia.

Dalam bukunya Masalah-Masalah Ekonomi Sosialisme di Uni Republik-Republik Soviet Sosialis, Jusuf Stalin membantah pendapat yang mengatakan bahwa yang menjadi basis hukum kapitalisme modern adalah keuntungan dalam ukuran biasa. “Itu tidak benar”, kata Stalin. “Bukan keuntungan dalam ukuran biasa, tetapi keuntungan maksimumlah yang dituntut oleh kapital monopoli, yang dibutuhkannya untuk sedikit atau banyak meluaskan produksinya.” Kapitalisme monopoli akan lebih cepat sampai pada kehancurannya, jika tidak ada jaminan mendapat keuntungan yang maksimum. Oleh karena itu, perjuangan untuk mendapat keuntungan yang maksimum adalah perjuangan hidup atau mati bagi imperialisme. Menurut Stalin, sifat-sifat dan syarat-syarat yang penting daripada hukum ekonomi yang pokok daripada kapitalisme modern dapat secara garis besar diformulasi sebagai berikut: “Jaminan keuntungan kapitalis yang maksimum dengan jalan eksploitasi, kerusakan, dan kemelaratan daripada sebagian besar dari Rakyat negeri yang bersangkutan, melalui perbudakan dan perampokan yang sistematis daripada Rakyat negeri-negeri lain, terutama negeri-negeri yang terbelakang, dan akhirnya dengan jalan peperangan dan militerisasi daripada ekonomi nasional yang digunakan untuk mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya.

Sebaliknya dunia demokrasi tidak membutuhkan perang dan tidak mengandung benih-benih perang, ia maju terus atas dasar politik yang cinta damai. Uni Soviet dan seluruh dunia demokrasi tidak membutuhkan perang, tidak menghendaki, tidak mempunyai niat, dan tidak menyetujui perang, seperti yang dijelaskan oleh Kawan Malenkov di muka sidang Soviet Tertinggi dalam bulan Agustus 1953. Kawan Malenkov antara lain mengatakan: “Kita tetap berpegang teguh pada pendirian bahwa sekarang tidak ada pertikaian atau soal-soal yang belum diselesaikan, yang tidak bisa dipecahkan secara damai dengan persetujuan bersama antara negara-negara yang bersangkutan.” Selanjutnya dikatakannya: “Ini juga berlaku mengenai soal-soal yang bertentangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kita dulu berpendirian dan sekarang juga berpendirian perlunya kedua sistem hidup berdampingan secara damai. Kita berpendapat bahwa tidak ada dasar-dasar objektif yang mengharuskan adanya bentrokan-bentrokan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kepentingan keamanan kedua negara dan kepentingan keamanan internasional, kepentingan perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet bisa dijamin atas dasar hubungan normal antara kedua negara.

Stalin dalam bukunya yang telah disebutkan di atas menyatakan, bahwa sifat-sifat dan syarat-syarat yang penting daripada hukum yang pokok daripada Sosialisme bisa secara garis besar diformulasi sebagai berikut: “Jaminan kepuasan secara maksimum daripada kebutuhan-kebutuhan materiil dan kultural yang terus-menerus meningkat daripada seluruh masyarakat melalui perluasan dan penyempurnaan produksi sosialis yang terus-menerus atas dasar teknik yang lebih tinggi.” Dengan formulasi ini, menjadi jelas bahwa Sosialisme tidak mengenal keuntungan maksimum bagi segolongan kecil manusia, tidak mengenal krisis, tidak mengenal perkembangan teknik yang terputus-putus berhubung dengan adanya krisis yang timbul periodik, tidak mengenal penghancuran tenaga-tenaga produktif daripada masyarakat yang juga disebabkan oleh krisis. Sosialisme hanya mengenal kepuasan maksimum mengenai kebutuhan-kebutuhan materiil dan kultural, hanya mengenal perluasan produksi yang tak terputus-putus dan kemajuan penyempurnaan produksi yang terus-menerus atas dasar teknik yang lebih tinggi.

Kenyataan internasional seperti tersebut di atas jelas menunjukkan adanya perjuangan sengit antara kekuatan reaksioner yang mempertahankan penindasan kapitalisme dan perang dengan kekuatan Rakyat sedunia yang memperjuangkan kemerdekaan nasional yang penuh bagi semua bangsa, memperjuangkan demokrasi, perdamaian, dan Sosialisme.

Propaganda palsu kaum imperialis dan kaki tangannya selalu memutarbalikkan kenyataan dan menggambarkan kenyataan dunia sekarang hanya berputar di sekitar “pertentangan antara Amerika dan Rusia yang tidak kenal damai”, seolah-olah yang berkepentingan dan terlibat dalam perjuangan ini hanya kedua negara besar itu saja dan seolah-olah Uni Soviet juga menjalankan politik imperialis seperti pemerintah Amerika Serikat. Inilah yang dipropagandakan oleh kaum sosialis kanan dan oleh kaum reaksioner lainnya di seluruh dunia, dan inilah juga yang dipropagandakan oleh kaum sosialis kanan Indonesia, oleh pemimpin-pemimpin Masyumi, dan oleh kaum reaksioner lainnya.

Kenyataannya adalah tidak seperti yang dipropagandakan oleh kaum reaksioner di dalam dan di luar negeri. Dari luar memang kelihatan seolah-olah hubungan antara Amerika dengan negeri-negeri kapitalis yang dikuasainya adalah berjalan dengan baik dan lancar saja. Tetapi kita akan salah jika kita hanya melihat dari luarnya saja, jika kita tidak melihat kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan yang ada di dalamnya. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh Stalin, bahwa walaupun negeri Eropa Barat, Jepang, dan negeri-negeri kapitalis lainnya sudah jatuh ke dalam kekuasaan Amerika Serikat, tetapi adalah keliru sekali jika mengira bahwa negeri-negeri ini akan membiarkan saja kekuasaan dan tindasan yang terus-menerus dari Amerika Serikat, jika mengira bahwa mereka tidak akan mencoba melepaskan diri dari ikatan Amerika dan menempuh jalannya sendiri, jalan perkembangan yang bebas. Hal ini sudah dibuktikan dalam perkembangan sehari-hari daripada hubungan Amerika Serikat dengan negeri-negeri yang dikuasainya, yang makin hari makin tampak dan makin keras “pemberontakan-pemberontakan” negeri-negeri yang dikuasai dan dipimpin oleh Amerika terhadap Amerika sendiri. Ini bukti tentang tidak benarnya keterangan yang mengatakan bahwa tidak mungkin timbul perang antara negeri-negeri kapitalis sendiri. Secara teoritis, tentu saja pertentangan-pertentangan antara kaipitalisme dan sosialisme adalah lebih tajam daripada pertentangan-pertentangan antara negeri kapitalis. Ini adalah benar, sebelum maupun sesudah perang dunia kedua. Tetapi sejarah telah membuktikan kepada kita, bahwa perang dunia kedua tidak dimulai sebagai perang dengan Uni Soviet, tetapi dimulai sebagai perang antara negeri-negeri kapitalis.

Di dunia kapitalis tidak ada ketenteraman hidup karena pertentangan dan permusuhan kelas tidak menjamin adanya hidup tenteram dan damai bagi manusia. Penghisapan, penindasan, permusuhan, pengrusakan, dan perang adalah kenyataan-kenyataan yang spesifik daripada masyarakat dunia kapitalis. Sebaliknya, kemajuan yang terus-menerus dalam kekuatan ekonomi nasional dan dalam kehidupan materiil dan kultural daripada Rakyat adalah kenyataan-kenyataan yang spesifik daripada dunia Sosialis dan Demokrasi Rakyat. Saling membantu secara jujur dan persamaan hak antara bangsa-bangsa, dan persatuan yang kokoh antara pemerintah dan Rakyatnya, membikin dunia Sosialis dan Demokrasi Rakyat menjadi benteng raksasa yang tidak mungkin dihancurkan.

Terbaginya dunia dalam dua kamp, yaitu kamp kapitalis di satu pihak dank amp Sosialis dan Demokrasi Rakyat di pihak lain, berarti juga adanya dua macam kesatuan ekonomi dan dua macam pasar dunia. Di satu pihak, pasar dunia kapitalis yang terdiri dari negara-negara imperialis dengan daerah pengaruhnya dan negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan yang dikuasainya, dan di pihak lain pasar dunia demokratis yang terdiri dari Uni Soviet, RRT, dan negara-negara Demokrasi Rakyat lainnya.

Kedua pasar di atas mempunyai sifat dan perkembangannya sendiri.

Pasar dunia kapitalis makin lama makin dikuasai oleh imperialisme Amerika yang paling kaya dan oleh karena itu paling kuasa. Dengan jalan menekan atau mematikan imperialisme negeri-negeri lain dan dengan memperhebat penghisapan dan penindasan terhadap kaum buruh dan Rakyat di negeri-negeri imperialis lainnya, kaum imperialis Amerika berusaha untuk lebih memperkaya diri lagi. Apa yang dinamakan “bantuan” oleh Amerika kepada negeri-negeri yang ekonominya lemah, tidak menimbulkan kerja sama yang baik antara Amerika dengan negeri-negeri yang “dibantu”, tetapi sebaliknya malahan menimbulkan perlawanan dan “pemberontakan”. Seorang anti-Komunis seperti Clement Attlee, pemimpin Partai Buruh Inggris, menentang politik “bantuan” Amerika dengan slogannya “Dagang, bukan bantuan” (“Trade, not aid”). Slogan Attlee bukan ditimbulkan oleh karena persetujuannya pada politik Komunis yang melawan politik “bantuan” Amerika, tetapi adalah semata-mata timbul karena kepentingan ekonomi imperialisme Inggris sendiri, yang oleh politik “bantuan” Amerika mendapat tekanan-tekanan yang keras sehingga tidak bisa berkembang dengan bebas.

Apa yang dinamakan “bantuan” Amerika itu bukanlah untuk memulihkan ekonomi damai, ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup Rakyat daripada negeri yang menerima “bantuan” itu, akan tetapi digunakan untuk memperluas ekonomi perang dan pembikinan alat-alat pembunuh secara besar-besaran. Bukan itu saja! Dengan “bantuan” itu, Amerika menguasai negeri-negeri yang “dibantu”, bukan saja menguasai lapangan ekonomi dan politik, tetapi juga militer. Pengangguran, kenaikan harga barang-barang, kenaikan pajak, merosotnya upah riil, dan lain-lain adalah kejadian-kejadian yang lumrah dan merajalela dalam dunia imperialis.

Sebaliknya daripada apa yang terjadi dalam kamp kapitalisme, kerja sama yang jujur dan sukarela antara semua bangsa di lapangan kebudayaan dan perdagangan, di lapangan pembangunan ekonomi nasional masing-masing negeri, makin lama bertambah erat sehingga makin memperkokoh dan menguatkan persekutuan lahir dan batin antara negara-negara dari kamp Sosialis dan Demokrasi Rakyat.

Imperialisme Amerika, dengan politik embargo dan blokadenya melarang negeri-negeri dari dunia kapitalis untuk mengadakan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan dunia Sosialis dan Demokrasi Rakyat. Sebaliknya, Uni Soviet dan negara-negara Demokrasi Rakyat mengambil tindakan-tindakan yang nyata untuk memperbaiki kembali dan memperluas hubungan dagang internasional yang normal dengan semua negeri manapun juga, termasuk dengan Amerika Serikat. Amerika takut adanya persaingan secara damai, dan oleh karena itu terus-menerus melakukan tindakan-tindakan kekerasan terhadap negeri-negeri yang dikuasainya dan terus-menerus memprovokasi timbulnya perang dunia baru.

Demikianlah perkembangan dunia sesudah perang dunia ke-II, perkembangan yang sudah terang tidak menguntungkan kaum kapitalis monopoli dan seluruh kaum reaksi, tetapi sebaliknya, sangat menguntungkan gerakan kemerdekaan Rakyat, gerakan demokrasi dan perdamaian.

2. Beberapa Kemenangan Besar daripada Keinginan Damai Umat Manusia atas Kaum Agresor

Dalam keadaan sekarang situasi internasional sangat dikarakterisasi oleh kemenangan-kemenangan besar dari Uni Soviet, dari RRC dan dari seluruh kamp perdamaian dan demokrasi dalam perjuangan untuk meredakan keadaan internasional yang tegang, untuk perdamaian, dan untuk mencegah perang dunia baru.

Rakyat di seluruh dunia menyambut dengan gembira gencatan senjata di Korea sebagai hasil pekerjaan perdamaian yang sudah lebih dari tiga tahun. Ini adalah suatu kemenangan besar daripada gerakan perdamaian sedunia, satu kemenangan dari keinginan damai dari berjuta-juta Rakyat yang sudah demikian besar kekuasaannya sehingga dapat memaksa kaum agresor menghentikan perbuatan-perbuatannya yang di luar batas perikemanusiaan. Dengan ini, keinginan imperialisme Amerika untuk menundukkan Rakyat Korea yang gagah berani menjadi impian kosong belaka. Perjuangan Rakyat Korea terhadap kaum intervensionis dan orang-orang sewaan klik Syngman Rhee telah menunjukkan bahwa kesetiaan kepada kemerdekaan nasional dan perdamaian dari sesuatu negeri telah melahirkan kekuatan raksasa, melahirkan keberanian dan heroisme yang meliputi massa yang sangat luas. Rakyat Korea telah menarik perhatian seluruh dunia kemanusiaan untuk berdiri di pihaknya. Sangat mengharukan dan tak mungkin dilupakan oleh sejarah umat manusia tentang kekesatriaan dan keperwiraan Tentara Sukarela Tiongkok yang berjuang mati-matian dan dengan gagah berani untuk kemerdekaan tanah air tetangganya dan untuk perdamaian dunia.

Bersama-sama dengan Rakyat seluruh dunia, Rakyat Indonesia menyambut gencatan senjata di Korea dengan penuh rasa kegembiraan dan penuh rasa terima kasih dan rasa hormat kepada Rakyat Korea, kepada Tentara Rakyat Korea dan Tentara Sukarela Tiongkok. Pidato Profesor Dr. Priyono dan pidato beberapa pemuka Rakyat lainnya pada malam Menyambut Gencatan Senjata di Korea dalam bulan Agustus 1953, adalah pernyataan rasa gembira, rasa terima kasih, dan rasa hormat Rakyat Indonesia kepada Rakyat Korea. Sebagaimana juga di negeri-negeri lain, di Indonesia hanya kaum reaksioner yang sangat jahat yang tidak ikut bergembira dengan tercapainya gencatan senjata di Korea.

Dengan kemenangan gemilang dari dunia damai di front Korea, Kawan Malenkov antara lain berkata dalam sidang Soviet Tertinggi dalam bulan Agustus 1953: “Kami, Rakyat Soviet, mengharap dengan sangat agar kehidupan Rakyat Korea yang gagah berani bisa berkembang dalam keadaan damai. Uni Soviet akan membantu Rakyat Korea untuk menyembuhkan luka yang berat yang disebabkan oleh perang. Pemerintah sudah memutuskan untuk memberikan satu milyar rubel (1.000.000.000 rubel; 1 rubel sama dengan kira-kira 3 rupiah) untuk membangunkan kembali ekonomi Korea yang rusak.” Sebagaimana kita ketahui usul pemerintah Uni Soviet ini diterima dengan suara bulat oleh Soviet Tertinggi.

Apa yang terjadi di Korea adalah kejadian di bagian Timur dari dunia.

Di bagian Barat dari dunia, keinginan damai juga telah mendapat kemenangan dengan menggagalkan avontur provokatif dari imperialisme Amerika di Berlin dalam bulan Juni 1953. Organisator-organisator dari perbuatan provokatif di Jerman bertujuan menghancurkan kekuatan demokrasi di Jerman, menghancurkan benteng kekuatan cinta damai dari Rakyat Jerman, yaitu Republik Demokrasi Jerman. Mereka mau mengembalikan Jerman menjadi Jerman di zaman Hitler, menjadikan Jerman suatu negara militer dan menghidupkan kembali biang keladi peperangan di jantung Eropa. Hal ini tidak boleh terjadi, oleh karena itu ia harus ditindas dan akhirnya memang dapat ditindas. Kalau tidak segera ditindas maka kejadian di Berlin akan mempunyai akibat internasional yang besar dan akan membawa bencana, tidak hanya bagi Rakyat Jerman, tetapi juga bagi seluruh dunia. Kejadian di Berlin bulan Juni 1953 hanyalah satu cara imperialisme Amerika memprovokasi perang baru.

Makin banyak kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai oleh gerakan demokrasi dan perdamaian untuk meredakan kegentingan internasional, makin terjepitlah kedudukan kaum penghasut-penghasut perang dan ini membikin mereka makin bertambah mata gelap. Dengan segenap kekuatannya, mereka mencoba menggagalkan usaha-usaha untuk meredakan kegentingan internasional. Inilah yang menjadi sebab mengapa gencatan senjata di Korea tadinya terus-menerus diundur, yang menjadi sebab diciptakannya batu loncatan perang dunia baru di Jerman dan di Jepang, yang menyebabkan terjadinya coup atau percobaan coup di beberapa negeri, yang menyebabkan provokasi-provokasi di negeri-negeri yang termasuk kamp demokrasi dan yang menyebabkan digunakannya politik bom atom yang bersifat santase (pemerasan).

Golongan agresor dengan keras melawan tiap-tiap usaha untuk meredakan kegentingan internasional. Mereka takut pada keredaan internasional, karena jika ini terjadi maka mereka akan terpaksa mengurangi perdagangan senjata mereka yang memberi keuntungan luar biasa pada raja-raja meriam mereka. Mereka takut kehilangan keuntungan mereka yang luar biasa besarnya.

Untuk mencegah keredaan kegentingan internasional, Amerika tidak hanya tidak menarik kembali tentaranya dari daerah-daerah yang didudukinya, seperti Jerman, Austria, Jepang, Korea Selatan, dan sebagainya, tetapi juga malahan memperkuat pendudukannya di negeri-negeri tersebut dan menempatkan pasukan-pasukannya di negara-negara seperti Inggris, Perancis, dan negara-negara Eropa Barat lainnya. Amerika berbuat bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Piagam PBB, perjanjian Potsdam, dan perjanjian-perjanjian internasional lainnya yang dimaksudkan untuk memperkokoh perdamaian. Lebih jauh lagi, Amerika malahan terang-terangan melanggar semua perjanjian perdamaian dengan mendirikan blok-blok agresif seperti blok Pakta Atlantik (NATO) yang dimaksudkan untuk mempersiapkan agresi baru terhadap Uni Soviet, seperti apa yang mereka namakan “Masyarakat Pertahanan Eropa” dengan “Tentara Eropa”-nya yang dimaksudkan untuk menghidupkan kembali tentara fasis Jerman bagi keperluan agresinya di Eropa, dan seperti ANZUS dan Pakta Pasifik yang dimaksudkan semacam NATO bagi daerah Asia. Semua blok itu dinyatakan kepada dunia sebagai blok-blok yang mempunyai tujuan defensive, tetapi yang sebenarnya adalah merupakan pengkhianatan yang besar terhadap perdamaian. Kegiatan Amerika tampak di front Vietnam dengan menjual senjatanya kepada imperialisme Perancis untuk membunuh Rakyat Vietnam yang cinta damai. Kegiatan-kegiatan Amerika di Iran telah menimbulkan ketegangan yang besar di dalam negeri Iran, dan akhirnya menimbulkan perebutan kekuasaan oleh agen imperialis Amerika, seorang penganut fasisme, Fazlollah Zahedi. Peristiwa ini terjadi ketika sedang ada pembicaraan antara pemerintah Uni Soviet dengan pemerintah Mossadeq. Kawan Malenkov dalam pidatonya di muka Soviet Tertinggi dalam bulan Agustus 1953 antara lain mengatakan tentang ini: “Kami harap pembicaraan ini akan berhasil. Tidak berapa lama yang lalu telah tercapai persetujuan yang saling menguntungkan dalam soal memajukan perdagangan antara kedua negeri. Adalah bergantung kepada pemerintah Iran apakah hubungan Soviet – Iran akan maju melalui jalan hubungan tetangga yang baik, jalan perluasan hubungan ekonomi dan kebudayaan.” Takut akan adanya hubungan sukarela antara kedua bangsa ini, pemerintah Amerika menyiapkan dan akhirnya memerintahkan perebutan kekuasaan.

Menjadi jelaslah sekarang, bahwa di samping kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kekuatan perdamaian dunia, bekerjalah satu kekuatan lain untuk mempertegang situasi internasional guna kepentingan beberapa gelintir raja-raja meriam dan avonturir-avonturir politik internasional. Mereka melihat keredaan kegentingan internasional sebagai suatu bencana bagi dirinya. Mereka memilih jalan avontur dan melanjutkan politiknya yang agresif. Provokasi-provokasi internasional dan apa yang dinamakan “siasat perang dingin” dan segala macam lagi adalah untuk mengabdi politik ini. 

Dalam pidatonya di muka Soviet Tertinggi dalam bulan Agustus 1953, Kawan Malenkov berhubung dengan kegiatan kekuatan-kekuatan agresif sekarang ini, antara lain mengatakan: “Sejarah hubungan internasional belum pernah mengenal aktivitas subversif yang demikian luasnya, campur tangan yang begitu kasar dalam soal-soal intern negara-negara dan provokasi yang begitu sistematis sebagaimana yang sekarang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan agresif.”

Demikianlah secara singkat keadaan internasional pada saat-saat yang terakhir ini. Perkembangan keadaan internasional pada saat-saat yang terakhir ini adalah sangat baik bagi kemajuan demokrasi dan perdamaian, tetapi di samping itu kekuatan reaksioner terus-menerus dan dengan segenap tenaganya berusaha untuk mencegah perkembangan ke arah yang sehat ini. Keadaan ini mengharuskan kita untuk lebih waspada lagi. Kita harus ingat, bahwa musuh-musuh Rakyat dan musuh-musuh kemanusiaan tidak akan menyerah secara sukarela, sebaliknya, mereka akan meneruskan pekerjaannya yang anti-Rakyat dan antidamai yang keji dan jahat. Mereka tidak segan-segan untuk mengadakan teror dan provokasi dan untuk mengulanginya berkali-kali seperti yang telah terjadi dengan provokasi fasis di Berlin dalam bulan Juni 1953 dan seperti yang banyak mereka lakukan untuk mengacaukan ekonomi dan hidup damai Rakyat Uni Soviet dan negara-negara Demokrasi Rakyat. Kekejian dan kejahatan mereka dibuktikan oleh perbuatan agen-agen imperialis Amerika seperti Tito di Yugoslavia, Rajk di Hongaria, Slanski di Cekoslovakia, Gomulka di Polandia, Kostov di Bulgaria, dan banyak lagi perbuatan-perbuatan mereka yang keji dan kotor. Belakangan ini agen terbesar dari imperialisme dunia, yaitu pengkhianat Beria, telah terbongkar rahasianya beserta kaki tangannya yang tersebar di mana-mana. Di mana-mana, perbuatan agen-agen imperialis yang jahat ini dapat dilikuidasi. Berhasilnya pekerjaan melikuidasi perbuatan kaum pengkhianat ini merupakan pukulan besar bagi kaum imperialis, berarti kaum imperialis kehilangan kakitangannya yang penting. Semuanya harus menjadi peringatan bagi gerakan Rakyat, nasional maupun internasional.

Kaum reaksi yang di mana-mana berada dalam keadaan terjepit tidak bisa mengambil jalan lain, kecuali jalan intimidasi, provokasi, sabot, santase, teror, dan akhirnya coup d’état. Ini kita lihat di luar negeri dan kita lihat di Indonesia sendiri. Oleh karena itulah semuanya bukan soal teoritis lagi bagi Rakyat Indonesia, tetapi sudah menjadi soal praktis.

3. Perjuangan Rakyat Indonesia untuk Perdamaian

Keadaan internasional seperti tersebut di atas meletakkan kewajiban yang berat di atas pundak tiap-tiap bangsa yang cinta demokrasi dan perdamaian, jadi juga di atas pundak Bangsa Indonesia.

Rakyat Indonesia tidak boleh bersikap “netral” terhadap soal damai dan perang. Sikap “netral” adalah menguntungkan penghasut-penghasut perang dan melemahkan perjuangan untuk perdamaian, karena dengan bersikap “netral” kita tidak mungkin memobilisasi massa untuk menentang perang dan membela perdamaian dengan mati-matian.

Di Indonesia ada dua macam sikap “netral” atau “bebas” terhadap kekuatan perdamaian yang dipelopori oleh Uni Soviet dan kekuatan yang hendak menimbulkan perang dunia yang baru yang dipelopori oleh imperialisme Amerika Serikat.

Sikap “netral” atau “bebas” yang pertama ialah yang dilakukan dengan sadar untuk menipu oleh agen-agen imperialis, seperti oleh pemimpin-pemimpin sosialis kanan dan pemimpin-pemimpin Masyumi. Mereka mengetahui, bahwa mereka akan mendapat tentangan yang keras dari Rakyat Indonesia, jika mereka terang-terangan menyetujui perang dan terang-terangan memihak Amerika Serikat. Oleh karena itu, mereka memakai kedok “netral” atau “bebas”. Pemimpin-pemimpin Masyumi Sukiman-Subarjo-Wibisono yang melakukan Razia Agustus atas perintah imperialisme Amerika mencantumkan dalam program pemerintahnya politik luar negeri yang “bebas”. Demikian juga kaum sosialis kanan ngomong tentang politik “netral”, politik “bebas”, atau politik “kekuatan ketiga” untuk menutupi pengabdiannya yang setia kepada imperialisme. Makin lama makin jelas bagi Rakyat Indonesia apa artinya politik luar negeri yang “netral” atau “bebas” daripada pemimpin-pemimpin PSI, Masyumi, dan pemimpin-pemimpin reaksioner lainnya. Sikap “netral” atau “bebas” semacam ini harus kita telanjangi dan kita kupas maksud-maksud yang sesungguhnya, agar tidak menjadi racun bagi Rakyat.

Sikap “netral” atau “bebas” yang kedua ialah sikap dari orang-orang yang karena tidak mengerti, karena naif, mengira bahwa ada kekuatan gaib yang bisa berdiri di antara damai dan perang. Golongan yang bersikap “netral” atau “bebas” karena tidak mengerti atau karena naif itu sangat banyak di kalangan bangsa kita, juga banyak terdapat di kalangan Rakyat biasa. Terhadap golongan yang tidak mengerti atau naif ini, kaum Komunis harus bersikap sabar dalam meyakinkan mereka. Kita harus menyakinkan mereka, bahwa sikap mereka yang bimbang adalah merugikan perdamaian dan merugikan Indonesia. Dengan sikap bimbang, kekuatan raksasa daripada Rakyat tidak mungkin dibangunkan untuk membela perdamaian dunia dan membela suasana damai di Indonesia. Tiap-tiap akibat sikap mereka yang bimbang yang sudah terbukti merugikan perdamaian dunia dan merugikan suasana damai di Indonesia harus segera dikupas dan sikap mereka yang ternyata keliru itu harus dikritik.

Politik perdamaian, sebagaimana dikatakan oleh Kawan Malenkov, sekali-kali bukanlah soal “taktik” atau “manuver diplomatik”, melainkan garis umum kita di lapangan politik luar negeri, jadi satu-satunya garis yang benar bagi Partai kita di saat sekarang dan seterusnya.

Apakah tujuan gerakan perdamaian itu? Jusuf Stalin dalam bukunya Masalah-Masalah Ekonomi Sosialisme di Uni Republik-Republik Soviet Sosialis menjelaskan bahwa “tujuan gerakan perdamaian sekarang ini ialah membangkitkan massa Rakyat untuk berjuang guna memelihara perdamaian dan mencegah perang dunia yang lain”, dan bahwa “tujuan gerakan ini bukanlah untuk menumbangkan kapitalisme dan mendirikan Sosialisme — ia membatasi diri kepada tujuan demokratis untuk memelihara perdamaian”. Maka itu gerakan perdamaian mesti merupakan gerakan yang seluas-luasnya, yang meliputi seluas-luasnya golongan dari aliran dan kepercayaan apapun.

Dalam hubungan dengan membela perdamaian dunia kita harus insaf, bahwa bahaya perang lebih mengancam Indonesia daripada mengancam Uni Soviet dan negeri-negeri Demokrasi Rakyat, karena dalam menyiapkan kekuatan perangnya, imperialisme Amerika berkepentingan terlebih dulu untuk menguasai negeri-negeri lain yang lemah. Maka itu gerakan perdamaian adalah pertama-tama untuk kita sendiri, untuk Indonesia dan Rakyat Indonesia.

Di atas segala-galanya, Rakyat Indonesia harus dengan sekuat tenaga mencegah timbulnya bahaya perang yang baru. Kita harus mencegah Indonesia terseret ke dalam peperangan. Kita harus berpegang teguh pada prinsip, bahwa tidak ada persoalan dan pertikaian internasional yang tidak dapat diselesaikan secara damai dengan perundingan antara negara-negara yang bersangkutan.

Dalam hubungan dengan membela perdamaian dunia, kita harus meluaskan dan mengonsolidasi perdamaian yang telah tercapai di Korea dengan menuntut supaya semua tentara asing yang ada di wilayah Korea ditarik dan supaya seluruh wilayah Korea dipersatukan secara damai menjadi satu negara di bawah pimpinan satu pemerintah nasional Korea yang demokratis. Kita harus memperjuangkan supaya apa yang sudah tercapai di Korea juga dilaksanakan di front Vietnam, agar seluruh Rakyat Vietnam yang cinta damai dapat hidup bebas dan sejahtera.

Dalam hubungan dengan membela perdamaian dunia, kita harus menentang dan mencegah timbulnya kembali militerisme Jepang dan Jerman yang sekarang sedang dibangunkan oleh imperialisme Amerika. Dalam menentang timbulnya kembali militerisme di Jepang, kita menyatakan diri bersatu dengan Rakyat Jepang yang menentang pendudukan tentara Amerika di tanah airnya, yang berjuang untuk melepaskan diri dari ikatan politik dan ekonomi dari imperialisme Amerika, untuk mengadakan hubungan diplomatik dan hubungan dagang yang normal dengan semua negeri, terutama dengan Uni Soviet dan RRC, yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi Jepang, untuk mencapai kemerdekaan yang penuh bagi Jepang. Untuk mencegah timbulnya kembali militerisme di Jerman, seluruh wilayah dan Rakyat di Jerman harus dipersatukan secara damai dalam satu Negara Jerman yang demokratis dengan satu pemerintah nasional dari Bangsa Jerman sendiri sonder campur tangan negara asing manapun juga. Dengan Negara Jerman yang demokratis ini harus segera diadakan perjanjian perdamaian yang sudah delapan tahun terus-menerus ditunda-tunda saja oleh politik imperialisme Amerika di Jerman. Dengan demikian, Bangsa Jerman akan menempati tempat yang sewajarnya dalam pergaulan bangsa-bangsa yang demokratis dan cinta damai.

Dalam hubungan dengan membela perdamaian dunia, Indonesia harus memperjuangkan terselenggaranya hubungan dagang internasional yang normal dan bebas antara Barat dan Timur, antara semua negara di dunia berdasarkan persamaan dan saling menguntungkan serta sonder campur tangan dalam soal-soal intern negara lain. Untuk memperkuat hubungan persaudaraan dalam suasana damai antara bangsa-bangsa, pertukaran delegasi-delegasi Rakyat antara negara-negara mesti diperbanyak.

Dalam hubungan dengan membela perdamaian dunia, Rakyat Indonesia harus menyokong tiap-tiap perjuangan Rakyat untuk mencapai kemerdekaan yang penuh seperti yang dilakukan oleh Rakyat Malaya, Filipina, Birma, Siam, India, Maroko, Tunisia, Kenya, Iran, dan lain-lain, karena kemerdekaan nasional tiap-tiap bangsa adalah mempunyai arti yang penting bagi perdamaian dunia dan bagi Indonesia sendiri.

Dalam hubungan dengan membela perdamaian dunia, kita harus menentang keras politik Belanda yang tidak tahu malu terhadap Irian Barat, wilayah yang sah dari Republik Indonesia. Laporan tahunan Kementerian Luar Negeri Belanda dan keterangan Ratu Juliana yang disampaikan dalam pembukaan parlemen Belanda tanggal 15 September 1953 menyatakan, bahwa pemerintah Belanda tidak melihat faedahnya untuk memulai lagi perundingan dengan Indonesia mengenai status Irian Barat. Dengan perkataan lain, pemerintah Belanda tidak lagi menganggap Irian Barat sebagai daerah sengketa antara Belanda dan Indonesia. Ini adalah bukti yang senyata-nyatanya bahwa imperialisme Belanda seenaknya saja melanggar perjanjian yang sudah dibikinnya dengan Indonesia, bahwa imperialisme Belanda dengan bantuan sepenuhnya dari imperialisme Amerika tetap mau meneruskan kolonialisme model lama di Irian Barat. Padahal bagi Indonesia, jika Belanda terus berkuasa di Irian Barat adalah merupakan ancaman pistol yang terus-menerus ditujukan kepada Republik Indonesia.

Pelaksanaan daripada semua tindakan-tindakan ke arah perdamaian akan lebih mudah apabila badan internasional PBB selekasnya dapat dipulihkan kembali kepada fungsinya yang semestinya seperti yang tersebut dalam Piagam Bangsa-Bangsa. Badan internasional ini harus bisa kembali menjadi alat dan tempat untuk menyelesaikan semua persoalan dan pertikaian internasional secara damai. Praktik sampai sekarang, di mana PBB praktis menjadi embel-embel dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, harus dihentikan selekas-lekasnya. Seorang anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh, D. Jay namanya, karena melihat kedudukan PBB yang dikangkangi oleh Amerika, telah mengatakan kepada koresponden AFP, dalam hubungan dengan gencatan senjata di Korea dan pemasukan RRC ke dalam PBB, bahwa “Rakyat Inggris umumnya telah memutuskan untuk tidak ikut serta dalam suatu peperangan umum melawan RRC. Mereka menghendaki agar PBB menjadi mimbar untuk menyelesaikan pertikaian-pertikaian dan untuk mempertegak hukum, tapi bukan untuk menjadi ‘club anti-Komunis’” (berita AFP tanggal 17 September 1953). Ucapan anggota Partai Buruh ini tidak boleh kita pandang sebagai persetujuannya kepada Komunisme, tetapi semata-mata didorong oleh keadaan ekonomi di Inggris yang makin lama makin bangkrut karena ditekan terus-menerus oleh Amerika. Syarat yang penting bagi PBB, jika ia hendak kembali kepada kedudukannya yang semestinya, yang sesuai dengan Piagam Bangsa-Bangsa, ialah memberikan kedudukan yang sewajarnya sebagai anggota PBB kepada RRC yang mewakili lebih dari 600 juta manusia, dan mengeluarkan klik Kuomintang yang sampai sekarang dengan tidak sah duduk dalam badan internasional itu.

Satu faktor yang menentukan bagi terlaksananya semua cita-cita umat manusia ialah, jika mengenai semua soal internasional ada kata sepakat antara negara-negara besar Amerika Serikat, Uni Soviet, RRC, Inggris, dan Perancis. Oleh karena itu, perjuangan untuk mencapai Pakta Perdamaian antara Lima Besar adalah perjuangan yang penting dan bersifat menentukan.

Rakyat Indonesia akan mendapat manfaat yang besar jika pemerintah Indonesia —yang sekarang sampai batas-batas tertentu mendapat sokongan Rakyat— konsekuen menjalankan politik perdamaian dan konsekuen menjalankan “good neighbour policy” (politik hubungan baik dengan negeri tetangga) yang telah dipraktikkan dengan Filipina, Birma, India, dan lain-lain, serta juga meluaskan prinsip ini dengan tetangga kita yang besar, yaitu RRC, dan dengan tetangga kita yang gagah berani Republik Demokrasi Rakyat Korea dan Republik Demokrasi Vietnam. Pelaksanaan dari politik luar negeri ini hanya akan menguntungkan Rakyat Indonesia dan menempatkan Republik Indonesia pada tempatnya yang terhormat dalam pergaulan dan hubungan internasional.

Kewajiban Partai di Lapangan Politik Luar Negeri Sekarang adalah Sebagai Berikut:

            1) Melanjutkan perjuangan untuk perdamaian, untuk mencegah timbulnya perang dunia yang baru dan memperjuangkan supaya semua pertikaian internasional diselesaikan dengan perundingan secara damai; memperjuangkan adanya kerja sama antara Indonesia dengan semua negeri yang cinta damai dengan tujuan mempertahankan perdamaian dan mencegah peperangan.

            2) Memperjuangkan adanya kerja sama di lapangan ekonomi dan kebudayaan antara Indonesia dengan semua negara atas dasar saling menguntungkan dan persamaan sepenuhnya; menyokong tiap-tiap perjuangan Rakyat untuk kemerdekaan nasional yang penuh.

            3) Ikut mengonsolidasi kemenangan perdamaian di Korea dan memperjuangkan agar gencatan senjata yang sudah tercapai di front Korea juga tercapai di front Vietnam; menentang timbulnya militerisme di Jepang dan Jerman dan melawan provokasi-provokasi untuk menimbulkan perang baru di Jerman.

            4) Memperjuangkan supaya kedudukan PBB sesuai dengan Piagam Bangsa-Bangsa, yaitu sebagai alat umat manusia untuk perdamaian; memperjuangkan masuknya RRC sebagai anggota PBB, dan memperjuangkan tercapainya Pakta Perdamaian antara Lima Besar (Amerika Serikat, Uni Soviet, RRC, Inggris, dan Perancis).

            5) Memperjuangkan pembatalan perjanjian-perjanjian dan persetujuan-persetujuan yang diadakan antara Indonesia dengan negara-negara lain yang merusak kemerdekaan dan suasana damai di Indonesia.

 

II

Situasi Dalam Negeri Indonesia

1. Indonesia Setengah Jajahan Membawa Akibat Krisis Ekonomi yang Terus-Menerus. Jalan untuk Mengatasinya ialah Melikuidasi Keadaan Setengah Jajahan dan Menggantikannya dengan Sistem Demokrasi Rakyat

Sudah tiga setengah tahun PKI menerang-nerangkan kepada Rakyat dengan terus-menerus dan dengan tidak jemu-jemunya, bahwa persetujuan KMB yang dibikin oleh Hatta dan Sultan Abdul Hamid dengan pemerintah Belanda adalah persetujuan kolonial, persetujuan yang tidak dibikin atas dasar kedudukan yang sama antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda.

Pada permulaannya, banyak orang yang percaya pada Hatta yang mengatakan, bahwa persetujuan KMB berarti “lenyapnya kekuasaan kolonial atas Indonesia”. Tetapi lama-kelamaan tipu daya kaum imperialis dan kaum reaksioner dalam negeri ini terbongkar juga, berkat penerangan-penerangan yang diberikan oleh kaum Komunis dan oleh golongan-golongan demokratis lainnya dan berkat pengalaman Rakyat sendiri yang pahit menanggung akibat persetujuan KMB. Akhirnya seluruh bangsa mengetahui, bahwa “penyerahan kedaulatan” yang diberikan berdasarkan persetujuan KMB oleh Kerajaan Belanda kepada Indonesia adalah hanya lamunan belaka, adalah sandiwara sebesar-besarnya yang pernah terjadi dalam sejarah Bangsa Indonesia.

Dengan persetujuan KMB, imperialisme Belanda berhasil dalam mempertahankan pengawasannya di Indonesia, Indonesia menjadi anggota dari apa yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda. Politik luar negeri dan perdagangan luar negeri Indonesia dikontrol oleh Pemerintah Belanda. Irian Barat, bagian yang sah dari Republik Indonesia, masih sepenuhnya dikuasai oleh Belanda. Sumber-sumber ekonomi yang penting tetap dalam kekuasaan negeri-negeri imperialis. Pegawai-pegawai sipil dan militer Belanda masih tetap mengontrol alat-alat negara dan tentara Indonesia.

Persetujuan KMB telah membikin Indonesia yang merdeka dan berdaulat menjadi negeri setengah jajahan, yaitu negeri yang kelihatannya mempunyai “hak memerintah diri sendiri”, tetapi dalam kenyataannya, kekuasaan yang sesungguhnya, terutama kekuasaan di lapangan ekonomi, masih tetap di tangan kaum imperialis, terutama kaum imperialis Belanda.

Bermacam-macam demagogi oleh kaum reaksioner telah dilakukan untuk mengabui mata Rakyat, antara lain demagogi tentang pembangunan, industrialisasi, dan kesejahteraan negeri. Semuanya ini adalah demagogi, omong besar tetapi tidak ada buktinya, selama ekonomi Indonesia masih dikuasai oleh kaum kapitalis monopoli asing. Dengan demagogi ini, Indonesia bukannya makin dekat kepada pembangunan, industrialisasi, dan kesejahteraan, tetapi makin lama makin jauh. Malahan sebaliknya, Indonesia sekarang berada di dalam cengkeraman krisis ekonomi yang terus-menerus dan sudah dekat pada keruntuhannya.

Bahwa Indonesia berada di dalam cengkeraman krisis ekonomi, ini dibuktikan oleh angka-angka pemerintah sendiri dan oleh kenyataan-kenyataan di dalam masyarakat. Pemerintah Ali Sastroamijoyo, yang memikul akibat politik ekonomi dan keuangan dari pemerintah Hatta, Natsir, Sukiman, dan yang terakhir politik Sumitro ketika kabinet Wilopo, menerangkan dalam jawaban pemerintah kepada parlemen pada tanggal 2 September 1953, bahwa ketekoran (defisit) untuk 7 bulan pertama tahun 1953 sudah berjumlah sampai 1.600 juta rupiah. Menurut taksiran pemerintah Ali Sastroamijoyo, untuk tahun 1953 kekurangan anggaran belanja akan berjumlah lebih kurang 2.500 juta rupiah. Jumlah ini hampir sama besarnya dengan jumlah yang harus dibayar ke luar negeri untuk “jasa-jasa” (invisibles), yaitu untuk tahun 1953 melebihi 2.300 juta rupiah. Sebagian besar dari jumlah ini merupakan pembayaran untuk modal asing yang ditanam di waktu yang lampau, demikian pengakuan pemerintah Ali Sastroamijoyo. Pembayaran “jasa-jasa” ke luar negeri yang besar jumlahnya pada waktu sekarang, menurut pemerintah Ali Sastroamijoyo sendiri, adalah sebagai akibat dari struktur ekonomi Indonesia sekarang dan sebagai akibat dari politik penanaman modal asing (foreign investment policy) di zaman kolonial, yang sampai sekarang masih berlaku. Di samping ketekoran anggaran belanja Republik Indonesia yang besar, dengan berbagai jalan modal monopoli asing menggondol keuntungan yang luar biasa besarnya ke luar negeri!

Mengenai ekspor dikatakan oleh pemerintah Ali Sastroamijoyo, bahwa kemundurannya di tahun 1953 tidak disebabkan oleh jumlah volume ekspor, akan tetapi disebabkan oleh jumlah harganya. Jadi ekspor tetap besar, tetapi yang merosot ialah harganya. Ini disebabkan oleh politik menekan harga dari imperialisme Amerika dengan melalui politik pembeli tunggal (single buyer), politik blokade dan embargo. Jumlah volume ekspor Indonesia, dan bersamaan dengan itu juga dengan sendirinya jumlah harga barang-barang yang diekspor, bisa berlipat ganda lebih besar jika Indonesia bebas dalam menentukan hubungan dagang dengan luar negeri, jika Indonesia tidak terikat oleh politik blokade dan embargo Amerika. Sebagai contoh sangat mencolok sekali diktator harga dari Amerika dengan lewat Rubber Study Group yang dengan tidak tahu malu menetapkan, bahwa untuk harga karet baru dapat diharapkan perbaikan harga dalam tahun 1957. Padahal, di luar pasar blok Amerika ada negeri-negeri yang bersedia membeli karet Indonesia dan karet negeri-negeri lain dengan harga yang pantas.

Juga politik impor sangat merugikan ekonomi nasional, berhubung politik imperialisme Amerika yang memaksa Indonesia membeli barang-barang yang mereka tentukan macamnya maupun harganya, berhubung masih tetap berkuasanya importer-importir asing, berhubung penurunan nilai rupiah dan berhubung peraturan devisen Sumitro. Berdasarkan persetujuan KMB, Indonesia harus membayar komisi untuk semua ekspor maupun impornya kepada negeri Belanda.

Untuk mengalihkan perhatian orang dari eksploitasi besar-besaran dan keuntungan-keuntungan raksasa yang digondol ke luar negeri oleh kaum kapitalis monopoli asing, oleh kaum reaksioner dilakukan demagogi tentang koperasi. Dalam pidato radio, Drs. Mohammad Hatta, berkenaan dengan Hari Koperasi ke-III pada tanggal 12 Juli 1953 dengan bangga disebutkannya, bahwa jika dibandingkan angka-angka tahun 1951 dengan tahun 1952, maka kelihatan jumlah koperasi bertambah 2.000 buah (semua 7.700), jumlah anggota bertambah kira-kira 179.000 orang (semua 1.180.000 orang), sedangkan uang simpanan meningkat sampai lebih dari Rp. 56 juta. Dalam pidato sambutan Hatta itu terlalu dibesar-besarkan arti dari koperasi kaum pertengahan ini. Padahal tidak ada artinya ribuan perusahaan koperasi kecil-kecilan dengan modal Rp. 56 juta jika dibanding dengan besarnya kapital kaum monopolis asing yang tidak diganggu gugat di Indonesia ini. Nasib daripada koperasi-koperasi ini tidak beda dengan nasib “ikan teri yang ditempatkan dalam satu kolam kecil bersama-sama dengan ikan kakap”. Kalau ikan kakap mau, dalam sekejap mata saja ikan teri itu habis ditelannya. Dalam negeri yang terus-menerus diancam oleh krisis ekonomi, koperasi tidak mempunyai hari depan yang baik, pada waktunya ia akan dihancurkan oleh kapital-kapital monopoli asing, apalagi jika koperasi-koperasi itu berani melangkah ke lapangan operasi kapital-kapital monopoli asing. Tetapi, untuk melangkah ke lapangan operasi kapital-kapital monopoli asing adalah satu lamunan bagi koperasi-koperasi ala Hatta. Jadi koperasi ala Hatta bukanlah obat yang mujarab untuk mengatasi krisis ekonomi, ia hanya untuk memindahkan perhatian, agar perjuangan Rakyat tidak ditujukan kepada melikuidasi kekuasaan kapital monopoli asing di Indonesia.

Dalam Indonesia yang dicengkeram oleh krisis ekonomi, dengan sendirinya tingkat hidup Rakyat sangat merosot dan makin lama makin merosot lagi. Upah kaum buruh Indonesia sangat rendah, sedang upah riilnya terus merosot berhubung dengan harga barang-barang terus meningkat. Jumlah penganggur makin lama makin bertambah banyak. Kaum tani Indonesia yang merupakan 70 % daripada penduduk masih tetap berada dalam kedudukan budak, hidup melarat dan terbelakang di bawah tindasan tuan tanah dan lintah darat. Kaum inteligensia Indonesia juga tidak mempunyai hari depan yang gemilang di dalam Indonesia yang terus-menerus berada dalam cengkeraman krisis ekonomi, karena Indonesia yang tidak makmur tidak memungkinkan perkembangan ilmu dan kebudayaan. Kemerosotan tingkat hidup Rakyat merupakan tanah yang subur bagi musuh-musuh Republik Indonesia untuk meluaskan gerakan terornya yang berupa DI, TII, dan sebagainya.

Kenyataan-kenyataan di atas makin lama makin dalam meyakinkan Rakyat Indonesia, yaitu kaum buruh, kaum tani, kaum inteligensia, kaum borjuis kecil dan borjuis nasional, bahwa sistem ekonomi kolonial harus dihapuskan dan diganti dengan sistem ekonomi nasional. Penghapusan ekonomi kolonial dan penggantiannya dengan ekonomi nasional hanya mungkin dengan menghapuskan persetujuan KMB seluruhnya, karena justru isi pokok daripada persetujuan KMB ialah mengenai kekuasaan ekonomi. Dengan demikian, sebagian besar dari Bangsa Indonesia menjadi yakin, bahwa satu-satunya jalan untuk pembangunan, industrialisasi, dan kesejahteraan ialah jalan kemerdekaan nasional yang penuh dan perubahan-perubahan demokratis, yaitu dengan mewujudkan sistem Demokrasi Rakyat.

2. Perkembangan Front Persatuan Nasional

Dalam keadaan sekarang, di mana persetujuan KMB harus dibatalkan, di mana intervensi Amerika dan negeri-negeri lain harus dilawan, di mana militerisme Jepang yang dibangunkan oleh imperialisme Amerika sekali lagi harus ditentang, di mana Indonesia harus dilepaskan dari Uni Indonesia-Belanda, di mana Irian Barat harus dipertahankan sebagai wilayah Republik Indonesia, dan di mana gerombolan-gerombolan DI, TII, dan gerombolan teror lainnya harus dihancurkan, adalah tugas yang sangat urgen dari kelas buruh untuk lebih memperkuat persatuannya. Persatuan kaum buruh Indonesia makin hari makin kuat. Resolusi Politbiro CC PKI bulan Maret tahun 1952 tentang Kewajiban Front Persatuan Buruh merupakan stimulator yang penting bagi perjuangan kaum buruh Indonesia untuk tuntutan-tuntutan ekonomi dan politiknya yang langsung, untuk mempersatukannya, dan untuk mengonsolidasi organisasinya.

Bersamaan dengan memperkuat persatuannya, kelas buruh memelopori terbentuknya front persatuan nasional yang tumbuh dengan sewajarnya di mana-mana di seluruh Indonesia. Semua orang Indonesia lelaki dan wanita yang setuju dengan kemerdekaan nasional yang penuh bagi tanah air Indonesia dan setuju dengan perdamaian, dengan tiada pandang keyakinan politik, kepercayaan agama, dan kedudukan dalam masyarakat, berdiri di belakang front persatuan nasional ini.

Di bawah pimpinan Partai mulai diadakan propaganda, bahwa perjuangan massa tidak hanya dapat menjamin dipenuhinya sesuatu tuntutan ekonomi, tidak hanya dapat menjamin realisasi daripada sesuatu tujuan politik yang langsung, tetapi juga bisa menjamin kemenangan-kemenangan yang lebih besar. Perjuangan massa tidak hanya bisa mengakibatkan perubahan pemerintah yang tidak mempunyai arti apa-apa karena pemerintah baru tetap menjalankan politik pemerintah yang lama (pemerintah Hatta diganti dengan pemerintah Natsir, dan pemerintah Natsir diganti dengan pemerintah Sukiman), tetapi juga, dan ini adalah penting, perjuangan massa bisa mengakibatkan perubahan dalam politik. Terbentuknya pemerintah Ali Sastroamijoyo membuktikan kebenaran hal ini, dan kejadian ini telah memberi dorongan kepada massa untuk mendapatkan perubahan politik yang lebih besar.

Kepentingan kaum buruh dan kaum tani Indonesia, kepentingan seluruh Rakyat Indonesia lelaki dan wanita, menuntut supaya dilakukan segala sesuatu yang mungkin untuk mengagalkan tindakan-tindakan jahat dari pemimpin-pemimpin Masyumi, PSI, dan kaum reaksioner lainnya, yang atas perintah negeri asing bertindak anti-Rakyat, antidemokrasi, antinasional, dan anti-Indonesia. Kita harus menggagalkan tiap-tiap siasat (manuver) mereka di mana saja, di dalam maupun di luar parlemen, yang legal maupun yang ilegal. Menggagalkan siasat mereka berarti menggagalkan operasi-operasi imperialisme Belanda, Amerika, dan Inggris di lapangan ekonomi, politik, militer, dan kebudayaan di negeri kita.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa pada saat sekarang masih banyak lelaki dan wanita Indonesia yang belum dapat menerima beberapa bagian daripada program Partai kita, walaupun kita kaum Komunis memandang program Partai kita sebagai satu-satunya program yang sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan tanah air kita untuk sekarang dan nanti. Tetapi walaupun demikian, sudah banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebagian besar lelaki dan wanita Indonesia sekarang dapat menyetujui beberapa bagian dari program Partai Komunis dan berdasarkan beberapa bagian dari program ini, dapat dibentuk front persatuan nasional yang kuat dan kuasa yang akan menetapkan dan memperjuangkan terlaksananya tujuan-tujuan politik dan ekonomi sesuai dengan tuntutan pada saat sekarang.

Front persatuan nasional yang digalang oleh Partai kita ialah front yang mempersatukan lelaki dan wanita Indonesia dari semua keyakinan politik, semua kepercayaan agama dan kedudukan sosial, dan sudah tentu atas dasar hasrat bersama untuk mengatasi krisis ekonomi yang terus-menerus mencengkeram Indonesia, untuk mencegah diseretnya Indonesia ke dalam pakta agresif oleh imperialisme Amerika, untuk mempertahankan Irian Barat sebagai wilayah Republik Indonesia, untuk melawan dipersenjatainya kembali Jepang, untuk menjunjung tinggi panji-panji demokrasi, dan untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional yang penuh bagi Indonesia.

Atas dasar hasrat bersama, front persatuan nasional bisa juga menjalankan politik ekonomi, keuangan dan sosial di dalam bingkai ekonomi damai, yang dapat menjamin perkembangan industri dan pertanian di Indonesia, yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan langsung daripada kaum buruh, dapat memberikan tanah kepada kaum tani tak bertanah atau tak cukup mempunyai tanah, yang dapat mengembangkan perdagangan atas dasar saling menguntungkan dengan semua negeri, dan dapat membangunkan sejumlah besar rumah yang sangat dibutuhkan oleh penduduk.

Berdasarkan bantuan yang sepenuhnya dari Rakyat Indonesia lelaki dan wanita, front persatuan nasional juga berkewajiban membela kebebasan-kebebasan demokratis dari semua serangan kaum reaksi dan fasisme. Perjuangan Rakyat Indonesia waktu tahun-tahun belakangan ini membuktikan bahwa dengan persatuan nasional, walaupun belum begitu kuat, dapat menggagalkan tindakan-tindakan fasis Razia Agustus pemerintah Sukiman-Subarjo-Wibisono tahun 1951, menggagalkan percobaan coup pada tanggal 17 Oktober 1952 oleh golongan sosialis kanan dan kaum militeris, dan juga dapat mendesakkan terbentuknya pemerintah Ali Sastroamijoyo yang programnya agak demokratis dan di dalamnya tidak ikut serta elemen-elemen komprador dan tuan tanah dari Masyumi dan elemen-elemen komprador dari PSI. Demikian juga, dengan persatuan nasional yang belum begitu kuat, gerakan menghancurkan gerombolan-gerombolan DI, TII, dan gerombolan-gerombolan teror lainnya, makin lama makin meluas dan makin bertambah kuat. Jadi, front persatuan nasional yang berakar di kalangan semua sektor daripada bangsa kita, dan yang memobilisasi Rakyat ke dalam perjuangan, akan memudahkan dalam memberikan bukti-bukti yang lebih meyakinkan betapa bohongnya keterangan pemimpin-pemimpin Masyumi, PSI, dan pemimpin-pemimpin reaksioner lainnya tentang keharusan Indonesia menjadi bagian dari Kerajaan Belanda atau bagian dari Amerika Serikat, tentang “kesucian” tujuan perjuangan DI dan TII, dan tentang “jasa-jasa” modal monopoli asing untuk pembangunan Indonesia. Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin Masyumi, PSI, dan pemimpin-pemimpin reaksioner lainnya takut setengah mati kepada front persatuan nasional, karena mereka tahu bahwa kekuatan Rakyat yang bersatu dalam front persatuan nasional adalah yang akan menelanjangi perbuatan-perbuatan mereka yang mesum dan yang akan menggagalkan tiap-tiap perbuatan mereka yang antidemokrasi dan anti-Indonesia.

Hanya front persatuan nasional, yang mempersatukan kaum Komunis dengan semua patriot, bisa menetapkan politik yang sesuai dengan kepentingan Tanah Air dan Bangsa Indonesia dan bisa menjamin terbentuknya suatu pemerintah yang sedia menjalankan politik ini. Dan memang sesungguhnya, bahwa perubahan dalam politik hanya mungkin dengan bantuan perjuangan kaum Komunis untuk kesatuan-kesatuan aksi yang seluas-luasnya di dalam bingkai front persatuan nasional yang kuasa, yang mampu mendesakkan perubahan-perubahan semacam itu. Dan pembela-pembela politik anti-Komunis seperti Sukiman, Yusuf Wibisono, Syahrir, Hatta, Natsir, dan lain-lain, akan dianggap oleh semua orang yang berperasaan nasional sebagai badut-badut politik yang menggelikan.

Front persatuan nasional adalah front yang paling demokratis dalam komposisinya maupun dalam cara bekerjanya. Front persatuan nasional mengikat bagian yang sangat terbesar daripada Rakyat. Semua orang lelaki dan wanita Indonesia yang tidak menyukai penjajahan negeri asing atas Indonesia harus bersatu di dalam atau berdiri di belakang front ini. Hanya jika sudah dapat mempersatukan sebagian terbesar dari Rakyat Indonesia, kita bisa berkata tentang front persatuan nasional yang benar-benar, yang luas, dan yang kuat. Oleh karena itulah, kita tidak mungkin berbicara tentang front persatuan nasional yang benar-benar, yang luas, dan yang kuat, sebelum kaum tani dapat ditarik ke dalam front ini, karena kaum tani di negeri kita merupakan lebih dari 70 % daripada penduduk. Dengan tidak ikutnya kaum tani berarti tidak ikutnya bagian yang terbesar daripada Rakyat Indonesia, dan ini merupakan kelemahan yang sangat besar daripada front persatuan nasional kita. Sampai sekarang baru kira-kira 7 % dari kaum tani yang sudah terorganisasi. Jumlah ini adalah jumlah yang masih sangat kecil.

Oleh sebab itulah, kewajiban kaum Komunis yang pertama-tama ialah menarik kaum tani ke dalam front persatuan nasional. Ini artinya, agar kaum tani dapat ditarik, kewajiban yang terdekat daripada kaum Komunis Indonesia ialah melenyapkan sisa-sisa feodalisme, mengembangkan revolusi agraria antifeodal, menyita tanah tuan tanah dan memberikan dengan cuma-cuma tanah tuan tanah kepada kaum tani, terutama kepada kaum tani tak bertanah dan tani miskin, sebagai milik perseorangan mereka. Langkah pertama dalam pekerjaan di kalangan kaum tani ialah membantu perjuangan mereka untuk kebutuhan sehari-hari, untuk mendapatkan tuntutan bagian kaum tani. Dengan demikian berarti mengorganisasi dan mendidik kaum tani ke arah tingkat perjuangan yang lebih tinggi. Inilah dasar untuk membentuk persekutuan kaum buruh dan kaum tani, sebagai basis daripada front persatuan nasional yang kuasa.

Revolusi agraria adalah hakikat daripada revolusi Demokrasi Rakyat di Indonesia. Revolusi agraria adalah syarat untuk pembangunan, industrialisasi, dan kesejahteraan ekonomi bagi Indonesia. Dengan kaum tani yang melarat, yang tak bertanah atau tak cukup mempunyai tanah, tidak mungkin mengadakan pembangunan, industrialisasi, dan kesejahteraan ekonomi negeri. Jadi, syarat pertama dan syarat yang tidak boleh tidak untuk pembangunan Indonesia, untuk industrialisasi dan kesejahteraan ekonomi negeri, ialah pelaksanaan semboyan “tanah untuk kaum tani”.

Dengan menitikberatkan pekerjaan pada menarik kaum tani, sama sekali tidak berarti bahwa pekerjaan di kalangan kaum buruh, kaum inteligensia, borjuisasi kecil dan borjuasi nasional di kota dilengahkan. Dan juga sama sekali tidak berarti melengahkan pembikinan blok-blok kerja sama dengan partai-partai dan organisasi-organisasi lain. Pengalaman Rakyat Indonesia sendiri mengajarkan, bahwa pembentukan blok-blok kerja sama di dalam maupun di luar parlemen dengan partai-partai dan organisasi-organisasi lain bisa memberi manfaat yang tidak kecil artinya, misalnya dalam menggagalkan Razia Agustus Sukiman tahun 1951, dalam menggagalkan percobaan coup sosialis kanan dan kaum militeris pada 17 Oktober 1952, dalam membentuk kabinet Wilopo tahun 1952, dan dalam membentuk kabinet Ali Sastroamijoyo tahun 1953, yang atas desakan Rakyat berjanji akan menjalankan program-program yang demokratis sesuai dengan tuntutan-tuntutan rapat-rapat umum dan demonstrasi-demonstrasi Rakyat.

Di antara anggota Partai, sesudah sedikit mempelajari pengalaman revolusi Tiongkok, ada yang berpendapat bahwa karena yang terpenting ialah membangkitkan kaum tani agar turut serta dalam perjuangan, maka semua Komunis mesti meninggalkan kota dan bekerja di kalangan kaum tani. Pendapat ini tentu saja salah. Pertama perlu dinyatakan bahwa kaum Komunis Tiongkok tidak pernah mengecilkan arti bekerja di kalangan kaum buruh. Justru sebaliknya, mereka telah memberikan arti yang besar kepada pekerjaan dalam kota, teristimewa di waktu menjalankan peperangan gerilya di daerah luar kota. Kedua, ada perbedaan-perbedaan tertentu dalam keadaan geografi dan dalam hal perkembangan politik antara Indonesia dan Tiongkok yang harus kita perhatikan.

PKI harus terus tetap menjalankan pekerjaan di kalangan kaum buruh, kaum inteligensia, borjuasi kecil dan borjuasi nasional di kota-kota. Semangat kaum inteligensia dan pemuda pelajar dan tekad mereka untuk mengabdi kepada Rakyat pekerja banyak artinya bagi gerakan revolusioner. Ini sudah dibuktikan oleh pengalaman perjuangan Rakyat Indonesia sendiri.

Dari keterangan di atas jelaslah, bahwa satu-satunya garis politik PKI yang tepat ialah membentuk persekutuan buruh dan tani dan di atas dasar ini mendirikan front persatuan nasional. Berdasarkan keadaan yang nyata di negeri kita, berdasarkan kemungkinan-kemungkinan dan kemampuan Partai kita, adalah kewajiban Partai kita untuk membentuk kedua-duanya sekaligus, yaitu mengorganisasi persekutuan buruh dan tani atas dasar program agraria yang revolusioner dan bersamaan dengan itu memperbaiki dan memperkuat front persatuan nasional dalam bentuk blok-blok kerjasama dengan partai-partai dan organisasi-organisasi lain.

Musuh-musuh Rakyat Indonesia yang pertama, dilihat dari sudut besarnya kekuasaan di berbagai lapangan, terutama di lapangan ekonomi, ialah imperialisme Belanda. Oleh karena itulah front persatuan nasional pertama-tama harus ditujukan kepada melikuidasi kaum imperialis Belanda dan bukan kepada melikuidasi sekaligus semua imperialisme asing di Indonesia. Pertama-tama tujuan front ini mestilah pengusiran kaum imperialis Belanda dan kekuatan-kekuatan bersenjata mereka dari Indonesia, penyitaan dan nasionalisasi milik kaum penjajah Belanda, penarikan Indonesia dari Uni Indonesia-Belanda, dan pernyataan kemerdekaan penuh bagi Indonesia. Tetapi, bilamana imperialisme Amerika dan imperialisme lainnya memberikan bantuan bersenjata kepada penjajah Belanda dan kaki tangannya bangsa Indonesia, maka perjuangan mesti diarahkan kepada semua imperialisme di Indonesia, milik-milik mereka harus disita dan dinasionalisasi.

3. Pemerintah Ali Sastroamijoyo Dibentuk sebagai Hasil daripada Pertentangan-Pertentangan di Antara Kalangan-Kalangan yang Berkuasa di Dalam Negeri dan Atas Desakan Persatuan Rakyat

Sebagai hasil daripada pertentangan-pertentangan di antara kalangan-kalangan yang berkuasa di dalam negeri dan atas desakan persatuan Rakyat, pemerintah Sukiman yang ultrareaksioner telah jatuh dan digantikan oleh pemerintah Wilopo yang menjanjikan tindakan-tindakan yang demokratis. Kemudian memang terbukti, bahwa pemerintah Wilopo dalam bulan-bulan ketika baru dibentuk telah melakukan beberapa tindakan yang demokratis.

PKI dan seluruh kekuatan demokratis segera menghentikan sokongannya kepada pemerintah Wilopo, setelah ternyata bahwa pemerintah ini bertindak antidemokrasi dan antinasional, berhubung dengan lemahnya elemen demokratis yang ada di dalamnya dan karena politik dari menteri-menteri partai Masyumi dan PSI yang reaksioner. Pemerintah Wilopo kemudian jatuh, sebagai hasil daripada pertentangan-pertentangan di antara kalangan-kalangan yang berkuasa di dalam negeri dan atas desakan kekuatan demokratis.

Sebagai hasil daripada pertentangan-pertentangan di antara kalangan-kalangan yang berkuasa di dalam negeri dan atas desakan persatuan Rakyat, sesudah hampir dua bulan mengalami krisis pemerintah, pada tanggal 30 Juli 1953 terbentuklah pemerintah Ali Sastroamijoyo yang mempunyai program yang lebih demokratis dan lebih tegas daripada program pemerintah Wilopo. Sebagaimana juga kepada pemerintah Wilopo sebelum ia melakukan tindakan-tindakan yang antidemokrasi dan antinasional, maka PKI memberikan sokongannya kepada pemerintah Ali Sastroamijoyo.

Sikap PKI terhadap kabinet Wilopo dan terhadap kabinet Ali Sastroamijoyo adalah sikap yang tepat. PKI memberikan kesempatan bekerja kepada sesuatu pemerintah dengan syarat bahwa pemerintah itu memberi kesempatan berkembang kepada gerakan Rakyat. PKI mendasarkan politiknya atas analisis Marxis mengenai keadaan yang konkret dan perimbangan kekuatan. Adalah satu avonturisme jika PKI, karena mengharapkan terbentuknya pemerintah yang lebih baik, tidak memberikan sokongannya kepada pemerintah Ali Sastroamijoyo yang sekarang ini, sehingga bisa berakibat pemerintah jatuh ke dalam kekuasaan Partai Masyumi-PSI yang ultrareaksioner, yang pasti akan menindas gerakan Rakyat dengan kejam. Tetapi, PKI juga tidak memandang pemerintah Ali Sastroamijoyo sekarang sebagai pemerintah front persatuan nasional atau sebagai pemerintah yang benar-benar progresif.

Keadaan yang tidak stabil di Indonesia sekarang ini bisa berkembang sebagai berikut:

Pertama: Atas desakan massa pemerintah Ali Sastroamijoyo bisa memberikan konsesi-konsesi tertentu kepada Rakyat, gerakan Rakyat bisa mendapat sedikit kemajuan dan pemerintah Ali Sastroamijoyo dengan demikian tetap pada kedudukannya.

Kedua: Pemerintah Ali Sastroamijoyo, jika bertindak antidemokrasi dan antinasional, berhubung dengan lemahnya elemen demokratis dalam pemerintah, bisa mengalami pengalaman pemerintah Wilopo, yaitu dijatuhkan oleh kekuatan-kekuatan demokratis dan atas desakan kekuatan-kekuatan demokratis dibentuk suatu pemerintah yang lebih memenuhi syarat-syarat untuk bertindak lebih demokratis dan lebih tegas.

Ketiga: Kaum reaksioner dan imperialis, dengan mengambil keuntungan dari politik pemerintah yang bertujuan membatasi gerakan Rakyat dan karenanya tidak mendapat sokongan Rakyat, mungkin akan menggulingkan pemerintah Ali Sastroamijoyo dan menggantinya dengan suatu pemerintah reaksioner.

Keempat: Pemerintah Ali Sastroamijoyo, yang menggunakan sokongan Rakyat untuk memperkuat kedudukannya dan karena itu bisa mendesak Belanda untuk memberikan konsesi-konsesi yang tertentu, bersamaan dengan itu karena takut akan meluasnya gerakan Rakyat, bisa mengubah politiknya yang setengah-setengah sekarang, dan bersama-sama dengan kaum imperialis dan kaum reaksioner melakukan serangan terhadap Rakyat.

Partai Komunis Indonesia dan Rakyat Indonesia mesti waspada, mesti sedia untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi. PKI dan Rakyat Indonesia harus mendorong maju pemerintah Ali Sastroamijoyo, supaya pemerintah Ali Sastroamijoyo suka memberi konsesi-konsesi kepada Rakyat agar gerakan Rakyat bisa mendapat sedikit kemajuan. Tetapi jika pemerintah Ali Sastroamijoyo menjurus ke kanan, maka PKI dan Rakyat Indonesia juga harus bersedia menghadapinya.

Pembentukan pemerintah Ali Sastroamijoyo adalah pelajaran yang penting bagi Rakyat Indonesia. Ia memberikan pelajaran bahwa perjuangan massa tidak hanya mampu merealisasi tuntutan ekonomi dan tujuan politik yang langsung, tetapi ia juga mengajarkan bahwa dengan perjuangan massa dapat diadakan perubahan di dalam politik, bahwa dengan perjuangan massa dapat dibentuk suatu pemerintah yang agak maju. Pemerintah Ali Sastroamijoyo memecahkan soal tanah di Tanjung Morawa dengan cara yang berlainan dari politik reaksioner Masyumi dan PSI yang mau dipaksakan dengan melewati pemerintah Wilopo. Putusan pemerintah Ali Sastroamijoyo mengenai soal tanah di Tanjung Morawa mendapat sambutan hangat dari kaum tani. Rakyat Indonesia harus terus mendesak, agar bagian-bagian dari program pemerintah Ali Sastroamijoyo yang demokratis dijalankan dengan konsekuen, sesuai dengan keinginan bagian terbesar Rakyat Indonesia. Inilah jaminannya supaya pemerintah Ali Sastroamijoyo bisa dalam waktu yang lama sejalan dengan Rakyat Indonesia. Dan inilah pula jaminannya supaya politik antidemokrasi, antinasional, dan anti-Indonesia dari pemimpin Masyumi, PSI, dan pemimpin-pemimpin reaksioner lainnya terus-menerus mengalami kegagalan.

Kekalahan politik dari pemimpin-pemimpin Masyumi, PSI, dan pemimpin-pemimpin reaksioner lainnya telah membuat mereka makin lama makin mata gelap. Hubungan politik antara mereka dengan kaum imperialis Belanda dan Amerika, dengan gerombolan DI dan TII, dengan kaum militeris yang tersangkut dalam percobaan coup pada tanggal 17 Oktober 1952, dan ini dipengaruhi lagi oleh kemenangan sementara dari coup yang diorganisasi oleh Amerika di bawah pimpinan fasis Zahedi di Iran, merupakan bahaya yang konkret bagi Indonesia. Keadaan ini meletakkan kewajiban yang lebih berat di atas pundak tiap-tiap Komunis dan tiap-tiap patriot Indonesia. 

Kewajiban Partai di Lapangan Politik Dalam Negeri

Sekarang adalah Sebagai Berikut:

1) Mencegah keruntuhan Indonesia yang disebabkan oleh cengkeraman krisis ekonomi yang terus-menerus dengan berjuang untuk pembatalan persetujuan KMB, untuk kemerdekaan nasional yang penuh dan untuk perubahan-perubahan demokratis; melepaskan Indonesia dari Uni Indonesia-Belanda dan mempertahankan Irian Barat sebagai wilayah Republik Indonesia.

2) Melakukan pekerjaan sehari-hari di kalangan kaum buruh, kaum tani, dan massa Rakyat lainnya, menggalang persekutuan kaum buruh dan kaum tani dan memperbaiki serta memperkuat front persatuan nasional.

3) Menjunjung panji-panji demokrasi parlementer yang mau dihapuskan oleh pemimpin-pemimpin Masyumi-PSI dan memobilisasi massa untuk membasmi gerombolan-gerombolan DI, TII, Bambu Runcing, Gerayak Merbabu-Merapi, dan gerombolan-gerombolan teror lainnya.

4) Menyokong pemerintah Ali Sastroamijoyo dan mendorong pemerintah ini supaya memberikan kebebasan-kebebasan demokratis kepada Rakyat sesuai dengan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia sendiri.

5) Meninggikan aktivitas politik Rakyat, memperkuat patriotisme, dan menanamkan kewaspadaan politik terhadap provokasi-provokasi, intimidasi-intimidasi, perbuatan-perbuatan teror dan coup dari kaum imperialis dan kaum reaksioner dalam negeri.

 

III

PARTAI

1. Hubungan Kebenaran Garis Politik Partai dengan Pembangunan Partai

Rapat Pleno Sentral Komite bulan Januari 1951, di mana diadakan kritik dan selfkritik di kalangan anggota-anggota Sentral Komite berhubung dengan adanya penyelewengan ideologi dan politik daripada beberapa anggota Sentral Komite, dan yang berakhir dengan kemenangan ideologi dan politik proletar atas ideologi dan politik nonproletar, mempunyai akibat yang baik bagi perkembangan Partai kita. Demikian pula lahirnya rencana Konstitusi Partai dalam rapat pleno Sentral Komite bulan April 1951 menjadi dorongan yang besar untuk perkembangan Partai di seluruh Indonesia, untuk meninggikan tingkat politik Partai, untuk kehidupan demokrasi intern Partai, untuk kehidupan kritik dan selfkritik di dalam Partai, untuk memperkuat disiplin Partai, untuk kesatuan ideologi dan kesatuan tenaga daripada Partai.

Banyak yang kejadian sesudah sidang Pleno Sentral Komite yang bersejarah itu. Kejadian-kejadian yang banyak ini memberikan latihan-latihan kepada anggota-anggota, kader-kader, dan pimpinan Partai kita. Partai kita dilatih untuk menggunakan tiap-tiap kesempatan yang ada semaksimum-maksimumnya untuk meluaskan pengaruh Partai dan untuk memperhebat pembangunan Partai. Di tengah-tengah pukulan-pukulan reaksi yang terus-menerus, Partai dihadapkan dengan masalah-masalah yang pokok dan yang paling urgen untuk dipecahkan, yaitu: pertama, masalah menggalang front persatuan nasional yang berbasiskan persekutuan kaum buruh dan kaum tani, dan kedua, masalah membangun Partai Komunis Indonesia yang dibolshevikkan, yang meluas di seluruh negeri dan yang mempunyai karakter massa yang luas, yang sepenuhnya terkonsolidasi di lapangan ideologi, politik, dan organisasi.

Razia Agustus Sukiman tahun 1951 merupakan ujian yang berat bagi Partai kita, karena peristiwa ini terjadi ketika Politbiro yang dipilih dalam bulan Januari 1951 baru saja enam bulan mulai dengan pekerjaannya mengonsolidasi Partai dan terjadi dalam keadaan di mana hubungan Partai belum erat dengan massa, terutama dengan massa kaum tani. Kesulitan Partai dalam mengatasi Razia Agustus Sukiman adalah juga karena disebabkan kesalahan-kesalahan cara bekerja di kalangan calon anggota, anggota, dan kader Partai, berhubung masih banyaknya elemen-elemen sektaris dan masih adanya elemen-elemen kapitulator dan avonturis di dalam Partai.

Taktik yang tepat yang digariskan oleh Politbiro Sentral Komite ketika itu, yaitu taktik memisahkan borjuasi nasional dari borjuasi komprador yang ultrareaksioner yang dipelopori oleh Sukiman-Subarjo-Wibisono, adalah bersifat menentukan dalam menggagalkan Razia Agustus Sukiman. Taktik ini, sesudah diadakan penerangan yang intensif, diikuti dengan bulat oleh seluruh Partai dan oleh massa yang di bawah pimpinan Partai. Tulisan-tulisan dalam “Bintang Merah” merupakan petunjuk-petunjuk yang penting bagi kader-kader dan anggota-anggota Partai untuk mengatasi bahaya fasisme ketika itu. Taktik Partai berhasil, pemerintah ultrareaksioner yang dikepalai oleh Sukiman-Subarjo-Wibisono makin lama makin terisolasi dan akhirnya terpaksa turun panggung. Borjuasi nasional sendiri menjadi sedikit condong ke kiri, dan berangsur-angsur mengambil tempatnya yang sewajarnya, yaitu tempat bersama-sama dengan kaum buruh, kaum tani, dan borjuasi kecil kota dalam perjuangan melawan kaum komprador dan imperialisme Belanda.

Kebenaran garis politik Partai sangat besar pengaruhnya pada pekerjaan membangun Partai dan pada perkembangan Partai. Kepercayaan massa makin besar kepada pimpinan dan politik Partai. Beberapa anggota yang pada permulaan Razia Agustus agak panik karena ingat kembali akan keganasan kaum reaksioner ketika “Peristiwa Madiun”, yang dikiranya akan terulang lagi dengan Razia Agustus, timbul kembali keberanian dan kegembiraannya. Sukiman tidak berhasil menciptakan “Peristiwa Madiun” kedua, karena di mana-mana ia tertumbuk pada kekuatan demokratis.

Atas petunjuk-petunjuk Politbiro Sentral Komite, dihidupkan demokrasi intern Partai serta kritik dan selfkritik. Sesudah melalui proses kritik dan selfkritik dalam grup, resort, fraksi, dan komite Partai, keberanian dan kegembiraan bekerja timbul kembali di semua organisasi Partai. Usaha memperkuat ideologi anggota Partai untuk pertama kalinya dalam sejarah Partai kita dimulai dalam Razia Agustus dengan apa yang dinamakan “diskusi teori” yang diadakan secara periodik, di samping apa yang dinamakan “diskusi tentang pekerjaan praktis” yang juga dilakukan secara periodik di dalam grup, resort, fraksi, dan komite Partai. Demokrasi intern Partai, kritik dan selfkritik, dan diskusi-diskusi tentang soal-soal teori dan soal-soal pekerjaan sehari-hari sekarang sudah menjadi kebiasaan di dalam Partai kita. Satu kemajuan yang tidak ternilai artinya bagi perkembangan Partai kita. Di samping itu, semangat Partai dari calon anggota, anggota, dan kader Partai terus tumbuh sesuai dengan perkembangan Partai di segala lapangan. Hal ini tidak mungkin kejadian di waktu-waktu yang lampau, berhubung tidak adanya kebulatan dalam pimpinan dan karena sifat liberal daripada pimpinan.

Kejadian yang penting yang terjadi pada akhir Razia Agustus ialah Konferensi Nasional Partai yang dilangsungkan pada permulaan tahun 1952. Dalam Konferensi Nasional ini dibicarakan dengan mendalam politik Partai terhadap pemerintah Sukiman-Subarjo-Wibisono, soal membasmi gerombolan teror DI dan TII, soal menggalang front persatuan dengan borjuasi nasional, soal memperkuat ideologi Partai, masalah perluasan anggota dan masalah-masalah organisasi lainnya. Diskusi mengenai semua acara yang dibicarakan dalam Konferensi Nasional ini sampai kepada kesimpulan perlunya melenyapkan sektarisme, kapitulator, dan avonturisme, sebagai jaminan terlaksananya putusan-putusan Konferensi.

Dalam Konferensi Nasional sangat dirasakan betapa erat hubungannya antara masalah garis politik Partai dengan masalah pembangunan Partai. Garis politik Partai yang menitikberatkan kewajiban Partai pada tugas menggalang front persatuan nasional antipemerintah-Sukiman yang ultrareaksioner, hanya bisa dipecahkan jika masalah organisasi yang terpenting ketika itu dipecahkan, yaitu perluasan keanggotaan dan perluasan organisasi Partai. Dengan anggota dan calon anggota yang ketika itu jumlahnya hanya 7.910 dan dengan organisasi Partai yang ketika itu kecil dan sempit, adalah tidak mungkin melaksanakan kewajiban politik yang luas dan berat seperti di atas, yaitu menjatuhkan pemerintah Sukiman yang mendapat sokongan penuh dari imperialisme Amerika.

Mengingat banyaknya pekerjaan yang dihadapi oleh Partai sehingga banyak kader-kader yang mesti merangkap sampai tujuh macam pekerjaan dalam pimpinan Partai dan organisasi massa, dan mengingat pula bahwa kebenaran politik Partai dan makin berkurangnya elemen-elemen sektaris di dalam Partai telah menarik massa yang luar biasa besarnya yang ingin masuk ke dalam Partai, maka Politbiro merencanakan perluasan keanggotaan. Konferensi Nasional menyetujui rencana Politbiro untuk meluaskan keanggotaan dari 7.910 menjadi seratus ribu dalam 6 bulan.

Rencana perluasan keanggotaan menimbulkan aktivitas yang besar di kalangan calon anggota, anggota, dan kader Partai. Rencana perluasan keanggotaan ditutup dengan hasil 126.671 anggota dan calon anggota, artinya hasil yang melebihi rencana. Bersamaan dengan berjalannya rencana perluasan anggota ini juga dipecahkan soal-soal mengorganisasi calon anggota dan anggota, soal pendidikan politik, soal memperkuat ideologi, soal menempatkan kader, dan soal kewaspadaan politik. Kampanye pendidikan untuk calon anggota, untuk anggota, untuk kader, dan juga untuk massa diadakan dengan rencana tertentu.

Kegiatan-kegiatan Partai selama Razia Agustus dalam hal menggalang front persatuan nasional dan dalam pembangunan Partai, telah menjadi faktor yang terpenting bagi perkembangan kekuatan demokrasi. Pertentangan di antara kalangan yang berkuasa sendiri dan desakan daripada kekuatan demokratis telah menyebabkan jatuhnya pemerintah Sukiman dan diganti dengan pemerintah yang agak maju, yaitu pemerintah Wilopo. Partai memberi kesempatan bekerja kepada pemerintah ini, sebagai usaha untuk mencegah agar pemerintah tidak jatuh kembali ke tangan Sukiman-Hatta cs dan supaya terbuka kesempatan bagi Partai dan bagi kekuatan-kekuatan demokratis lainnya untuk berkembang memperkuat diri.

Selama pemerintah Wilopo, Partai telah memperbaiki dan memperkuat pekerjaan menggalang front persatuan nasional. Pekerjaan Partai yang makin baik untuk front persatuan nasional membawa perbaikan-perbaikan bagi perkembangan Partai, dan demikian pula sebaliknya, bertambah baik pekerjaan untuk pembangunan Partai menjadi bertambah baik pula pekerjaan untuk front persatuan nasional.

Anggota dan calon anggota Partai yang tadinya kurang dari 10 ribu yang organisasinya tadinya hanya meluas di Jawa dan Sumatera dan yang terisolasi dari kelas-kelas dan golongan-golongan demokratis lainnya dalam tahun 1952 telah mendapat kemungkinan meluaskan keanggotaannya menjadi lebih dari 100 ribu, telah meluaskan diri di Madura, Sulawesi, Kalimantan, Sunda Kecil, dan Maluku, telah mendapat simpati dan sokongan dari elemen-elemen demokratis yang luas di luar Partai.

Taktik Partai yang tepat terhadap pemerintah Wilopo telah memperbaiki dan melapangkan jalan bagi pekerjaan Partai menggalang persatuan dengan borjuasi nasional, persatuan yang pecah sejak pertengahan tahun 1948, dengan memihaknya kaum borjuasi nasional ke pihak kaum komprador yang dipelopori oleh Hatta-Sukiman-Natsir yang menyatakan perang terhadap kaum buruh, kaum tani, dan elemen-elemen demokratis lainnya (Peristiwa Madiun). Kembalinya borjuasi nasional ke dalam front persatuan nasional antiimperialisme berarti tambahan kekuatan yang penting pada front ini. Jika Partai tidak cepat dan tepat mengadakan hubungan kembali dengan borjuasi nasional, maka tidak akan secepat sekarang perkembangan front persatuan nasional dan perkembangan, perkokohan, dan pembolshevikkan Partai kita.

Berkat front persatuan nasional dan Partai Komunis yang bertambah kuat inilah, percobaan coup dari kaum sosialis kanan pada tanggal 17 Oktober 1952 dapat digagalkan. Kegagalan percobaan coup 17 Oktober ini telah memberi kekuatan yang baru kepada front persatuan nasional dan kepada PKI serta partai-partai demokratis lainnya.

Perkembangan front persatuan nasional dan pembangunan Partai mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar dengan terbentuknya pemerintah Ali Sastroamijoyo yang komposisi dan programnya lebih maju dari pemerintah Wilopo, dan oleh karena itu mendapat sokongan dari PKI dan dari partai-partai dan golongan-golongan demokratis lainnya.

Kelemahan yang serius dari Partai sekarang ialah, bahwa anggota-anggota dan kader-kader Partai belum mengerti benar tentang hubungan-hubungan agraria dan tentang tuntutan serta penghidupan kaum tani. Oleh karena itu, Partai belum dapat menarik sebagian besar dari kaum tani ke dalam front persatuan nasional dan jumlah keanggotaan Partai dari kalangan kaum tani, menurut perbandingan, adalah masih sangat sedikit. Sekarang baru kira-kira 7 % dari kaum tani yang sudah terorganisasi di bawah pimpinan Partai dan keanggotaan Partai tidak sampai 50 % datangnya dari kalangan kaum tani. Program Agraria Partai yang dibikin dalam Razia Agustus dan kemampuan bekerja dari anggota-anggota Partai, tenyata belum dapat menarik dan memobilisasi kaum tani secara besar-besaran. Dengan ini berarti, bahwa front persatuan nasional kita belum mempunyai basis yang kuat, dan dalam keadaan sulit, misalnya jika borjuasi nasional sekali lagi tidak setia kepada perjuangan melawan imperialisme asing seperti di tahun 1948, maka Partai tidak mempunyai sandaran kaum tani yang kuat.

Front persatuan nasional kita sekarang, walaupun sudah bisa mencapai beberapa kemenangan-kemenangan dalam perjuangannya, masih tetap belum berdiri di atas fundamen yang kuat. Keadaan ini akan terus selama Partai belum bekerja yang benar untuk massa kaum tani dan selama belum banyak orang-orang dari kalangan kaum tani, terutama tani miskin dan tani tak bertanah, masuk Partai dan menjadi kader Partai kita.

2. Dua Kewajiban Partai yang Sangat Urgen

Jelaslah, bahwa masalah yang sangat urgen bagi Partai kita sekarang ialah: pertama, masalah penggalangan front persatuan nasional antiimperialisme yang berbasiskan persekutuan kaum buruh dan kaum tani antifeodalisme; kedua, meneruskan pembangunan PKI yang dibolshevikkan, yang meluas di seluruh negeri, dan yang mempunyai karakter massa yang luas, yang sepenuhnya dikonsolidasi di lapangan ideologi, politik, dan organisasi.

Syarat subjektif dan syarat objektif cukup untuk membangun front persatuan nasional yang luas dengan basis persekutuan buruh dan tani dan cukup untuk membangunkan Partai Komunis yang dibolshevikkan, Partai Komunis tipe Lenin-Stalin.

A. Masalah Menggalang Front Persatuan Nasional

Sejak Partai kita berdiri pada tahun 1920, front persatuan dari proletariat dengan borjuasi nasional Indonesia telah melalui beberapa keadaan yang berlainan dan dalam beberapa periode yang berlainan pula.

Periode pertama (1920 – 1926) ialah periode di mana Partai masih gelap sama sekali tentang perlunya bersatu dengan borjuasi nasional, di mana slogan Partai ialah “sosialisme sekarang juga”, “Soviet Indonesia”, dan “diktator proletariat”. Penyelewengan ke kiri daripada Partai ini dikritik secara tepat dan kena oleh Stalin dalam pidatonya di muka pelajar Universitas Rakyat Timur pada tanggal 18 Mei 1925, di mana dikatakannya bahwa penyelewengan ke kiri ini mengandung bahaya mengisolasi Partai dari massa dan mengubah Partai menjadi sekte. Stalin mengatakan, bahwa perjuangan yang teguh melawan penyelewengan ini adalah syarat yang penting untuk melatih kader-kader yang sungguh-sungguh revolusioner bagi tanah-tanah koloni dan negeri-negeri tergantung di Timur.

Periode kedua (1935 – 1945) ialah periode front persatuan dengan borjuasi nasional melawan fasisme. Partai mendapatkan garis politiknya yang benar ini, terutama ialah berkat pimpinan Kawan Musso yang dalam tahun 1935 datang ke Indonesia secara ilegal dari luar negeri. Kedatangan Kawan Musso tidak hanya dapat memberikan pimpinan politik kepada Partai, tetapi di bawah pimpinan Kawan Musso lah dibangunkan kembali Partai yang sejak teror pemerintah kolonial Belanda tahun 1926 – 1927 banyak mengalami kerusakan-kerusakan dan tidak bisa segera terhimpun kembali. Walaupun PKI ketika itu bekerja ilegal, tetapi dengan melewati GERINDO dan organisasi-organisasi lain, PKI ambil bagian yang aktif dalam menggalang front antifasis, sebelum Jepang menduduki Indonesia maupun selama zaman pendudukan Jepang. Front antifasis tidak hanya berhasil menarik borjuasi nasional, tetapi juga sebagian dari borjuasi komprador, merupakan tambahan kekuatan dalam front anti-Jepang. Tetapi setelah bala tentara Jepang menduduki Indonesia, sebagian besar borjuasi nasional dan boleh dikata semua borjuasi komprador menjalankan politik bekerja sama dengan Jepang. Borjuis nasional menjalankan politik kerja sama dengan Jepang, setelah mereka melihat bahwa kekuatan Rakyat melawan Jepang tidak begitu besar dan mereka mempunyai ilusi bahwa Jepang akan memberikan “kemerdekaan” kepada Indonesia.

Periode ketiga (1945 – 1948) ialah periode front persatuan nasional bersenjata melawan imperialisme Belanda. Borjuasi nasional kembali masuk ke dalam front persatuan nasional setelah melihat bahwa kekuatan Revolusi Rakyat adalag besar. Revolusi Rakyat yang mempunyai kekuatan besar telah membikin borjuasi nasional pada tahun-tahun permulaan revolusi mempunyai sikap yang teguh. Kelemahan Partai di lapangan politik, ideology, dan organisasi menyebabkan Partai tidak mampu memberikan pimpinan kepada keadaan objektif yang sangat baik ketika itu. Dalam revolusi ini, Partai telah meninggalkan kebebasannya dalam politik, ideologi, dan organisasi, dan Partai tidak mementingkan pekerjaannya di kalangan kaum tani, dan inilah sebab-sebab pokok daripada kegagalan revolusi. Lemahnya pimpinan revolusi menyebabkan revolusi terus-menerus mengalami kekalahan-kekalahan di lapangan militer, politik, dan ekonomi, dan kekalahan-kekalahan ini telah membikin ragu borjuasi nasional dan akhirnya mereka memilih pihak kaum komprador dan imperialis. Resolusi “Jalan Baru Untuk Republik Indonesia” yang disahkan oleh Konferensi PKI bulan Agustus 1948 adalah jalan keluar dari keadaan sulit yang dihadapi oleh Republik Indonesia ketika itu. Tetapi pelaksanaan resolusi ini didahului oleh provokasi pemerintah Hatta-Sukiman-Natsir yang menelurkan “Peristiwa Madiun”.

Periode keempat (1948 – 1951) ialah periode di mana borjuasi nasional memisahkan diri dari front persatuan antiimperialisme dan memihak pemerintah Hatta-Sukiman-Natsir yang memprovokasi “Peristiwa Madiun”. Borjuasi nasional ikut berkapitulasi kepada imperialisme dengan menyetujui persetujuan KMB yang khianat, yang diciptakan oleh Hatta, Sultan Abdul Hamid, dan Mohammad Roem. Politik borjuasi nasional yang memisahkan diri dari front persatuan terasa sangat berat bagi Partai, karena Partai, berhubung kelemahan pekerjaannya di kalangan kaum tani, belum dapat bersandar kepada kaum tani. Keadaan ini memaksa Partai menjalankan taktik untuk mendapatkan waktu guna menarik kembali borjuasi nasional ke dalam front persatuan antiimperialisme dan untuk memperbaiki serta memperkuat pekerjaan Partai di kalangan kaum tani. Kebenaran taktik Partai ini dibuktikan oleh perkembangan politik dalam negeri yang baru yang dimulai pada permulaan tahun 1952.

Periode kelima (1951 sampai sekarang) ialah periode di mana persatuan dengan borjuasi nasional makin bertambah erat, tetapi persekutuan  kaum buruh dan kaum tani masih belum kuat. Dengan perkataan lain, Partai masih tetap belum mempunyai fundamen yang kuat. Dalam tingkat ini, Partai dengan keras harus melawan penyelewengan ke kanan yang memberi arti berlebih-lebihan kepada persatuan dengan borjuasi nasional dengan mengecilkan arti pimpinan kelas buruh dan arti persekutuan kaum buruh dan kaum tani. Bahaya ini ialah bahaya melepaskan sifat bebas daripada Partai, bahaya meleburkan diri dengan borjuasi. Di samping itu, sudah tentu Partai juga harus dengan keras mencegah penyelewengan ke kiri, mencegah sektarisme, yaitu sikap yang tidak mementingkan politik front persatuan dengan borjuasi nasional dan memelihara front persatuan itu dengan sekuat tenaga. Karena klik borjuasi komprador bersandar pada imperialisme yang berlainan, dan karena politik Partai sekarang ini pertama-tama ditujukan kepada imperialisme Belanda dan bukan kepada semua imperialisme asing, maka telah timbul pertentangan yang bertambah tajam di kalangan kaum imperialis sendiri dan pertentangan-pertentangan ini dengan sendirinya juga timbul di kalangan komprador-kompradornya. Terbentuknya front persatuan dengan borjuasi nasional ini telah membukakan kemungkinan-kemungkinan baru bagi perkembangan dan pembangunan Partai dan bagi pekerjaan Partai yang terdekat, yaitu menggalang persekutuan kaum buruh dan kaum tani antifeodalisme. Pembangunan Partai dan penggalangan persekutuan kaum buruh dan kaum tani adalah jaminan bagi pimpinan proletariat atas front persatuan nasional.

Dari pengalaman-pengalaman di atas, dapat kita tarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Borjuasi nasional Indonesia, karena juga tertekan oleh imperialisme asing, dalam keadaan tertentu dan sampai batas-batas tertentu, dapat turut serta dalam perjuangan melawan imperialisme. Dalam keadaan tertentu demikian proletariat Indonesia harus menggalang persatuan dengan borjuasi nasional dan mempertahankan persatuan itu dengan sekuat tenaga. Dalam keadaan yang lebih tertentu lagi, jika politik Partai pada suatu waktu hanya ditujukan kepada sesuatu imperialisme, maka sebagian daripada borjuasi komprador bisa juga merupakan tambahan kekuatan dalam melawan imperialisme yang tertentu itu. Tetapi walaupun demikian, borjuasi komprador masih tetap sangat reaksioner dan masih tetap bertujuan untuk menghancurkan Partai Komunis, menghancurkan gerakan proletariat, dan gerakan demokratis lainnya.

2. Karena lemahnya borjuasi nasional Indonesia di lapangan ekonomi dan politik, maka dalam keadaan sejarah yang tertentu, borjuasi nasional yang wataknya bimbang itu bisa goncang dan mengkhianat. Oleh karena itu, proletariat dan Partai Komunis Indonesia harus senantiasa berjaga-jaga akan kemungkinan bahwa dalam keadaan yang tertentu, borjuasi nasional tidak ikut dalam front persatuan, tetapi dalam keadaan lain lagi mungkin ikut kembali.

3. Dengan tidak ikutnya kaum tani, front persatuan nasional tidak mungkin kuat dan kuasa. Dengan tidak ikutnya kaum tani, front persatuan paling banyak hanya bisa menghimpun 20 % sampai 25 % Rakyat, yaitu kaum buruh, borjuasi kecil kota, dan borjuasi nasional. Sedangkan kaum tani jumlahnya lebih dari 70 % daripada Rakyat Indonesia. Oleh karena itulah, front persatuan nasional yang kuat dan kuasa, ialah front persatuan nasional yang berbasiskan persekutuan kaum buruh dan kaum tani. Di samping kaum tani adalah sekutu proletariat yang teguh, maka borjuasi kecil kota yang jumlahnya tidak kecil adalah sekutu proletariat yang bisa dipercaya. Oleh karena itu, pekerjaan di kalangan borjuasi kecil kota adalah juga pekerjaan yang penting.

4. Dalam perjuangan untuk terciptanya front persatuan nasional, baik dengan kerja sama dengan berbagai partai politik maupun dengan kerja sama dengan orang-orang dari berbagai aliran dan ideologi, Partai tidak boleh menjadi terlebur dengan mereka. Partai mesti tetap memegang kebebasannya dalam lapangan politik, ideologi, dan organisasi. Untuk ini, Partai mesti mempersenjatai fungsionaris-fungsionarisnya dengan pengertian yang terang tentang program dan taktik Partai. Front persatuan dengan partai-partai politik dan dengan kelas-kelas yang lain adalah merupakan suatu persekutuan atas dasar tuntutan-tuntutan bersama dan aksi bersama. Bersamaan dengan ini, jika perlu, kaum Komunis mesti mengkritik tindakan-tindakan yang reaksioner dari sekutunya, mesti menentang sikap mereka yang bimbang. Di samping itu, Partai mesti memperingatkan anggota-anggotanya terhadap sektarisme.

Jelaslah bagi kita, bahwa Partai kita harus secara benar memecahkan masalah front persatuan, masalah bersatu dan berpisah dengan borjuasi nasional, dan masalah persekutuan kaum buruh dan kaum tani sebagai basis front persatuan nasional.

B. Masalah Pembangunan Partai

Jika Partai sudah mempunyai garis politik yang benar, maka soalnya ialah bagaimanakah supaya garis politik Partai yang benar itu bisa dijalankan dengan konsekuen dan menjadi garis massa? Bagaimanakah supaya semua kemungkinan-kemungkinan yang digariskan oleh Partai menjadi kenyataan? Ini adalah bergantung kepada keadaan Partai. Dalam hal ini yang menjadi pusat masalah ialah masalah mengenai Partai sendiri, masalah pembangunan Partai.

Kawan Stalin terus-menerus mengajar kita, bahwa kalau kita mau menang dalam revolusi, kita harus mempunyai Partai revolusioner tipe Lenin, atau sebagai yang dikatakan oleh Kawan Mao Tse-tung, Partai tipe Lenin-Stalin. Dengan tiada Partai revolusioner yang demikian, yang dibangun menurut teori revolusioner dan menurut style Marx-Engels-Lenin-Stalin, yang bebas dari oportunisme, adalah tidak mungkin memimpin kelas buruh dan memimpin massa Rakyat yang luas untuk menghapuskan imperialisme dan kaki tangannya dari bumi Indonesia. Dengan perkataan lain, kalau kita mau menang dalam revolusi, kalau kita mau mengubah fisionomi (wajah) masyarakat yang setengah jajahan menjadi Indonesia yang merdeka penuh, kalau kita mau ambil bagian dalam mengubah fisionomi dunia, maka kita harus mempunyai Partai model Partai Komunis Uni Soviet dan model Partai Komunis Tiongkok.

Dengan tiada teori Marxisme-Leninisme, tidak mungkin kita mempunyai Partai demikian. Peranan pelopor daripada Partai hanya mungkin jika Partai dipimpin oleh teori yang maju. Hanya Partai yang menguasai teori Marxisme-Leninisme yang bisa dipercayai memelopori dan memimpin kelas buruh dan massa Rakyat banyak lainnya. Agar Partai kita mampu sepenuhnya memikul beban sejarah yang besar dan berat dan agar mampu memimpin Rakyat Indonesia dari kemenangan yang satu ke kemenangan yang lain, pertama-tama Partai kita harus menciptakan kesatuan ideologi Marxis-Leninis di dalam barisannya sendiri, meninggikan tingkat ideologi Marxis-Leninis dari seluruh Partai dan mengonsolidasi pimpinan Marxis-Leninis yang tepat. Partai kita hanya mungkin kuat dengan jalan meninggikan tingkat ideologi Marxis-Leninis daripada segenap anggota Partai. Hanya apabila kita menguasai ilmu Marxisme-Leninisme dan mempunyai kepercayaan kepada massa, berhubungan erat dengan massa dan memimpin massa maju ke depan, hanya dengan demikian kita bisa mendobrak semua rintangan dan mengatasi semua kesulitan, dan dengan demikian kekuatan kita akan menjadi tak terkalahkan.

Partai kita hanya bisa memenuhi kewajiban sejarahnya yang besar dan berat jika Partai terus-menerus melakukan perjuangan yang tidak kenal ampun terhadap kaum oportunis kanan maupun “kiri” di dalam barisannya sendiri, jika Partai terus-menerus membersihkan kaum kapitulator (penyerah) dan pengkhianat dari kalangannya sendiri, dan jika Partai terus-menerus memelihara kesatuan dan disiplin di dalam barisannya sendiri. Partai adalah barisan pimpinan daripada kelas buruh, adalah benteng yang terkuat, adalah jenderal staf. Kemenangan tidak mungkin tercapai jikalau di dalam jenderal staf ini duduk kaum kapitulator, kaum oportunis dan pengkhianat. Jika ini terjadi, Partai mudah dihancurkan, dihancurkan tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam.

Partai kita hanya mungkin memenuhi kewajiban sejarahnya yang besar dan berat, jika Partai tidak menjadi sombong karena kemenangan-kemenangan yang dicapainya, jika Partai melihat kekurangan-kekurangan di dalam pekerjaannya, jika Partai berani mengakui kesalahan-kesalahannya dan dengan terang-terangan dan jujur memperbaikinya. Partai akan menjadi tak terkalahkan jika Partai tidak takut pada kritik dan selfkritik, jika Partai tidak menyembunyikan kesalahan dan kekurangan-kekurangan dalam pekerjaannya, jika Partai mengajar dan mendidik kader-kadernya menarik pelajaran dari kesalahan-kesalahan pekerjaan Partai dan pandai memperbaikinya tepat pada waktunya.

Indonesia adalah negeri borjuis kecil, artinya negeri, di mana perusahaan pemilik-pemilik kecil masih sangat banyak terdapat, terutama pertanian perseorangan juga kurang produktif. Partai kita dilingkupi oleh kelas borjuis kecil yang sangat besar ini, dan banyak anggota-anggota Partai kita datang dari kalangan kelas ini dan tidak dapat tidak, bahwa mereka yang masuk Partai kita ini membawa sedikit atau banyak pikiran-pikiran dan kebiasaan-kebiasaan borjuis kecil. Borjuasi kecil inilah yang menjadi basis sosial daripada dua macam penyakit subjektivisme di dalam Partai kita, yaitu dogmatisme yang empirisisme. Dua macam subjektivisme inilah yang merupakan dasar ideologi daripada mereka yang bersalah menjalankan oportunisme kanan dan “kiri” di dalam Partai di waktu-waktu yang lampau.

Dogmatisme dan empirisisme timbul dari dua ujung yang bertentangan. Kedua macam ideologi ini adalah sama-sama berat sebelah. Kaum dogmatis mendasarkan sesuatu hanya kepada buku dan kepada dalil-dalil teori yang terpisah-pisah, dan tidak melihat sesuatu sebagai yang hidup, berubah, dan berkembang. Mereka membikin teori menjadi mati tak berdaya karena dilepaskan hubungannya dengan praktik, dengan massa. Sebaliknya kaum empirisis, mereka bekerja, mungkin kerasnya seperti kuda beban, tetapi dengan tidak mengetahui dari mana asal semua yang dikerjakannya dan tidak mengetahui ke mana tujuannya dan bagaimana cara yang tepat untuk mencapai tujuan itu. Mereka membikin praktik menjadi gelap karena tidak dipimpin oleh suatu teori, karena mereka meremehkan teori. Jelaslah, bahwa kedua-duanya adalah tidak objektif, dan atas dasar berat sebelah inilah kedua macam ideologi itu dalam menghadapi sesuatu soal praktis pada waktu yang tertentu, akan saling berhubungan dan bertemu pada titik pertemuan yang sama. Oleh karena itulah bukan jarang kita melihat, bahwa orang yang “kiri” di dalam dan di luar Partai kita, dalam menghadapi masalah-masalah praktis saling berhubungan dan bertemu dalam titik pertemuan yang sama dengan orang kanan di dalam dan di luar Partai kita. Demikian juga sering kita melihat, bahwa orang seorang itu juga, bisa dari seorang yang tadinya “kiri” tiba-tiba menjadi seorang kanan, atau sebaliknya, dengan tidak mengalami perjuangan batin yang berat, terjadi dengan sewajarnya saja.

Bagi Partai kita adalah sangat penting soal melawan subjektivisme, yaitu melawan dogmatisme maupun empirisisme. Kedua-dua macam subjektivisme ini sama berbahayanya bagi Partai kita, dan yang paling berbahaya ialah subjektivisme yang tidak kita lawan dan kita serang. Pengalaman Partai kita menunjukkan, bahwa kekalahan-kekalahan Partai dan kerusakan-kerusakan di dalam Partai (misalnya kekalahan dan kerusakan tahun 1926, kekalahan Revolusi 1945 – 1948, kekalahan dalam melawan Provokasi Madiun serta kerusakan yang disebabkan olehnya) adalah disebabkan oleh kedua subjektivisme yang tersebut di atas, yaitu dogmatisme dan empirisisme. Oleh karena itu, anggota dan calon anggota Partai yang dihinggapi penyakit ini harus mengisi kekurangan yang ada pada dirinya masing-masing. Mereka yang mempunyai pengetahuan buku harus pergi ke kenyataan yang hidup, supaya bisa maju dan tidak mati dalam mengeloni buku, supaya tidak menjalankan kesalahan dogmatisme. Mereka yang berpengalaman bekerja supaya pergi ke studi dan supaya membaca dengan sungguh-sungguh, agar dapat menyusun pengalaman-pengalamannya secara sistematis dan membikin sintesis tentang pengalaman-pengalamannya agar dengan demikian meningkatkan diri di lapangan teori. Inilah jalan baginya untuk tidak menganggap pengalaman dirinya sendiri yang terputus-putus dan terbatas sebagai kebenaran umum, agar dengan demikian tidak menjalankan kesalahan empirisisme.

Pokoknya ialah, supaya kita dalam pekerjaan kita dipimpin oleh pandangan Marx, Engels, Lenin, dan Stalin. Stalin menentang teori sonder praktik dengan ucapannya, bahwa: “Teori menjadi tidak bertujuan jika tidak dihubungkan dengan praktik revolusioner.” Stalin juga menentang praktik sonder teori dengan ucapannya, bahwa: “Praktik meraba dalam gelap jika jalannya tidak disinari oleh teori revolusioner.”

Sifat sempit borjuis kecil mendapat bentuk sektarisme dalam kehidupan politik dan dalam organisasi, sebagai tambahan pada sifat sempit dalam ideologi. Subjektivisme berarti isolasi ideologi dari massa, di dalam maupun di luar Partai. Sedangkan sektarisme berari isolasi politik dan organisasi dari massa di dalam dan di luar Partai. Kedua-duanya adalah dua segi dari barang yang satu dan sama, yaitu sifat sempit borjuis kecil.

Untuk melawan subjektivisme di dalam Partai kita adalah sangat perlu kita lakukan: pertama, mengajar anggota-anggota Partai untuk memakai metode Marxis-Leninis dalam menganalisis situasi politik dan dalam menghitung kekuatan kelas. Dengan demikian kita menentang analisis dan perhitungan secara subjektif. Kedua, memimpin perhatian anggota-anggota ke arah penyelidikan dan studi di lapangan sosial dan ekonomi, agar dengan demikian bisa menentukan taktik perjuangan dan metode kerja, dan dengan demikian membikin Kawan-Kawan kita mengerti bahwa kesalahan dalam penyelidikan sesuatu keadaan yang nyata akan menyebabkan mereka tenggelam dalam fantasi dan avonturisme. Dua cara inilah juga yang dipakai oleh kaum Komunis Tiongkok sejak tahun 1929 untuk melawan subjektivisme di dalam Partai. Berhubung dengan dua hal inilah, menjadi sangat penting arti daripada konferensi-konferensi yang diadakan oleh Partai kita dalam tahun 1952 di mana tiap-tiap wakil Komite diwajibkan membikin laporan tentang keadaan politik, sosial, dan ekonomi daripada daerahnya masing-masing, penting juga artinya persetujuan Politbiro atas uraian Rakyat Indonesia Berjuang untuk Kemerdekaan Nasional yang Penuh (Menuju Indonesia Baru) sebagai pidato untuk memperingati ulang tahun ke-33 Partai dan lebih penting lagi putusan Sentral Komite tentang Rencana Program PKI yang diajukan kepada Kongres Nasional ke-V sekarang ini. Dengan demikian dapat kita harapkan, bahwa di waktu-waktu yang akan datang, anggota dan kader-kader Partai akan lebih mengetahui tentang sejarah, tentang keadaan politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan negerinya sendiri. Pengetahuan tentang semuanya ini adalah syarat bagi Partai yang sudah dibolshevikkan.

Bagaimana cara yang paling berhasil untuk mengatasi subjektivisme dan sektarisme secara besar-besaran di dalam Partai kita? Karena Partai kita, berhubung dengan keadaan sejarah, sebagian besar anggotanya adalah dari kalangan borjuasi kecil, maka untuk mengatasi bermacam-macam kesalahan dan untuk mengonsolidasi kesatuan daripada Partai, kita harus mengambil sikap yang serius dan hati-hati, dan sama sekali bukan sikap yang liberal dan kesusu. Dengan tidak kenal ampun kita harus mengupas tiap-tiap kesalahan, menganalisis dan mengkritiknya secara ilmu, agar dengan demikian kita akan lebih hati-hati lagi dalam pekerjaan-pekerjaan kita di kemudian hari dan akan bekerja lebih baik lagi. Tetapi, di samping mengkritik keras tiap-tiap kesalahan, kita harus berusaha memperbaiki yang bersalah. Dengan demikian kita melakukan tugas kita secara benar, yaitu membikin bersih ideologi Partai dan memelihara persatuan di kalangan kawan-kawan.

Gerakan yang diadakan oleh Partai kita dalam tahun 1952 untuk mempelajari tulisan Kawan Mao Tse-tung Tentang Praktik dan Membasmi Liberalisme dalam Partai dan tulisan Kawan Liu Sau-tsi Tentang Garis Massa mempunyai arti yang sangat besar bagi usaha meninggikan tingkat ideologi Partai kita. Demikian juga kemajuan yang pesat dari penerbitan lektur Partai, terutama dengan terbitnya seperti tulisan Lenin Komunisme “Sayap Kiri”, Suatu Penyakit Kanak-Kanan, dan akan terbitnya tulisan Stalin Sejarah Partai Komunis Uni Soviet, dan Masalah-Masalah Ekonomi Sosialisme di Uni Republik-Republik Soviet Sosialis, tulisan Kawan Malenkov Laporan Pada Kongres ke-19 Tentang Pekerjaan Sentral Komite Partai Komunis Uni Soviet, dan tulisan Kawan Mao Tse-tung Tentang Kontradiksi, akan lebih meninggikan tingkat ideologi daripada Partai kita.

Kewajiban Kita untuk Memperkuat Partai adalah Sebagai Berikut:

1. Meninggikan tingkat politik para calon anggota, anggota, dan kader Partai, dan meyakinkan mereka akan eratnya saling hubungan antara kebenaran garis politik Partai dengan pembangunan Partai.

2. Meyakinkan seluruh Partai tentang dua kewajiban Partai yang sangat urgen, yaitu pertama, penggalangan front persatuan nasional antiimperialisme yang berbasiskan persekutuan kaum buruh dan kaum tani antifeodalisme dan kedua, meneruskan pembangunan PKI yang dibolshevikkan, yang meluas di seluruh negeri dan yang mempunyai karakter massa yang luas, yang sepenuhnya dikonsolidasi di lapangan ideologi, politik, dan organisasi.

3. Melanjutkan perluasan keanggotaan dan organisasi Partai, menarik lebih banyak kaum tani ke dalam barisan Partai —terutama kaum tani miskin dan tani tak bertanah—, menempatkan anggota-anggota dan kader-kader Partai pada tempat yang lebih tepat, mengurangi rangkapan pekerjaan anggota dan kader-kader Partai. Mengadakan kontrol yang lebih baik atas tiap-tiap pekerjaan Partai. 

4. Mementingkan pekerjaan di lapangan ideologi di dalam Partai dengan lebih banyak mempelajari tulisan-tulisan Lenin, Stalin, Malenkov, Mao Tse-tung, Liu Sau-tsi, dan pemimpin-pemimpin Partai lainnya, meneruskan perjuangan terhadap dogmatisme, empirisisme, oportunisme, sektarisme, dan liberalisme.

5. Lebih banyak mempelajari sejarah Indonesia, mempelajari keadaan politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan Indonesia sebagai dasar untuk menentukan taktik perjuangan dan metode kerja Partai.

6. Memperlengkapi Partai dan mempersenjatai fungsionaris-fungsionaris Partai dengan garis taktik yang tepat, garis organisasi yang tepat, dan dengan program baru yang terang dan singkat mengenai semua masalah penting dan pokok daripada revolusi Indonesia. Membikin program yang memenuhi keinginan massa ini menjadi program massa.

Kawan-kawan, dari laporan umum ini sekarang menjadi terang bagi kita beberapa segi yang pokok daripada keadaan internasional, keadaan dalam negeri, dan keadaan Partai kita, dan juga menjadi terang kewajiban Partai di lapangan politik luar negeri, di lapangan politik dalam negeri, dan kewajiban kita untuk memperkuat front persatuan nasional dan memperkuat Partai. Dengan demikian juga menjadi jelas, apa yang menjadi dasar daripada Rencana Program PKI yang menjadi acara terpenting dalam Kongres ini.

Sesudah sidang Pleno Sentral Komite dalam bulan Oktober yang lalu, ada beberapa kejadian luar negeri dan dalam negeri yang penting. Kejadian luar negeri, misalnya konferensi empat besar di Berlin yang antara lain memutuskan untuk mengundang RRC dalam konferensi yang dihadiri oleh lima besar untuk membicarakan ketegangan-ketegangan di Timur Jauh. Sedang kejadian-kejadian dalam negeri antara lain ialah mulai digulungnya komplotan kolonialis Belanda anti-Republik, adanya tindakan-tindakan pemerintah Indonesia yang konkret untuk mempertahankan Irian Barat sebagai wilayah Republik Indonesia dan untuk membatalkan Uni Indonesia-Belanda. Semua kejadian ini memperkuat apa yang sudah dicantumkan dalam laporan umum, menambah bukti bahwa gerakan perdamaian yang bertambah kuat dapat memaksa imperialisme Amerika untuk datang ke meja perundingan, dan bahwa dorongan Rakyat Indonesia yang terus-menerus terhadap Pemerintah telah memaksa Pemerintah mengambil sikap yang agak tegas terhadap kolonialisme Belanda.

Kita semuanya sadar, bahwa kewajiban yang dihadapi oleh kita kaum Komunis Indonesia adalah berat. Tentang ini juga dijelaskan oleh laporan umum ini. Tetapi kita juga sadar, bahwa kewajiban ini akan dapat kita penuhi, karena kita dalam pekerjaan sehari-hari disinari oleh teori-teori Marx, Engels, Lenin dan Stalin, dan pikiran Mao Tse-tung yang mahajaya, dan karena kita dalam pekerjaan kita mendapat inspirasi dan teladan dari pengalaman-pengalaman dua Rakyat dan dua Partai yang besar, yaitu Uni Soviet dan Tiongkok.

Di bawah panji-panji Lenin dan Stalin yang abadi, dengan bersatu dengan Rakyat dan percaya kepada kekuatan Rakyat Indonesia yang gagah berani, kita pasti akan maju terus sampai kepada kemenangan kita, kemenangan sistem Demokrasi Rakyat atas kekuasaan setengah jajahan dan setengah feodal di Indonesia. Ini adalah tujuan Rakyat dan oleh karena itu ia akan menjadi milik

AGUSTUS 1954

Ali Sastroamidjojo Suara Indonesia 2 Aug 1954 File:Ali Sastroamidjojo Suara Indonesia 2 Aug 1954 p1.jpg

 

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA 1955(BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1955

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

1955

1 Mei 1955

Merasa terjepit, KSAD Jenderal Mayor Bambang Soegeng memilih untuk mengundurkan diri dan menyerahkan kepemimpinan Angkatan Darat kepada

 

 Wakil KSAD Kolonel Zulkifli Lubis.

 Kolonel bermarga Lubis ini masih terbilang sepupu Kolonel Nasution, namun kerapkali bersilang jalan dalam beberapa peristiwa karena berbeda pendapat dan sikap.

(gungun Gunawan)

21 Juni 1955

Tanggal 21 Djuni 1955 adalah hari ulang tahun ke-4 Teritorial I “Bukit Barisan”. Empat tahun juang lalu pada tanggal 21 Djuni 1951 oleh panglima Tentara Teritorium I(Bukit barisan) diresmikan ,kewadjiban pemakaian lentjana”Bukit barisan” untuk anggota Angkatan darat Territorium I.

(SK Penerangan,koleksi Dr Iwan)

 

Peristiwa 27 Juni 1955

Pemerintah mengisi kekosongan jabatan KSAD itu dengan mengangkat

 

 Kolonel Bambang Utojo

 pada 27 Juni 1955, yang tadinya adalah Panglima Tentara dan Teritorium II/Sriwijaya.

Namun ketika Kolonel Bambang Utojo dilantik oleh Presiden Soekarno, tak seorangpun perwira teras dan pimpinan Angkatan Darat yang hadir, mengikuti apa yang diinstruksikan Wakil KSAD Zulkifli Lubis, untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka –yang tadinya tidak digubris oleh pemerintah.

 Zulkifli Lubis sekaligus menolak melakukan serah terima jabatan KSAD dengan Bambang Utojo yang telah berpangkat Jenderal Mayor.

 Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa 27 Juni, yang mengakibatkan jatuhnya pemerintahan sipil Kabinet Ali-Wongso

(gungun Gunawan)

 

Foto pelantikan Bambang utoyo diIstana Megara

(Nugroho Notosutanto)

Saya pernah membaca disurat kabar(sayang belum ketemu dimana menaruhnya,sedang dicari),saat pelantikan diistana Negara para tamu yang bersalaman dengan Bambang Utoyo binggung  saat mengajukan tangan kanan untuk bersalaman ternyata  tanggannya bunting(akibat ledakan franat) sehingga bersalaman dengan kedua tangan saja ,tak mungkin dengan tangan kiri kurang etis.

(Dr Iwan)

12 Agustus 1955

Masalah penggantian pimpinan Angkatan Darat ini akhirnya diselesaikan oleh kabinet baru – koalisi Masjumi dengan beberapa partai, dengan PNI sebagai partai oposisi – yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap yang dilantik 12 Agustus 1955, hanya 38 hari sebelum Pemilihan Umum 1955 untuk DPR.

(gungun Gunawan)

Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956) dan Sumitro kembali dipercaya sebagai Menteri Keuangan.(iluni)

 

 

 

 

 

29 September 1955

 

pemungutan suara dalam Pemilihan Umum 1955 –yakni pemilihan 272 anggota DPR 29 September

(gungun Gunawan)

Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota MPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu

(wiki)

Koleksi dokumen Kampanye Pemilu Pertama

 

Brosur sebaran PSI Pada Pemilu I

 

Kartupos Partai Pada Pemilu I

(Dr Iwan)

Kampanye Pemilu Pertama

 

 

 

 

 

Sutan Syahrir kampanye PSI pada Pemilu Pertama 1955

Sukarno saat Pemilu pertama

 

 

 

 

 

 

Suasana Pemilu Pertama

 

 

Koleksi Kartu Suara Pemilu Pertama Indonesia 29 September  1955

 

Koleksi Dr Iwan suwandy

 

1. bagian atas kartu suara

2. (Tanda gambar Partai Peserta PEMILU

a. Seluruh Partai)

 

 

 

 

 

 

b. tanda Gambar beberapa Partai

 

 

 

 

 

 

 

 

(Dr Iwan)

 

 

 

 

 

 

Pemilihan Umum Indonesia 1955

 

adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling demokratis.

Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman.

Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota MPR dan Konstituante. Jumlah kursi MPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi MPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah.

Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia mendapatkan 57 kursi MPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen), Masyumi 57 kursi MPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama 45 kursi MPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia 39 kursi MPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (2,89 persen).

Partai-partai lainnya, mendapat kursi di bawah 10. Seperti PSII (8), Parkindo (8), Partai Katolik (6), Partai Sosialis Indonesia (5). Dua partai mendapat 4 kursi (IPKI dan Perti). Enam partai mendapat 2 kursi (PRN, Partai Buruh, GPPS, PRI, PPPRI, dan Murba). Sisanya, 12 partai, mendapat 1 kursi (Baperki, PIR Wongsonegoro, PIR Hazairin, Gerina, Permai, Partai Persatuan Dayak, PPTI, AKUI, PRD (bukan PRD modern), ACOMA dan R. Soedjono Prawirosoedarso).

DPR[sunting]

No. Partai Jumlah Suara Persentase Jumlah Kursi
1. Partai Nasional Indonesia (PNI) 8.434.653 22,32 57
2. Masyumi 7.903.886 20,92 57
3. Nahdlatul Ulama (NU) 6.955.141 18,41 45
4. Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.179.914 16,36 39
5. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1.091.160 2,89 8
6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1.003.326 2,66 8
7. Partai Katolik 770.740 2,04 6
8. Partai Sosialis Indonesia (PSI) 753.191 1,99 5
9. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) 541.306 1,43 4
10. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) 483.014 1,28 4
11. Partai Rakyat Nasional (PRN) 242.125 0,64 2
12. Partai Buruh 224.167 0,59 2
13. Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS) 219.985 0,58 2
14. Partai Rakyat Indonesia (PRI) 206.161 0,55 2
15. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI) 200.419 0,53 2
16. Murba 199.588 0,53 2
17. Baperki 178.887 0,47 1
18. Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro 178.481 0,47 1
19. Grinda 154.792 0,41 1
20. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai) 149.287 0,40 1
21. Persatuan Daya (PD) 146.054 0,39 1
22. PIR Hazairin 114.644 0,30 1
23. Partai Persatuan Tharikah Islam (PPTI) 85.131 0,22 1
24. AKUI 81.454 0,21 1
25. Persatuan Rakyat Desa (PRD) 77.919 0,21 1
26. Partai Republik Indonesia Merdeka (PRIM) 72.523 0,19 1
27. Angkatan Comunis Muda (Acoma) 64.514 0,17 1
28. R.Soedjono Prawirisoedarso 53.306 0,14 1
29. Lain-lain 1.022.433 2,71

Jumlah

37.785.299 100,00 257

 

(wiki)

Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama yang diadakan oleh Republik Indonesia. Pemilu ini merupakan reaksi atas Maklumat Nomor X/1945 tanggal 3 Nopember 1945 dari Wakil Presiden Moh. Hatta, yang menginstruksikan pendirian partai-partai politik di Indonesia. Pemilu pun – menurut Maklumat – harus diadakan secepat mungkin. Namun, akibat belum siapnya aturan perundangan dan logistik (juga kericuhan politik dalam negeri seperti pemberontakan), Pemilu tersebut baru diadakan tahun 1955 dari awalnya direncanakan Januari 1946.

Landasan hukum Pemilu 1955 adalah Undan-undang Nomor 7 tahun 1953 yang diundangkan 4 April 1953. Dalam UU tersebut, Pemilu 1955 bertujuan memilih anggota bikameral: Anggota DPR dan Konstituante (seperti MPR). Sistem yang digunakan adalah proporsional. Menurut UU nomor 7 tahun 1953 tersebut, terdapat perbedaan sistem bilangan pembagi pemilih (BPP) untuk anggota konstituante dan anggota parlemen. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:[3]

o Jumlah anggota konstituante adalah hasil bagi antara total jumlah penduduk Indonesia dengan 150.000 dibulatkan ke atas;

o Jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil bagi antara total penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 150.000; Jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat hasil pembagian tersebut; Jika kurang dari 6, dibulatkan menjadi 6; Sisa jumlah anggota konstituante dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang dengan jumlah penduduk warganegara masing-masing;

o Jika dengan cara poin ke dua di atas belum mencapai jumlah anggota konstituante seperti di poin ke satu, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah pemilihan yang memperoleh jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah pemilihan yang telah mendapat jaminan 6 kursi itu;

o Penetapan jumlah anggota DPR seluruh Indonesia adalah total jumlah penduduk Indonesia dibagi 300.000 dan dibulatkan ke atas;

o Jumlah anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil bagi antara total penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 300.000; Jumlah anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat hasil pembagian tersebut; Jika kurang dari 3, dibulatkan menjadi 3; Sisa jumlah anggota DPR dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang dengan jumlah penduduk warganegara masing-masing;

o Jika dengan cara poin ke lima di atas belum mencapai jumlah anggota DPR seperti di poin ke empat, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah pemilihan memperoleh jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah pemilihan yang telah mendapat jaminan 3 kursi itu.

Pemilu 1955, sebab itu, ada dua putaran. Pertama untuk memilih anggota DPR pada tanggal 29 September 1955.[4] Kedua untuk memilih anggota Konstituante pada tanggal 15 Desember 1955. Pemilu untuk memilih anggota DPR diikuti 118 parpol atau gabungan atau perseorangan dengan total suara 43.104.464 dengan 37.785.299 suara sah. Sementara itu, untuk pemilihan anggota Konstituante, jumlah suara sah meningkat menjadi 37.837.105 suara.

 

parpol peserta pemilu 1955

Hasil akhir Pemilu 1955 adalah sebagai berikut:

DPR

No. Partai > Jumlah Suara > Persentase > Jumlah Kursi

1. Partai Nasional Indonesia (PNI)> 8.434.653> 22,32> 57
2. Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)> 7.903.886> 20,92> 57
3. Nahdlatul Ulama (NU)> 6.955.141> 18,41> 45
4. Partai Komunis Indonesia (PKI) > 6.179.914> 16,36> 39
5. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)> 1.091.160>2,89 >8
6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)> 1.003.326>2,66 >8
7. Partai Katolik >770.740> 2,04> 6
8. Partai Sosialis Indonesia (PSI) >753.191> 1,99> 5
9. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)>541.306>1,43>4
10. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti)> 483.014>1,28>4
11. Partai Rakyat Nasional (PRN)>242.125>0,64>2
12. Partai Buruh> 224.167> 0,59> 2
13. Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS)>219.985 >0,58> 2
14. Partai Rakyat Indonesia (PRI)> 206.161>0,55>2
15. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI)>200.419>0,53 >2
16. Murba> 199.588 >0,53> 2
17. Baperki> 178.887> 0,47> 1
18. Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro>178.481>0,47>1
19. Grinda> 154.792> 0,41> 1
20. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)>149.287>0,40>1
21. Persatuan Daya (PD)>146.054>0,39>1
22. PIR Hazairin> 114.644 >0,30> 1
23. Partai Politik Tarikat Islam (PPTI)>85.131>0,22>1
24. AKUI> 81.454> 0,21> 1
25. Persatuan Rakyat Desa (PRD)> 77.919 >0,21 >1
26. Partai Republik Indonesis Merdeka (PRIM)>72.523 >0,19 >1
27. Angkatan Comunis Muda (Acoma) >64.514 >0,17> 1
28. R.Soedjono Prawirisoedarso >53.306 >0,14> 1
29. Lain-lain> 1.022.433> 2,71 >-
Jumlah > 37.785.299> 100,00 > 257

 

Konstituante

No. Partai/Nama Daftar>Jumlah Suara>Persentase>Jumlah Kursi

1. Partai Nasional Indonesia (PNI) >9.070.218> 23,97> 119
2. Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) >7.789.619> 20,59 >112
3. Nahdlatul Ulama (NU)> 6.989.333> 18,47> 91
4. Partai Komunis Indonesia (PKI)> 6.232.512> 16,47> 80
5. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)> 1.059.922>2,80 >16
6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)> 988.810 >2,61> 16
7. Partai Katolik >748.591>1,99> 10
8. Partai Sosialis Indonesia (PSI) >695.932>1,84> 10
9. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)>544.803>1,44>8
10. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti)> 465.359>1,23>7
11. Partai Rakyat Nasional (PRN)>220.652>0,58>3
12. Partai Buruh> 332.047 >0,88> 5
13. Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS)>152.892>0,40> 2
14. Partai Rakyat Indonesia (PRI)> 134.011 >0,35> 2
15. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI)>179.346>0,47>3
16. Murba> 248.633 >0,66> 4
17. Baperki >160.456>0,42> 2
18. Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro>162.420>0,43>2
19. Grinda >157.976> 0,42> 2
20. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)>164.386>0,43>2
21. Persatuan Daya (PD)>169.222>0,45>3
22. PIR Hazairin> 101.509> 0,27> 2
23. Partai Politik Tarikat Islam (PPTI)> 74.913 >0,20> 1
24. AKUI> 84.862> 0,22> 1
25. Persatuan Rakyat Desa (PRD)> 39.278 >0,10> 1
26. Partai Republik Indonesis Merdeka (PRIM)>143.907>0,38 >2
27. Angkatan Comunis Muda (Acoma)> 55.844> 0,15> 1
28. R.Soedjono Prawirisoedarso >38.356 >0,10> 1
29. Gerakan Pilihan Sunda> 35.035> 0,09> 1
30. Partai Tani Indonesia >30.060 >0,08 >1
31. Radja Keprabonan >33.660 >0,09 >1
32. Gerakan Banteng Republik Indonesis (GBRI)>39.874>0,1>
33. PIR NTB >33.823 >0,09> 1
34. L.M.Idrus Effendi> 31.988> 0,08> 1

35. Lain-lain> 426.856 >1,13>-
Jumlah > 37.837.105 > 514

(saripedia web blog)

Pemilihan umum yang dilaksanakan tahun 1955 tidak berhasil menghilangkan ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan sosial.

Daerah-daerah di luar Jawa merasa dianaktirikan oleh Pemerintah Pusat, sehingga di beberapa daerah muncul gerakan-gerakan menuntut otonomi luas.

Di bidang ekonomi dan perdagangan hasil ekspor yang sebagian berasal dari daerah-daerah luar Jawa, pembagian penggunaan di Pulau Jawa dianggap tidak adil.

Di samping kekecewaan-kekecewaan tersebut, ada suatu masalah yang cukup serius yang mendorong Letnan Kolonel Ahmad Husein di Sumatera Barat bertekad menentang pemerintah Pusat, yaitu adanya penilaian bahwa Bung Karno dianggap mulai dipengaruhi Partai Komunis Indonesia.(Ventje Samual)

1. Pemilu 1955 menghasilkan 4 partai yang mendapat suara terbanyak: yaitu PNI, Masjumi, NU dan PKI.
Masyumi menang di luar Jawa sedangkan PNI, NU dan PKI mendapat suara terbanyak di pulau Jawa.

2. Presiden Soekarno memilih PNI untuk memimpin kabinet/pemerintah dengan mengikutsertakan/merangkul PKI.
Hal semacam ini ditentang oleh Masyumi karena kaum Komunis anti Tuhan dan menghalalkan kudeta untuk meraih kekuasaan, ….. dengan kata lain PKI anti demokrasi.

Ketika itu Masyumi tidak menuntut agar PKI dibubarkan,

(Nagari com)

Pemilihan Umum 1955 di satu pihak memang menjadi contoh keberhasilan demokrasi, karena dilangsungkan dalam suasana bebas. Namun jumlah peserta pemilihan umum yang terlalu banyak, agaknya bagaimanapun pada sisi lain menjadi satu masalah tersendiri. Tapi bagaimanapun itu berkaitan pula dengan tingkat kematangan dan kesiapan rakyat dari suatu negara yang baru merdeka 8 tahun namun penuh pergolakan. Rakyat Indonesia dianggap pandai bergotong-royong, namun para politisi sipil yang tergabung dalam puluhan partai besar dan kecil ternyata tak punya kepandaian untuk berkoalisi. Meneruskan pola jatuh bangun kabinet, sesudah pemilihan umum kebiasaan jatuh bangun juga berlanjut. Tetapi sebagai proses politik, semua itu selalu ada penjelasannya, dalam satu rangkaian pola sebab dan akibat, yang akarnya ada dalam budaya bangsa.

Pemilihan Umum 1955, tidak menghasilkan –dan memang takkan mungkin dalam satu pola ideologis di negara yang plural seperti Indonesia– partai pemenang yang mayoritas yang dapat memerintah sendirian dalam suatu stabilitas politik. Kendati misalnya dikatakan bahwa mayoritas rakyat Indonesia adalah beragama Islam, mencapai 90 persen, nyatanya partai-partai Islam secara bersama-sama bahkan tak mencapai separuh dari perolehan suara. Menempatkan Islam sebagai ideologi tidak relevan, karena tak semua rakyat yang beragama Islam menganggap agamanya sekaligus juga adalah ideologi politik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan penggunaan agama sebagai ideologi politik untuk mengejar kekuasaan duniawi, bagi sebagian pemuka umat dianggap sebagai degradasi keluhuran Islam.

Selain itu, pada pihak lain sebagian dari rakyat Indonesia yang resmi memeluk agama Islam, sesuai penelitian Clifford Geertz, sesungguhnya adalah kaum abangan. Pembagian masyarakat di pulau Jawa atas kaum santri di satu pihak dan kaum abangan di pihak lain yang dilontarkan Clifford Geertz ini paling banyak dirujuk dalam berbagai uraian sosiologis hingga kini. Penelitian Geertz itu sendiri dilakukan di Pulau Jawa, tetapi dianggap berlaku untuk Indonesia. Sejarah perkembangan Islam di Indonesia juga punya kenyataan dan catatan tersendiri, tentang keanekaragaman persepsi, penafsiran dan realitas dalam masyarakat yang berhubungan erat dengan kultur Hindu dan kultur animistis yang telah berakar berabad-abad lamanya, sebelum Wali Songo menyebarluaskan Islam di Indonesia.

Masjumi sebagai partai modern berbasis Islam hanya memperoleh 60 kursi DPR dari 272 kursi yang ada. NU memperoleh 47 kursi, PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) memperoleh 8 kursi dan Perti (Persatuan Tarbiyah Indonesia) 4 kursi. Bersama Masjumi jumlahnya hanyalah 119 yang tidak mencapai separuh dari 272. Sementara itu, harus pula dicatat fakta tentang rivalitas berkepanjangan yang terjadi antara Masjumi dan NU dengan suatu latar belakang historis dan perbedaan persepsi secara kualitatif di awal kelahiran mereka, termasuk dalam menyikapi masalah kekuasaan. Dan karena itulah para politisi Islam ini tak pernah padu dalam sepakterjang mereka sebagai satu kekuatan politik. Itulah pula sebabnya sebagian dari politisi Islam ini dalam menjalani political game, dalam perseteruannya dengan kekuatan politik lainnya kerapkali menggunakan faktor emosional yang terkait dengan agama sebagai senjata politik, tatkala kehabisan argumentasi rasional.

“Tentara dalam masa SOB adalah tentara yang berkuasa. Eksesnya juga ada. Beberapa perwira tentara atau menjadi makin otoriter, atau menikmati benefit lainnya, atau sekaligus kedua-duanya”. “Dari posisi-posisi di institusi ekonomi, tentara berhasil menghimpun dana-dana yang kemudian difaedahkan dalam berbagai aktifitas yang sesungguhnya tak lain adalah kegiatan politik praktis dan tak terlepas dari skenario kekuasaan, selain untuk ‘kenyamanan’ hidup bagi sejumlah perwira”.

 

Pada kutub-kutub yang berbeda, dua besar lainnya dalam Pemilihan Umum 1955, juga tidak mencapai suara yang dominan. PNI memperoleh 58 kursi di DPR sedang PKI meskipun cukup mengejutkan, hanya memperoleh 32 kursi (ditambah beberapa kursi, 7 kursi, yang diperoleh oleh calon-calon afiliasinya).

Kursi-kursi untuk PNI dipercayai terutama diperoleh di daerah-daerah pemilihan yang mayoritasnya adalah kaum abangan atau dibeberapa daerah tertentu dimana kaum bangsawan masih cukup kuat pengaruhnya, serta di kalangan non partisan namun merupakan pengagum pribadi Soekarno.

 Pada sejumlah rakyat di berbagai pelosok tanah air, Soekarno yang orator ulung yang seakan tak tertandingi siapa pun pada zaman itu, memang adalah tokoh nan mempesona dan nyaris menjadi legenda seumur hidup bila ia kemudian tak tertahan oleh suatu insiden sejarah.

Sementara itu PKI yang mendasarkan diri pada suatu ideologi internasional yang menggunakan retorika perjuangan kelas, memperolehnya di kalangan masyarakat yang merasa dirinya tak tercapai oleh keadilan sosial dan keadilan hukum –seperti perilaku tak menyenangkan dari aparat negara dan tentara yang pada masa itu mulai sangat gemar akan tindakan-tindakan kekerasan kepada rakyat kecil.

Beberapa pihak juga menyebutkan bahwa pendukung PKI berasal pula dari mereka yang tidak memiliki hubungan baik atau karena tidak senang terhadap sikap tertentu dari kaum santri yang mencampuri kehidupan pribadi yang berkaitan dengan agama.

Kelak memang terbukti bahwa dua hal yang paling dimusuhi PKI sebagai partai adalah kelompok tentara sebagai kekuatan politik de facto dan kelompok Islam sebagai kekuatan masyarakat –di antaranya para kyai dan haji-haji yang menguasai tanah-tanah luas di pedesaan– maupun sebagai kekuatan politik.

Partai-partai Kristen dan Katolik memperoleh 9 dan 8 kursi, begitu pula PSI yang hanya menempatkan 5 anggota di DPR.

Partai-partai lainnya di luar itu hanya memperoleh kursi yang bisa dihitung dengan jari pada satu tangan, bahkan banyak yang tak memperoleh kursi sama sekali di tingkat nasional untuk kemudian hilang dalam peta politik Indonesia seterusnya.

(gungun Gunawan)

 

 

1955

 

Tahap pertama operasi intelijen dengan membantu dana dua partai politik besar yang disebutnya antikomunis, agar bisa merebut suara dalam Pemilu 1955. Perolehan suara ini diharapkan akan mengurangi dukungan bagi Soekarno.

Perkiraan ini meleset. PKI yang paling tidak disukai AS dan dianggap loyal terhadap Soekarno, justru memperoleh jumlah suara mengejutkan, hingga menempatkannya di urutan kelima. Padahal tujuh tahun sebelumnya, atau tahun 1948, PKI sudah dihancurkan dalam peristiwa Madiun.

Peristiwa Madiun yang diprakarsai Muso tidak lama setelah kembali dari pengembaraannya di dunia Marxisme-Leninisme di Uni Soviet, mustahil dapat dipadamkan tanpa sikap tegas Bung Karno.

CIA tidak memahami ini. Bung Karno tetap dianggap condong ke blok komunis. Itu sebabnya setelah gagal mendanai dua partai politik dalam pemilu, CIA kemudian mencoba cara lain yang lebih keras, yaitu “menetralisir” Bung Karno.

(penasukarno)

 

 

 

7 Nopember 1955

Paada  tahun 1955 Bung Karno memanggil kembali Nasution menjabat KASAD untuk kedua kalinya

(baratamedia web blog)

 

Pada penyelesaian akhir, berdasarkan musyawarah para perwira senior dan pimpinan Angkatan Darat, diajukan enam calon KSAD, salah satunya adalah Kolonel Abdul Harris Nasution.

 

 

 Kabinet memilih Nasution. Soekarno ‘terpaksa’ mengangkat kembali

 

 Nasution sebagai KSAD dan melantiknya 7 Nopember 1955

 dengan kenaikan pangkat dua tingkat menjadi Jenderal Mayor.

(gungun Gunawan)

 

 

15 Desember 1955

       Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.

        

Konstituante

No. Partai/Nama Daftar Jumlah Suara Persentase Jumlah Kursi
1. Partai Nasional Indonesia (PNI) 9.070.218 23,97 119
2. Masyumi 7.789.619 20,59 112
3. Nahdlatul Ulama (NU) 6.989.333 18,47 91
4. Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.232.512 16,47 80
5. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1.059.922 2,80 16
6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 988.810 2,61 16
7. Partai Katolik 748.591 1,99 10
8. Partai Sosialis Indonesia (PSI) 695.932 1,84 10
9. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) 544.803 1,44 8
10. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) 465.359 1,23 7
11. Partai Rakyat Nasional (PRN) 220.652 0,58 3
12. Partai Buruh 332.047 0,88 5
13. Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS) 152.892 0,40 2
14. Partai Rakyat Indonesia (PRI) 134.011 0,35 2
15. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI) 179.346 0,47 3
16. Murba 248.633 0,66 4
17. Baperki 160.456 0,42 2
18. Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro 162.420 0,43 2
19. Grinda 157.976 0,42 2
20. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai) 164.386 0,43 2
21. Persatuan Daya (PD) 169.222 0,45 3
22. PIR Hazairin 101.509 0,27 2
23. Partai Politik Tarikat Islam (PPTI) 74.913 0,20 1
24. AKUI 84.862 0,22 1
25. Persatuan Rakyat Desa (PRD) 39.278 0,10 1
26. Partai Republik Indonesis Merdeka (PRIM) 143.907 0,38 2
27. Angkatan Comunis Muda (Acoma) 55.844 0,15 1
28. R.Soedjono Prawirisoedarso 38.356 0,10 1
29. Gerakan Pilihan Sunda 35.035 0,09 1
30. Partai Tani Indonesia 30.060 0,08 1
31. Radja Keprabonan 33.660 0,09 1
32. Gerakan Banteng Republik Indonesis (GBRI) 39.874 0,11 1
33. PIR NTB 33.823 0,09 1
34. L.M.Idrus Effendi 31.988 0,08 1
35. Lain-lain 426.856 1,13

Jumlah

37.837.105   514

 

(wiki)

 Pemilihan 542 anggota Konstituante 15 Desember 1955.

Anggota-anggota angkatan bersenjata turut serta dan memiliki hak suara dalam pemilihan umum yang diikuti puluhan partai berskala nasional maupun berskala lokal itu. Militer tidak ikut untuk dipilih, namun ada Partai IPKI yang dibentuk Nasution dan kawan-kawan yang dianggap membawakan aspirasi militer.

 IPKI dan kelompok sefraksinya di DPR hanya memperoleh 11 kursi (untuk IPKI sendiri hanya 4 kursi), suatu posisi yang secara kuantitatif amat minor. Sementara Fraksi Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia berada di DPR dengan 2 kursi perwakilan.

Dalam masa jabatan Nasution sebagai KSAD, terjadi sejumlah krisis politik yang dalam beberapa peristiwa juga melibatkan tentara yang berujung pada terjadinya peristiwa pemberontakan PRRI dan Permesta.

Pasca Pemilihan Umum 1955, tercatat peristiwa-peristiwa politik yang menyebabkan berlanjutnya krisis seperti yang dialami sebelumnya.

 

 Desember 1955 terjadi insiden internal menyangkut kepemimpinan di tubuh angkatan udara. Dan beberapa bulan setelah terbentuknya Kabinet Ali yang kedua, sebagai kabinet pertama yang terkait dengan hasil pemilihan umum,

(gungun Gunawan)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA 1956(BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1956

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

 

1956

19 56 waktunya lupa

 

Natsir bicara apa adanya
Ummat Islam menghadapi bahaya
Inilah cobaan Allah ta’ala

Akan diindang, ditampi teras
Biar terpisah padi dan beras
Kaum muslimin haruslah tegas
Orang Komunis sedang mengganas

Dengan serius Natsir berqalam
Ibarat Ikan di dalam kolam
Dilempar batu jatuh ke dalam
Ummat Islam sedang terancam

 

Akan terjadi suatu drama
Ummat Islam harus waspada
Maju kena, mundurpun kena
Kepada Allah kita berdoa

Tiada perlu berpikir lama
Ummat Islam siaplah segera
Membela negeri, tanah tercinta
Diancam Komunis anti agama

Ada ditulis di koran koran
D.N. Aidit pernah mengatakan
Orang P.K.I anti Tuhan
Hatiku geram tiada tertahan

Membaca syair mungkin bosan
Tapi cerita perlu diteruskan
Eseipun ditulis dalam karangan
Silakan dibaca untuk dipikirkan

Nagari Com

1956

 

 

The Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) Rebellion
In late 1956, there were demands by Regional Commanders in Sumatra for more autonomy in the Provinces.

.

 

Akan tetapi kekekecewaan daerah terhadap kebijakan nasional lebih dari sekedar merupakan akumulasi anekaragam masalah yang timbul paska Pemilu 1955.

Di antaranya ialah:
(i) tuntutan otonomi daerah luas dalam rangka pelaksanaan sistem pemerintahan desentralisasi serta tuntutan perimbangan keuangan yang wajar, layak dan berkeadilan antara daerah dan pusat.
Erat kaitannya dengan ini penguasaan sumber daya ekonomi luar Jawa, khususnya Sumatera Tengah (perkebunan, tambang dan sektor moneter dan ekonomi manufaktur) berada di bawah kendali pusat dan hanya sedikit yang disisakan untuk daerah.
(ii) masalah integrasi berbagai kesatuan bersenjata lokal menjadi angkatan darat regular, termasuk masalah akseptabilitas tokoh kepala staf angkatan darat; campur tangan parlemen terhadap masalah intern angkatan darat; hubungan antara Presiden Soekarno dengan kabinet parlementer dan kepemimpinan angkatan darat; (iii) masalah keretakan Dwitunggal Soekarno-Hatta yang berakhir dengan pengunduran diri Wakil Presiden Hatta bulan Desember 1956;
(iv) masalah ideologis pasca Pemilihan Umum I tahun 1955 sehubungan dengan penyusunan konstitusi baru pengganti Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950; masalah konsepsi Soekarno sejak tahun 1957 dan last but not least ialah come-back-nya PKI sebagai salah satu partai besar pemenang Pemilu 1955 yang berlindung di balik gezag Presiden Soekarno.

Yang lebih menyakitkan lagi bagi daerah ialah bahwa selama perang kemerdekaan mereka telah memperlihatkan loyalitas dan pengorbanan tanpa batas untuk kemerdekaan.
Namun banyak kebijakan pemerintah pusat yang sewenang-wenang, yang membuat para pemimpin dan rakyat di pulau itu merasa diperlakukan tidak adil.

Mereka memandang rejim Jakarta tak tahu berterima kasih dan diskriminatif.
Dalam kaitan ini tidak heran jika jajaran kelompok tentara di daerah paling merasakannya.
Terlebih lagi tatkala upaya pembonsaian satuan tentara Divisi Banteng yang di masa perjuangan kemerdekaan sangat kuat dan andal dalam pertempuran melawan Belanda dipandang sebagai tindakan pecah-belah.

Divisi ini kemudian dipecah-belah, beberapa unit dikirim ke daerah lain di Indonesia dan sisanya ditempatkan di bawah komando teritorial Sumatera Utara di Medan; pemindahan komandan terbaik mereka, keharusan menerima bekas tantara KNIL masuk ke tentara Republik, dikeluarkannya sebagian tentara pejuang dari kedinasan.

Faktor-faktor ini meninggalkan pengalaman pahit dan menimbulkan perasaan dendam terhadap pusat yang diidentikkan dengan Jawa.

(DR Mestika Zed)

Februari 1956

 Soekarno mengumumkan apa yang disebut “Konsepsi Presiden” yang menyatakan bahwa sistem demokrasi parlementer ala Barat tidak sesuai dengan Indonesia seraya memperkenalkan dan mengusulkan apa yang disebutnya Demokrasi Terpimpin. Untuk itu ia menyatakan perlu dibentuk kabinet baru yang bersifat gotong royong yang terdiri dari semua partai dan organisasi demi perimbangan dalam masyarakat. Ia menyebut Kabinet Kaki Empat yang ditopang terutama oleh 4 besar Pemilu 1955 yakni Masjumi, PNI, NU dan PKI.

Presiden Soekarno juga mengintrodusir Dewan Nasional yang berisi wakil-wakil fungsional dalam masyarakat untuk membantu dan memberi nasehat kepada kabinet. Dua dari empat kaki yang diharapkan turut serta, yakni Masjumi dan NU bersama beberapa partai lain –PRI, Partai Katolik dan PSII– menolak konsep presiden itu, karena menganggap perubahan radikal seperti itu keputusannya hanya boleh diambil dalam Konstituante. Konsepsi presiden ini memberi efek meningkatnya pergolakan di daerah.

(gungun Gunawan)

24 Februari 1956

 

Surat keputusan Komisaris Polisi TK I Soetan Soeis,Kepala Bagian urusan Pegawai Bukittinggi  Kepolisian Negera  RI Sumatera tengah yang kemudian menjadi Kepala Polisi PRRI  Padang Pariaman (DrIwan)

14 Maret 1956

Ali Sastroamidjojo SH yang menghadapi masalah yang beruntun-runtun akhirnya memilih untuk mengembalikan mandatnya 14 Maret 1956 apalagi ada isyarat kuat dari Soekarno untuk pembentukan suatu kabinet baru.

(gungun Gunawan)

 

9 April 1956

 

Penegasan Perdana Menteri Mr. A l i Sastroamidjojo dalamsidang Parlemen 9 April 1956, sebagai jawaban Pemerintahmengenai program Kabinet, yang antara lain berbunyi: “Bahwa terhadap gerombolan illegal, Pemerintah tidak akan menjalankan politik melemahkan diri, tetapi dengan demikian itutidak berarti Pemerintah menutup mata terhadap usaha-usahapreventif yang dapat dijalankan untuk memulihkan keamanan itu. Misalnya di antara kalangan pemberontak itu ada tandatandayang nyata…”

(Syamaun Gaharu)

 

13 Agustus 1956

Peristiwa 13 Agustus 1956, pada waktu ini beberapa Kolonel AD berusaha menjatuhkan  Pemerintah  dengan jalan  Aksi Anti Korupsi .

Soal ini kita tidak bisa selesaikan  dengn jalan hokum  ssaja dengan  tegas mengingat banyak factor-faktor , akan tetapi  bagi mereka  yang dalam soal itu cukup diikut sertakan  sebagai orang-orang  dalam  dapat mengetahui persoalan yang sebenarnya dari pada peristiwa 13 Agustus itu, begitu juga peristiwa pada waktu itu  untuk mengagalkan  bermacam-macam timbang terima  Kepanglimaan .(Kol Bambang Utoyo)

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Fen 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

 

 

Hanya satu setengah jam setelah Ali Sastroamidjojo mengembalikan mandat, Soekarno mengumumkan negara dalam keadaan darurat perang.

Sejak saat itu Indonesia menjadi negara SOB (Staat van Oorlog en Beleg), suatu situasi yang memberi tentara begitu banyak keleluasaan yang konsesif dan mencipta satu sinergi kekuasaan dengan Soekarno setahap demi setahap pada masa-masa berikutnya.

 Kabinet Ali II kemudian diganti dengan Kabinet Karya yang dipimpin  Ir Juanda. Dua militer turut dalam kabinet, salah satunya Jenderal Mayor Nasution dan lainnya Kolonel Azis Saleh.

Peristiwa demi peristiwa itu membuka berbagai momentum dengan serba kemungkinan. Suatu momentum terbuka. Jenderal Nasution menjalankan peranan sebagai tentara pusat yang loyal kepada pemerintahan sipil Jakarta dan Soekarno, dan militer menjadi salah satu kaki yang tangguh penopang tegaknya kekuasaan Soekarno yang lebih besar.

Apalagi ketika kemudian keadaan berkembang ke arah krisis dengan terjadinya Pemberontakan PRRI dan Permesta, di Sumatera dan Sulawesi. Namun pada saat yang bersamaan kancah tersebut telah melahirkan bintang baru bernama Ahmad Yani yang dikenal tidak dekat dengan Nasution, namun punya kedekatan hubungan pribadi yang lebih erat dengan Presiden Soekarno. Ahmad Yani yang terjun ke daerah-daerah operasi penumpasan dengan pangkat Letnan Kolonel menjadi ‘bintang’ baru yang meluncur karirnya hingga jabatan Menteri Panglima Angkatan Darat. Ia berada di posisi puncak itu dengan pangkat Letnan Jenderal, hingga 1 Oktober 1965.

Tentara dalam masa SOB adalah tentara yang berkuasa. Eksesnya juga ada. Beberapa perwira tentara atau menjadi makin otoriter, atau menikmati benefit lainnya, atau sekaligus kedua-duanya.

(gungun Gunawan)

 

16 Agustus 1956

 

Sepanjang karirnya di militer, Zulkifli Lubis pernah menjabat sebagai wakil KSAD dan pejabat KSAD. Namun, tak ada yang lebih menghebohkan ketika dia (saat itu wakil KSAD) dan Kolonel A.E. Kawilarang memerintahkan penahanan terhadap Menlu Roeslan Abdul Gani pada 16 Agustus 1956. Roeslan dituduh terlibat perkara korupsi yang dilakukan Lie Hok Thay (wakil direktur Percetakan Negara). Saat itu Roeslan hendak menghadiri konferensi tingkat tinggi mengenai pengambilan Terusan Suez oleh Mesir.

Namun, istri Roeslan keburu menelepon Perdana Menteri Ali Sostroamidjojo untuk memberitahukan penangkapan itu. Ali segera mengabarkan ke KSAD Nasution yang tidak tahu-menahu peristiwa tersebut.

Kemudian, Nasution memerintahkan Garnizun Jakarta Mayor Djuchro untuk membebaskan Roeslan. Hari itu juga Roeslan bertolak menuju London (Kompas, 25 November 1987).

Karena memang ”musuhan”, Kolonel Zulkifli Lubis langsung menuding Ali Sostroamidjojo dan Nasution membantu dan melindungi kejahatan dengan meloloskan Roeslan dari penangkapan. Koran Indonesia Raya dan Pedoman langsung menyerang kebijakan Nasution.

(musprast web blog)

sejak Agustus 1956 , KSAD sudah menetapkan Simbolon harus menyerahkan Tongkat Komandonya di Medan kepada Kolonel Lubis tetapi tidak terlaksana karena Kol Lubis menghilang dan colonel Simbolon tidak mau melapor ke jakarta

(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)

Tahun 1956,

hal serupa terulang. Pimpinan AD (Nasution-Zulkifli Lubis, mungkin salah satu ikhtiar untuk rujuk pasca 1952) menaruh nama Supeno sebagai Panglima Divisi Diponegoro. Warta penunjukan ini bocor ke daerah. Letkol Soeharto, sebagaimana diakui Yoga Sugama dalam memoarnya, akhirnya men-set mosi penolakan perwira terhadap penunjukan Supeno. Alasannya, kepemimpinan Supeno berpotensi menimbulkan konflik internal kodam.

Adalah peristiwa 1952 yang dijadikan dasar. Oleh Yoga Cs, Supeno dianggap sebagai pemecah TNI. Pada waktu itu, Supeno memang tampil garang. Ia menunjukkan ketidakpuasannya pada KSAD Nasution di depan umum. Bukan itu saja, ia juga menghadap presiden dan mengirim surat ke DPR soal uneg-unegnya. DPR pun jadi turut campur. Akibatnya, Nasution marah besar. Supeno dipecat dan Nasution mengumpulkan perwira pendukungnya balas menghadap Bung Karno.

Saat itu tanggal 17 Oktober 1952. Bersamaan dengan menghadapnya Nasution Cs, di luar istana ada demontrasi yang direkayasa kubu Nasution, ditambah lagi pasukan artileri dengan meriam terkokang yang dipimpin Letkol Kemal Idris, mereka menuntut parlemen dibubarkan. Gantian, aksi ini yang membuat Soekarno murka. Nasution dicopot dan diganti dengan Kol Bambang Sugeng yang dianggap netral, sementara Supeno dipulihkan dinas militernya. Krisis ini akhirnya berakhir tahun 1955, dengan dikembalikannya jabatan KSAD kepada Nasution oleh Soekarno.

Kembali ke Supeno, hadangan Yoga Sugama cs tersebut lagi-lagi membuatnya gagal menjadi panglima. Setelah itu posisinya tidak cukup jelas, sekadar mengisi posisi staf pimpinan. Nasution pun meski mengaku secara pribadi tak punya dendam pada Supeno (Ia mengaku pernah meminjamkan mobilnya pada Supeno saat Supeno butuh untuk menjemput mertuanya), pada prakteknya tak pernah menaikkan pangkat Supeno. Padahal banyak perwira yunior menjadi jenderal.

(anusapati)

 

 

1 September 1956

 

Setelah  sembilan bulan Ahmad Yani  Tugas Belajar keluar negeri yaitu Kursus di London Inggris dan di Fort Leavenworth Kansas,USA mengikuti  Sekolah Komando dan  Staf  (Command General Staff Collage ), Ia dipindahkan Ke Jakarta, dan di tempatkan di Markas TNI Angkatan Darat sebagai staf

Assisten -2 KASAD Mayor Sueb terhitung tanggal 1 September 1956.

 

(Ahmad Yani Sebauh Kenang-Kenangan,oleh Ibu Ahmad Yani,TNI AD,Jakarta,1981)

 

 

21 September 1956

Gagasan membentuk Dewan Banteng saat reuni eks Devisi banteng di Jakarta

Gagasan membentuk Dewan Banteng timbul di Jakarta pada 21 September 1956 dari sejumlah Perwira Aktif dan Perwira Pensiunan bekas Divisi IX Banteng di Sumatera Tengah dulu setelah mereka melihat nasib dan keadaan tempat tinggal para prajurit yang dulu berjuang mempertahankan kemerdekaan dalam perang Kemerdekaan melawan Belanda tahun 1945 -1950, keadaan Kesehatan amat sederhana, anak-anak mereka banyak yang menderita penyakit dan kematian.

Ada asrama yang ditinggalkan oleh KNIL (tentera Belanda), akan tetapi tidak mencukupi, karena jumlah mereka yang banyak

(banyak bangunan gereja katolik di Padang digunakan sebagai asrma seperti SMA Don Bosco asrama Polisi, dan bagunan sebalah gerjea  katedral Theresia ,saat ini jadi aula,digunakan tentara termasuk SMP negri 2 bundokandung ,bekas sekolah Siti Nurbaya disamping markas Dewan Banteng  ,saat ini Detasmen POM -Dr iwan ).

Para perwira aktif dan perwira pensiunan dari eks. Divisi Banteng juga melihat nasib masyarakat yang semakin jauh dari janji-janji dalam perang Kemerdekaan, hidup mereka semakin susah,tidak bertemu janji keadilan dan kemakmuran bersama itu.

Pemerintah Pusat lebih mementingkan Daerah Pulau Jawa ketimbang Daerah diluar pulau Jawa dalam hal pembagian “kue” pembangunan, sedang daerah di luar pulau Jawa adalah penghasil devisa yang terbanyak.

Sejumlah perwira bekas Divisi Banteng yang masih bertugas menggugah berbagai tokoh politik dan swasta yang pernah bergabung dengan Divisi Banteng. Keprihatinan ini melahirkan gagasan mencari penyelesaian dengan mengadakan pertemuan pada 21 September 1956 di kompleks perumahan Persari milik Jamaludin Malik di Jakarta

(Ventje Samual)

 

Info terkait

21 September 1956

 

Gagasan pertama untuk membentuk Dewan Banteng muncul pada pertemuan para perwira aktif maupun pensiunan bekas Divisi IX Banteng di Jakarta pada tanggal 21 September 1956

(Seeloeh Melajoe)

 

Komando Daerah Militer Sumatera Tengah didirikan pada tahun 1956 dengan singkatan KDMST dibawah pimpinan Letnan Kolonel Ahmad Husein dengan kedudukan Markas Komandonya dijalan Samudera Padang

10 oktober 1956

 

 

Pada 11 Oktober 1956, ada desas-desus kudeta. Zulkifli Lubis dituding melakukan makar

 

11 Oktober 1956

 

Reuni  Ex Divisi Banteng di Padang 11 Oktober 1956 dan menyusul pertemuan-pertemuan yang lain.

 

Reuni divisi Banteng ini menghasilkan keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah negara terutama perbaikan progressive di tubuh angkatan darat diantaranya adalah dengan menetapkan peabat-pejabat daerah yang jujur dan kreatif, menuntut agar diberi otonomi luas untuk daerah Sumatra tengah serta menuntut ditetapkannya eks Divisi Banteng Sumatra Tengah yang diciutkan menjadi kesatuan pelaksana Proklamasi sebagai satu korps dalam Angkatan Darat(Ventje Samual)

 

16 Oktober 1956

 

Saya ingin peringatan  soal-soal ini kembali ,yang ini meningkat kepada Peristiwa 16 Oktober di Jakarta pada waktu RPKAD dan sebagian Pasukan  didalam kota tersangkut  untuk melakukan pula  suatu tindakan yang melanggar hokum , yaitu Menagkap Pimpinan Angkatan darat  dan ingin memaksakan perubahan Pemerintah.

Syukurlak soal ini semua yang terutama  berlangsung dikalangan Markas Besar angkatan Darat TT III dan Jakarta Raya sendiri dapat diatasi walaupun tindakan-tindakan ini tidak diselesaikan sebagimana sesuatu tentara, tapi dapat diselesaikan dalam arti kita kembali kepada pendirian sebagai Negara dan sebagai Alat Negara yang sebagaimana mustinya.

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

20 Oktober  1956

Setelah peristiwa ini(13 agustus dan 16 oktober 1956), mka pada bulan Desember Peristiwa di daerah-daerah , saya mengingatkan  kepada para Panglima  yang terakhir pad tanggal 20 Oktober dimana memang  jelas dikalangan Pimpinan Angkatan darat timbul suatu  pendapat yang sama  bahwa  keadaan Negara  banyak sekali  tidak memuaskan menurut  apa yang dicita-citakan  dan dalam saat ini sejumlah  dari teman-Teman kita dengan tegas  menyatakan  satu-satunya jalan ialah bahwa  Tentara  mengambil tindakan  untuk mempelopori yang akhir ini dan tidak bisa diharapkan lagi dalam rangka Tata Negara yang berlaku sekarang ini.

 

 

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

 

 

 

November 1956.

 

Salah satu yang dibahas adalah kekecewaan atas kepemimpinan Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Dia dianggap kurang memiliki perhatian kepada prajurit.Kawan-kawan di Korps SSKAD itu bersepakat, situasi ke depan bakal semakin gawat.

 

Keretakan di tubuh TNI tak terbendung. Apalagi pengaruh komunisme semakin merajalela. Dalam reuni itu diputuskan, “Bila kami terpaksa berhadapan, tidak akan saling menembak.”

 

 

Ventje samual dan Bung Karno

 

Keresahan di sejumlah daerah di Sumatera akhirnya melahirkan pergolakan.

( Ventje Samual )

Pada bulan November 1956 Rombongan Alumni SSKAD(Sekolah Staf Komando Angkatan Darat)  TT Bukit Barisan kembali dari reuni Alumni SSKAD di bandung, Tim TT Bukit Barisan, yang dipimpin Mayor Wahab Makmour memberi penjelasan panjang lebar kepada Palingmanya . Intinya adalah masalah Pemimpin Angkatan darat dan kekacauan yang terjadi dalam jajaran Alat Negara ini,

 

KOl Simbolon berkesimpulan situasi Negara sudah sangat gawat karenya,sesuai desakan para stafnya, ia menunda berangkat ke Jakarta padahal KSAD ingin ia segera ke Jakarta hendak mengantinya dengan Kolonel Lubis sebagai Panglima TT Bukit Barisan, sementara itu Kolonel Lubis pun telah menghilang. Berbagai lasan perlu dikemukakan karena Kolonel Yani datang ke Medan, menanyakan mengapa Simbolon belum ke Jakarta.

(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)

 

10 November 1956

 

Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956. Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. 

 

 

20-24 November 1956

Pertemuan sejumlah perwira aktif dan perwira pensiunan eks. Divisi Banteng di Jakarta itu kemudian dilanjutkan dengan mengadakan Reuni di Padang dari perwira-perwira aktif dan pensiunan eks. Divisi Banteng pada tanggal 20 –24 Nopember 1956 yang pada pokoknya membahas masaalah politik dan sosial ekonomi rakyat di Sumatera Tengah.

Reuni yang dihadiri oleh sekitar 612 orang perwira aktif dan pensiunan dari eks. Divisi Banteng itu akhirnya membuat sejumlah keputusan yang kemudian dirumuskan di dalam tuntutan Dewan Banteng

(Ventje Samual)

Info terkait

Reuni Padang November 1956

Reuni Jakarta  dilanjutkan dengan Reuni  di Padang pada tanggal 20-24 November 1956. Reuni ini dihadiri oleh 612 orang perwira aktif maupun pensiunan.

(oetoesan melajoe)

 

 

 

26 November 1956

Dua hari setelah deklarasi yang dikeluarkan Dewan Banteng di Padang, Kolonel Maluddin Simbolon di Sumatera Utara mengeluarkan deklarasi serupa namun lebih radikal dari Deklarasi Dewan Banteng.

 Simbolon langsung menyatakan tidak mengakui pemerintahan PM. Djuanda dan menyatakan daerahnya berada daam Darurat Perang (SOB).

Akibatanya Simbolon digantikan dengan Djamin Ginting, akibatnya Simbolon beserta pasukannya melarikan diri ke Padang.

Sangat aneh sekali, kenapa Kol. Maluddin Simbolon memutuskan membangkang terhadap pusat?

Sebab kondisi pasukan dan daerahnya tidak serupa dengan di Sumatera Tengah. Selain itu, deklarasi Simbolonpu lebih radikal, tidak seperti Dewan Banteng. Salah satu penyebab kenapa Simbolon tidak berhasil di Sumatera Utara ialah karena keragaman etnis dan agama. Sehingga tempat berpijaknya kurang kokoh. Kondisi ini berlainan dengan yang berlaku du Sumteng.

Lalu kenapa Simbolon yang seorang Nasrani memutuskan melarikan diri ke Padang? Kenapa bukan ke Singapura ataupun Sulawesi Utara? Kenapa Ahmad Hussein menerimanya di sana, padahal Simbolon sedang bermasalah dengan pusat? Bukankah hal tersebut dapat mempersulit posisi Ahmad Husein di hadapan pemerintahan pusat?

(Oetoesan Melajoe)

20 November 1956

Adalah juga pada bagian kedua tahun 1956 itu di masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo, bermunculan gerakan-gerakan yang berdasar kepada ketidakpuasan daerah terhadap pemerintahan pusat.

Gerakan-gerakan daerah ini secara signifikan diperlopori oleh kalangan militer di daerah. Dalam reuni eks Divisi Banteng di Padang pada 20 Nopember, muncul inisiatif pembentukan Dewan Banteng yang diketuai oleh Komandan Resimen IV Tentara dan Teritorium (TT) I, Letnan Kolonel  Achmad Husein. Dewan ini menuntut otonomi daerah yang lebih luas.

(gungun Gunawan)

 

On December 1, 1956, Mohammad Hatta had resigned as vice president in protest against Sukarno’s growing authoritarianism. Hatta’s exit from the political scene did not improve the relations among the central government, Sumatra, and the eastern archipelago, where Hatta was very popular.

4 Desember 1956

 

Melihat situasi yang gawat, simbolon mengadakan rapat perwira yang disebut “Ikrar 4 Desember 1956

(kolektor sejarah Web Blog)

 

Ikrar 4 Desember 1956

Situasi Negara yang gawat mendorong Simbolon mengadakan Rapat dengan Perwira-Perwira Utama dalam TT I pada 4 Desember 1956 di Medan.Disini  Keputusan reuni Korps SSKAD di bandung kembali dibicarakan.

Dalam kesempatan ini Kolonel Simbolon mengajukan pandangan  Politiknya seperti yang eprnah dikemukakannya kepada Bung Karno di jkarta beberapa tahun sebelumnya.

Baginya, langkah yang tepat adalah mengubah seluruh Sistem Pimpinan Negara, bukan hanya Pimpinan Angkatan darat.Yang diperlukan adalah koreksi menyeluruh yang mencakup keiingan Korps SSKAD,Keputusan Dewan banteng, dan gagasan Kolonel Simbolon  sendiri.

Kesimpulan Rapat ini disebut “Ikrar 4 Desember”, yang realisasinya ,menurut pemahaman Simbolon dan disepakati semua Perwira yang hadir saat ini, dipercayakan kepadanya.

Gelaspun diangkat untuk memperkuat tekad mereka, isinya diminum dan gelas dilemparkan sampai pecah sebagai simbol , mereka bersatu padu, membuang semua perselisihan dan perbedaan yang pernah timbul pada masa lalu.

Pertemuan 4 Desember 1956 ini dihadiri seluruh Staf Pimpinan T & T I dan kemudian Komandan resimen, berberapa Perwira Menengah dan Para Komandan Btalyon Cadangan T & T I .

Para Penanda Tangan Naskah Ikrar 4 Desember 1956 anatar lain : Kolonel simbolon Panglima TT I Bukit Barisan, Letkol Djamin Gintings,KS TT I BBB, Letkol Sjamaun Gaharu Komadan Resimen I(Aceh),Mayor Wahab Makmour,Dan Resimen (Sumatera Timur), Mayor Junis Samosir,Dan Resimen III(Tapanuli), Letkol Ahmad Husein Dan resimen Sumatera tengah.

Persamaan Ikrar 4 Desember 1956 dengan Gagasan dewan Banteng memang banyak, namun sangat banyak perbedaan Politis dan Kemasyarakatn anatara Wilayah sumatera timur dan sumatera tengah. Selan itu, selain ada kesamaan cita-cita gerakan itu, dalam pelaksanaannya tampak perbedaan yang besar, perbedaan yang menyebabkan pelaksanaa”Ikrar 4 desember” tersebut mengalami kegagalan.

Ada beberapa hal perbedaan:

Kedudukan Kolonel Simbolon tidak sekokoh kedudukan Letkol Ahmad Husein.sejak Agustus 1956 , KSAD sudah menetapkan Simbolon harus menyerahkan Tongkat Komandonya di Medan karena itu perannya dalam  Gerakan “Ikrar 4 Desember” merupakan pembangkangan langsung.Pada pihak lain, posisi Letkol Ahmad Husein,yang didukung para perwira eks Divisi Banteng diberbgai daerah Indonesia lebih kuat sehingga kedudukannya sebagai Ketua Dewan Banteng tidak mendapat kecaman terbuka dari pihak MBAD,juka ketika ia mendapat mandat dari Gubernur Sumatera tengah untuk menjalankan tugas Kepala Daerah sejak 21 Desember 1956, kedudukannya bahkan diperkuat setelah MBAD meningkatkan Komandonya Daerah sumatera Tengah(KDMST) sehingga ia pun mendapat predikat Panglima.

(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)

 

 

9 Desember 1956

Tatkala KASAD pada tanggal 9 Desember 1956 mengeluarkan larangan bagi perwira-perwira tentara melakukan kegiatan politik, reaksi balik yang muncul justru adalah meningkatnya ‘pembangkangan’.

(gungun Gunawan)

Berita Pers National tentang Gerakan Subversif  menurut Bung karno termasuk PRRI

 

 

 

Revolusi Nasional Belum Selesai

Dalam Ceramahnya dihadapan Mahasiswa dan Pelajar di Jogya bulan Desember 1956 ,Presiden Sukarno menekankan, jalan keluar dari kesulitan –kesulitan sekarang ini harus dicari oleh segenap tenaga disegenap lapisan  masyarakat dengan persatuan yang kuat.

Bahwa keadaan sekarang tidak memuaskan, adalah disebabkan revo.lusi nasioanl belum selesai. Sebab revolusi Nasional belum selesai karena Imperialis Barat, Gerembolan D.I. dan  Gerembolan subversif lainnya masih merajalela, masih ada Kontrarevolusi yang hendak menumbangkan Republik Indonesia

.(info lengkap baca dalam E-Book dalam CD Rom  Koleksi Sejarah Indonesia 1956,edisi terbatas pribadi Dr Iwan Suwandy,MHA)

.

 

 

3 Desember 1956

Keputusan sidang di Istana Negara, 3 Desember 1956, yangdihadiri oleh Presiden, Wakil Presiden, Perdana Menteri danWakil Perdana Menteri I dan II, KSAD, KSAL, KSAU dan

lain-lain; yang kemudian disetujui oleh Kabinet antara lainberbunyi: “Dalam hubungan ini (Operasi Militer) perlu diperbaikisikap tindakan alat negara dan agar pasukan-pasukan jugabanyak digerakkan untuk tugas-tugas pembangunan daerah…”

(syamaun Gaharu)

 

9 Desember 1956

 KASAD Mayor Jendral  A.H.Nasution mengeluarkan Perintah  No.PRIN-537/10/1956 yang melarang setiap Anggota TNI  ikut aktif  dalam Partai Politik

 

(Ahmad Yani)

 

18 Desember 1956

Keresahan di sumatera tengah rupanya melanda Sumatera selatan, disini pun berema ketidakpuasan  atas jalannya pembangunan.

Hal ini terutama terasa dalam konperensi dinas di Palembang yang diadakan pada 18 Desember 1956 ,dua hari sebelum peralihan kekuasaan di sumatera tengah dari Gubernur kepada Ketua dewan Banteng.

(R.Z.Leirissa)

 

20 Desember 1956

Dewan Banteng yang dibentuk tanggal 20 Desember  1956 dan Ahmad Husein sebagai Ketua Dewan Banteng. Dewan Banteng dibentuk bertujuan untuk membangun Daerah

 

Untuk melaksanakan keputusan-keputusan Reuni itu,maka dibentuklah suatu Dewan pada tanggal 20 Desember 1956 yang dinamakan “ Dewan Banteng”mengambil nama Banteng dari Divisi Banteng yang sudah dibubarkan.

 

Pada tanggal 20 Desember 1956 Dewan Banteng dibentuk dengan susunan kepengurusan ialah:

  1. 1.      Ketua: Kol. Ahmad Hussein
  2. 2.      Sekjen: Jendral Mayor (Purn) Suleman yang menjabat sebagai Kepala Biro  Rekonstruksi Nasional Sumteng.
  3. 3.      Anggota:

1)    Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa (Kepala Polisi Sumteng)

2)    Sutan Suis (Kepala Polisi Kota Padang)

3)    Mayor Anwar Umar (Komandan Batalion 142 Resimen 4)

4)    Kapten Nurmatias (Komandan Batalyon 140, Resimen Infantri 4)

5)    Darwis Taram Dt. Tumangguang (Bupati 50 Kota)

6)    Ali Luis (Bupati d/p Kantor Gubernur Sumatera Tengah)

7)    Syech Ibrahim Musa Parabek (Ulama)

8)    Datuak Simarajo (MTKAAM)

9)    Kolonel (Purn) Ismael Lengah

10) Letkol (Purn) Hasan Basri (Riau)

11) Letnan Sebastian (Perwira Distrik Militer 20 Indragiri, Riau)

12) A. Abdul Manaf (Bupati Kab. Merangin, Jambi)

13) Kapten Yusuf Nur (Akademi Militer Jakarta)

14) Mayor Suib (Wakil Asisten II Staf Umum Angkatan Darat di Jakarta)

Selain itu Dewan Banteng juga didukung oleh segenap partai politik di Indonesia masa itu kecuali Partai Komunis Indonesia (PKI). Juga didukung oleh segenap lapisan masyarakat seperti para pemuda, ulama, cerdik pandai, dan kaum adat. Sehingga masa itu lahirlah semboyan “Timbul Tenggelam Bersama Dewan Banteng”

Dewan ini juga mengluarkan beberapa tuntutan kepada pemerintah pusat, yang isinya ialah:

  1. 1.      Menutut pemberian dan pengisian otonimi luas bagi daerah-daerah dalam rangka pelaksanaan Sistem Pemerintahan Desentralisasi serta pemberian perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang wajar, layak, dan adil.
  2. 2.      Menuntu dihapuskannya segera Sistem Sentralisme yang dalam kenyataannya mengakibatkan birokrasi yang tidak sehat dan menjadi pokok pangkal dari korupsi, stagnasi pembangunan daerah, hilangnya inisiatif dan kegiatan daerah serta kontrol.
  3. 3.      Menuntut Komando Pertahanan Daerah dalam artian Teritorial, Operatif, dan Administratif yang sesuai dengan pembagian administratif dari Negara Republik Indonesia dewasa ini dan merupakan Komandi Utama dalam Angkatan Darat. Juga menuntut ditetapkannya eks Divisi Banteng Sumatera Tengah sebagai Kesatuan Militer yang menjadi satu korps dalam Angkatan Darat.
  4. 4.      Menuntut pengembalian daerah Irian Barat ke dalam wilayah NKRI
  5. 5.      Menuntut ikut memperjuangkan pemulihan keutuhan Dwi Tunggal Soekarno Hatta.
  6. 6.      Mempercepat realisasi Pemerintahan Otonom Tingkat I Riau, Jambi, dan Sumatera Barat.

(Oetoesan Melajoe)

Pidato Wakil Perdana Menteri K. H. Idham Khalid, yang disampaikan

pada waktu menyatakan bahwa daerah Aceh danKabupaten Langkat dijadikan daerah bantuan militer, padatanggal 20 Desember 1956 di gedung DPRD Sumatera Utara,

yang antara lain berbunyi: “Kita ulur tangan kanan kita untukmenyambut kembalinya saudara-saudara kita yang mempunyaijalan pikiran lain dalam memperjuangkan cita-cita merekaseperti yang telah terjadi sekarang ini, sehingga merekakembali ke jalan yang sesuai dengan kehendak negara kitayang demokratis ini.

 

Sementara itu kita kepal tangan kiri kitaseperti persiapan diri untuk memukul mereka jika mereka masihberkeras hati untuk tidak menerima uluran tangan kita

yang kita ulurkan dengan tulus dan ikhlas,

 

 

 

 

Info dari majalah Terang Bulan  1 mei 1958 tentang Dewan Gajah dibawah pimpinan Simbolon tahun 1956

 

 

Mayat-mayat bergelimpangan

Oleh  Eddy elizon

 

 

 

 Foto kanan atas  Major W.F.(Boyke) Naingolan

.Gara-gara rencananya ,maka  banyak darah mengalir secara sia-sia.

Foto kiri atas Lts Friets Hutabarat yang memimpin serangan ke kota Pematangsiantar  kini tewas,

 

 

dari sakunya diperoleh dokumen .Ketika revolusi dia korbankan jiwanya untuk kemerdekaan,tetapiakhirnya dia tewas sebagai pemberontak

 

Foto kanan bawah Eddyson Elizon

 

Meskipun peristiwa di Medan itu sudah lewat sedikit,tetapi kegetirannya masih melekat dihati Ibu Pertiwi dan penyesalnnya hingga kini belum ada.Untuk inilah maka kami muat laporan pembantu TB di Medan, Eddy Elyzon . dan selanjutnya kami mencoba terus menghubunginya untuk mendapatkan bahan operasi-operasi didaerah Sumatera Barat. Peristiwa ini perlu kami muatkan ,guna bahan renungan bahwa suatu tindakan serampangan akan buruk akibatnya.                (terang Bulan 1958)

 

 

20 Desember 1956

 Achmad Husein pada 20 Desember malah mengambilalih pemerintahan dari tangan sipil, dari Gubernur Sumatera Tengah Ruslan Muljohardjo.

 Berturut-turut terbentuk Dewan Gajah di Sumatera Utara di bawah pimpinan Panglima Tentara dan Teritorium I Kolonel Maludin Simbolon, Dewan Garuda di Sumatera Selatan di bawah pimpinan Panglima Tentara dan Teritorium II Letnan Kolonel Barlian serta Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Panglima Tentara dan Teritorium VII Letnan Kolonel Herman Nicolas ‘Ventje’ Sumual. Berbagai musyawarah yang diselenggarakan sepanjang tahun 1956, di antara para panglima tentara maupun antara tentara dan kalangan pemerintah pusat, tak berhasil menyelesaikan persoalan.

(gungun gunawan)

 

20 Desember 1956

Pada akhir bulan Desember 1956 dan permulaan tahun 1957 terjadi pergolakan menentang pemerintah Pusat, di Sumatera Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi.

Pergolakan ini dimulai dengan pembentukan “Dewan Banteng” di Sumatera Barat tanggal 20 Desember 1956 dipimpin Letnan Kolonel Achmad Hussein. Tindakan pertama dilakukan dengan mengambil alih pimpinan pemerintah Sumatera Barat dari Gubernur Ruslan Muljohardjo. Dua hari kemudian, tanggal 22 Desember 1956 di Medan (Sumatera Utara) terbentuk “Dewan Gajah”, dipimpin Kolonel Maludin Simbolon, yang menyatakanbahwa Sumatera Utara melepaskan diri untuk sementara dari hubungan dengan pemerintahPusat.

 

Pada akhir 1956 dan awal 1957,

 

 lahirlah Dewan Banteng, Dewan Gajah, dan Dewan Garuda di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Selatan. Hawa perlawanan merembet ke Sulawesi. Para pemuda Bugis dan Minahasa menuntut pendirian dewan serupa di Sulawesi.

 

Gubernur Andi Pangerang dan para pejabat daerah menangkap keresahan ini. Mereka menyusun konsep tuntutan otonomi daerah yang akan dibawa ke Jakarta. Sejumlah perwira membahas hal serupa. (Ventje Samual)

 

21 Desember 1956

Let Kol Ahmad Husein  mendapat mandat dari Gubernur Sumatera tengah untuk menjalankan tugas Kepala Daerah sejak 21 Desember 1956, kedudukannya bahkan diperkuat setelah MBAD meningkatkan Komandonya Daerah sumatera Tengah(KDMST) sehingga ia pun mendapat predikat Panglima

(Leirizza)

Pada tanggal 21 Desember(satu hari sebelum Simbolon memisahkan diri dari Pemerintah) Peristiwa di Sumatera Tengah, dimana Dewan Banteng dikomandoi oleh Komandan Resimen 4  mengoper kekuasaan dari Gubernur

 

(A.H.Nasution,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

22 Desember 1956

 

Kota Medan sudah ditempatkan untuk menjadi sebuah kota yang harus melalui peristiwa-peristiwa militer.Tanggal 22 Desember 1956, meletuslah peristiwa yang pertama kali, hingga munculah SOB ( Negara dalam keadaan Darurat Perang-Dr Iwan)

 

Kolonel Simbolon yang yang ketika itu menjadi Panglima TT I membahanakan suara melalui RRI Medan , menyatakan bahwa seluruh eilaya TT I Sumatera Utara melepaskan diri dari Pemerintah Pusat.

 

 

Dengan adanya ini Pemerintah Pusat membalas tindakan  tersebut dan diucapkan oleh Presiden Sukarno sendiri  meminta bawahannya  Kol Simbolon yaitu Kepala Staf TT I Letkol Djamin Gintings  dan Komandan Res-II  Letkol Wahab Macmour  mengambil alih  kekuasaan dari tangan Simbolon.Setelah Simbolon berkuasa selama lima hari  dengan menukar nama RRI Medan ,Kotaraja dan Sibolga menjadi Radio Komando Gajah.

 

Pasukan APRI di Medan

(Terang Bulan ,1958)

 

 

 

 Djamin Gintings

 

Pada tanggal 22 Desember 1956 Kolonel Simbolon pemimpin Dewan Gajah melalui RRI Medan mengumumkan pemutusan hubungan wilayah bukit barisan dengan pemerintah pusat. Ia mengubah nama kodam TT I menjadi Kodam TT I Bukit Barisan. Dia melihat pada permasalahan kesejahteraan dan perumahan prajurit yang sangat memprihatinkan.Karena keterbatasan dana dari pusat maka Kolonel Simbolon mencari jalan sendiri membangun asrama dan perumahan prajurit. Dia mencari dana sendiri namun sayang cara yang digunakan adalah cara illegal. Dia menjual secara illegal hasil perkebunan di wilayah Sumatra Utara.

 

Ekspor hasil perkebunan dijual melalui Teluk Nibungh di Muara Sungai Asahan Tanjung Balai. Namun, pers ibukota memberitakan penyulundupan itu dan kasad memerintahkan pemeriksaan pada kasus ini. Kasad pun bermaksud menggantikan panglima TT I Bukit Barisan dengan kolonel Lubis

(kolektorsejarah web blog)

 

 

 

22 Desember 1956

Foto Simbolon memisahkan diri dari Pusat

(Nugroho Notosutanto)

 

 

Tidak lama kemudian mulailah meletus  peristiwa  di Medan  dimana Panglima TT I memisahkan diri dari pusat dan tidak mengakui Pemerintah lagi tetapi menyatakan tetap taat kepada Panglima Tertinggi(Sukarno).

Disusul pula oleh peristiwa daerah-Daerah lain seperti sumatera tengah satu hari sebelumnya, daerah lain seperti Sumatera Selatan atas dasar putusan DPR Peralihan maka diputuskan supaya Panglima TT II memimpin Pemerintahan di Sumatera Selatan.

 

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

 

24 Desember 1956

Menyusul tindakan simbolon di medan tanggal 22 Desember 1956, Let Kol Barlian Panglima TT II (Sriwijaya) pada tanggal 24 Desember 1956 juga menyatakan memutuskan hubungan dengan Pemerintah Pusat.

(R.Z.Leirissa)

 

26 Desember 1956

Pada tanggal 26 Desember, di Pematang Siantar, yang menjadi Ibu Kota RES.II , Letkol Wahab Macmour  menyatakan mengambil alih kekuasaan.Letkol Franz Hutabat menyerang  Pematang siantar dan tewas sebagai pemberontak , Let Kol Wahab Makmoer telah mengambil alih kekuasaan Resort II Pematang siantar.karena ketika Pusat merintahkan untuk mengambil alih kekusaan disini, Let Kol djamin Gintings  menyatakan tidak sanggup dan baru bertindak  Letkol Wahab Macmour Kolonel Simbolon melarikan diri  ke Tapanuli , keadaan di  TT –I  boleh dikatakan tenang kembali serta Kol Simbolon dibiarkan berkeliaran di Sumatera Tengah sesuak hatinya

 

 

.(Majallah Terang Bulan Medan 1958)

 

Pada tanggal 26 Desember malam,

Kol Simbolon masih mengadakan Perayaan Natal ditempat Kediaman Panglima yang dihadiri seluruh Perwira Garnizun Medan, termasuk Djamin Gintings. Perayaan ini berlangsung meriah dan tidak ada tanda-tanda bakal terjadi sesuatu.

 

(R.Z.Leirissa)

 

 

27 Desember 1956

Pada tanggal 27 Desember 1956 menjelang pagi, Simbolon menerima berita bahwa Pasukan Mayor Wahab Makmour sedang berusaha menangkapmnya. Tindakan Komandan Rseimen Sumatera timur itu rupanya berhubungan dengan berita bahwa ia diangkat KSAD mengantikan Simbolon di sumatera Utara.

 

 Keadaan semakin gawat karena Kepala staf TT I Bukit Barisan Let.Kol. Djamin gintings pun mendapat berita bahwa dirinyalah yang diunjuk menjadi penganti Simbolon sebagai Panglima. Simbolon sendiri tidak mendengar berita itu,juga tidak ad laporan dari Perwira Stafnya.

 

Perwira Staf TT I yang ikut memimpin Penyergapan ke rumah Panglima Kol.Simbolon adalah mayor Ulung Sitepu (yang kemudian terlihat dalam G 30 S PKI dan dijatuhi hukuman mati oleh Mahmilub,), Mayor Wahab Makmour kemudian ternyata sudah dibina PKI.

 

 

 

Dalam situasi yang serba mendadak itu Kolonel Simbolon hanya bisa mengandalkan satu batalyon di Kota Medan yang tetap setia padanya, Batalyon 132 yang dipimpin Kapten Sinta Pohan, yang merupakan Batalyon cadangan yang tidak dimasukkan dalam salah satu resimen langsung berapa dibawah Panglima.

Batalion 131 yang dipimpin  Mayor Henry Siregar pun sebenarnya batalion cadangan tetapi  ketika itu Batalyon tersebut sedang bertugas ke Aceh .

 

Setelah mempertimbangkan secara matang, Kol Simbolon memutuskan untuk tidak menghadapi Pasukan Wahab Makmour  yng dibantu Kesatuan Kavaleri, ia mengundurkan diri ke Tapanuli  menuju tempat Resimen III yang dipimpin Mayor J.Samosir yang masih bisa diandalkan.

 

Tindakan ini diambilnya  karena bila bertahan dalam kota,pasti akan terjadi pertempuran dan yang akan paling menderita  adalah rakyat umum..Keputusan ini disampaikan juga kepada Gubernur Komala Pontas ,selain itu  ia juga menyarankan  Gubernur  supaya menghubungi pasukan Wahab Makmour  agar gerakan  Pasukan  yang mengawalnya  jangan dihalang-halangi karena suatu provokasi kecil saja akan mengakibatkan pertempuran.

 

(R.Z.Leirissa)

 

 

27 Desember 1956

Pada tanggal 27 Desember 1956 dinyatakan melalui RRI Medan bahwa Let Kol Djamin Ginting  telah mengambil alih kekuasaan dari Kolonel Simbolon dan hubungan ke Pusat dibuka kembali. Kemudian diangkatlah Letkol Djamin Gintings sebagai Panglima TT I .

 

(Terang Bulan,1958)

 

 

 

Foto Jamin Ginting

 

 Tahun 1975, let jen Jamin ginting meninggal di Canada sebagai sebagai Duta besar RI di Canada.

(Dr Iwan)

 

Pada 27 Desember 1956 subuh, Simbolon menerima berita ada pasukan yang diperintahkan menangkapnya. Dengan perlindungan dari Batalyon 132 dibawah Kapten Sinta Pohan, dia bergerak ke Tapanuli bergabung dengan Resimen III Mayor J Samosir

 

(kolektorsejarah web blog)

 

 

Kira-kira sekita jam 09.00 pagi tanggal 27 Desember Kolonel Simbolon dikawal Batalion Sinta Pohan bergerak meninggalkan Medan menuju Tapanuli, melalui wilayah yang dikuasai Pasukan Wahab Makmour.

 

Sejak di Prapat sampai tarutung Rombongan Simbolon selalu diamati oleh Pesawat tempur AURI, yang bahkan sering menukik tanpa menembak, keadaan ini menyadarkan Simbolon  bahwa ia tidak dapat berdiam di tapanuli karena sewaktu-waktu wilayah itu bisa diserang, ia memutuskan bertolak ke Padang tanpa pasukan. Hanya Mayor Rambe  ,ajudan Letda K.Sinaga dan Lettu  Zulkifli Nasution yang menyertainya ke Padang. Ketiga perwira ini kemudian diperintahkan ke Jakarta dan melapor kepada KSAD.

 

Pasukan sinta Pohan diperintahkan bergabung dengan mayor Samosir di Tapanuli,sejak itu Kolonel Simbolon berada di Padang dan mengikuti per-kembangan selanjutnya dari Kota dewan banteng itu dengan mendapat segala fasilitas dari resimen 4 yang kemudian menjadi KDMST.

 

(R.Z.Leirissa)

 

Pada 27 dsember 1956 Gubernur Sumatera selatan Wianrno mengajukan permohonan berhenti  kepada menteri dalam negeri.

(R.Z.Leirissa)

 

 

 

 

 

19 56 waktunya lupa
Natsir bicara apa adanya
Ummat Islam menghadapi bahaya
Inilah cobaan Allah ta’ala

Akan diindang, ditampi teras
Biar terpisah padi dan beras
Kaum muslimin haruslah tegas
Orang Komunis sedang mengganas

Dengan serius Natsir berqalam
Ibarat Ikan di dalam kolam
Dilempar batu jatuh ke dalam
Ummat Islam sedang terancam

Akan terjadi suatu drama
Ummat Islam harus waspada
Maju kena, mundurpun kena
Kepada Allah kita berdoa

Tiada perlu berpikir lama
Ummat Islam siaplah segera
Membela negeri, tanah tercinta
Diancam Komunis anti agama

Ada ditulis di koran koran
D.N. Aidit pernah mengatakan
Orang P.K.I anti Tuhan
Hatiku geram tiada tertahan

Membaca syair mungkin bosan
Tapi cerita perlu diteruskan
Eseipun ditulis dalam karangan
Silakan dibaca untuk dipikirkan

(Burhanuddin St Kayo)

In late 1956, there were demands by Regional Commanders in Sumatra for more autonomy in the Provinces. When these demands were not met by the Central Government, they began to rebel and by early 1957, they had taken control of Governance in Sumatra by force. Then, on 15th February 1958, Lieutenant Colonel Ahmad Hussein declared the establishment of the PRRI (Revolutionary Government of the Republic of Indonesia).
This prompted the Central Government to deploy troops
.(sukarnoyeras)

KISI INFO INDONESIA 1957(BERSAMBUNG)

KOLEKSI SEJARAH INDONESIA

1957

 

OLEH

Dr Iwan Suwandy , MHA

EDISI PRIBADI TERBATAS

KHUSUS UNTUK KOLEKTOR  DAN HISTORIAN SENIOR

Copyright @ 2013

INI ADALAH CUPLIKAN DAN CONTOH BUKU KOLEKSI SEJARAH INDONESIA HASIL PENELITIAN Dr  IWAN , HANYA DITAMPILKAN SEBAGIAN INFO DAN ILUSTRASI TAK LENGKAP.

BUKU YANG LENGKAP TERSEDIA BAGI YANG BERMINAT HUBUNGGI LIWAT KOMENTAR(COMMENT) DI WEB BLOG INI

sORRY FOR THE UNEDITED ARTICLES BELOW,I DID  TO PROTEC T AGAINST THE COPY WITHOUT PERMISSSION

 

Dr IWAN SUWANDY,MHA

PENEMU DAN PRESIDEN PERTAMA

PERHIMPUNAN

KISI

(KOLEKSTOR INFORMASI SEJARAH INDONESIA)

TAHUN 2013-2020

SEJEN KISI

LILI WIDJAJA,MM

DEWAN KEHORMATAN

KETUA

Dr IWAN SUWANDY,MHA

ANGGOTA

ALBERT SUWANDY DJOHAN OETAMA,ST,GEA

ANTON JIMMI SUWANDY ST.MECH.

 

ANNGOTA KEHORMATAN

GRACE SHANTY

ALICE SUWAMDY

ANNABELA PRINCESSA(CESSA(

JOCELIN SUWANDY(CELINE)

ANTONI WILLIAM SUWANDY

ANNGOTA

ARIS SIREGAR

HANS van SCHEIK

 

MASA JABATAN PREDIDEN DAN SEKJEN HANYA SATU KALI SELAMA TUJUH TAHUN, PENGANTINYA AKAN DIPILIH OLEH DEWAN KEHORMATAN

BAGI YANG BERMINAT MENJADI ANGGOTA KISI

MENDAFTAR LIWAT  EMAIL KISI

iwansuwandy@gmail.com

dengan syarat

mengirimkan foto kopi KTP(ID )terbaru dan melunasi sumbangan dana operasional KISI untuk seumur hidup sebanyak US50,-

HAK ANGGOTA

SETIAP BULAN AKAN DI,KIRIMKAN INFO LANGSUNG KE EMAILNYA

DAPAT MEMBELI BUKU TERBITAN KISI YANG CONTOHNYA SUDAH  DIUPLOAD DI

hhtp”//www. Driwancybermuseum.wordpress.com

dengan memberikan sumbangan biaya kopi dan biaya kirim

TERIMA KASIH SUDAH BERGABUNG DENGAN KISI

SEMOGA KISI TETAP JAYA

 

Driwancybermuseum Homeoffic 

Copyrught @ Dr Iwan suwandy,MHA 2013

Forbidden to copy without written permission by the author

1957

In 1957, President Eisenhower, his secretary of state, John Foster Dulles, and the CIA–unbeknownst to Congress or to the American public–launched a massive covert military operation in Indonesia. Its aims were to topple or weaken Indonesia’s populist President Sukarno, viewed as too friendly toward Indonesia’s Communist Party, and to cripple the Indonesian army.(sukarnoyears)

 

Pada tahun 1957 Jakarta  belum ramai benar, saat itu banyak orang asing memberikan julukan Desa Besar ,belum banyak mobil dan masih banyak orang kekantor naik sepeda.

 

Ahmad Yani  Pindah dari  tempat tinggalnya setelah kembali dari  luar negeri di Hotel Des Indes (saat ini Gajahmada Plaza-Dr Iwan) ke tempat tinggal di Jalan Lembang (menteng) walaupun belum slesai dibangun, mau beli perabot uang tidak ada sehingga dipinjam dari ke Jawatan Kesejahteraan TNI AD dan pinjam uang dari koperasi , PUSKOPAD TNI AD .

Saat ini Ahmad Yani ia masih diberi “Meja Kosong” sebagai Staf di  Markas besar TNI AD, staf Assisten I KASAD.

(Ahmad Yani)

Kunjungan Bung Hatta Ke Sawahlunto Tahun 1957

Pada tahun 1957 ada pesta adat di Sawahlunto, dimana kedua orang tuaku ikut aktif, dengan berpakaian adat kebesaran, lengkap dengan payung kuning.

Pesta adat dilaksanakan dalam menyambut kedatangan Bung Hatta ke Sawahlunto pada saat memperingati hari jadi Dewan Banteng.

 

Pada waktu itu kami sangat senang dan bangga, rasanya banyak kemajuan yang diperolah.Masyarakat bergembira ria, merasakan perkembangan atau kemajuan pembangunan selama Dewan Banteng ada.Bapak saya berfoto dengan berpakaian adat, saat penyambutan Bung Hatta yang datang ke Sawahlunto.

Kami berasal dari Talawi ibu kota Kecamatan Talawi, waktu itu masuk Kabupaten Sawahlunto Sijunjung.Bapak saya bernama Djamaluddin gelar Dt. Padoeko Labiah, penghulu suku Caniago di Sijantang Talawi.
Selain tokoh adat di negerinya Bapak saya waktu itu seorang Camat Talawi.
Ibu saya bernama Syamsiri anak Muhammad Dt. Sampanghulu, penghulu suku Patapang di Talawi.

Ibu saya kemenakan Dt. Indosati adalah penghulu pucuak di Talawi, secara otomatis menjadi Bundo Kanduang.Pada waktu itu Bapak saya pengurus MTKAAM (Madjelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau, saya tidak tahu jabatannya.

Melihat foto Bapak yang dipayungi dalam upacara adat waktu upacara penyambutan Bung Hatta berkunjung ke Sawahlunto, mungkin saja Bapak saya sebagai ketua MTKAAM Sawahlunto Sijunjung.

Waktu itu Kecamatan Talawi adalah yang paling maju di kabupaten Sawahlunto Sijunjung.Sebenarnya saya tidak begitu paham apa yang akan terjadi, apalagi bicara politik.
Masih terngiang-ngiang di telinga saya ada kata-kata Bapak ke ibu.
Beliau berdiskusi dan Bapak mengatakan bahwa sepertinya ada ketidak cocokan antara Bung Hatta dan Bung Karno.
Bapak saya mengatakan kepada ibu bahwa Bung Hatta telah berhenti jadi Wakil Presiden.

 

Kata Bapak… yah semoga nanti bila ada pemilihan umum, Bung Hatta bisa terpilih menjadi presiden…….??

Ketika itu, ibu saya sebagai isteri seorang pegawai negeri atau isteri Camat, maka beliau disebut juga seorang Bundo Kanduang.Selain itu beliau ikut pula jadi anggota Aisyiah.
Banyak sekali kesibukannya.
Saya tahu bahwa ibu saya, sering kumpul dengan ibu-ibu di kampungnya.
Saya ingat, ibu saya meminta kepada ibu ibu lainnya, bahwa sebelum memasak nasi, beras yang akan dimasak itu diambil 2 genggam dan ditabung (disimpan terpisah) untuk bantuan.
Bila sudah terkumpul kira-kira sebuntil, ada ibu lainnya yang mengumpulkannya.Kegiatan ini dilakukan oleh organisasi ibu-ibu yaitu yang disebut seksi G.Memang organisasi ibu-ibu ini aktif dan sangat efektif, dan ibu saya adalah ketuanya.
Seperti sebelumnya saya sering menemani dan mengantar ibu saya setelah magrib dengan mengggunakan
suluah (semacam obor yang terbuat dari daun kelapa tua yang disusun and diikat kuat, dibakar ujungnya sebagai penerang dijalan).

Ibu mengajak ibu-ibu lainnya, bersama saya, dan saya berteriak memanggil ibu-ibu itu.
Maklum kalau di kampuang memang harus berteriak agar terdengar, karena gelap dan juga halamannya luas-luas.Kemudian ibu-ibu dikumpulkan dan diajak ke surau yang ada di kampung saya, yang disebut
surau Gadang.

Surau di kampung saya banyak dan tiap suku ada yang punya.
Surau Gadang ini adalah surau yang menampung santri-santi dari mana saja, ada yang dari daerah lain.Dengan menggunakan lampu minyak tanah, ibu saya mengajarkan ibu-ibu belajar membaca di surau itu.Waktu itu di kampung saya belum masuk listrik.

(Prof. DR. Ir. Zoer’aini Djamal Irwan)

Kisah lengkap baca  lampiran Kisah Masa PRRI

 

Dewan Banteng Tetap Mengakui Sukarno, Juanda dan Nasution

TUNTUTAN Dewan Banteng yang terpenting diantaranya adalah:

• Menuntut pemberian serta pengisian otonomi luas bagi daerah-daerah dalam rangja pelaksanaan sistem Pemerintahan desentralisasi serta pemberian perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang wajar,layak dan adil.

• Menuntut dihapuskan segera sistem sentralisme yang dalam kenyataannya mengkaibatkanb birokrasi yang tidak sehat dan juga menjadi pokok pangkal dari korupsi, stagnasi pembangunan daerah, hilangnya inisiatif dan kegiatan daerah serta kontrol.

• Menuntut suatu Komando Pertahanan Daerah dalam arti Teritorial, operatif dan administratif yang sesuai dengan pembagian administratif dari Negara Republik Indonesia dewasa ini dan merupakan komando utama dalam Angkatan Darat.Juga menuntut ditetapkannya eks. Divisi Banteng Sumatera Tengah sebagai kesatuan militer yang menjadi satu korps dalam Angkatan Darat.

Walaupun Letkol Ahmad Husein selaku Ketua Dewan Banteng mengambil alih jabatan Gubernur Sumatera Tengah dari tangan Gubernur Ruslan Mulyoharjo, namun Ahmad Husein tidak ditindak sebagai Komandan Resimen 4 TT. I. BB, malah sebaliknya tuntutan Dewan Banteng agar dibentuk satu Komando Militer di Sumatera Tengah yaitu Komando Militer Daerah Sumatera Tengah (KDMST) dipenuhi lepas dari TT. I BB dan Letkol, Ahmad Husein diangkat menjadi Panglima KDMST. Dewan Banteng tetap mengakuo Sukarno sebagai Presiden Republik Indonesia, tetap mengakui Pemerintahan Juanda dan tetap mengakui Jenderal A.H. Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Berbeda dengan Dewan Banteng, Kolonel Maluddin Simbolon, Panglima TT. I BB setelah mengumumkan pembentukan Dewan Garuda yang seluruh pengurusnya militer pada tanggal 22 Desember 1956, dua hari sesudah Dewan Banteng, pada hari itu juga Simbolon menyatakan melepaskan diri dari Pemerintahan Juanda dan menyatakan daerah TT. I BB dalam keadaan Darurat Perang (SOB). Pemerintah Juanda cepat memberikan jawaban.

Pada hari itu juga memerintah KSAD memecat Simbolon dari jabatan Panglima TT.I BB dan mengangkat Kepala Stafnya Letkol.Jamin Ginting menggantikan Simbolon menjadi Panglima TT.I BB. Simbolon bersama sejumlah anak buahnya akhirnya melarikan diri ke Sumatera Barat, Padang dan tidak kembali lagi ke Medan.

Setelah Pemerintah Pusat tidak memperhatikan usul alokasi dana untuk pembangunan daerah Sumatera Tengah,maka Dewan Banteng tidak mengirimkan lagi seluruh penghasilan Daerah Sumatera Tengah ke Pusat, ditahan di daerah dan digunakan untuk pembangunan Daerah.

Masalah ini meningkatkan konlik dengan Pemerintah Pusat. Selanjutnya, Dewan Banteng melakukan “Barter”, pedagang langsung dengan luar negeri, tanpa melalui prosedur yang lazim yaitu melalui Departemen Perdagangan dan Bea Cukai

. Yang dibarter adalah teh, karet dan hasil bumi Sumatera Tengah lainnya. Dana yang diperoleh dari hasil barter itu digunakan untuk mendatangkan alat-alat berat untuk pembangunan jalan seperti traktor, buldozer, aspal dan berbagai alat berat lainnya.

Dalam beberapa bulan saja keadaan pembangunan di Sumatera Tengah meningkat, sehingga ada jalan dinamakan orang “ Jalan Dewan Banteng”.Pembangunan Sumatera Tengah di bawah Dewan Banteng dianggap terbaik waktu itu di Indonesia.

 Untuk mempercepat pembangunan di daerah-daerah Kabupaten dan Kota, Dewan Banteng pernah membagi-bagikan uang Rp. 1juta kepada tiap Kabupaten dan Kota.Kalau sekarang uang Rp.1 juta tidak punya harga,

 

 

 

akan tetapi pada tahun 1957 itu uang Rp. 1 juta punya nilai yang tinggi. Keadaan ini tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua tahun, karena situasi politik di Jakarta bertambah panas disebabkan sikap dan tingkah laku Presiden Sukarno yang membela Partai Komunis Indonesia (PKI) yang waktu itu berakiblat ke Moskow. Waktu itu Sukarno akrab dengan Moskow

 

15 January 1957

 

 Bulan Januari 1957 “Dewan Garuda”  di Sumatera Selatan mengambil alih pemerintahan dari Gubernur  Winarno.

 

 

Pada  tanggal 15 Januari 1957, Kolonel Barlian di Sumatera Selatan mendeklarasikan berdirinya Dewan Garuda. Tidak hanya itu, Kolonel Vence Samual di Indonesia Timur mendeklarasikan Perjuangan Semesta Alam (Permesta). Tuntutan dari Permesta ialah  otonomi, kontrol atas pendapatan daerah, dan kembalinya Dwi Tunggal.

Dapat kita lihat bahwa tuntutan dari daerah-daerah bergolka ini hampir sama yakni seputar otonomi, hubungan pusat-daerah terutama soal ekonomi, dan pemulihan Dwi Tunggal.

(Oetoesan melajoe)

Pada 15-17 Januari 1957 diadakan Kongres Adat Sumatera Selatan yang mengeluarkan “ Piagam Perjuangan Sumatera Selatan” dan Dewan  Garuda.

Pembentukan dewan garuda di Palembang merupakan upaya tiga tokoh Derah sumatera Selatan Kolonel (purn) Nuh, Kapten(purn) Thalib dan Amin Husein. Kolonel  Nuh adalah orang yang sangat berpengaruh pada masa Perang Kemerdekaan dan pernah menjabat sebagai kepala staf Komando Sumatera ketika Hardjowardjojo pejabat Panglimanya.

Dengan pangkat Kolonel, ia merupakan salah seorang perwira senior di sumatera selatan, pengaruhnya cukup luas. Thalib pernah menjadi pernah menjabat perwira Intel dari colonel simbolon, tetapi meninggalkan  militer tahun 1951 dan berwiraswasta ,ia dikenal sebagai pengusaha diwilayah ini.

Susunan Dewan Garuda

Ketua Let.Kol Barlian

Dengan anggota

Mayor Nawawi Wakil kepala staf TT II, Mayor Alamsyah Ratuprawira Assisten I, Mayor  Hariman assisetn II, Mayor Asnawi Mangkualam assiten IV, Mayor Jusuf Singadikane assiten V.

Komandan komandan Batalion dan Resimen :Let Kol Pangabean dan Let Worang.

Dewan garuda berhasil menyusun Strategi Pembangunan yang dinamakan Piagam Pembangunan, intinya sama dengan Piagam Dewan Banteng.

 

Sejak awal ada keretakan  ada keretakan dalam tubuh Dewan garuda , secara politis sesungguhnya wilayah Suamtera Selata dikuasai oleh  PNI  sejak Perang Kemerdekaan , peran tokoh A.K.Gani sangat menonjol ,demikan pula tokoh PNI lainnya Dr Moh Isa karena selama Perang Kemerdekaan, tokoh-tokoh militer diwilayah ini seperti Kol Bambang Utoyo dan Lek Kol Ibnu Sutowo sangat dekat dengan tokoh politik di Jakarta, selain itu potensi masyarakat ayng dominan adalah pegawai negeri. Dipihka lain,kepala-kepakla adat yang juga menjadi kepala marga demikian kuatnya organisasi primordial ini sehingga tidak mengherankan kaum kepala adat inilah yang mensponsori langkah-langkah kearah perubahan seperti yang tampak dalam Kongres adat Sumatera Selatan.

Dampak ketidak kompakan Dewan Garuda juga disebabkan tokoh-tokoh militer itu tetap berhubungan dengan KSAD, sehingga segala perkembangan Dewan garuda dapat diketahui di Jakarta.

Sesungguhnya, Dewan Garuda bersifat mendua, disatu pihak ada tokoh seperti Mayor Nawawi yang lebih dekat ke Dewan banteng dan dipihak lain ada yang lebih dekat dengan Jkarta seperti Bambang utoyo dan Ryucudu.

 

(R.Z.Leirissa)

 

Februari 1957

 

Sukarno Penyebab pemberontakan PRRI dan PERMESTA ?

 

Awal kediktatoran rezim Sukarno ini dimulai pada bulan Februari tahun 1957,

Sukarno menelurkan konsepsi “DEMOKRASI TERPIMPIN”,yang pada hakekatnya adalah selubung untuk MEMBERANGUS DEMOKRASI SEJATI.Sukarno juga membentuk sebuah lembaga negara yang baru yang TIDAK ADA DALAM UUD,yang dinamakannya DEWAN NASIONAL.

 

Tugas Dewan Nasional ini adalah untuk memberi nasihat pada kabinet,dan dewan ini diketuai oleh PYM Sukarno sendiri.

 

 

 

Jadi dalam hal ini Sukarno adalah pemimpin daripada DEMOKRASI TERPIMPIN!.Gagasan ini dengan tegas ditolak oleh seluruh komponen demokrasi di Indonesia,Masyumi,Partai Katolik,PSI,NU,PSII,IPKI, PARKINDO……..HANYA PKI yang sangat mendukungnya dengan gigih dan kuat.

 

Daerah -daerah bergolak dan menolaknya mentah mentah, didaerah daerah terbentuk perlawanan bersenjata seperti PRRI dan PERMESTA.

 Jadi Sukarno sendirilah yang menciptakan pergolakan daerah dan ketidak stabilan politik diseluruh Indonesia.

 (Sumber Faried fibez,2012)

 

15 Pebruari 1957

 

 KSAD telah melarang diadakan RE-UNI oleh DEWAN-DEWAN yang lahir didaerah , sebagai akibat  dari situasi Pergolakan  Daerah tersebut.

(Ahmad Yani)

 

 

27 Pebruari 1957

CIA Director Allen Dulles had told the National Security Council on February 27 1957 that if the dissident movement failed, Indonesia would move into the Communist camp. At this point Eisenhower told the council that the United States “would have to go in” to prevent a Communist take-over..

As the situation worsened, Secretary Dulles and other State Department officials had discussed with Eisenhower the possibility of covert assistance to the rebels. The President authorized a confidential message to the rebel leaders, telling them that if they mounted a “stubborn resistance” to the expected attack by government forces, the United States would offer some form of recognition, which would in turn permit overt U.S. support.

In 1957, President Eisenhower, his secretary of state, John Foster Dulles, and the CIA — unbeknownst to Congress or to the American public — launched a massive covert military operation in Indonesia.
it was a covert intervention by the United States in Indonesia in the late 1950s involving among other things the supply of thousands of weapons, creation and deployment ofa secret CIA airforce and logistical support from the Seventh Fleet.
The operation has been kept almost totally secret from the American public for nearly 40 years.
This CIA operation proved to be even more disastrous than the Bay of Pigs.(sukarnoyears)

 

 

28 Februari 1957

 

Pada 28 Februari 1957, Gubernur dan para pejabat daerah di seluruh Sulawesi berusaha berunding dengan Jakarta mengenai tuntutan otonomi pembangunan.

 

Kami bertemu mereka dalam pesawat saat pulang ke Makassar.

 

Lantaran upaya negosiasi tidak digubris Jakarta, begitu tiba di Makassar kami sepakat menggelar rapat menyusun konsep perjuangan otonomi. Rapat hari itu,

 (Ventje Samual)

 

Maret 1957

 

Maka Kabinet  Ali Sastro Atmidjojo Ke _II  yang dibentuk atas dasar Pemilihan Umum menyerahkan mandatnya kepada Presiden untuk dibentuk menguasai situasi Negara.

Presiden menyatakan Negara dalam keadaan

 SOB (Darurat )

Dan dengan demikian membebankan tugas keamanan Negara sepenuhnya kepada Angkatan Bersenjata republic Indonesia.

(Ahmad Yani)

Begitu pula mulai bulan Maret mulai peristiwa di Bagian Timur Indonesia yang terkenal dengan Proklamasi Permesta yang pada hahekatnya mencari jalan sendirimemutuskan diri dari Pusat dan tidak lagi menjalankan beleid politik ,militer maupun ekonomi dari Pemerintah Pusat.

 

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

 

1 Maret 1957

 

Rapat berlangsung hingga menjelang subuh di rumah Gubernur.

 

Pada akhir rapat, 51 orang yang hadir meneken Piagam Perjuangan Semesta.

 

Saya peneken(menanda tangani)  pertama. Penanda tangan lain di antaranya Mayor M. Yusuf dan Sjamsoeddin, ayah Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan Letnan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin.

 

 

 

 Kami kemudian membacakan Deklarasi Permesta.

 

Setelah itu, saya sebagai Panglima TT Wirabuana menyatakan Indonesia Bagian Timur dalam keadaan darurat perang. Gubernur Andi Pangerang juga membacakan seruan agar rakyat tetap melaksanakan pekerjaan sehari-hari.

 

Saya juga menggelar Kongres Bhinneka Tunggal Ika di Makassar,

 (Ventje Samual)

 

 

2 Maret 1957

 

 Pada tanggal 2 Maret 1957 di Manado diumumkan “Piagam Perjoangan Semesta

(PERMESTA)” oleh Letnan Kolonel Ventje  Sumual, menentang pemerintah Pusat.

(ventje Samual)

 

Silahkan lihat info yang lengkap di  CD-Rom Dr Iwan

 Koleksi sejarah Permesta

 

 

 

12 Maret 1957

 

 

 

Foto IPPHOS Penjelasan  mengenai berlakunya  SOB kepada wartawan di Palembang 12 Maret 1957

 

(Nugroho Notosutanto)

 

 

21 Maret 1957

 

Sepanjang tahun 1957, koran komunis dan pers nasional seperti Harian Rakyat dan Bintang Timur melansir pemberitaan buruk tentang Sumitro. Ia dituduh melakukan korupsi besar-besaran.

Pada 23 Maret 1957 Sumitro dipanggil Corps Polisi Militer (CPM) Bandung. Tapi pemeriksa menyatakan, tidak ada alasan untuk menahan Sumitro. Panggilan kedua oleh CPM terjadi pada tanggal 6 – 7 Mei 1957. Kemudian 8 Mei 1957, ia dipanggil lagi.

Sumitro semakin tertekan oleh serangan koran prokomunis dan merasa hendak ditangkap. Atas prinsip “pengabdian dan perlawanan” ia memilih melawan rezim Soekarno yang dianggap terlalu dekat dengan golongan komunis dan mengabaikan pembangunan daerah.(iluni)

 

 

April 1957

 

Pada April 1957, Roeslan Abdul Gani dinyatakan terbukti bersalah karena menerima suap dan melanggar aturan (Ulf Sundhausen, Politik Militer Indonesia 1945-1967, 1986 : 177). Penangkapan itu lantas mendapat dukungan luas dari korps perwira TNI-AD.

Namun, perseteruan Zulkifli dan Nasution berlanjut. Ada kelompok perwira senior yang tergolong menentang pimpinan AD.

 Mereka adalah Kolonel Simbolon, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel A.E. Kawilarang, Letkol Warouw, dan Letkol Sumual.

(mustprast web blog)

Permasalahan ketimpangan Pusat – Daerah menuai protes sejumlah perwira di Sumatera dan terbentuklah Dewan Gajah di Sumatera Utara Dewan Banteng di Sumatera Tengah serta Dewan Garuda di Sumatera Bagian Selatan. Tahap awal yang terjadi adalah Dewan Garuda melatih kedisiplinan untuk membantu pembangunan dengan anggota pemuda dari PSI, MASYUMI dan sebagian dari mliter.

Gerakan ini ternyata tercium oleh MBAD atas laporan dari Lettu Sainan Sagiman yang kelanjutanya adalah pada April 1957 Asisten I MBAD Letkol. Achmad Sukendro mengeluarkan perintah kepada Komandan Resimen V Mayor Djuhartono untuk menangkap perwira TT. II/SRIWIJAYA termasuk Panglimanya Letkol Burlian

(KODAM Sriwjaya web blog)

26 April 1957

 

 

Foto IPPHOS

Rapat seluruh Penguasa Militer, Gubernur, Pemerintah Pusat  di Istana Negara, 26 April 1957(Nugroho Notosutanto)

 

 

 

 

 

 

27 April 1957

 

 

Pidato Let Kol Ahmad Husein

Pada Rapat Penguasa militer Pusat Di Istana Negara Jakarta

 

Yang terhormat Ketua Sidang

 

Saudara-saudara para rekan serta hadirin yang terhormat.

Saya merasa berbahagia atas kesempatan yang diberikan oleh ketua Sidang pada Rapat Penguasa Militer seluruh Indonesia pada saat ini.

Untuk mengucapkan satu dan lain hal dimuka para hadirin yang terhormat , yang dihadiri oleh tokoh-tokoh yang bertanggung jawab atas keselamatan Negara di masa sekarang dan dimasa yang akan dating  yang mana oleh karena keadaan , sampai drewasa ini belum pernah dapat dilaksanakan, dan atas pemberian kesempatan ini saya menyatakan penghargaan serta mengaturkan terima kasih yang tidak terhingga.

 

Izinkanlah saya menyampaikan pernyataan “ maaf saya” dan rombongan, terutama kepada Ketua Rapat dan selanjutnya kepada hadirin yang terhormat, atas terlambatnya kami dating menghadiri rapat ini, hal mana yang menyebabkan terlambat itu telah kami sampaikan kepada KSAD.

 

 

 

 

Saudara Ketua dan hadirin yang terhormat,

Saya tidak berani menyatakan bahwa persoalan-persoalan  yang akan saya k3emukakan pada hadirin akan cukup menarik perhatian para rekan dan hairin yang terhormat, tetapi sungguhnya demikian perkenankanlah saya  dari sini mengemukakan beberapa persolan yang menurut anngapan kami adalah berfaedah sekali untuk ditinjau dan dipahami agara hasild an maksud rapat ini dapat kita peroleh  menurut proporsi yang sewajarnya.

Setelah kami mempelajari acara rapat yang disampaikan kepada kami, timbullah rasa kegembiraan di hati kami , karena rapat ini akan membahas persoalan-persoalan otonomi, ekonomi, keuangan dan keamanan daerah secara teknis, yang akan diekmukakan kelak dalam seksi-seksi yang akan dibentuk untuk memendekkan waktu, tetapi sayang rasa kegembiraan ini segera berkurang , setelah kami perhatiakan bahwa rapat sekarang ini tidak membicarakan soal-soal pokok dari sebab musabab timbulnya pergolakaan di daerah-daerah yang didorong oleh semangat rakyat yang bergejolak , menghendaki perubahan-perubahan radikal dalam taraf pimpinan nasional dan perubahan dari mismajemen yang bersimarajalela dalam segala lapanga.

Ketua siding yang terhormat

Semenjak meletusnya Peristiwa Dewan Banteng pada tanggal 20 Desember 1956, bayaklah hal-hal yang telah terjadi yang pasti menimbulkan pertanyaan : apakah yang sebenarnya menjadi latar belakang dan sebab musabab daris egala rentetan kejadian-kejadian yang dinamakan gerakan daerah tersebut.

Sebagai seorang petugas Negara dan sebagai TNI sejati yang ingin betanggung jawab bersama masyarakat dalam rangka usaha untuk menyelamatkan Nusa dan Bangsa, kami tidak dapat mengesampingkan fakta-fakta , yang tumbuh dan hidup disekeliling kami.

Kami merasa  berkewajiban  untuk menguraikan secara ringkas dan umum apa yang dinamakan sebab musabab gerakan daerah yang tersebut tadi, sehingga jelas b agi kita kedudukan dan tujuan dari pada gerakan daerah itu dan seterusnya terserahlah bagi yang bertanggung jawab untuk memahami.

Yang menjadi latar belakang dari gerakan daerah adalah pada pokoknya bersumber pada pengalaman pahit selama sebelas tahun sampai saat ini dalam melaksanakan apa yang dinamakan “ demokrasi “.

 

 

Penyalahgunaan demokrasi yang telah meningkat kepada politieke verwording dan verwording van het partijwezen (degenerasi dan degenerasi dari Partai)

yang memang diberi kesempatan bertumbuh dan berkembang oleh system-sistem sentralisme yang sudah kita pakai sampai saat ini.

 

Tidak dapat disangkal kiranya , bahwa system sentralisme mengakibatkan birokrasi yang tidak sehata, stagnasi dalam segala lapangan  terutama dalam lapangan pembangunan daerah, sehingga mengakibatkan seakan-akan seluruh rakyat menjadi apatis dan kehilangan inisiatif, apalagi adanya unsur-unsur dan golongan-golongan yang tidak bertangungg jawab yang hendak memaksakaan kemauan mereka yang tidak sesuai dengan alam pikiran rakyat Indonesia yang demokratis dan bersendikan Ke-Tuahanan.

 

Keadaan yang seperfti itulah pada umumnya menjadi latar belakang dan sebab musabab dari tumbuhnya gerakan daerah di Sumatera tengah dan daerah-daerah lain.

Jelaslah bahwa perjuangan atau Gerakan-Gerakan di daerah-daerah tersebut justru bersumber kepada tujuan yang suci kearah pembinaan suatu masyarakat yang adil,makmur dan  berwtaak seperti berbahagia, dibawah pemerintah oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat., dimana terkandung unsure-unsur persamaan dalam lapangan ekonomi, social dan kebudayaan.

 

Ketua siding yang terhormat,

Pada tempatnya kiranya, Pimpinan Negara berteriama kasih kepada Gerakan Rakyat di Daerah-Daerah , yang ingin mencegah pembelokan cicta-cita Proklamasi 1945, yang disebabkan oleh usaha yang tidak jujur dari pemimpin-pemimpin yang berkuasa diwaktu-waktu yang lalu, tapi alangkah kecewanya kami mendengar reaksi-reaksi dari beberapa  pemimpin dan Golongan di Ibu Kota ini, sekan-akan Gerakan-Gerakan yang timbul didaerah itu adalah suatu kesalahan yang besar, dan kami menolak dengan keras dan tegas segala provokasi dan propaganda palsu yang dilancarkan oeh siapapun, yang mencap perjuangan suci rakyat didaerah-daerah  untuk mempertahankan  Republik Indonesia sebagai dicita-citakan oleh Proklamasi 1945, sebagai gerakan saparatisme, sukuisme, agen imperialism, dan lain-lain nama, yang hanya hati yang jahat dapat memikirkannya dan mulut yang kotor dapat mengucapkannya.

 

 

 

 

Puncak kesabaran rakyat di daerah-daerah hamper mencapai puncaknya mendengar fitnahan dan tuduhan durhaka dari golongan-golongan demikian itu yang mencap perjuangan dan keinginan luhur dari rakyat sebagai pengkhianatan terhadap Proklamasi 1945.

Apabila kita boleh berkata tentang pengkhianatan, maka sejarahlah yang telah dan akan menentukannya, tetapi yang pasti pada masa yang silam Daerahlah yang telah menyelamatkan kelanjutan hidup Pemerintah Negara Republik Indonesia yang ada sekarang ini , dengan diselamatkannya Pemerintah Darurat Republik Indonesia pada waktu masa  Revolusi tengah bergejolak.

 

Jauh berbeda dengan orang-orang yang siang-siang telh menaikkan Bendera merah Putih karena tidak mempunyi kesanggupan untuk melanjutkan perjuangan yang maha berat itu.

 

Ketua Sidang yang terhormat

Kami merasa kasihan bahwa masih ada orang, pemimpin  dan go.longan dalam masyarakat Indonesia  ini, yang belum sanggup mengerti, bahwa perjuangan di daerah-daerah justru bersumber pada kesetiaan terhadap cita-cita proklamasi yang sedang terbengkalai dan terinjak-injak itu.

 

Bagi mereka itu rupanya sulit dapat menginsjafi bahwa perjuangan daerah-daerah ditujukan dengan sadar dan penuh rasa tanggung jawab kepada kebahagiaan dan Kemakmuran yang merata bagi Rakyat Semesta di Tumpah darah Indonesia yang kita cintai ini.

Adalah menjadi keyakinan Rakyat di daerah-daerah bahwa kegiatan yang dinamis did aerah-daerah itu adalah reaksi terhadap kebobrokan Kehidupan Negara dan Kehidupan Politik di Negara kita ini, yang harus dikoreksi dengan jiwa dan cara radikal, dinamis dan revolusioner.

 

Ketua Sidang yang terhormat

Adalah suatu kejadian yang logis, bahwa tenaga-tenaga yang revolusioner dalam masyarakat telah bangkit serentak dengan tenaga-tenaga dalam TNI , apabila kita mau melayangkan pandangan kita kembali kepada sejarah pertumbuhan dan sejarah Perjuanagn TNI serta masyarakat kita.

Unsur yang dua sejoli ini tidak dapat dipisahkan  dalam meninjau , mempelajari dan menilai Pergolakan di daerah-daerah sekarang.

Pikiran-pikiran yang menyatakan :” You are not human being, but only a soldier” adalah perkataan yang tidak tepat dan sangat tidak sesuai sekali dengan prinzip yang sebeanrnya.

 

Harus kianya dapat diinsjafi bahwa Landasan Perjuangan di daerah-daerah adalah tetap Proklamasi 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sedangkan tuntutan  serta program Perjuangan di daerah baik dalam taraf Nasional maupun Taraf Regional adalah ditujukan kepada realisasi  yang adil dan luhur dari Bhinneka Tunggal ika.

Justru karena itulah salah satu tuntutan dari pada daerah-daerah yang berjalan sejajar dengan keinginan –keinginan TNI ditujukan kepada utuhnya kembali Dwitunggal Sukarno-Hatta.

 

Menurut pertumbuhan waktunya  walaupun bagaimana bentuknya, guna dapat memelihara Landasan yang kuat dari Persatuan dan Perdamaian Nasional agar tercapai dan terpelihara Stabilitas dalam segala Lapangan , yang menjadi syarat mutlak bagi pembangunan Negara dalam arti yang seluas-luasnya in woord in daad.

 

Demikian pun mengenai tuntutan lain , yang menjadi jaminan pokok bagi Pembangunan yang dicita-citakan oleh Gerakan Daerah , yaitu menitik-beratkan Usaha Negara pada Pembangunan Daerah dalam segala lapangan, dengan segala jaminannya dalam rangka Kenegaraan dan Sistem Pemerintahan, memakai bentuk Negara yang tetap Berbentuk Negara Kesatuan yang bersifat desentralistis anatranya memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah-Daerah sesuai dengan jiwa Bhinneka Tunggal Ika,

 

serta dengan financiele verhoudingen yang layak dan adil, memakai system dan dua-kamar dalam DPR Pusat.

 

Sewajarnyalah bahwa dalam masa Peralihan adanya Dewan Nasional yang bersifat Pra-Senaat ( Perwakilan Daerah Yang Ditunjuk Oleh Daerah sendiri) sementara menunggu terbentuknya Senaat yang sebenarnya.

 

Disamping itu seharusnyalah diutamakan pengisian (besetting) dari controle –organen (organ Pengawas) termasuk Markas Besar Angkatan-Angkatan  dengan orang-orang yang ahli, jujur, dinamis, serta berwataksehingga terhindar adanya klik-klikan dan birokrasi yang tidak sehat serta inmoralitas.

 

Ketua Sidang uang terhormat

Adalah sangat bertentangan dengan cita-cita dan kepentinagn-kepentinagn Rakyat Indonesia yang hidup sekarang da generasi yang akan dating , apabila reaksi daerah terhadap kebobrokan seperti yang diuaraikan tadi disambut oleh sementara Golongan Instansi-instansi yang sedang Berwenang katanya di Ibu Kota dengan suatu Reaksi untuk memadamkan c.q. meniadakkan Pergolakan di daerah-daerah itu dengan mempergunakan kekerasan berupa apapu juga. Apabila hal yang demikian terjadi maka lahirlah Tragedi Nasional yag mungkin akan membawa maut bagi Negara kita.

Baiklah kita sadari benar-benar bahaya kemungkinan yang terkutuk itu  dan berusaha menghindarinya. Marilah kita pertimbangkan tuntutan-tuntutan Daerah itu dengan tenang dan dengan jiwa yang besar, lepas dari nafsu ingin berkuasa sendiri.

 

 

 

 

Ketua Sidang yag terhormat

Adalah kewjiban yang utama daris emua Pemimpin kita baik yang di Pusat maupun yang di Daerah untuk kanaliseer hasrat-hasrat Rakyat ini menurut semestinya dan akan sangat berbahayalah apabila tidak diacuhkan dan diindahkan.

Adalah menjadi kenyataan sekarang akibat dari segala persoalan-persoalan tersebut, timbullah keinginan untuk mencari penyelesaiaan yang konkret , baikpun datangnya dari Pusat maupun suara-suara dari daerah.

Tetapi yang mengelikan sekali segala keinginan itu yang seharusnya disampingkan dan dijadikan bahan untuk menentukan sikap  selanjutnya tidka dilaksanakan, melainkan mengambil  suatu tindakan penyelesaiaan yang dipaksakan menurut keinginan sendiri dengan tidak mengindahkan sma sekali keinginan-keinginan yang jujur dari pihak lain, dengan menonnjolkan semboyan yang hebat dan menarik yaitu Kebijaksanaan, tegas dan cepat, yang sebenarnya adalah kekeliruan, kesalahan dan keserampangan belaka.

 

Ketua Sidang yang terhormat

Mengenai SOB , berhubung antara Pengumuman SOB dengan Kejadian-kejadian di daerah-daerah jelas maka sebuah pertanyaan apakah SOB itu dimaksud untuk membentug cq memadamkan Perjuanagn Rakyat di Daerah,Dus sebagai Senjata Politik. Kalau itu betul maka jelas kita tidak dapat menyetujui maksud-maksud serupa itu.

 

Apabila SOB diadakan untuk memerangi korupsi dan untuk mencegah anasir-anasir yang ingin menangguk di air Keruh, maka kalau boleh dikatakan kita setuju tidak seratus persen melainkan seribu persen. Hal yang demikian lebih cocok dengan maksud dan tujuan SOB sebagai Undang-Undang dalam alam Kemerdekaan kita.

Kita juga sangat setuju untuk mempergunakan SOB  itu dipergunakan oleh Pwnguasa-Penguasa Militer untuk Pembangunan dan dalam pengertian ini sudah termasuk umpamanya Pengerahan Tenaga rakyat,Pembatasan Hak Mogok untuk mempertinggi Produksi dan Pembrantasan Penyalahgunaan da lain-lain.

 

Kita juga sangat setuju untuk mengunakan SOB dlam arti meneliti dan mengawasi jalannya Pemerintahan Sipil serta Jawatan Sipil untuk melancarkan Jalannya Roda Pemerintahan.

Tegasnya janganlah kita pergunakan SOB sebagai momok terhadap Rakyat dan janganlah SOB dipergunakan sebagai Senjata Politik untuk menghancurkan sesuatu Golongan dalam Masyarakat, sebab pasti akan menimbulkan Ketagnagan-Ketegangan cq Permusuhan-Permusuhan yang akan merember-rembet dan sulit diselesaikan.

 

Tentang soal lain seperti finaciel otonomi,Pembangunan Daerah dan sebagainya akan diamsukkan nati ke dalam seksi-seksi yang akan dibentuk untuk ini sesuai dengan apa yang diterangkan oleh Ketua pada pembukaan siding.

Sekian dan terima kasih.

 

(sumber  buku PRRI Permesta Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis ,R.Z.Leirissa,Jakarta,  1991)

 

 

 

Mei 1957.

 Wakil dari semua kabupaten di empat provinsi Indonesia Timur hadir sekaligus menyatakan dukungan kepada Permesta. Belakangan, Nasution dan Ahmad Yani setuju dengan konsep itu.

 

 Sekitar Mei 1957, saat berkunjung ke Makassar, Nasution menyatakan sepakat dengan isi Permesta.

(Ventje Samual)

 

 

Pada Mei 1957 ia ke Sumatra, bertemu

 

 

 

Letkol Barlian

 

dan Mayor Nawawi di Palembang. Ia sempat menyamar sebagai Letnan Dua Rasyidin

 

 

 

 Pada 13 Mei 1957, ia tiba di Padang, bertemu Panglima Divisi Banteng,

 

 

 

 

 

Letkol Achmad Husein.

Malamnya Sumitro menuju Pekanbaru, menemui Kapten Yusuf Baron. (iluni)

Dari Jakarta, Sjahrir menugaskan Djoeir Moehamad dan Djohan Sjahruzah menghubungi dewan-dewan militer di daerah. Sekaligus menghubungi Sumitro Djojohadikusumo.

 

Mereka “mengejar” Sumitro hingga ke Padang. Tapi Sumitro keburu ke Pekanbaru, kemudian ke Bengkalis, sempat menyamar jadi kelasi kapal menuju Singapura.

 “Ia ternyata menempuh jalan sendiri dan diumumkan menjadi salah seorang menteri PRRI,” tulis Djoeir dalam bukunya, Memoar Seorang Sosialis (1997, hlm 268)

 

1 Juni 1957

 

 

Andi Matalatta dilantik oleh KASAD May.Jendral A.H. Nasution sebagai Panglima Komando Daerah Militer  Sulawesi selatan dan tengara (KDMSST) pertama tanggal 1 juni 1957

 

Juli 1957

Saya mengikuti Ujian Negara pertama Sekolah Rakyat(saat ini SD sekolah dasar) untuk mata pelajaran Menulis, Berhitung dan Bahasa Indonesia di sekolah lain dibelakan Rumah sakit tentara Padang,saya diantar orang tua, dan akhirnya saya LULUS.

(Dr Iwan)

 

 

 

 

Di dalam bulan Agustus 1957

rumah Kol. Dahlan Jambek di granat, tetapi tidak menimbulkan korban. Akibatnya Kol. Dahlan Jambak dan keluarganya hijrah ke Padang.

Sejak itu Kol.Dahlan Jambek bersama dengan Yazid Abidin menggiatkan kampanye anti komunis di Sumatera Tengah.

Di Padang dibentuk Gerakan Bersama Anti Komunis (Gebak) yang dipimpin langsung oleh Kol Dahlan Jambek bersama Yazid Abidin.

Gerakan anti komunis di Sumatera Tengah itu secara tidak disadari atau mungkin memang disengaja untuk menarik bantuan dari Amerika Serikat, karena sejak tahun 1953, tiga tahun sebelum Dewan Banteng, Amerika telah memperhatikan perkembangan Komunisme di Indonesia.

(kedaikopi web blog)

 

8 September 1957

 

Pertemuan Palembang

 

Di Sumatra Selatan Dewan Garuda menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan tokoh-tokoh militer di wilayah tersebut. Ini berlangsung menjelang Musyawarah Nasional September 1957 dan melahirkan Piagam Palembang sebagai dasar perjuangan bersama dari daerah-daerah bergolak.

 

 Namun sebenarnya dalam tubuh Dewan garuda terjadi keretakan. Dewan Garuda bersifat mendua. Ini disebabkan tokoh-tokoh militer masih berhubungan dengan kasad sehingga segala perkembangan Dewan garuda Dapat diketahui oleh pemerintah pusat di Jakarta. Tetapi dilain fihak Dewan Garuda juga memihak pada dewan Banteng. Keretakan ini juga mengakibatkan pada saat konflik bersenjata antara PRRI dengan pemerintash pusat Dewan Garuda memihak pada pemerintah Pusat

 

 

(kolektorsejarah web blog.)

 

 

 

 

 

 

Info terkait

 

pada pertemuan Palembang yang diadakan pada tanggal 8 September 1957, para pemimpin daerah yang bergolak ini dengan berani menuntut pembubaran Partai Komunis Indonesia.

Dalam pertemuan ini diambil kesepakatan untuk membantuk suatu “Dewan Perjuangan” yang akan mengakomodir segala dewan-dewan yang ada.

Adapun dalam pertemuan ini dihasilkan beberapa keputusan yang dikenal dengan nama Piagam Palembang. Isinya antara lain:

  1. 1.      Memulihkan Dwi-Tunggal Soekarno-Hatta
  2. 2.      Penggantian pimpinan Angkatan Darat
  3. 3.      Pembentukan senat di samping DPR yang akan mewakili daerah-daerah.
  4. 4.      Melaksanakan otonomi daerah.
  5. 5.          Melarang Komunisme di Indonesia.

Pertemuan ini diadakan dua hari sebelum Munas yang telah direncanakan di Jakarta.

Diharapkan Munas ini dapat meredekan ketegengan antara pusat dan daerah.

(oetoesan melajoe)

 

8 September, 1957

 

Pada 8 September, 1957 saya bertemu dengan Letkol Ahmad Husein dan Letkol Barlian di Palembang.Hasilnya, lahir enam pasal tuntutan yang kami bawa ke Munas.

 

 Di antaranya, pemulihan kembali dwitunggal Soekarno-Hatta, penggantian pimpinan TNI-AD (terutama Nasution), desentralisasi dengan otonomi luas bagi daerah, pembentukan senat, penyederhanaan aparatur negara, dan pelarangan komunisme.

 

Namun Jakarta ternyata hanya mengagendakan tiga masalah: pemulihan kembali dwitunggal, pelaksanaan pembangunan nasional, dan perubahan pimpinan Angkatan Darat. Soal komunis tidak dibahas.

 

Para perwira yang “bermasalah” juga tidak diundang. Hasilnya, dwitunggal setuju dipulihkan kembali.

 

Pada saat penutupan Munas, Soekarno berjanji akan segera berbaikan dengan Hatta.

 

Sedangkan urusan keretakan pimpinan AD dibahas tim tujuh yang diketuai Soekarno sendiri.

 

 Anggotanya enam orang: Hatta, Djuanda, Wakil Perdana Menteri Leimena, Sultan Hemengku Buwono IX, Aziz Saleh, dan Nasution. Sewaktu tim itu diumumkan, kami protes.

 

Kami bilang, Nasution itu terlibat masalah, kenapa masuk.

 

Dalam rapat terjadi perdebatan sengit antara Nasution dan saya tentang legalitas dan disiplin militer, hingga akhirnya saya menggebrak meja dan keluar ruangan.

 

Munas rencananya akan dilanjutkan dengan Musyawarah Pembangunan pada akhir November.(Ventje Samual)

 

 

 

 

 

 

 

PIAGAM PERSETUJUAN PALEMBANG

 

 

Z.Lubis

 dan komplotannya ketika sedang bersiap sedia untuk melaksanakan rencana mereka, digempur oleh adanya Kabinet Djaunda  untuk melangsungkan Musyawarah Nasional di Jakarta guna mencari jalan keluar mengatasi kesulitan-kesulitan Negara.

Maka mereka mengadakan pertemuan untuk menghadapi Musyawarah Nasional tersebut.

Pertemuan itu tidak hanya dilangsungkan sekali  melainkan beberapa kali  dan menghasilkan Persetujuan Palembang yang bunyinya sebagai berikut:

 

Kami Yang bertanda tangan dibawah ini :

1.Let.Kol. Ahamd Husein

2.Lektok H.N.V.Samual

3.Let.Kol Barlian

 Masing-maaing pemimpin daerah yang bergolak, setlah mengadakan perundingan yang mendalam mulai tanggal 012030- sampai 080100 september 1957 bertempat di Staf Kwartier Palembang mengambil keputusan bersama sebagai berikut:

 

1.Tentang Musyawarah Nasional

a.Kami belum mempunyai keyakinan melihat kenyataan-kenyataan  yang berlaku, bahwa Musyawarah Nasional  tanggal 10 September yang akan datang  ini  akan menghasilkan penyelesaian  Nasional.

b.Demi  untuk mengharapkan tiap-tiap usaha kearah Musyawarah ,maka kami mengambil ketetapan untuk memerlukan hadir.

c.Kehadiran kami itu adalah  dengan tujuan sekurang-kurangnya  dapat memperjuangkan tercapainya Musyawarah  Nasional yang sebenarnya.

 

2.Pokok-pokok Tuntutan

a.Menuntut segera dipulihkan nya DWI TUNGGAL  dalam rangka Pimpinan Negara dan Bangsa  dan jika ini tidak mungkin harus mengambil jalan yang tegas.

b.Negara menganti Pimpinanan Angkatan Darat sebagai langkah Pertama  terhadap stabilitas Tentara Nasional Indonesia yang akan menjadi landasan mutlak bagi stabilitas Negara.

c.Dilaksanakannya Desentralisasi dalam Sistem Pemerintahan Negara yang antaranya meliputi antaranya memberi otonomi yang lebih luags bagi Daerah dan Reoranisasi dalam organ-organ Sentral bagi Pusat.

d.Pembentukan Senaat

e.Peremajaan dan Penyederhanaan seluruh  Lapangan dan Angkatan.

f.Dilarang Komunisme yang pada dasarnya berpusat Internasional.

 

3.Koordinasi Perjuangan

a.Solider-konsekwen mengutuk dan menentang segala Jalan Kekerasan fisik maupun administrasi yang mungkin diambil  oleh Pusat terhadap sesuatu Daerah  Pengikut.

b.Mengadakan Koordinasi/Kerjasama Militer dan Finec. Radio.

c. Mengadakan langkah-langkah untuk mempersiapkan perwujudan Komando Sumatra.

 4.Selesai

 

Palembang 081415 September ‘57

 

Ttd                                                                                                      Ttd

Barlian                                                                                      Ahmad Husein

Let.Kol.                                                                                         Let.kol.

Ttd

H.N.V.Samual

Let.kol.

 

 

 

 

(Sekts Massa Des.1958,koleksi Dr iwan)

 

 

9-14 September 1957

Untuk menghindari perpecahan  Nasional serta untuk menyelesaikan pertentangan  antara daerah-daerah yang bergolak dengan  pemerintah secara damai, maka pada tanggal 9 dampi 14 September 1957 di Jakarta diadakan  Musyawarah Nasional (MUNAS)  yang dihadiri oleh seluruh Pimpinan Daerah ,Tokoh – Tokoh Politik dan Militer dari seluruh Indonesia untuk menyelesaikan maslah yang timbul secara Musyawarah.

(Ahmad Yani)

 

Pertengahan September 1957,

 

 

 

Soekarno dan Kabinet Perdana Menteri Djuanda menggelar Musyawarah Nasional (Munas).

 

Sebenarnya ini tawaran kompromi pemerintah atas tuntutan daerah.

 

 

Terlihat sekali Soekarno ingin melakukan rekonsiliasi.

 

Ia bahkan melepaskan 41 anggota Dewan Banteng dan Garuda yang ditahan.

 

Agenda Jakarta ini membuat kami merapat.

(Ventje Samual)

 

 

10-15 September 1957

Munas diadakan selama lima hari yakni dari tanggal 10-15 September 1957, tuntutan Dewan Perjuangan yang termaktup dalam Piagam Palembang disetujui, kecuali point nomor lima.

Dari tuntutan-tuntutan yang dilontarkan oleh pimpinan di daerah dapat kita tarik kesimpulan, gerangan apa yang menyebabkan mereka memberontak?

Tak lain dan tak bukan ialah: Komunisme, dimana Soekarno lebih dekat dengan PKI.

hubungan pusat dan daerah dimana pola pemerintahan lebih mengarah kepada Sentralistis. Dan pecahnya Dwi Tunggal, dimana terpetik kabar bahwa Hatta hendak mengundurkan diri dari jabatan Wapres.

Kita juga tidak memungkiri akan keterlibatan kekuatan asing dalam pergolakan ini. Karena walau bagaimanapun juga, dalam tatanan yang lebih besar sedang terjadi ketegangan antara Blok Timur (Komunis) dan Blok Barat (Kapitalis). Dan masing-masing kekuatan berkeinginan untuk menananmkan pengaruh di sebanyak mungkin negara yang berhasil dikuasai oleh ideologi mereka.

(Oetoesan Melajoe)

 

 

Dalam menghadiri Musyawarah Nasional tersebut ketiga sekutu Palembang  tersebut dalam menghadapi masalah Dwi Tunggal  mempunyai bekal berjuang yang isinya sebagai bewrikut :

 

Secara positif harus diperjuangkan

1.Bung Karno sebagai Presidendna Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden

2. Bung karno sebagai Presiden dan Bung Hatta sebagai Perdana Menteri suatu zaken cabinet

3. Dibentuk suatu Presidentiel Kaninet dengan Bung Karno sebagai Presiden sebagai Perdana menteri  satu dan Bung Hatta sebagai perdana menteri kedua dengan berpatokan satu program Nasional dimanamaaing-masing mempunya lapangan tugas Pertanggung Jawab yang penuh : Bung Karno bidang politis dan Bung Hatta bidang ekonomi

 

Yang Nagatif Harus diperjungkan ialah:

  1. 1.       Kedua tokoh nasional itu berhenti sama sekali dan atau diadakan Pemlihan Presiden baru atau dibentuk suatu Presidium.

 

Berhubung gagalnya perjuangan mereka dalam Musyawarah Nasional , maka mereka menyusun siasat baru.

 

Ketiga tokoh Militer petualang tersebut , Ahmad Hussein, Samual dan Barlian  mengadakan Pertemuan lagi  dan menentukan  siasat baru dengan dasar Piagam Palembang.

Pertemuan itu tersebut resminya hanya diantara ketiga petulang tersebut , tetapi didukung oleh Z.Lubis sebagai “ dalqang” denga actor intelektualis Natsir.

Adapun wujud dari siasat baru itu  rencana Perjaunagn baru yang menuju proklamasi PRRRI adalah sebagai berikut

 

 

MENETAPKAN DASAR,PEDOMAN DAN PROGRAM BERSAMA  DARI PERJUANGAN DAERAH YANG BERGOLAK

I.DASAR-DASAR PERJUANGAN

Dalam menuju  cita-cita Perjuangan Daerah Yang Bergolak maka Piagam Persetujuan Palembang tetap dijadikan Dasar yang memuat antara lain :

 

1.Justru karena kenyataan menunjukkan bahwa realisasi dari pemulihan  keutuhan Dwi Tunggal  tidak mungkin lagi dilaksanakan sebagaimana yang diinginkan Daerah-Daerah yang Bergolak maka sesuai dengan Piagam Perjuangan Palembang punt 2a, mulai dari saat ini Mengambil Jalan Yang Tegas yaitu:

a.Melaporkan dan Meniadakan “Mythos Dwi Tunggal”

b.Memperjuangkan terlaksananya Pemilihan Presiden RI Yang baru.

 

2.Tetap memperjuangkan terbentuknya suatu Senaat yang merupakan suatu Instiut Perwakilan Daerah.

 

3.Tetap menghendaki pelaksanaan Pengantian Pimpinan Angkatan Darat (KSAD dan SUAD) yang sekarang.

 

4.Berpendirian secara mutlak bahwa kejelasan soal Angkatan Darat terus dilaksanakan dengan Musyawarah yang lebih luas .dimana Permasalah semua Tokoh-Tokoh Angkatan Darat yang terlibat dalam Pergolakan daerah-Daerah.

 

5.Menganggap mutlak adanya suatu Panitia atau Dewan ( Super-Team) yang akan menampung dan memecahkan persoalan-persoaln yaitu Persoalan-Persoalan Politik yang Pokok, persoalan-persoalan Militer yang pokok yang sampai sekarang tidak ada penyelesaiannya sebagai yang diinginkan oleh Daerah-Daerah Yang Bergolak.

Panitia atau Deawan(Super-team ) tersebut haruslah merupakan Forum Tertinggi dalam rangka Kenegaraan dalam masa Peralihan.

 

6.Menegaskan harus ada Larangan terhadap Komunisme yang ada Hakekatnya bersifat anti Ketuhanan , anti kebangsaan, bersifat Diktatur, Internasional dan Subversif ,pendeknya berrtentangan dengan Ideologi Negara (Pancasila).

 

7.Tetap menganggap  mutlak terlaksananya Peremajaan ,Penyederhanaan, dalam segala Angkatan dan Lapangan.

 

8.Tetap menganggap mutlak adanya desentralisai dan dekonsentrasi dalam system Pemerintahan  yang anatarnya meliputi otonomi yang seluas-luasnya bagi Daerah-Daerah serta Reorganisasi dalam oragn-oran sentral dari Pusat

 

 

 

II.PEDOMAN PERJUANGAN

 

1.Menyusun Seluruh  Kekuatan dalam segala Bidang dan Tingkatan  untuk menjamin terlaksananya  dari semua Dasar-Dasar Perjuangan tersebut diatas.

 

2.Selama masih bercokolnya PKI di Pusat (Pulau Jawa) selama itu pula Pusat tak dapat diakui sebagai Pusat  dari Negara R.I. dan untuk menampung hal-hal  tersebut haruslah semenjak sekarang dimulai usaha kearah pembentukan suatu Pemerintah Pusat Darurat  Republik Indonesia yang berkedudukan diluar pulau Jawa (Sandaran Piagan Jakarta 22 Juni 1945)

 

3.Dari pada hidup dibawah Penjajahan Komunis ,lebih baik hancur dalam mempertahankan Perjuangan Dearah dalam rangka Menegakan  Negara ( Ketuahan Yang Maha Esa,Kebangsaan) menuju Pembinaan Indonesia Baru.

 

 

III.PROGRAM PERJUANGAN

 

1.Bidang Politik

a.Dalam rangka Kewaspadaan Nasional membentuk dengan segera dan seluas mungkin suatu Front Anti Komunis untuk membasmi bahaya nasional, dan menyelamatkan Peri Kehidupan Bangsa Indonesia sebagai Bangsa Yang Hidup berTuhan ,biasa hidup damai dan demokrasi.

b.Menciptakan Undang-Undang KePartaian, yang akan menyehatkan hidup Kepartaiaan dan menghindarkan Ekses(exes-partijverwording)

c.Tetap meluaskan dan meyakinkan seluruh daerah dan Golongan akan cita-cita Indonesia baru sebagai penyempurnaan bentuk dan isi  dari cita-cita Proklamasi 17 agustus 1945.

d.Mempergunakan segala bentuk alat komunikasi dalam rangka member Pengertian dan Keyakinan tentang Cita-Cita Indonesia Baru tersebut.

e.Segera mulai persiapan membentuk suatu Pemerintahan Pusat Darurat R.I. yang berkedudukan diluar Pulau Jawa.

 

2.Bidang Militer

a.Segera merealisir Komando Bersama  yang akan menyusun Strategi bersama dalam bentuk Komando Antar daerah sedapat-dapatnya didahului pembentukan Komando Sumatra yang diprcayakan kepada Kol.Simbolon cs.

b.Memakai dasar”Collective Defense” dengan tetap solider,konsekwen, mengutuk dan menentang segela kekerasan fisik maupun administratif yang mungkin diambil oleh Pusat terhadsp daerah Pengikut .

 

 

Dengan demikian apabila tindakan administrative dan Militer/operatif, maupun fiansial ekonomi yang dianggap merugikan Perjuangan Daerah yang Bergolak, maka serentak seluruh Daerah yang menyokong Piagam Perjuahngan Palembang mengadakan Reaksi sebagai Tindakan Balasan.

c.Memperhatikan keperluakan akan adanya suatu ALRI dengan suatu AURI dalam rangka suatu Komando Bersama.

d.Memperhatiak akan adanya “Operation Special”

e.Membentuk Panitia Teknis Antar Daerah untuk segera mewujudkan hubungan Telekomunikasi.

 

3.Bidang Finec.

Dalangan Ekonomi Kuangan, mempertinggi potensi daerah dengan memperhitungkan Putusnya hubungan PUSAT-DAERAH pada suatu waktu.

Membentuk suatau Kerjasama menuju kesatuan Pimpinan secara intergral dalam lapangan FINEC antara daerah-daerah.

 

Demikianlah kami menetapkan bersama

DASAR,PEDOMAN DAN PROGRAM BERSAMA DARI PERJUANGAN DAERAH”(D-P2PB)

Dengan penuh kesadaran Keinsjafan serta rasa tangung jawab terhadap

 

cita-cita murni dalam menyelamatkan Negara dan Bangsa Indonesia menuju kearah Indonesia baru.

 

Ditetapkan Dikota Perjuangan

Pada tanggal 5 Oktober 1957

Pada Jam 24.00 GMT

Pimpinan-Pimpina Dewrah Bergolak

 

Barlian

Let.Kol. NRP 13574

 

Ahmad Hussein

Let.Kol. NRP

 

H.N.V. Samual

Let.Kol. NRP 15958

Dari dasar ,pedoman dan program bersama inilah lahirnya Pemberontakn dengan dikobarkan dan di”nasehati”  oleh Petualang Politik yang gagal serta didudukung gerakan Subversif Asing yang menjanjikan yang menjanjikan mantual material,moril dan Politis, tetapi gagal dan berantakan.sebab Republik Kesatuan Proklamasi 17 agustus 1945 adalah Keramat.

Siapa mencoba dan berusaka mendobraknya, menghancurkankan,pasti hancur lebur sendiri.

SATRYA

Penulis Majalah Skets Masa 1958

 

 

(Skets Masa 1958,koleksi Dr iwan)

September 1957

Beberapa ikhtiar untuk mendamaikan konflik pusat dan daerah telah dilakukan, baik lewat lobi-lobi pribadi maupun lewat forum terbuka nasional seperti Munas kemudian Munap bulan September 1957, Piagam Palembang dan lain-lain.

(DR Mestika Zed)

27 September  1957

 

Pekan Olah Raga Nasional Ke IV dilaksanakan di Makasar dari tanggal 20 september 1957 sampai  6 Oktober 1957

Andi Mattalatta jugalah yang memrakarsai pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) IV di Makassar pada 1957

 

Saya batal   ikut dengan Kontingen  Sumatera Tengah ke PON Makasar walaupun saya berhak karena

 

 

 saya  yang berumur 12 tahun telah  merebut juara tunggal  putra tennis meja sumatera tengah

  setelah merebut juara Sumatera Barat,dan menang dari RIAU dan Jambi karena dilang orang tua karena takut ketinggalan sekolah akibat tim berangkat dengan kapal dari Padang tiga bulan lamanya, sebenarnya saya diajak pelatih Perkumpulan sepak bola Padang PSP Tjia Piet Kai untuk berangkat naik pesawat terbang bersama rombongan Let Kol Ahmad Husein tetapi orang tua tetap tidak mengizinkan,prinzipnay sekolah adalah proritas nomor satu.

Kontingen sepak Bola Sumatera tengah yang diperkuat PSP dengan pemainnya yang saya idolakan Arifin menjadi  jaura kedua ,juara pertama tim sepakbola sumatera Utara Medan.

 

 

Foto Dr iwan main Tennis meja

 

(Dr.Iwan)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kartupos peringatan PON IV Makassar

 

8 Oktober 1957

Letkol Wahab Macmour karean memperdenjatai orang-orang Preman dan membentuk OPD(Organisasi Penjagaan Desa) , pada tanggal 8 Oktober 1957 menyerang kota Pematang Siantar, beberapa waktu kemudian Letkol Wahab Macmour dimutasikan ke Pakistan untuk belajar , sedangkan kedudukannya diganti oleh Mayor  A Manaf Lubis dan Senjata OPD ditarik kembali.

(terang bulan,1958)

 

 

17 Oktober 1957

Pada tanggal 17 Oktober 1957 terjadilah sebuah peristiwa lagi, yang meminta KSAD Jendral  Mayor Nasution harus pulang-pergi Jakarta – Medan .

Peristiwa ini  adalah peristiwa yang ingin menjatuhkan Let.Kol. Djamin Gintings  dari kedudukannya  dan yang menjadi objek peristiwa tersebut adalah Let.KolArto Komanda KMKB  Medan, via radio  dia menyatakan telah mengantikan kedudukan Let Kol Djamin Gintings  sebagai Panglima TT-I  karena itu pulalah Kota Medan  mlam berkeliaran  motor-motor berlap[is Baja  dan mengepung Staf Kwartier  dimana let KolDjamin Ginting bekerja.

Karena Itulah Let.Kol Djamin Ginting  terpaksa mengungsi  pada sebuah desa  didaerah Karo dan Mayor A.Manaf Lubis mengerahkan  anak buahnya dari Pematang Siantar untuk mengempur Kota Medan  pabila Let.Kol. Sugih Arto tidak menyerah ,kembali apa yang dipegangnya .

KASAD muncul dan  berakhirlah peristiwa ini , ia dimutasikan ke  Jakarta.karena mereka terlibat.

Juga Pasukan Sektor FF dibawah komando Kapten Jusuf  dipindahkan ke Jawa, karena terlibat pengepungan Staf Kwartier  untuk menangkap Let.Kol Djamin Ginting dan Let.Kol Sugih Arto kembali menjabat komandan KMKB Medan yang  yag belakangan dipindahkan ke Bandung,  serta Let.Kol.Djamin Gintings  pulang masuk ke Medan kembali setealh pasukan RPKAD didatangkan dari Jakarta.

 

 

 

 

 

 

19 Oktober 1957

 

Saya merasa perlu menyampaikan laporan tentang situasi terakhir di Aceh dan usul-usul mengenai penyelesaian masalahkepada Pemerintah Pusat.

 

Laporan dan usul itu saya buat dalam bentuk Memorandum Mengenai Penyelesaian

Masalah Keamanan di Provinsi Aceh, yang sifatnya sangat rahasia.

 

Konsep Memorandum itu dikerjakan oleh Mayor A.Sani dan Achmid Abdullah berdasarkan petunjuk saya. Memorandumitu diketik di bawah pengawasan ketat SekretarisPenguasa Perang, A. K. Abdullah, dan dibuat sebanyak

5 (lima) eksemplar.

 

Masing-masingnya disampaikan

kepada Presiden Soekarno, Perdana Menteri Ir. Djuanda,KSAD/Penguasa Perang Jendral AH Nasution, Wakil KetuaDewan Nasional Ruslan Abdulgani dan satu eksemplaruntuk saya sendiri.

 

Memorandum itu terdiri dari lima bagian,memuat pendahuluan, laporan keadaan, pendapat-pendapat,kesimpulan dan penutup.

 

Agar memorandum itu sampai ke tempat yang dituju,setelah mempersiapkan segala sesuatunya, maka saya,Gubernur Ali Hasjmi dan beberapa staf berangkat ke Jakarta

menemui Presiden, Perdana Menteri, Menteri Dalam Negeri,KSAD dan beberapa pejabat lainnya. Saya juga harushadir dalam sidang Kabinet Istimewa.

 

 

Dapat saya terangkan juga, bahwa sebelum kamimembuat memorandum itu, Perdana Menteri Ir. Djuanda sudah berkunjung ke Aceh,

 

 yaitu tanggal 19-25 Oktober1957,

 

dengan membawa beberapa Menteri, di antaranyaMenteri Agama K. H. Ilyas, Menteri Sosial Mulyadi JoyoMartono, Menteri PUD Ir. Pangeran M. Noor, dan MenteriAntar Daerah Dr. Ferdinan Lumban Tobing.

 

Waktu itu,

Perdana Menteri Ir. Djuanda tidak hanya berkunjung ke Kutaraja, tetapi beliau sempat berjalan hampir ke seluruhAceh, antara lain ke Takengon, Lhok Seumawe, Langsa,

 

Kuala Simpang dan Rantau Kuala Simpang. Dengandemikian beliau dapat melihat apa yang sedang dialamioleh rakyat Aceh dengan semua penderitaannya. Tidakmengherankan ketika saya membawa missi ke Jakarta, beliau langsung menyuruh memaparkan apa yang terjadi diAceh.

(syamaun Gaharu)

 

Akhir Nopember 1957

MUNAS selanjutnya diikuti dengan Musyawarah Pembangunan Nasional (MUNAP) karena Usaha Pemerintah untuk penyelesaian persengakatan dengan Daerah yang bergolak dalam MUNAS tidak membawa hasil  sehingga  pergolakan-pergolakan didaerah telah meningkat kearah untuk mencetuskan suatu pemberontakan.

 Hal ini terbukti dengan didapatkan dokumen-dokumen yang menunjukkan bahwa Penolakan Pergolakan di Sumatera telah ditunggangi oleh petualang politik dan militer yang meningkatkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memberontak.

Didaerah yang bergolak telah nampak persiapan-persiapan dibidang militer dengan melakukan barter memasukkan senjata,mengadakan latihan  militer  dikalangan Mahasiswa dan Pegawai negeri, mengadakan kampanye Politik dan menghasut Rakyat  untuk memusuhi Pemerintah Pusat  yang sah serta menghasut untuk mengadakan aksi pemberontakan

(Ahmad Yani)

 

Titik yang tertinggi daripada Musyawarah nasional itu adalah dalam arti penyelesaian antara Dwitunggal danPersoalan Angkatan darat.

Dalam persoalan Angkatan darat dibentuk Panitia 7 dan dalam persoalan Dwitunggal timbulah statement bersama Sukarno-Hatta yang kemudian dioper oleh Parlemen dengan membentuk Panitia 9

Panitia 7 Akan Adakan Amnesti Umum

Panitia 7 pun tidak mempunyai status dalam hokum Negara kita tetapi dalam susunannya dimana duduk Dwitunggal sendiri,diharapkan bahwa keputusannya itu akan ditaati oleh semua.Maka tentu sebagai badan yang timbuldari suatu kompromi ,keputusannyapun merupakan hasil Kompromi.

Oleh aktiviteit dari anngota Panitia 7 akhirnya timbul sesuatu yang disebut Rangka Penyelesaian  yang telah diputuskan dalm bulan November .

 

Dalam rangka penyelesaian itu disebut bahwa kan diadakan Amensti Umum kepada semua Pelangaran Hukum dan Disiplin yang bercorak Politik yang telah terjadi dalam Pergolakan Politik itu akan ditanyakan apakah akan mau menjadi Militer selanjutnya ,apakah akan jadi Politikus.

Kalau akan jadi militer maka pada saat itu kembalilah kepada Disiplin dan Hukum Militer.Kalau mau jadi Politikus silahkan meninggalkan Angkatan Perang dengan Pensiun yang terhormat.

Kemudian berhubung dianggap Pimpinan Angkatan darat dianggap kurang bijaksana selama ini dalam rangka itu diputuskan membentuk suatu Dewan Militer yang dimana akan dibahas hal-hal pokok untuk Kebijkasanaan penyelesaian Angkatan darat, selanjutnya yaitu mengalihkan Tentara itu kepada yang disebut Tenra regu lain.

Dan di Dewan Militer itu dimaksukan akan didudukan mereka yang telah berperistiwa-peristiwa itu  dan yang diberi Amensti dan akan  setia kembali sebagai militer untuk mengabdi kepada tentara kita

Inilah rangka yang telah diputuskan Panitia 7.Keputusan ini tentu sangat berat dan dapat kita ketahui  lebih dulu bahwa Panitia 7 akan menghadapi dalam soal ini Kesulitan-kesulitan dari mereka yang tegas tetap berdiri diatas dasar Hukum dan Disiplin yang tidak bisa menerima ini.

Dengan demikian kita sudah mengetahui bahwa dipihak lain daripada yang bermula juga tidak dapat menyetujui kepada cara Musyawarah Nasional

yang lalu  juga tidak dapat menerima Keputusan ini sehingga dari pihak hokum yang lainpun sudah dapat kita perhitungkan dengan tegas bahwa sejumlah Perwira-Perwira Menengah tidak dapat menerima keputusan itu.

Jadi dapatlah kita lihat Keputusan Kompromi yang semacam itu berarti mengorbankan suatu pihak ujung dan dilain pihak ujung tidak dapat mengikuti itu.Yang satu karena tegas atas dasar hokum dan disiplin , yang satu karena tegas Musyawarah 100 % .Jadi dapat kita perhitungkan lebih dahulu kemungkinan  yang semacam itu.

(Pidato A.H.Nasution di Garnizun Jakarta Feb 1958)

 

30 November 1957.

 

 

Cover buku peristiwa cikini(Dr Iwan)

(Infomasi lengkap baca pad CD-Rom Dr iwan “Koleksi sejarah Indonesia 1957)

 

Kisah peristiwa cikini dapat dibaca dalam buku peristiwa cikini koleksi Dr Iwan yang ilustrasi sampulnya diatas.

 

 

 

Bung Karno ikut di stand menembak sesaat sebelum terjadinya peristiwa cikini(Dr Iwan)

 

Terjadi Peristiwa Cikini.

 

 Presiden Soekarno digranat ketika sedang menghadiri acara sekolah anaknya di Perguruan Cikini

 

 

Usaha pembunuhan Presiden gagal, tapi banyak siswa jadi korban.Soekarno marah.

 

 Sampai di Istana, ia berkata kepada wartawan, pelakunya adalah kami.

 

Zulkifli Lubis, rekan kami yang dikenal ahli intelijen, dituding sebagai dalang utama.

 

(Ventje Samual)

 

 

 

 

Akhir Nopember 1957

 

Namun niat baik itu menjadi mentah ketika terjadi “Peristiwa Cikini di akhir November 1957, sehingga segala sesuatu yang diupayakan sebelumnya menjadi buyar dan pada saat yang sama teror, intimidasi dan fitnah makin tak terkendali.

 

Sejumlah pemimpin terpaksa menyelamatkan diri keluar Jakarta dan bergabung dengan dewan-dewan perjuanagan di daerah yang dipelopori oleh kelompok militer Sumatera Tengah (Kol. Ahmad Husein) dengan mendirikan Dewan Banteng, kemudian disusul oleh Dewan Garuda di Sumatera Selatan (Kol. Burlian), Dewan Gajah di Sumatera Utara (Kol. Simbolon), Dewan Lambung Mangkurat dan Permesta di Sulawesi (Kol. Ventje Samual).

Dengan pelembagaan gerakan protes menentang Jakarta ini, polarisasi pertentangan pusat dan daerah dan sebaliknya semakin mendekatkan daerah ke tubir jurang perpecahan yang lebih dalam.

(DR Mestika Zed)

 

1 Desember 1957

 

Panitia 7 Beku Berhubung Peristiwa Cikini

Panoitia 7 dari Musyawarah Nasional beku karena Peristiwa Cikini, peristiwa percobaan pembunuhan  presiden sukarno  dalam rangka usaha-usaha politik Setelah  berlampau 24 jam ditangkap sejumlah dari merekaPelaksana dari pembuhunan tersebut.

Maka sudah dapat jelas bahwa usaha itu bukan satu kali tau usaha yang berdiri sendiri.tetapi rentetan Usaha sejak dulu, yaitu terror dan pengranatan –pengranatan yang telah berlaku di Ibukota ini dan dilakukan oleh Golongan yang sama,orang-orang yang sama, yang dipimpin Kolonel Zulkifli Lubis.

Inilah ketentuan yang didapat dari pemeriksaan itu, bahkan dari pemeriksaan itu kita dapat melihat  lebih luas apa yang telah kita hentikan.

Seperti telah diketahui Musyawarah Nasional yang telah dihentikan ,penangkapan-penangkapan dan tindakan lebih lanjut dari peristiwa-peristiwa sebelumnya ,bahkan sejumlah besar dari orang-orang yang telah tersangkut dalam tindakan-tindakan sebelumnya telah dilepaskan.

Yang dengan ini, kita kembali kepada taraf , kit kembali menangkapi, kembali harus bertindak.

Seperti diketahui Panitia 7 maupun Pemerintah berpendirian yang sama bahwa Peristiwa Cikini dan yang bersangkutan dengan itu tidak dimusyawarkan tetapi ditindaki dengan hokum militer,

Tidak ada satu orangpun dari Panitia 7 yang ingin bermusyawarah Peristiwa itu.Tetapi pemeriksaan dari itulah membawa kita kepada perdoalan-persoalan yang lebih luas. Seperti yang saya katakan, dimana kita melihat sejumlah senjata yang ditangkap dari sumatera selatan ke Jakarta yang digunakan dalam teror-teror disini yang sampai sekarang belum dapat kita tentukan siapa-siapa dari sumatera selatan yang bertanggung jawab tentang pembawaan senjata-senjata ke Jakarta.

Begitu juga kemudian  bahwa mereka yang tersangkut dalam komplot ini yang antara lain Kolonel Zulkifli Lubis dm lain-lain  yang bersifat preman, sudah dapat melarikan diri dari jkarta melalui sumatera selatan dan terus ke Sumatera tengah.sehingga menimbulkan persoalan baru dimana KASAD telah mengeluarkan Perintah menankap semua yang tertuduh dalam soal itu, bahwa ada Pejabat-Pejabat didaerah itu yang membantu kepada mereka, ini sehingga menimbulkan persoalan yang baru.

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

Amnesti Umum Tak Jadi Karena Peristiwa Cikini

Pekerjaan Panitia 7 setelah peristiwa Cikini terpaksa dibekukan  dan amnesty umum tidak bisa diteruskan,karena tidak ada dikalangan kita maupun dalam masyarakat yang dapat membenarkan  bahwa jmereka yang berbuat itu akan diamnestikan ,tapi harus ditindaki menurut hokum , yang saya harap setelah itu ditangan Jaksa selekas mungkin memang secara hokum diselesaikan, begitu juga lain-lain peristiwa yang berhu ung dengan itu, karena seperti yang saya katakana semua  satu rentetatan.

Pembunuhan terhadap kepala Negara dan pemeriksaan ternyata bukan sekali itu saja diusahakan.Selama Musyawarah Nasional Pembangunan berkali-kali diusahakan tetapi gagal dan juga pada peristiwa-peristiwa sebelumnya begitu juga dapat  kita ketahui usaha pembununahan terhadap diri saya sendiri.

Dengan demikian timbul kesulitan-kesulitan berhubung dengan penahanan dan pemeriksaan dari mereka yang tersangkut, ini termasuk Lubis Cs.dan Preman-premannya yang kebetulan dapat lolos ke Sumatera Selatan dan Sumatera Tengah   tidak dapat diurus berhubung adanya pejabat yang memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka.

Jandi memang dalam hubungan itu kita masih belum dapat melaksanakan tindakan sebagaimana mestinya.

Sementara itu juga Panitia 9 dalam mencari bentuk resmi kerjasama dwitunggal  pada saat Presiden berangkat keluar negeri dalam laporannya yang telah diumumkan  juga disurat kabar belum dapat dicapai sesuatu pendirian dalam soal ini. Memang adalah soal yang sulit dimana kita melihat 2 pendirian yang berbeda pada waktu itu banyak pendirian itu tentu yang berbeda.

 

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

 

Saya kaget, dan saya suruh orang mencari Lubis. Dia bilang, ”Bukan saya. Kalau saya, mana mungkin gagal?”

 

Maksudnya, jika Lubis yang merencanakan, Soekarno pasti tewas.

 

Terus terang, tudingan ini lucu. Untuk apa kami mengacaukan sendiri usaha kami di Munas yang sedang di atas angin?

 

Akibat peristiwa itu, kami yang sedang menghadiri Musyawarah Pembangunan sempat ditahan. Rencana mengumumkan pelaksanaan hasil Munas,

 (Ventje Samual)

 

Dokumen Lubis

Satu alternatif adalah yang dikatakan membikin front yang lebar  antara daerah yang bergolak , dimana daerah yang begolak  itu  marterieel berdiri sendiri , artinya tidak bergantung pada Pusat , sambil menyerang  macht concentratie di Pusat dalam dokumen itu adalah Kepala Negara dan Pimpinan Angkatan darat sebagai landasannya, dengan cabinets ebagai landasan hukumny dan Dewan Nasional sebagai landasan  penghimpunan tenaga .

Disitu disebut juga  alternative yang kedua  yaitu membentuk  Negara  yang  lain dan  Pemerintah  yang lain sebagai move tactisch yang maksimum dikatakan.

Dalam suasana  keragu-rahuan dan simpang siur berita itu disitulah Penerangan Angkatan Darat mengumumkan isi daripada dokumen ini yang dokumen  ini didapat dari seorang  penjabat Polisi yang tertangkap  dalam komplot Lubis Cs itu.

Dengan itu memang jelas apa yang akan terjadi  sehingga kemudian  kira mengetahui  adanya rapat di Sungai dareh pada tanggal 9 Januari  dimna hadir Panglima TT II,Komandan KDMST,Overste samual,para Kolonel yang pada waktu itu  berperistiwa seperti Kol simbolon, Dahlan Djambek, Bung Natsir, Sumitro dlll lagi yang tentu sduah banyak kita denagr nama-nama itu dimana persoalan  ini dibicarakan.

Pemerintahdan Pimpinan Angkartan darat tidak mengumumkan  seluruhnya apa yang menjadi pembicaraan disitu dan apa yang menjadi  pembicaraan disitu dan apa telah kita tangkap sebagai laporan.

Akan tetapi dapat kita apsti  bahwa satu hal yang penting disini  denag konsep yang disebut dalam dokumen  tadi itu  diketemukan lagi menjadi acara disitu tentang pembentukan suatu Pemerintahan yang lain.

Rapat itu dimana juga hadir Kol Lubis yang sudah diperintahkan untuk menangkapnya berhubung peristiwa Cikini membawa sesuatu  konflik situstie yang baru di Sumatera Tengah

 

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

Saya suruh mencari Zulkifli Lubis dan ketika ditanyakan apakah ia terlibat peristiw Cikini, jawabanya bila saya terlibat pasti Presiden sukarno sudah mati

 

(Ventje Samual)

 

 

1957

 

Peristiwa penggranatan tanggal 30 November 1957 atau lebih dikenal dengan sebutan Peristiwa Cikini, misalnya, tidak bisa dilepaskan dari skenario CIA. Walaupun bukti dalam peristiwa yang menewaskan 11 orang dan 30 lainnya cedera masih simpang-siur, tetapi indikasi keterlibatan CIA sangat jelas.

 

Pengakuan Richard Bissell Jr, mantan Wakil Direktur CIA bidang Perencanaan pada masa Allan Dulles, kepada Senator Frank Church, Ketua Panitia Pemilihan Intelijen Senat tahun 1975, yang melakukan penyelidikan atas kasus tersebut, membuktikan itu.

 

Ia menyebut sejumlah nama kepala negara, termasuk Presiden Soekarno, untuk “dipertimbangkan” dibunuh. Bagaimana kelanjutannya, ia tidak mengetahui. Bung Karno sendiri yakin CIA di belakang peristiwa ini. David Johnson, Direktur Centre for Defence Information di Washington, juga membuat laporan sebagai masukan bagi Komite Church.

Peristiwa Cikini yang dirancang Kolonel Zulkifli Lubis, yang dikenal sebagai pendiri intelijen Indonesia, bukanlah satu-satunya upaya percobaan pembunuhan atas Bung Karno. Maukar, penerbang pesawat tempur TNI AU, juga pernah menjatuhkan bom dan menghujani mitraliur dari udara ke Istana Presiden.

 

Presiden Eisenhower sendiri memutuskan dengan tergesa persiapan invasi ke Indonesia sepekan setelah percobaan pembunuhan yang gagal dalam Peristiwa Cikini. Ia makin kehilangan kesabaran. Apalagi peristiwa itu justru makin memperkuat dukungan rakyat pada Bung Karno.

 

 

Ketegangan Bung Karno dengan Gedung Putih mulai mengendur setelah Presiden JF Kennedy terpilih sebagai Presiden AS. Ia malah mengundang Bung Karno berkunjung ke Washington. Dalam pandangan Kennedy, seandainya pun Bung Karno membenci AS, tidak ada salahnya diajak duduk bersama. Kennedy yang mengutus adiknya bertemu Bung Karno di Jakarta, berhasil mencairkan hati proklamator ini hingga membebaskan penerbang Allan Pope.

Begitu Kennedy tewas terbunuh, suatu hal yang membuat duka Bung Karno, hubungan Jakarta-Washington kembali memanas. Penggantinya, Presiden Johnson yang disebut-sebut di bawah “todongan” CIA, terpaksa mengikuti kehendak badan intelijen yang “mengangkatnya” ke kursi kepresidenan. Pada masa ini pula seluruh kawasan Asia Tenggara seperti terbakar.

CIA yang terampil dalam perang propaganda, kembali menampilkan watak sesungguhnya. Fitnah dan berita bohong mengenai Bung Karno diproduksi dan disebar melalui jaringan media massa yang berada di bawah pengaruhnya. Tujuannya mendiskreditkan proklamator itu. Hanya di depan publik menyatakan gembira atas kebebasan Allan Pope, tetapi diam-diam diproduksi berita bahwa kebebasan itu terjadi setelah istri Allan Pope berhasil merayu Bung Karno. Sedang pengeboman istana oleh Maukar, diisukan secara sistematis sebagai tindak balas setelah Bung Karno mencoba menggoda istri penerbang itu.

CIA terus melakukan berbagai trik perang urat syaraf mendiskreditkan Bung Karno. Termasuk di antaranya Bung Karno berbuat tidak senonoh terhadap pramuria Soviet dalam penerbangan ke Moskwa. Jauh sebelum itu, Sheffield Edwards, Kepala Keamanan CIA pada masa Allan Dulles, pernah meminta bantuan Kepala Kepolisian Los Angeles untuk dibuatkan film cabul dengan peran pria berpostur seperti Bung Karno.

Dalam satu artikel di majalah Probe, Mei 1996, Lisa Pease yang mengumpulkan berbagai arsip dan dokumen, termasuk dokumen CIA yang sudah dideklasifikasikan, menyebut yang terlibat dalam pembuatan film itu Robert Maheu, sahabat milyarder Howard Hughes, serta bintang terkenal Bing Crosby dan saudaranya.

Lantas apa akhir semua ini?

(penasukarno.web blog

 

1 Desember 1957

 

Moh Hatta

 

Akhirnya yang dicemaskan para pemimpin di daerah terjadi juga, Bung Hatta mengundurkan diri pada bulan Desember 1957

(oetoesan melajoe)

 

 

1 Desember 1957

makin mencuat adanya perbedaan pandangan antara Mohammad Hatta dengan Soekarno yang berujung pada pengunduran diri Hatta sebagai Wakil Presiden pada 1 Desember 1957.

 (gungun Gunawan)

 

2 Desember 1957.

 

Sebagai lanjutan musyawarah Nasional , bulan Desember 1957 di Jakarta diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan.

 

Musyawarah-musyawarah ini tidak berhasil mendapatkan cara penyelesaian masalah daerah-daerah yang membangkang terhadap pemerintah Pusat.

 

Kegagalan ini antara lain disebabkan tokoh-tokoh nasional seperti Mohammad Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono, tidak diikutsertakan dalam pimpinan pemerintahan.

 

 Selain itu daerah-daerah yang bergolak melontarkan tuduhan-tuduhan bahwa politik pemerintah Pusat mengarah kepada komunisme.

(ventje Samual)

 

 

Persoalan Barter

Persoalan barter sejak kurang lebih satu tahun ini telah merugikan republic Indonesia rata-rata setiap bulan 40 juta dolar. Memang bafter ini buat taraf pertama kita bisa memberikan perbaikan buat daerah yang tersangkut.

 

 

Harus diakui prosedur untuk memasukkan barang-barang  Pembangunan melalui Birokrasi yang sentral di Pusat selama ini sangat sulit buat  daerah-daerah, sehingga dengan jalan Barter mereka mengharapkan langsung bisa mendapatkan alat-alat  yang dibutuhkan dari luar negeri.

Akan tetapi lambat laun barter itu akan merugikan bukan saja seluruh Negara tapi daerah itu sendiri karena dengan barter  itu devisen hilang sama sekali, salah satu sumber dari Negara.

 

Kedua,macam-macam bea  dan Cukai, TPI,bukti eksport dan lain lain yang merupakan penghasilan dari Negara , yang penting dengan  sendirinya hilang dan buat daerah itu sendiripun,karena ini dijual keluar Negara dengan nama partikulir maka penjual-penjual itulah yang membawa dipasaran diluar negeri sehingga pembelinya dari luar negeri yang mempunyai kedudukan  menentukan  sehingga kita  dapat mengetahui barang-barang yang dimasukkan 

 

akhirnya juga  merugikan  terlalu mahal  kita bawa atay kualiasnya  kurang baik dan lain-lain.

Jadi bagaimanapun  juga barter  itu harus  diakhiri dan kalau dilihat  dari segi Pemerintah  sekian puluh juta dolar  tiap bulan yang  kehilangan,dapat dimegerti bagaimana  merosotnya Pendapatan Negara  sampai sekarang  ini karena itu  Pemerintah memutuskan  melarang Barter  dan Angkatan Perang  dan Polisi  diperintahkan mengambil tindakan

 

Pemerintah Buka Jalan Lain

Pemerintah membuka jalan lain, ialah dengan jalan kecuali melaksanakan perimbangan keuangan  buat daerah,juga memberikan sejumlah daripada hasil bea cukai dan devisen eksport,tiap-tiap daerah langsung  buat keperluan daerah itu. Dengand emikian diberkan satu jalan lain,bahwa secara langsung mereka mendapat hasil-hasil itu karena itulah saya berkeliling kedaerah-daerah untuk menyusun BDP-BDP,kantor import/eksport dan lain lain dengan Kementerian-kementerian yang tersangkut supaya selekas mungkin dipenuhi kebutuhan ini.

 

 Persoalan Baru

Timbul lagi persoalan yang baru yaitu keputusan Pemerintah untuk memecat  perwira-perwira  yang secara  pokok telah melanggar norma-norma militer, sudah diketahui  bahwa ini tidak dapat diterima  oleh sejumlah Perwira  yang berperistiwa itu,karena itu dalam meningkat-ningkatnya itu jelas danlah kita melihat salah satu  ketentuan , baik dalam masalah Dwi Tunggal , baik soal  penyelesaian  Angkatan Darat,baik yang disebut soal Pusat dan Daerah itu, dalam suasana  demikianlah  timbul masalah yang baru, yaitu masalah didesas-desuskannya  pembentukan suatu Negara yang baru atau Pemerintah yang baru di Sumatera.

Berita yang pertama kita terima adalah dari Radio Belanda Hilversum, yang telah mengumumkan keseluruh dunia akan digulingkannya Presiden dan dibentuknya Pemerintah yang baru dan bahkan  timbulnya Negara  Sumatera yang merdeka.

Dengan mulainya  Radio Hilversum mengumumkan ini maka ramailah  masyarakat membicarakan persoalan ini.

Begitu juga suatu interview  daripada Simbolon dengan wartawan Amerika, yang mengatakan kalau komunis mengoper Pemerintahan di jawa, kami akan membentuk  Pemerintahan yang baru di Sumatera.

Berita-berita  ini disebarkan diseluruh dunia dan digunakan oleh musuh-musuh kita untuk menyerang kita  dalam lapangan perang  urat syaraf dan perang politik.

Berita itu tidak segera dapat kita men-evalueer isi yang sebenarnya,akan tetapi kemudian berhubung banyak keragu-raguan , maka pimpinan Angkatan Darat merasa perlu mengumumkan suatu dokumen yang terkenal ,dokumen Lubis,dimana dalam cita-cita nenperhjuangkan tindkan mereka itu telah dengan jelas dirumuskan 2 alternatif yang tentu sudah dibaca disurat kabar.

 

 

 

(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)

 

 

 3 Desember 1957

 

 

 di forum kabinet, bubar. Wakil Perdana Menteri Leimena mengumumkan bahwa segala keputusan Munas dibekukan.

 

(ventje samual)

 

 

7 Desember 1957

TANGGAL 7 Desember 1957, pukul 19.39, Laksamana Felix Stump, panglima tertinggi Angkatan Laut (AL) AS di Pasifik, menerima perintah melalui radiogram dari Kepala Operasi Angkatan Laut (AL) Laksamana Arleigh Burke. Isinya, dalam empat jam ke depan gugus satuan tugas di Teluk Subic, Filipina, bergerak menuju selatan ke perairan Indonesia. “Keadaan di Indonesia akan menjadi lebih kritis,” demikian salah satu kalimat dalam radiogram tersebut.

 

Kesibukan luar biasa segera terlihat di pangkalan AL AS. Malam itu juga satuan tugas dengan kekuatan satu divisi kapal perusak, dipimpin kapal penjelajah Pricenton, bergerak mengangkut elemen tempur dari Divisi Marinir III dan sedikitnya 20 helikopter. “Berangkatkan pasukan, kapal penjelajah dan kapal perusak dengan kecepatan 20 knots, yang lainnya dengan kecepatan penuh. Jangan berlabuh di pelabuhan mana pun,” bunyi perintah Laksamana Burke.

 

Inilah keadaan paling genting, yang tidak sepenuhnya diketahui rakyat Indonesia. Perpecahan dalam tubuh Angkatan Darat, antara mereka yang pro dan kontra Jenderal Nasution, serta yang tidak menyukai Presiden Soekarno, mencapai titik didih.

 

 

Pada saat yang sama, beragam partai politik ikut terbelah memperebutkan kekuasaan.

 

 

Kabinet jatuh bangun. Usianya rata-rata hanya 11 bulan. Paling lama bertahan hanyalah Kabinet Juanda (23 bulan), yang merupakan koalisi PNI-NU.

 

Situasi memanas menjalar ke daerah, benteng terakhir para elite politik di pusat. Daerah terus bergolak. Pembangkangan terhadap Jakarta dimulai sejak militer menyelundupkan karet, kopra, dan hasil bumi lainnya.

 

Militer Indonesia yang lahir dan berkembang dari milisi berdasarkan orientasi ideologi pimpinannya, bukanlah jenis pretorian. Mereka tetap kepanjangan dari parpol, entah itu PNI, PSI, Masyumi, PKI, dan seterusnya.

 

Terlalu kekanak-kanakan jika dikatakan tindakan sekelompok perwira mengepung Istana Bogor dan mengarahkan meriam pada 17 Oktober 1952 sebagai ekspresi ketidakpuasan semata, dan bukan percobaan “kudeta” terselubung.

 

Demikian pula ketika Kolonel Zulkifli Lubis mencoba menguasai Jakarta, sebelum kemudian merencanakan pembunuhan atas Presiden Soekarno dalam Peristiwa Cikini, dengan eksekutor keponakan pimpinan salah satu parpol.

 

Bagi Gedung Putih, inilah saat tepat melaksanakan rencana tahap III, yaitu intervensi militer terbuka ke wilayah RI.

 Presiden Soekarno harus tamat segera.

 

 CIA di bawah Allen Dulles telah mematangkan situasi. Melalui jaringannya di Singapura, Jakarta, dan London, sebagaimana dikemukakan Audrey R Kahin dan George McT Kahin dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia,

 

Subversi Sebagai Politik Luar Negeri, agen-agen CIA berulang kali melakukan kontak khusus dengan Sumitro Djojohadikusumo, pencari dana untuk pemberontakan tersebut. Demikian pula dengan para perwira pembangkang seperti Kolonel Simbolon, Kolonel Fence Sumual, dan sejumlah perwira dan tokoh parpol lainnya.

 

Namun, ketika perintah menggerakkan elemen Armada VII dikeluarkan, keputusan itu tampak tergesa-gesa yaitu kurang dua jam setelah pembicaraan melalui telepon antara Presiden Eisenhower dengan Menlu John Foster Dulles. Itu sebabnya ketika gugus tugas AL di Teluk Subic bergerak, barulah kedua tokoh ini sadar atas alasan apa intervensi nantinya dilakukan.

(penasukarno web blog)

 

 

 

17 Desember 1957

17 Desember 1957,  keadaan itu ditingkatkan menjadi keadaan bahaya tingkat keadaan perang.

(gungun gunawan)

20 Desemb er 1957

Reuni Militer Pejuang Di Salido

 

*ill pemuka  PRRI di Sumatera Barat

Dari kiri  ke kanan Kol Dahlan Djambek, Letkol Ahmad Husein,Burhanuddin Harahap, Kol. Maludin Simbolon,  Syafei dan lain lain.

 

Pada tanggal  20 Desember 1957, di sebuah kota kecil di Pesisir Barat pantai Sumatera yang bernama Salido(ada tambang emas saat masa hindia belanda disana ,dekat kota Painan Kabupaten Pesisir Selatan SUMBAR-Dr Iwan s),

 berlangsung suatu iding reuni para militer pejuang yang tergabung dalam Resimen IV Divisi Banteng Sumatera Tengah.

 

 Reuni tersebut menghasilkan dan membentuk suatu badan organisasi yang dinamai “Dewan Banteng” dengan tokoh-tokoh militer seperti Kolonel Achmad Husein, Kolonel Dahlan Jambek, Kolonel M. Simbolon dan lain-lain sebagai para atasan dan penggeraknya.(ventje Samual)

 

 Salido saat ini , dulu terkenal dengan  Tambang Masnya masa Hindia belnda, dan  kemudian Bukit Langkisau dengan lagunya yang diciptakan Lagu ini diciptakan oleh (alm) Huriah Adam dan dulu dipopulerkan oleh penyanyi Lily Syarief dan Elly Kasim

 

23 Desember 1957

Pemerintah Inggris, sekutu terdekat AS, sempat terperanjat dan menolaknya, sehingga kapal-kapal perang tersebut kembali ke pangkalannya.

 

Namun, setelah lobi-lobi intensif, tanggal 23 Desember 1957 PM Harold Macmillan menyetujuinya dan membentuk kerja sama operasi untuk Indonesia.

(penasukarno web blog)

 

 

Akhir Tahun 1957

Di akhir tahun 1957 terjadi pengambilalihan perusahaan-perusahaan milik Belanda dan dinasionalisir menjadi badan-badan usaha milik negara.

Tentara yang dianggap mempunyai sumber daya manusia yang lebih siap, masuk mengambil posisi-posisi penting penanganan badan-badan ekonomi eks Belanda itu.

 Peran dadakan itu menimbulkan banyak ekses. Salah satu eksesnya adalah terjunnya para perwira ke dalam dunia uang dan bisnis, dan saat itu menjadi awal keterlibatan mereka dalam dunia korupsi.

Ekses lain, terjadi saling intrik karena perebutan posisi, di antara para perwira itu sendiri.

Para perwira ini ternyata gagal menjalankan institusi-institusi ekonomi tersebut dengan baik diukur berdasarkan skala kepentingan umum.

Namun pada sisi lain yang pragmatis, harus diakui bahwa dari posisi-posisi di institusi ekonomi itu, tentara berhasil menghimpun dana-dana yang kemudian difaedahkan dalam berbagai aktifitas yang sesungguhnya tak lain adalah kegiatan politik praktis dan tak terlepas dari skenario kekuasaan, selain untuk ‘kenyamanan’ hidup bagi sejumlah perwira.

Salah satu institusi yang paling strategis ialah sektor perminyakan. BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) diambil alih dan diserahkan kepada perwira-perwira tentara dan akhirnya menjadi cikal bakal Pertamina (Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional) –yang merupakan hasil peleburan Pertamin dan Permina.

(gungun Gunawan)

Syekh Muhammad Sa’id Al Khalidi Bonjol

Dizaman pergolakan PRRI sekitar tahun1957 beliau pernah berkebun di seberang Lubuk Mantuang, dekat Sawah Nangguang tempat kelahiran beliau.

Diwaktu itu ada sebatang pohon beringin yang dianggap angker oleh masyarakat ditepi Lubuak Mantuang tersebut, ditebang oleh beliau bersama murid2nya dan seterusnya ditanami dengan padi dan sayur sayuran.

 Disamping untuk mendapatkan hasil tani, beliau ingin menunjukan kepada masyarakat bahwa kita tidak boleh mempercayai hal hal tahayul karena yang demikian bisa menjurus kepada syirik. Hal itu menurut beliau sangat bertentangan dengan Al qur’an dan Hadits. Berenang juga sering beliau lakukan.

 

Sebelum shalat zuhur, beliau berenang sambil menangkap ikan untuk kebutuhan makan siang di Lubuk Mantuang.

 Pernah suatu hari sesudah shalat Idul Adha di mesjid Padang Baru, sorenya beliau mau pergi ke kampung Sawah Nangguang dimana isteri beliau Hajah Saleha dan anak cucunya tinggal saat itu (pergolakan PRRI).

Beliau membawa daging kurban yang sudah dimasak dalam periuk. Dari siang hari sampai sore hujan sangat lebat, tiba tiba air sungai banjir sangat deras sekali.

Orang tidak ada yang berani menyeberang. Beliau menyuruh mencari batang pisang beberapa potong kepadi muridnya, namanya Rasyu untuk dibuat pelampung.

Setelah rakit tersebut siap dia berenang ke seberang dengan cucu beliau duduk diatas pelampung tersebut yang dibuat seperti rakit sampil memegang periuk berisikan daging. Berkat keterampilan dan keberanian beliau, Alhamdulillah selamat keseberang. Ini menunjukan beliau mempunyai keberanian dan perhitungan yang tinggi wujud daripada kepercayaan beliau kepada Maha Pencipta walaupun saat itu umur beliau sudah lebih 70 tahun.

KELUARGA DAN ANAK – ANAK BELIAU Sebagai imam dan guru besar agama atau seorang shufi yang terkemuka, Syeikh H. Muhammad Said Al Khalidi Bonjol, saat masa kehidupan beliau, penuh dalam masa pergolakan, penjajahan, dan kejahiliyahan sehingga beliau sering berpindah pindah dari suatu daerah ke daerah lain.

(typepad web blog).

 

When these demands were not met by the Central Government, they began to rebel and by early 1957, they had taken control of Governance in Sumatra by force.

 

 

Subversion as a Foreign Policy
The secret Eisenhower and Dulles
debacle in Indonesia
New York: The New Press, 1995.

George Kahin has taught at
Cornell University since 1951 and
is one of the leading scholars
of Southeast Asian history

 
     

Review by Publishers Weekly

 

In 1957,

 President Eisenhower, his secretary of state, John Foster Dulles, and the CIA — unbeknownst to Congress or to the American public — launched a massive covert military operation in Indonesia.

Its aims were to topple or weaken Indonesia’s populist President Sukarno, viewed as too friendly toward Indonesia’s Communist Party, and to cripple the Indonesian army.

The CIA, run by Allen Dulles, the brother of the secretary of state, funneled financial support and weapons to rebel colonels on the islands outside Java, seat of the government. In the ensuing civil war, thousands of civilians were killed; the Indonesian army put down the rebellion and crushed noncommunist political parties;

Sukarno’s centralized regime became more authoritarian and jettisoned parliamentary government. Historian Audrey Kahin, editor of the journal Indonesia, and Cornell professor of international studies George Kahin have written a disturbing, scholarly expose of a major covert operation that paved the way for the Indonesian army’s massacre of half a million people in 1965-66 with Washington’s support. The authors maintain that Indonesia’s communist party was essentially a homegrown nationalist movement and that the Eisenhower administration’s fears were misguided.

Review by San Francisco Chronicle